MELANI KEKASIHKU 58
(Tien Kumalasari)
Tiba-tiba Aris terkejut. Terkejut oleh ungkapannya sendiri. Tidak berani? Lalu ia menyadari dirinya sebagai laki-laki. Tidak, aku bukan pengecut. Mengapa tidak berani?
Aris bangkit dari tempt duduknya, lalu berjalan ke arah kamar, kemudian membaringkan tubuhnya yang memang terasa penat. Hari itu bengkel sangat ramai pelanggan. Ketika harusnya tutup, masih ada tiga buah mobil yang menunggu untuk di servis. Apa boleh buat, dengan menolak mobil berikutnya yang datang dengan janji ‘besok lagi ya’, Aris dan kawan-kawannya menyelesaikan tiga mobil yang sudah dijanjikannya siap hari itu. Jam delapan malam dia baru sampai di rumahnya, atau tepatnya rumah kontrakannya.
Sekarang ia mulai merasa tenang oleh perasaannya tentang hubungannya dengan Indi.
Ada sebuah tekat bulat yang digenggamnya, ia harus berani melangkah. Mengapa harus ingkar akan perasaannya sendiri? Biarlah orang mentertawakannya. Biarlah orang mencemoohnya, sebagai laki-laki dekil yang menginginkan puteri cantik bak bidadari. Biarlah si pungguk ini merindukan bulan, bukankah bulan akan menyapu jagad raya ini dengan sinar emasnya yang indah menyejukkan? Pungguk yang beruntung ini juga akan merasakan kesejukan itu, keindahan itu.
Aris memejamkan matanya, dan menenggelamkannya dalam mimpi-mimpi indah seperti yang diinginkannya.
“Mas Aris, tolong gendong anakmu ini sebentar aja, masakan aku hampir gosong,” kata sang bidadari sambil menyerahkan bayi mungil yang kemudian digendongnya dengan penuh kasih sayang.
Sampai lama sang bidadari belum muncul juga.
“Sayaaang, anakmu ngompol nih...” Aris berteriak, kemudian anak itu diletakkannya. Tapi karena terlalu minggir, si anak jatuh ke lantai.
“Oh... tidak... tidaak...”
Tergagap Aris terbangun, lalu turun dari tempat tidur dan berjongkok, meraih guling yang semula didekapnya.
“Ya Tuhan, ternyata aku bermimpi lagi,” desahnya.
Aris berdiri sambil membawa gulingnya, lalu kembali mendekapnya dan melanjutkan mimpinya.
***
Pagi hari itu Anindita sangat senang. Ia berayun didepan rumahnya, dan Anggoro mengayunnya dengan pelan. Kali ini Anggoro tidak berani mengayunkannya terlalu keras, khawatir Anindita akan berteriak-teriak ketakutan.
“Besok kamu harus berdandan cantik, sayang,” kata Anggoro sambil tak berhenti mengayunkannya.
“Mengapa?”
“Bukankah besok Andra bertunangan?”
“Oh, iya.. bertunangan ya? Mengapa tidak menikah sekalian?”
“Maunya begitu. Tapi ini pakai acara menyerahkan lamaran, dan memasang cicin pengikat, sambil mempersiapkan acara pernikahan dua bulan mendatang.”
“Masih dua bulan ya?”
“Iya. Lama-lama kita menjadi tua...”
“Yang bayi sudah menjai besar.”
“Benar, kita akan menjadi kakek dan nenek...”
Anindita terkekeh senang.
“Kapankah bayi Melani akan lahir?”
“Masih lama sayang, delapan bulanan lagi.”
“Lama ya?”
“Sekarang dia masih sangat lembut, baru dibesarkan didalam perut. Nanti kalau sudah besar, dia akan lahir.”
“Bayi itu sangat lucu bukan?”
“Lucu dan menggemaskan.”
“Dulu aku juga punya bayi..”
“Dan sudah besar. Lalu bayi kamu juga sudah akan punya bayi...”
“Lalu kita menjadi tua?”
“Biarpun tua, kamu masih cantik kok” puji Anggoro, membuat Anindita kemudian mengelus pipinya.
“Aku masih cantik, dan kamu masih ganteng,” lalu keduanya terkekeh senang.
Anggoro benar-benar bahagia, Anindita sudah bisa berkomunikasi dengan sangat baik.
“Maukah kamu ikut ke Jakarta?”
“Kan kemarin kamu sudah ke Jakarta?”
“Besok-besok lagi. Untuk melihat kantor aku, dan rumah aku.”
“Apakah aku pernah ke Jakarta?”
“Pernah, sudah lama sekalai, waktu Melani masih bayi...”
Anindita tampak diam, rupanya dia mengingat-ingat.
“Aku lupa...” desisnya.
“Yah, nggak apa-apa kalau lupa, tidak usah diingat-ingat lagi. Yang penting sekarang kita bahagia, ya kan?”
“Ya, kita bahagia..” kata Anindita yang masih asyik berayun.
Ada rasa khawatir dihati Anggoro kalau Anindita tiba-tiba teringat masa-masa ketika mereka berpisah. Lalu Anggoro menyesal telah menawarkan untuk mengajak Anindita ke Jakarta. Ia berjanji tak akan mengulanginya lagi.
***
Indi mondar mandir di ruang kerjanya. Ada hal yang membingungkannya. Nanti sore ada undangan pertunangan Andra dan Sasa. Memang sih, ketika dia menelpon Andra, undangan itu hanya untuk kalangan dekat saja, jelasnya keluarga, tapi Indi merasa terhormat boleh ikut menyaksikannya.
“Hanya semacam acara lamaran sebagai kelanjutan dari lamaran sederhana beberapa waktu yang lalu, lalu aku memberikan cincin sebagai ikatan kepada calon isteriku. Hanya kamu orang lain yang aku undang, selebihnya hanya keluarga,” kata Andra barusan, ketika dia menelponnya.
Tapi Indi bingung karena ia tak tahu harus datang sama siapa.
“Masa sih aku datang sendiri?”
Ia ingin mengajak Aris, tapi bukankah mereka berjanji tidak akan saling bertemu selama beberapa bulan ?
“Kalau hanya menemani datang ke acara saja, masa nggak boleh sih? Tapi aku malu kalau mengajaknya, nanti dikira aku buru-buru meminta ketegasan darinya. Lhah kan ada alasannya? Menemani datang ke undangan?”
Indi menimbang-nimbang, antara akan menghubungi Aris, atau datang sendiri saja. Tapi kalau dia datang sendiri, ibunya pasti akan bertanya, mengapa tidak dengan Aris? Ibunya sudah terlanjur suka sama Aris, dan bersedia menerimanya sebagai menantu, sehingga ketidak hadiran Aris dirumah sampai berhari-hari kemudian menjadi buah pertanyaannya juga.
Indi kemudian duduk di kursi kerjanya. Dengan sedikit ragu, ditekannya nomor kontak Aris pada ponselnya. Sedikit lama, Indi sudah hampir menutupnya ketika terdengar sahutan.
“Hallo...”
“Mas Aris...”
“Ya...”
“Bisakah menolong saya?” aduh.. kok judulnya minta tolong sih, salah nggak ya, pikir Indi.
“Ada apa ya?”
Hm, sepertinya kok kurang ramah, itulah yang dirasakan Indi.
“Indi ? Ada apa?” Aris mengulang pertanyaannya karena Indi kemudian diam.
“Mm, nanti sore ada undangan, Andra bertunangan. Maukah menemani datang ke acara itu?”
“Oh... “
“Bisa tidak ?”
“Jam berapa?”
“Jam tujuh...”
“Mm... baiklah, nanti saya kerumah.”
“Terima kasih ya mas.”
Aduh, seperti sebuah dialog yang kaku bukan? Indi mengira bahwa Aris meng ‘iya’ kannya karena terpaksa. Tapi Indi mengacuhkannya. Yang penting ibunya bisa melihat dia pergi bersama Aris, dan dia juga bisa datang menghadiri undangan berdua.
Tapi tak banyak yang dibicarakannya saat berdua itu. Hanya sekedar bertegur-sapa dan saling menanyakan keadaan masing-masing. Lalu berpisah dan Aris langsung pulang setelah mengantarkan Indi. Godaan dari Abi dan Andra ketika bertemu tadi hanya membuat ke duanya tersenyum tipis.
Ada rasa sungkan dihati mereka untuk mengungkapkan sesuatu. Perasaan yang ada disimpannya dalam-dalam, untuk entah sampai kapan mereka mampu menguraikannya. Padahal keduanya sedang gelisah menahan rindu yang lama dipendamnya. Rindu? Aduhai.
***
Sebulan telah berlalu setelah acara pertunangan Andra dan Sasa, dan kandungan Melani sudah mulai kelihatan membuncit Melani juga sudah tidak lagi sering mual dan muntah.
Hari itu Anggoro mendapat telpon dari anak buahnya, bahwa dia diharapkan segera ke Jakarta karena ada urusan yang harus ditangani oleh Anggoro sendiri.
“Kamu mau ke Jakarta?” tanya Anindita ketika Anggoro mengatakannya.
“Ya, kali ini agak lama. Tidak apa-apa kan? Paling-paling hanya seminggu.”
“Kalau begitu aku ikut,” rengek Anindita.
Anggoro berdebar. Bagaimana kalau kemudian Anindita teringat sesuatu, kemudian terjadi hal yang tidak diinginkan?
“Kan aku harus bekerja?”
“Aku dirumah tidak apa-apa kan?”
“Sendiri? Bagaimana kalau adik bayi di perut Melani mencari kamu?” Anggoro mencoba membujuknya dengan iming-iming bayi didalam kandungan Melani.
“Dia sudah tidak rewel. Tidak pernah muntah-muntah lagi. Boleh ya?”
“Baiklah, kalau begitu ajak bibik..” akhirnya kata Anggoro pasrah.
“Horeeee.... Bibiiiikkk,” Anindita sangat gembira.
Ia berlari kecil ke arah belakang.
“Bibiiik...”
“Ya Bu...”
“Besok kita akan jalan-jalan ke Jakarta,” katanya riang.
“Ke Jakarta?” Bibik terkejut.
“Ke Jakarta. Bukankah aku pernah ke Jakarta?”
“Ya,” kata Bibik agak bingung. Dibelakang Anindita ternyata ada Anggoro, yang kemudian mengangguk meng ‘iya’ kan.
“Bu Dita ingin jalan-jalan. Bibik temani ya?”
“Simbok tidak apa-apa ya, sendiri ?” tanya Bibik sambil menatap Simbok.
“Tidak apa-apa, biar saya mengurus Melani. Dia sudah tidak rewel.”
“Tuh kan, Melani sudah tidak rewel,” kata Anindita sambil memegangi lengan suaminya.
“Kalau begitu bersiaplan Bik, kita disana kira-kira seminggu saja,” perintah Anggoro kepada Bibik.
“Baiklah Pak, saya akan mempersiapkan semuanya,” kata Bibik.
Anggoro tersenyum, lalu meninggalkan mereka untuk mempersiapkan kebutuhannya sendiri. Dalam hati ia terus berharap semoga tak ada sesuatupun yang membuat Anindita terpukul lagi dengan keadaan yang tiba-tiba membuatnya teringat sesuatu yang telah lalu.
***
Agus dan Laras sedang duduk berbincang tentang acara pernikahan anaknya yang akan dilangsungkan sebulan lagi, ketika Sasa tiba-tiba mendekatinya.
“Ibu, Bapak.. besok Sasa mimta ijin, mau ke makam ibu ya.”
“Ke makam ibu?” tanya Agus.
“Sasa ingin bilang sama ibu, bahwa Sasa akan segera menikah.”
“Iya sayang, kamu berhak melakukannya,” kata Laras lembut.
“Apa Bapak dan Ibu perlu menemani?” tanya Agus.
“Tidak usah Pak, biar Sasa pergi sendiri saja.”
“Kalau mau sendiri saja, ya sudah, terserah kamu. Besok kan kamu libur,” kata Agus lagi.
“Terima kasih Pak.”
Lalu Sasa beranjak pergi.
Mereka sangat bisa memahami perasaan Sasa. Biarpun tidak pernah merasakan kasih sayangnya, tapi ikatan darah itu ada. Jadi wajar kalau Sasa punya perasaan ingin menyambangi makam ibunya.
“Banar-benar dia tak pernah merasakan kasih sayang ibunya, karena sejak kecil sudah ditinggalkannya,” gumam Agus sendu.
“Ya sudah mas, tidak usah dipikirkan atau dibicarakan lagi. Santi sudah tenang di alamnya,” kata Laras yang enggan membicarakan masa lalu Sasa.
“Iya, benar, beruntung aku mendapatkan kamu, yang kemudian menyayangi Sasa sebagai anak kandung sendiri.”
“Sejak bertemu Sasa pertama kali, aku sudah sayang sama dia. Sama sekali tak menyangka kalau akhirnya bisa menjadi anakku."
Agus menatap Laras dengan penuh rasa sayang. Dulu Sasa kecil pernah menyatakan bahwa ingin menjadikan Maruti sebagai ibunya, ternyata sekarang menjadi ibu mertuanya. Sungguh aneh dunia ini. Agus tersenyum mengingatnya, tapi enggan mengutarakan apa yang terlintas di pikirannya, karena dulu Laras pernah cemburu pada Maruti.
***
Sasa terpekur dalam doa, sambil bersimpuh didepan pusara ibunya.
“Ibu, walaupun Sasa tak pernah merasakan kasih sayang ibu, dan walaupun ibu pernah melakukan hal-hal buruk yang membuat orang lain menderita, tapi ibu tetaplah ibuku. Aku datang menjelang pernikahanku Ibu, agar Ibu tahu bahwa aku tak pernah ingkar bahwa darahmu juga mengaliri tubuhku,” kata Sasa sambil terisak.
“Ya Allah sesembahanku, ampunilah semua dosa ibuku, tempatkanlah dia di alam yang penuh ketenangan disisiMu, aamiin.”
Sasa mengakhiri ziarahnya dengan doa yang diucapkannya berulang kali. Sasa berdiri sambil mengusap air matanya, lalu menyentuh pusara ibunya, sebelum meninggalkannya.
Sasa melangkah pelan menuju pintu keluar, ketika beberapa langkah sebelum pintu makam itu dilihatnya seorang laki-laki sedang bersimpuh dihadapan sebuah pusara. Pusara itu tampak sudah lama. Artinya bukan makam orang yang baru meninggal.
Sebenarnya tidak mengherankan di sebuah makam ada orang mengunjungi kerabat atau orang tuanya yang sudah meninggal, tapi Sasa menghentikan langkahnya karena mendengar laki-laki itu menangis sesenggukan, seperti baru saja ditinggal pergi. Dan laki-laki itu menyebutkan sebuah nama yang dikenalnya.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah Melani 58 sdh tayang
ReplyDeleteMatur nuwun bunda ...
Aduhai
Sipp bu Wiwik
DeleteBalik lagi dari Sragen ke Ngadiluwih Ngasem Jonegoro. Selamat jeng Wiwik.
DeleteAku ngetutke mburi wae.....
Alhamdulillah, lanjutannya sdh tayang, trus gimana ya?
Aris gak berani.....
Gimana loh Indi..?
Bu Tien jian kok.....
gawe penasaran tiyus.
Nah itulah knp kita pasti penasaran
DeleteJelas dong kan msh tunggu keteguhan Aris utk bnr2 serious ma Indi
Padahal bu Yayuk udah ngebet pngn punya mantu
Indi udah cie...cie
Trnyt Aris udah mimpi gendong bayi
Mksh bunda Tien
ADUHAI...HOREEEE
Terima kasih
ReplyDeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, MK hadir lagi
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien 😊🌹🌹🌹
𝑴𝒂𝒕𝒖𝒓 𝒔𝒖𝒘𝒖𝒏 𝑴𝑲 58 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒖𝒏 𝒕𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈🙏👍👍
ReplyDeleteAlhamdulilah bisa baca gasik... Mksh mb Tien slm seroja utk mb Tien dan para pctk🤗
ReplyDeleteMatur suwun injih mbakyu Tienkumalasari MK sampun tayang salam aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy,
Alamdulillah...
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Gasik...
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap..
Terima kasih mbak, melani sudah hadir salam sehat buat mbak Tien dan salam ADUHAI untuk semuanya
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda Tien. MK 58 sampun tayang.
ReplyDeleteMugi Bunda tansah sehat wal'afiat.
Terimakasiiih. 🙏🙏
ReplyDeleteTerimakasih
ReplyDeleteTerima kasiiiiichh 🙏🙏
ReplyDeleteMantab Bu cantik.. selamat hari ibu untuk Bu cantik yang baik hati.. salam sehat selalu Amin YRA 🙏 mr wien
ReplyDeleteAlhamdullilah MK 58 sdh hadir.. Terimaksih bunda Tien🙏.. Slmtmlm dan salam sehat dri sukabumi😍😍
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien.. Semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillaah... MK 58 sudah hadir
ReplyDeleteBikin penasaran... siapa laki2 yg sedang ziarah kubur ???
Matur nuwun ibu Tien...
Semoga ibu dan keluarga sehat selalu
Aamiin yaa Robbal’alamiin...
Salam SeRoJa... ADUHAI....
Ada sebuah tekat bulat yang digenggamnya, ia harus berani melangkah. Mengapa harus ingkar akan perasaannya sendiri? Biarlah orang mentertawakannya. Biarlah orang mencemoohnya, sebagai laki-laki dekil yang menginginkan puteri cantik bak bidadari. Biarlah si pungguk ini merindukan bulan, bukankah bulan akan menyapu jagad raya ini dengan sinar emasnya yang indah menyejukkan? Pungguk yang beruntung ini juga akan merasakan kesejukan itu, keindahan itu.
ReplyDeleteLha gitu dong Ris..... sebagai laki-laki harus berani.
Selebihnya serahkan yang diatas, yang MAHA menentukan....
Jodoh, rezeki, pati itu RAHASIA ALLAH......
Maju terus Ris.... Indi saja berani lho menantang kamu...
Tayang gasik bu Tien, matur nuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah tayang gasik, makasih Bunda
ReplyDeleteAlhamdulilah....MK 58 sdh tayang...matur nuwun bunda Tien...sptnya yg nangis dimakam Mas Aris..
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun Bu Tien. Semoga tetap sehat penuh barakah Bu.....aamiin.
ReplyDeleteAlhamdulillah.... maturnuwun
ReplyDeletePuji Tuhan Melani sudah hadir gasik, cantik, menarik tetap bokin penasaran.
ReplyDeleteApakah cowok yg menangis sambil berdoa adalah Aris?
Monggo ibu, dilanjut aja ingin segera baca tutuge...Matur nuwun, Berkah Dalem.
Maturnuwun Mbak
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Melani sudah berkunjung ke rumah.
ReplyDeleteMungkin Aris ya, yang juga sedang ziarah kubur, mungkin makam ibunya, punya tujuan seperti Sasa juga.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Alhamduillah Sasa sudah tunangan dan segera akan menikah. Lha Aris bagaimana? Sepertinya diasedang memohon resto akmdan almh orang tuanya untuk melamar Indi. Ayo maju terus pantang mundur. Matur nuwun bu Tien..salam sehat selalu
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien, MK 58 tayang gasik
ReplyDeleteSalam sehat dan aduhai
Matur nuwun . .mbak Tien. Wow... mbak Tien membuat pembaca penasaran siapa laki2 yg menangis di makam itu. Semakin membuat penasaran...Aduhai
ReplyDeleteAlhamdulilah terima kasih bu tien , salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteTrmkah mb Tien MK 58 nya
ReplyDeleteSmg mb Tien sehat sll
Salam ADUHAI
ADUHAI ,..
ReplyDeleteSslam sehat, mbak Tien.
Dan laki laki itu menyebut nama yang dikenalnya,,,,Aduuhhh siapa ya ini ,,,looohh kok besuk lagi ,,padahal aku belum tahu looo siapakah gerangan .alamat gak bisa tidur aku,,,jeng Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah MK Eps 58 susah terbit.
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien Kumalasari.
Semoga bu Tien tetap sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Tangerang.
Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien MK58nya.
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Alhamdulillah, mksh bu Tien, akhir ceritanya membuat penasaran, siapakah laki2 yamg menangis di pusara? Salam aduhai buat bu Tien sekeluarga
ReplyDeleteAris brani sama indri, bakul jamu. 😀 sama indi cuma mimpi, tp bisa berlanjut.
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien MK58nya..
ReplyDeleteWaduuh siapa laki2 yg ziarah ya..Ariskah?
Udh ke undangan tunangan Andra&Sasa msh bpm brani jg nembak Indi..pdhl udh ditunggu2..
Makin pinisiriiin...
Setia menunggu besok lagii..
Salam sehat dan aduhaii banget mbak Tien..🙏😘🌹
Assalamualaikum wrwb..
ReplyDeleteAduhai mbak Tien ,, matur suwun sudah mengantarkan Melani ..
Bikin penasaran pembaca.. Ariskah laki2 yang menangis di pusara makam itu ? ,,
Titip salam buat ketiga adeku , dan dua kakak tersayangku di Bojonegoro,,🥰🥰🥰
Salam sehat Aduhai buat mbak Tien ...🥰🥰🥰🙏🏻
Wa'alaikum salam wr wb.
DeleteSalam sehat dan ADUHAI ibu Susi
Episode episodenya selalu bikin.penasaran Yunda..
ReplyDeleteHehe
ADUHAI ibu Anie
DeleteGitu donk kandang kok dijagoin, tapi bagus punya jargon demi mendapatkan rasa mantab, menjalani bersama.
ReplyDeleteSiip ada kebulatan tekad untuk jadian itu yang penting, asal nggak jadi-jadian aja, juga jangan pura pura jadi; sama aja bohong, perkara nanti itu mau ngeluarin peraturan apapun itu kan komitment kalian kelanjutan nya.
Hih.. kowé kami kakon på ra; runtang runtung trus ngilang, bingung, grayah grayah golèk gandhèngan.
Namanya sahabat mau nggak mau usil juga; kapan nyusul?
Lha gimana ditegasi minta dilamar, ngejawabnya cuma meringis kaya makan kwaci, gimana mau bunyi, asyik sendiri.
Mimpi terus up load di dunia maya, dapat nya ya bayangan.
Nah tuh Sasa ketemu Aris di komplek pemakaman, dapat suport kalau yakin Indira nggak itungan, nggak mungkin banyak peraturan orangnya lugas apa adanya dan sportif, nggak beda² in, disini lebih jelas ternyata; bener mantab kebulatan tekad untuk melamar nya, apa pun yang akan terjadi terjadilah.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien,
Melani Kekasihku yang ke lima puluh delapan sudah muncul.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Nanaaang
DeleteADUHAI
Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien, senantiasa sehat nggih, Aamiin 🤲
ReplyDeleteWaduh, Sasa ketemu siapa lg nih...jangan2 Aris yg sesenggukan....😁
ReplyDeleteMakasih Bu Tien.....salam sehat selalu.....🙏😊
Sami2 pak Prim
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah MK sdh tayang.
ReplyDeleteSuwun bu Tien, sehat selLu.. Aamiin
Sami2 ibu Handayaningsih
DeleteAamiin
Trims Bu Tien sehat selalu
ReplyDeleteLha siapa lagi itu yg ditemui sasa di makam itu...😇
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien...semakin ADUHAI saja...
Sami2 ibu Padmasari
Delete𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒎𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
DeletePenasaran lagiiii 😁😁
ReplyDeleteSehat selalu mbak Tien
Salam Aduhaiii
Yook ikuti terus MK nya...
Siapakah gerangan aku laki ituu
Salam ADUHAI ibu Yulie
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Sami2 Wo
DeleteAamiin
Alhamdulillah MK58 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Siapa ya yg ketemu sama Sasa ?
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam hangat selalu. Aduhai
Sami2 ibu Sul
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah terima kasih mbak Tien semoga sehat², tulisannya selalu menggoda kelanjutan nya, aduhai bagus ceritanya....bikin hati berdebar segera membaca kelanjutannya...
ReplyDeleteSami2 ibu Ninik
ReplyDeleteAamiin
ADUHAI
Terima kasih bu Tien
ReplyDeleteSami2 ibu Yanti
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteBikin penasaran saja .....
Terimakasih bu Tien, salam sehat selalu.
Sami2 ibu Sri
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat pagi selamat beraktifitas semoga diberi kelancaran dan barokah bagi semuanya... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteAamiin
Salam ADUHAI
Alhamdulilah. Makasih Bu Tien sugeng enjing semoga sehat selalu dan lancar semuanya dan sukses. Jum'at mubaroq.
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Siapa laki laki yg ada di depan pusara dan menjadikan Sasa menghentikan langkahnya ? Mudah mudahan bsk terjawab... Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin serta bahagia bersama keluarga tercinta. Aamiin Yaa Robbal'alamiin...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteAamiin ya robbal alamiin
Matur nuwun pak Mashudi
Alhamdulillah. Selesai Sasa ziarah kubur, dilihatnya seorang pria yg juga ziarah kubur. Dugaan sy pria itu Aris yg selain mhn pengampunan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan menempatkan kedua Ortunya ditempat yg mulia disisiNya, juga ada niatan menikahi Indi. Matur nuwun bu Tien...salam sehat kagem Ibu.
ReplyDeleteAlhamdulillah,matur nuwun bu Tien untuk MK 58nya
ReplyDeleteAris Ayo Semangat ,,kamu bisa berdampingan dg Indi ya bu Tien,, 🤗 Aduhaaii
Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
Maaf lahir bathin 🙏🤗
Ngintip Melani
ReplyDeleteKok sampai malam...
ReplyDeleteApa libur yaaaa
Melani kemana ya? Mau dtg ga?
ReplyDeleteNunggu terbit..atw libur..??
ReplyDeleteSalam sehat & semangat dari Rewwin...🌿
Tengok tengok kok blm terbit ya 👀👀
ReplyDelete