MELANI KEKASIHKU 60
(Tien Kumalasari)
“Bik, apa aku salah?” tanya Anindita ketika bibik masih terdiam.
“Sebentar Bu, saya masih akan membuka resleting baju Ibu ini, kok susah sekali ya?” kata Bibik mencoba mengalihkan perhatian Anindita tentang rumah itu.
“Kamu tinggal menjawab salah atau tidak saja kan Bik?”
“Oh, eh.. tadi bu Dita menanyakan apa?” kata Bibik yang sudah selesai melepas baju Anindita, kemudian mengajaknya ke kamar mandi. Ia sudah menyiapkan air hangat di bathtup.
“Sudah aku mau mandi sendiri, mengapa kamu menunggui aku disini? Aku tidak mau dimandikan, memangnya aku bayi?” kata Anindita yang kemudian masuk kedalam bathtup.
“Baiklah, bibik tunggu diluar sambil menyiapkan baju ganti untuk Ibu.”
“Eh... tunggu dulu. Kamu belum menjawab pertanyaanku,” kata Anindita sambil memercikkan air ke tubuh Bibik yang beranjak menjauh. Bibik berhenti.
“Oh iya, pertanyaan apa ya Bu, Bibik kurang memperhatikan tadi.”
“Kuping kamu tuh ditaruh dimana?” tanya Anindita kesal.
“Maaf Bu.”
“Aku tanya, mengapa sekarang rumahku ada disini? Ini bukan rumahku yang dulu kan? Beda banget,” kata Anindita masih bersungut-sungut. Tadi dia sudah mendengar dari suaminya bahwa memang ini rumah barunya, tapi Anindita terus memikirkan sesuatu.
Bibik agak repot untuk menjawab.
“Ya kan Bik?”
“Tadi mengapa Bu Dita tidak bertanya pada bapak?”
“Aku sedang mengamati keadaan rumah ini di setiap ruang. Aku merasa sedikit aneh.”
Bibik heran. Majikannya bicara dengan sangat lancar, seperti tak pernah terjadi trauma yang begitu lama dan memprihatinkan. Lalu Bibik khawatir, kalau tiba-tiba dia teringat semuanya, kemudian marah, kemudian....
“Bik, benar kan kalau aku merasa aneh? Mengapa harus pindah ke rumah baru?”
“Iy_iya... sepertinya aneh, tapi kok Bibik kurang memperhatikan ya. Bukankah rumah ini cukup bagus dan nyaman? Tapi ya sudah, selesaikan dulu mandinya, Bibik mau menyiapkan baju ganti. Ibu jangan lama-lama mandinya ya, nanti masuk angin,” pesan Bibik sambil cepat-cepat berlalu, khawatir Anindita akan bertanya lebih jauh lagi.
Setelah menyiapkan baju ganti untuk Anindita, Bibik segera menemui Anggoro yang baru saja meletakkan ponselnya setelah entah menelpon siapa.
“Pak, bu Dita tadi bertanya sesuatu, Bibik tidak berani menjawabnya.”
“Memangnya apa yang dia tanyakan?” tanya Anggoro heran.
“Bu Dita bertanya, ini kan rumah baru, lalu mengapa harus pindah ke rumah baru, begitu Pak, Bibik tidak berani menjawabnya.”
Anggoro tampak termenung. Apa yang dikhawatirkan mendekati kenyataan. Bagaimana kalau Anindita mengingat lagi semuanya?
“Nanti kalau melayani Ibu berpakaian, pasti Bu Dita akan melanjutkan pertanyaannya.”
“Ya sudah, jawab saja kalau rumah lama sudah usang, ingin berganti suasana, gitu Bik.”
Bibik masuk kembali ke dalam kamar, lalu masuk ke kamar mandi. Dilihatnya Anindita masih berendam sambil matanya setengah terpejam. Tampaknya dia sangat menikmati kehangatan dengan minyak aromatherapi yang tadi diteteskan Bibik kedalam airnya, sehingga sayang meninggalkan rasa nyaman itu.
“Bu, sudah ya mandinya, nanti masuk angin,” kata Bibik yang kemudian membantu Anindita bangkit, lalu melilitkan handuk di tubuhnya.
Ketika Bibik membantunya berpakaian, Anindita mengulang lagi pertanyaannya.
“Kenapa Bik? Bukankah rumah lama itu masih bagus?”
“Oh, itu Bu, barangkali Bapak sudah bosan, kan rumah itu sudah lama, pasti banyak yang lapuk, jadi membuat lagi rumah baru disini.”
“Mengapa tidak diperbaiki saja?”
“Nanti Ibu bertanya saja sama Bapak, kalau Bibik kan hanya pembantu, mana tahu?”
“Aku pasti tanyakan nanti.”
Tapi ketika kemudian Anindita bertanya kepada suaminya, jawabannya sama. Rumah itu sudah lama, ingin membuat suasana baru.
Anindita tidak puas. Ia seperti ingat sesuatu, tapi entah apa. Ia diam saja ketika makan siang bersama-sama.
Ia baru merasa terhibur ketika sore harinya berjalan-jalan sambil belanja.
***
Pagi hari itu setelah mengantar Anggoro ke kantor, sopir kembali ke rumah untuk mengantarkan Anindita dan Bibik berjalan-jalan.
“Saya harus mengantarkan ibu kemana ya?” tanya Sopir.
“Jalan saja. Saya hanya ingin berputar-putar,” kata Anindita.
“Baik bu.”
“Bik, kamu tahu, rumah kita dulu letaknya di Jalan apa ya?”
Waduh. Bibik berdebar. Kok kembali lagi bertanya tentang rumah lama ya?
“Bik, kamu dengar tidak ?”
“Eh, apa Bu, saya sedang melihat-lihat, sekarang Jakarta sudah jauh berbeda dengan dulu ya. Kalau Bibik berjalan-jalan sendiri, pasti bisa kesasar.”
“Pasti deh, tidak pernah memperhatikan kalau diajak bicara,” Anindita bersungut-sungut.
“Besok aku akan minta mas Anggoro agar membawa kamu ke dokter, supaya telinga kamu diganti dengan telinga kelinci,” kata Anindita lagi sambil cemberut. Tapi kata-kata itu membuat Bibik tertawa keras, dan sang Sopir menahan tawanya.
“Bu Dita ini sekarang pintar melucu. Kalau kupingnya Bibik diganti telinga kelinci, pasti Bibik juga akan bisa berjalan sambil melompat-lompat.”
“Nggak lucu !” kata Anindita agak marah.
“Bibik memang nggak lucu, bu Dita yang lucu,” kata Bibik.
“Sudah, jangan mengalihkan pembicaraan. Di jalan apa dulu rumah kita itu, jangan bilang kamu tidak mendengarnya lagi.”
“Aduh, jalan apa ya.. sudah lama sekali, Bibik kok lupa.”
“Kamu lupa? Aku juga lupa. Jalan-jalannya sudah berubah.”
“Benar Bu, lagi pula rumah itu pasti sudah ditempati orang lain, dan pasti juga sudah berbeda.”
“Tapi aku ingin melihatnya.”
“Ayuk kita belanja saja ya bu, kemarin kan masih ada yang kurang?”
“Apa yang kurang?”
“Bibik lupa beli beberapa bumbu, ya ampuun. Bagaimana kalau kita belanja dulu di supermarket?”
“Terserah kamu saja.”
“Pak Sopir, tolong ke supermarket dulu ya,” kata Bibik kepada Sopir.
“Supermarket mana ya bu?”
“Mana saja lah, pokoknya kami bisa belanja.”
“Baiklah.”
Anindita diam saja. Ia sedang memikirkan sesuatu, yang sejak kemarin mengganggunya. Tapi ia tak bisa menemukan apapun dalam benaknya.
Ia juga turun begitu saja tanpa komentar apapun ketika Bibik mengajaknya turun.
“Ibu ingin beli apa?”
“Kan kamu yang mau belanja,” sergah Anindita kesal.
“Maksud Bibik, barangkali ibu menginginkan sesuatu.”
“Tidak.. kamu belanja saja apa yang kamu mau.”
Bibik belanja kebutuhan dapur yang sesungguhnya hanya sebagian kecil saja. Misalnya kemiri, keluwak, kalau majikannya ingin dia memasak rawon. Bibik hanya ingin mengalihkan perhatian Anindita tentang rumah lamanya. Tapi rupanya Anindita kurang berkenan dengan ajakan Bibik. Ia terus diam, dan hanya mengikuti ke mana Bibik melangkah.
“Bu Dita !!”
Sebuah teriakan keras dari arah depan, membuat Anindita terkejut. Ia menatap wanita cantik paruh baya yang sedang mendorong keranjang belanjaan.
“Bu Dita, lupa ya sama saya? Saya Rosa, dulu sekretarisnya pak Anggoro. Tapi sudah lama pensiun, sudah merasa tua,” kata wanita tersebut dengan ramahnya.
Anindita menatap tajam wanita itu. Ia lupa-lupa ingat.
“Rosa bu, Rosalina, sekretarisnya pak Anggoro. Ibu jarang ke kantor sih, jadi lupa sama saya.”
“Oh, Rosa ya?”
“Iya bu, sekarang ingat kan?”
Anindita mengangguk, sesungguhnya dia memang lupa. Memang benar dia jarang ke kantor, kecuali ada acara yang mengharuskan staf dan karyawan berkumpul dengan mengajak keluarganya.
“Ibu lama tidak di Jakarta ya? Kapan ibu datang? Sendirian” Atau...”
“Saya, sama suami saya.”
“Oh, pak Anggoro? Senang mendengarnya bu. Dulu waktu masih bersama bu Santi, dia sering kali datang ke kantor, dan sangat sombong, bersikap seperti ratu. Padahal pak Anggoro sepertinya kurang suka.”
Anindita terbelalak. Nama itu tentu saja dikenalnya, lalu dia teringat sesuatu.
“Tapi untunglah, saya dengar dia di penjara.”
Bibik yang mendengar penuturan wanita itu merasa kesal.
“Ini perempuan setengah tua tapi ember benar,” batin Bibik.
“Bu, nanti kita kesiangan, ayo pulang sekarang, bibik sudah cukup,” kata bibik sambil menggandeng lengan Anindita diajaknya pergi.
Anindita menoleh ke arah Rosa dan mengangguk.
“Permisi,” katanya.
“Oh iya, bu, silahkan. Kapan-kapan saya mau ke rumah. Ibu sekarang tinggal dimana?” Rosa masih nyerocos.
Tapi Bibik terus menarik Anindita , membawanya ke kasir yang untunglah antreannya tidak begitu panjang.
***
“Aku lupa yang namanya Rosa,” tiba-tiba Anindita nyeletuk ketika sudah berada didalam mobil.
“Ah, tampaknya dia itu terlalu banyak bicara. Menurut Bibik, dia itu suka bergosip. Tidak usah didengarkan,” kata Bibik yang masih kesal pada Rosa.
“Tapi aku ingat yang namanya Santi.”
Bibik terkesiap. Ingatan Anindita sudah hampir sempurna. Bagaimana kalau dia nanti mengingat cerita yang sudah puluhan tahun silam berlalu?
“Dia pernah melakukan kejahatan, lalu dipenjara. Tapi dia sudah baik kok. Mengapa wanita bernama Rosa itu mengatakan kalau Santi dipenjara?”
“Ya Tuhan... ya Tuhan...” desis Bibik pelan.
“Kamu bilang apa?” ternyata Anindita mendengarnya.
“Tidak bu, itu tadi, perempuan bernama Rosa itu, tampaknya suka membual. Kalau menurut Bibik, tidak usah dimasukkan ke hati saja,” kata Bibik bermaksud membuat Anindita melupakan nama ‘Santi’ yang sesungguhnya malah sudah meninggal. Dia mendengar ketika Anggoro sedang menerima telpon entah dari siapa, tapi dia enggan menanyakannya.
“Aku harus bertanya pada mas Anggoro nanti. Benarkah Santi dipenjara? Mengapa dia tadi mengatakan kalau Santi sering datang ke kantornya mas Anggoro dan bersikap seperti ratu? Dia itu baik sama aku bukan Bik? Dia sering datang dan ngobrol dengan aku. Bibik kan tahu?”
Bibik tak menjawab. Dia terus berdebar-debar. Apa yang terjadi sore nanti, ketika Anggoro sudah pulang dari kantor lalu Anindita menanyakannya?.
***
Sore hari itu Aris datang ke rumah Indi, seperti janjinya kepada bu Yayuk. Indi pulang kerumah agak siang, karena ibunya mengingatkan tentang kedatangan Aris. Indi hanya meng ‘iya’ kan, karena tadi siangnya Aris sudah mengatakannya.
“Aku senang nak Aris benar-benar datang sore ini, kata bu Yayuk yang ikut duduk bersama Indi dan Aris, karena Indi yang meminta. Aris bilang bahwa dia akan bicara langsung kepada ibunya tentang keinginannya memperisteri Indi.
“Ibu, saya mohon maaf kalau dianggap lancang,” kata Aris pelan, dengan kepala menunduk. Tapi ia sudah memantapkan hatinya, bahwa ia harus berani mengatakannya, apapun nanti jawaban orang tua Indi.
Bu Yayuk menatap Aris yang masih menundukkan kepalanya.
“Sungguh saya mohon maaf, dengan melupakan keadaan diri saya yang serba kekurangan dan pastinya juga tidak pantas, saya memberanikan diri untuk berterus terang kepada Ibu, bahwa... saya mencintai Indi,” kata Aris lugas, tapi masih dengan menundukkan mukanya.
Indi tersenyum. Aris berani mengatakannya.
“Tapi Ibu perlu tahu, bahwa saya hanya seorang tukang bengkel, pendidikan saya rendah, hanya tamat SMA. Kedua orang tua saya sudah meninggal, saya sebatang kara. Kecuali itu saya juga tidak punya harta yang berharga. Saya hanya punya cinta,” kali ini suara Aris bergetar. Ia teringat ke dua orang tuanya, dan membayangkan seandainya mereka masih ada, pasti merekalah yang akan datang menemui orang tua gadis yang dicintainya.
Aris terdiam, telaga bening mulai membasahi kedua matanya.
Bu Yayuk terharu. Dia tak perlu kecewa walau Aris tak punya harta, dan hanya punya cinta. Karena laki-laki itu dicintai pula oleh puterinya.
“Indi, kamu sudah mendengar apa yang dia katakan. Ibu menyerahkan semuanya sama kamu, karena ini adalah hidup kamu. Kalau Ibu bisa menitipkan kamu kepada laki-laki yang bisa menjagamu dan membuat kamu bahagia, maka Ibu hanya bisa merestuinya,” kata bu Yayuk sambil menatap Indi, yang ternyata juga sedang sibuk mengusap air matanya. Ini adalah saat yang sudah lama ditunggunya. Saat dimana seorang laki-laki selugu Aris bisa mengucapkan cinta, dan melupakan segala kekurangan yang dimilikinya. Tapi menurut Indi itu bukanlah sebuah kekurangan, karena yang dibutuhkannya hanyalah cinta.
“Kalau Ibu merestuinya, Indi akan menerimanya. Indi akan bahagia, karena mas Aris adalah laki-laki yang luar biasa bagi Indi.”
Aris mengangkat wajahnya, demikian juga Indi. Dua pasang mata bertaut, tanpa mengucapkan apapun. Hanya hati mereka yang bicara, dan mengatakan bahwa mereka bahagia.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah eMKa_60 sdh tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun bunda.
Salam SEROJA.
Semoga bu Tien terus sehat dan sehat terus nggih... tetap ADUHAI.
Kakek juara 1
DeleteOpo ora mirsani bola Kek?
Kok jaga gawang no kene
manusang bu Tien, tegang nonton bola Melani datang, maturnuwun, salam sehat tetap semangat
DeleteSami2 pak Joni
DeleteNuwun jeng Nani
Alhamdulillah
ReplyDeleteUpdate profilmu. Caranya:
Delete1. Klik UNKNOWN
2. Klik editprofil.(kanan atas)
3. Isi biodatamu, komplit, upload fotomu yang tercantik (jangan kalah sama foto Indi)
4. Baca sekali lagi, jika sdh benar klik SIMPAN.
5. Selesai dech tugasmu.
Alhamdulillah
ReplyDeleteHoreeeeeee....
ReplyDeleteGoollllll
Singapura 2 x Indonesia 1
Kalah kok horeeee to Kek?
DeleteAlhamdulillah... Indonesia 4... Singapura 2... Menang Indonesia
Delete𝑴𝒂𝒏𝒕𝒂𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑𝒑...𝑴𝑲60 𝒕𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈𝒈𝒈..
ReplyDeleteAlhamdulillah tayang di hari libur
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteAlhamdulillah...salam aduhai
ReplyDeleteAlamdulillah...
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap..
Maturnuwun MbakTien..tetap semangat waduh bal2an dadi tegang..MK tetep ADUHAI.salam sehat wal afiat
ReplyDeleteAlhamdulilah yg di tunggu udah hadir di tengah" kita, matur nuwun sanget Bu Tien , sugeng dalu, sugeng istirahat , salam aduhai saking Pasuruan
ReplyDeleteSami2 ibu Mudjiati
DeleteSuaranya ADUHAI banget
Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien....
ReplyDeleteAkhirnya Aris berani mengutarakan cinta kepada Indi dan menyampaikannya kalau dia mencintai Indi kepada bu Yayuk. Hebat. semoga cinta menyatukan keduanya dan saling menutupi kekurangan masing masing. Karna manusia tidaklah sempurna
ReplyDeleteAlhamdulillah, MK60 telah hadir.
ReplyDeleteMatur nuwun mb Tien, sehat selalu dan tambah semangat
Asyeekk
ReplyDeleteTrmkdh mb Tien MK 60 sfh hadir menyapa penggemarnya
Salam ADUHAI
Matur nuwun mbak Tien-ku Melani sudah sampai di alamat.
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien...MK60nya tetqp tayang...👏👏👏
ReplyDeleteWaduuh..Dita makin ingat..satu sisi bersyukur..tp bikin deg2an yg ditanya...semoga baik2 sj..
Aris udh brani buka suara hati pd camernya..😊
Setia menunggu lanjutannya..senin yaa...
Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏😘🌹
Sami2 ibu Maria
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah MK Eps 60 sudah tayang.
ReplyDeleteTerimakasih, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia bersama keluarga dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Tangerang.
Sami2 mas Dudut
DeleteSalam hangat
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Sami2 Wo
DeleteAamiin
Indo 2 Singapura 2 kek
ReplyDeleteDilanjut perpanjangan waktu mbak...klo masih seri adu penalti.
DeleteKakek habi luar biasa..... trmkasih mbu tien.... sehat² trs...
ReplyDeleteHoreee... Aris berani datang melamar Indi sendiri.
ReplyDeleteHampir selesai tampaknya, tinggal menunggu waktu saja.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Horeee
DeleteADUHAI pak Latief
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Malam minggu bersama Melani dan Anindita
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Sami2 ibu Nien
DeleteAlhamdulillah,salam sehat bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih, salam aduhai...
Sami2 NW KG
DeleteSALAM ADUHAI
Wow..Bu cantik bikin meleleh air mataku..indah dan syahdu.. terima kasih Bu cantik salam sehat selalu Amin YRA 🙏 mr wien
ReplyDeleteSami2 mr Wien
DeleteADUHAI
Alhamdulillah MK~60 telah hadir.. maturnuwun bu Tien 🙏
ReplyDeleteSami2 pak Djodhi
DeletePuji Tuhan matur nuwun ibu Tien, hadiah Natal tgl merah Melani tetap hadir. Kemajuan buat mas Aris yg berani matur kpd bu Yayuk ibunya Indi tentang cintanya.
ReplyDeleteMonggo ibu dilanjut aja penasaran nih. Matur nuwun Berkah Dalem.
𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒎𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
DeleteAlhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
ReplyDeleteSelalu sehat dan bahagia bersama keluarga,Aamiin.
Sami2 ibu Rini
ReplyDeleteAamiin
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat bersama keluarga
Aamiin 🙏🙏🙏
Alhamdulillah MK60 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
MK sdh hadir makin buat deg deg an nih ..Anindita mula menyadari rumahnya kok lain..Santi??? Ya ya Aries berani meminang Indi 👏👏👏👏👏🙏🙏🤲
ReplyDeleteTrims Bu Tien sehat sehat terus Bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah... Terima kasih Bu Tien ... Salam...
ReplyDeleteMatur nuwun, Bu Tien
ReplyDeleteSehat selalu mba Tien.
ReplyDeleteSeruu...semoga Anindita baik2 saja.
Makasih ba Tien
Sami2 ibu Sul
DeleteADUHAI..
Terima kasih Bu Tien, tidak menyangka ceritanya akan seperti ini. Semoga sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteMengecewakan ya?
Aamiin
Terima kasih bu tien, semoga sehat dan bahagia selalu ..salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Mudah mudahan Dita tak mengingat kejahatan Santi, krn Santi sdh meninggal. Mudah mudahan juga Aris dan Indi sgr melangsungkan pernikahan. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin aduhai, semoga Bu Tien sakeluargo tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteAamiin Allahumma Aamiin
Matur nuwun pak Mashudi
Alhamdulillah MK60 sdh hadir.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Smg Anindita bisa puas dg jawaban Anggoro ...hihi
Duh Indi senangnya dilamar Aris
Salam sehat wal'afiat n ADUHAAII 🤗 bu Tien 🙏🥰
Sami2 ibu Laksmi
DeleteSalam ADUHAI sehat
Alhamdulilah walau kalau malam ngintip bbrp kl tdk bisa muncul namun pagi atau sore bisa mengikuti MK yg semakin seru.
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien. Sugeng enjing mugi tansah sehat wal'afiat.
Alhamdulillah, akhirnya bisa mengikuti kembali ceritanya Bu Tien, baca maraton dari episode 01...😀😀😀
ReplyDeleteCeritanya selalu ngangenin, semoga senantiasa sehat Bu...
Salam aduhai dari Bandung. 😘😘
ADUHAI ...
ReplyDeleteIndi dan Aris, Andra dan Sasa ...siap2 nikah,mumpung ini masih bulan baik.
Banyak yg nikah 😂😂😂
Sahabat ku Santi dulu memang pernah jahat tapi kan sekarang sudah baik sama saya, sering ngajak ngobrol iya kan bik, tapi kenapa tadi Rosa(kèlingan jamuné mbah Maridjan) mengatakan kalau Santi sering datang ke kantor, dan katanya dipenjara bener nggak ya..
ReplyDeleteAduh semua yang ada disekitarnya mengecam perbuatan merebut paksa anak nya, owh mungkin banyak disekitarnya orang orang menyayanginya terlalu menjaga hati dan perasaannya, agar guncangan jiwanya tidak tersuruk masuk yang membikin lebih parah gangguan kejiwaannya.
Tapi setelah tahu kronologi nya apakah Dita justru menyalahkan bibik Asih yang menyerahkan bayi Melani kepada Santi, yang dia katakan seorang sahabat baiknya.
Semoga Anggoro bisa menjelaskan permasalahan yang sudah terjadi, dipahami baik Anindita dan maklum.
Walau dia tahu sore ini dambaan hati nya akan menemui ibunya, untuk menyatakan niat hidup bersama dengan nya.
Rasa syukur pun tak terbendung walaupun masih diangan, semoga pendamping pilihan mu bijaksana.
Terimakasih Bu Tien
Melani Kekasihku yang ke enam puluh, sudah muncul.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Alhamdulillah...
ReplyDeleteSenang membacanya...
Sehat selaluu
Alhamdulillah
ReplyDeleteTernyata hadir Juga di tanggal merah.
Terimakasih bu Tien, sehat selalu njih.
Alhamdulillaaaah! Akhirnya bisa baca lanjutan cerita ini.
ReplyDeleteAsli, kangen dengan penulisnya. Yang selalu menyisipkan nasehat serta inspirasi.
Moga bunda beserta keluarga senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan sehat selalu. Aaamiiiin...
Alhamdulillah....suwun bu Tien
ReplyDeleteMugi ibu tansah pinaringan sehat. Aamiin yra
Alhamdulillah bu Tien...
ReplyDeleteMugi ibu tansah pinaringan sehat. Aamiin yra
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMK 61 sdh tayang langsung Baca Sampai selesai
Senang membacanya...
Ditunggu kelanjutannya bunda cantik
Sehat selaluu.....