Tuesday, December 21, 2021

MELANI KEKASIHKU 56

 

 

MELANI KEKASIHKU  56

(Tien Kumalasari)

 

Anindita kebingungan, ia memaksa ikut ketika Abi membawa isterinya ke rumah sakit. Terpaksa Anggoro mengijinkannya, dan meminta Simbok agar menemaninya.

Simbok tak berani mengatakan dugaannya bahwa kemungkinan Melani hamil. Ia takut kalau dugaan itu meleset kemudian membuat semua orang menjadi kecewa.

“Masihkah merasa sakit?” tanya Anindita yang duduk disamping Melani. Ia merasa khawatir melihat wajah Melani sangat pucat.

“Tidak Bu, tidak ada yang terasa sakit.”

“Kenapa kamu muntah-muntah terus ?”

“Mungkin Melani masuk angin Bu, Ibu tidak usah khawatir,” kata Abi.

“Kamu jangan mengentengkan penyakit Abi,” tegur  Anindita tak senang.

“Bukan mengentengkan, tapi kita kan tidak boleh panik sebelum mendapatkan hasil pemeriksaan itu,” kata Abi lagi.

“Ibu, mas Abi benar, Ibu tidak usah khawatir ya, Melani tidak merasakan sakit apapun, hanya mual. Nanti juga pasti dokter akan memberikan obatnya,” sambung Melani.

Simbok yang duduk disamping kemudi ingin mengatakan dugaannya, tapi di urungkannya. Tidak aneh kan kalau Melani hamil? Tapi kalau nanti dugaannya salah bagaimana?”

Anindita mengelus perut Melani dengan lembut.

“Tadi tidak membawa minyak telon ya Mbok?” tanya Dita kepada Simbok.

“Tidak Bu, kan tadi mas Abi sudah menggosoknya dengan minyak gosok. Nanti kepanasan perutnya malah sakit,” kata Simbok.

“Kalau kamu nanti masih merasa sakit, tidur sama Ibu saja ya,” kata Dita lagi.

“Iya Bu, tapi sungguh Melani tidak sakit.”

“Ibu khawatir, karena wajahmu sangat pucat,” kata Anindita sambil mengusap kening anaknya.

Melani tersenyum,  kemudian menyandarkan kepalanya di pundak ibunya.

***

“Andra, kapan kita akan melamar Sasa?” kata Panji ketika mereka sarapan.

“Kalau Bapak sama Ibu siap, Andra ngikut saja,” kata Andra tersenyum.

“Kalau begitu tunggu apa lagi? Anindita sudah menikahkan anaknya, aku yang kakaknya malah belum,” kata Maruti.

“Tuh, ibumu ngiri sama adiknya,” goda Panji.

“Ibu tidak usah ngiri dong, anaknya tante kan perempuan, jadi lumrah saja kalau menikah lebih dulu. Laki-laki biasanya mengalah. Ya kan Pak?”

“Iya, Ibu tahu. Wah, bagus juga rencana kamu untuk secepatnya melamar, Ibu akan bersiap-siap kalau begitu,” kata Maruti dengan wajah berseri.

“Kamu rencanakan saja apa persiapannya, nanti sepulang kantor kita bicarakan,” kata Panji tak kurang bersemangatnya.

“Iya, Andra setuju. Ini kita sudah kesiangan, pasti Sasa sudah sampai di kantor.”

“Bukankah kita akan pergi ke pak Ronal yang akan membuat lahan baru untuk perumahan?”

“Bapak sama Andra? Atau Bapak sendiri?”

“Sama kamu dong Ndra, masa bapak sendiri?”

“Kirain bapak sendiri, kan pak Ronal teman sekolah bapak.”

“Kamu kira ini reuni teman sekolah?”

“Iya ..iya Pak, Andra kan cuma bercanda.”

“Ya sudah, berangkat sana, nanti kesiangan. Ibu mau menelpon tantemu dulu,” kata Maruti.

Ia mengantarkan anak dan suaminya sampai ke mobil, kemudian membawa piring-piring kotor ke dapur.

Setelah selesai membersihkan dapur, ia segera menelpon ke rumah Anggoro. Ia ingin bicara tentang rencananya melamar Sasa.

“Hallo, mbak Maruti?” sapa Anggoro dari seberang.

“Iya, Dita ada kan Ang?”

“Dita lagi mengantarkan Melani ke rumah sakit, bersama Abi dan juga Simbok.”

“Lhoh, siapa yang sakit ?” Maruti terkejut.

“Tadi pagi Melani muntah-muntah, dan tidak hanya sekali, lalu Abi membawanya ke rumah sakit. Dita juga ikut, bersama Simbok juga, karena kadang-kadang aku masih sulit melepaskan Dita tanpa teman.”

“Muntah-muntah ya? Jangan-jangan dia hamil?”

“Waduh, iya mbak, semoga saja begitu. Begitu ya tanda-tanda orang hamil? Soalnya dulu ketika mengandung, Dita tidak pernah mual atau muntah.

“Setiap orang kan beda Ang, aku dulu juga begitu, makan apapun doyan dan nggak pernah muntah.”

“Iya ya mbak. Oh ya, ada yang perlu di sampaikan sama Dita mbak? Atau nanti menelpon lagi?”

“Ini, aku sama masmu punya rencana akan melamar Sasa.”

“Oh, bagus sekali mbak, sudah beberapa hari ini aku ingin mengusulkan hal itu.”

“Aku ingin kamu dan Anindita memikirkan segala sesuatunya. Atau nanti aku kesini saja ya. Kabari kalau mereka sudah pulang.”

“Baik mbak, nanti aku kabari. Ikut senang aku mbak.”

***

Ketika sampai di rumah sakit, Dita selalu memegangi lengan Melani, sementara Abi sudah mendahului ke loket pendaftaran.

“Rasanya aku pernah kemari,” tiba-tiba Anindita nyeletuk.

“Oh ya? Ibu sakit apa waktu itu?” tanya Melani.

“Entahlah ibu sakit apa. Bibik suka sekali membawa aku kemari.”

Melani diam, bagus kalau Ibunya masih ingat ketika Bibik mengajaknya ke rumah sakit. Berarti ingatan Ibunya semakin bagus.

“Kita harus menunggu disana,” kata Abi setelah selesai mendaftar.

Mereka duduk menunggu, dan kebetulan antreannya tidak banyak, karena mereka datang lebih pagi.

Tiba-tiba seorang perawat melintas, dan berhenti ketika melihat Anindita.

“Ibu Anindita ya?” tanyanya ramah.

“Ya, mbaknya siapa ya?” tanya Anindita bingung.

“Ibu lupa sama saya? Saya kan perawat yang membantu dokter Lidya. Ibu sudah sehat?”

“O, dokter yang banyak bicara itu ya? Saya sehat sekali. Ini anak saya, Melani, ini menantu saya Abi, dan ini simboknya Melani,” kata Dita begitu lancar. Perawat itu mengangguk-angguk. Ia senang pasien dokter Lidya yang seorang dokter Jiwa itu sudah sembuh, dan bisa bicara begitu lancar. Ia ingin tertawa ketika Anindita mengatakan  dokternya banyak bicara. Iyalah, kan dokter  selalu banyak bertanya.

“Oh, senangnya berkumpul bersama keluarga. Siapa sekarang yang sakit?”

“Dia, Melani anak saya, sakit mual,” jawab Anindita.

“Oh, mengapa tidak ke spesialis kandungan saja, siapa tahu ibu Melani hamil,” kata perawat itu.

Abi dan Anindita terkejut.

“Hamil ?”

“Iya, siapa tahu, daftar lagi saja mas, supaya tidak kelamaan,” kata perawat yang ramah itu kepada Abi, kemudian berlalu.

“Oh, gitu ya, baiklah, ayo kita kesana saja,” ajak Abi yang begegas kembali ke loket pendaftaran.

“Ibu, saya pengin muntah lagi.”

“Aduh, bagaimana ini?” Anindita bingung.

“Biar Simbok antarkan ke kamar mandi. Ibu menunggu di kursi itu ya,” kata simbok yang kemudian menggandeng Melani dan bergegas ke kamar mandi.

“Hamil? Melani hamil? Ada bayi didalam perutnya?” gumam Anindita berkali-kali.

“Mana Melani bu?” tanya Abi ketika tak mendapati Melani dan Simbok didekat Ibunya.

“Muntah lagi. Benarkah dia hamil?”

“Kita tunggu pemeriksaan dokter dulu ya bu, sekarang kita harus ke sana, ke ruang tunggu untuk pemeriksaan kandungan.

Beberapa saat menunggu, akhirnya Melani diijinkan masuk, tapi hanya bersama suaminya. Anindita ingin marah, karena dia juga ingin masuk ke dalam ruang periksa.

“Ibu sabar disini. Didalam situ, ruangnya sempit, nanti ibu gerah berdesakan,” hibur simbok.

Anindita mengalah, dengan mulut cemberut.

“Aku ingin mendengar apa kata dokter,” katanya bergumam.

“Nanti Melani pasti akan menceritakan semuanya. Semoga benar dia mengandung ya bu, jadi ibu bisa segera punya cucu,” kata simbok yang tak lagi menyembunyikan dugaannya karena perawat tadi sudah mengatakan tentang kemungkinannya.

“Akan ada bayi di rumahku ya?” kata Anindita yang tiba-tiba wajahnya cerah. Tapi dia gelisah karena sangat lama mereka belum juga keluar.

Anindita berdiri, lalu menunggu didepan pintu, menempelkan kupingnya, tapi tak ada yang terdengar. Tiba-tiba Anindita hampir terjatuh ketika pintu terbuka, dan Abi muncul didepannya.

“Aduh, Ibu mengapa berdiri disini? Untung tidak terjatuh,” kata Abi yang kemudian memegangi tangan ibu mertuanya, lalu menuntunnya menjauh dari pintu, karena perawat sedang memanggil pasien lain.

“Bagaimana? Benarkah aku akan punya cucu?” tanya Anindita sambil mencengkeram lengan menantunya.

“Iya bu, Melani mengandung, sudah tiga minggu,” kata Abi.

“Melani,” Anindita memeluk Melani erat-erat.

“Ibu akan punya cucu,” bisik Melani menahan rasa haru.

“Ayo kita pulang, obatnya akan kita beli di apotik luar saja, kalau disini nanti kelamaan mengantrenya. Nanti aku suruh petugas apotik mengantar ke rumah, jadi kita tak usah menunggunya,” kata Abi sambil menggandeng isterinya di sisi kanan, sedangkan Anindita di sisi kiri. Simbok mengikuti dari belakang, dengan senyuman yang tak kalah cerahnya.

***

Anggoro sangat senang mendengar bahwa Melani mengandung. Ia memeluk anaknya erat-erat, tapi Anindita segera menariknya.

“Jangan kencang-kencang memeluknya mas, kasihan, bayinya nanti menangis,” katanya.

Anggoro melepaskan pelukannya dan tertawa sambil berganti memeluk isterinya.

“Iya aku salah, tapi kalau memeluk kamu nggak apa-apa kan?”

“Ih, memalukan, sudah mau punya cucu.. masih kolokan,” tegur Anindita sambil cemberut.

Abi dan Melani tersenyum melihat Ibu dan Bapaknya bercanda.

“Melani, kamu ganti baju dulu dan istirahat,” perintah ibunya.

Abi segera menuntun isterinya ke kamar.

“Nanti kalau obatnya sudah sampai, diminum ya,” pesan Abi kepada isternya.

“Iya. Mas mau ke kantor?”

“Kamu nggak apa-apa kan kalau aku ke kantor?”

“Nggak apa-apa mas, kan ada ibu, ada Simbok, ada Bibik, ada Bapak juga.”

“Baiklah, aku mau berangkat sekarang. Aku minta tolong Simbok agar membantu kamu ya.”

Melani mengangguk.

Diruang tengah, Anindita ditemani suaminya bercerita banyak tentang kehamilan anaknya.

“Kita harus menjaga Melani dengan baik, karena ada bayi kecil didalam perutnya,” kata Anindita.

“Iya, tentu saja. Tapi Dit, besok aku mau ke Jakarta, boleh nggak?” tanya Anggoro.

“Ke Jakarta? Ngapain ke Jakarta?”

“Kan bisnisku ada disana, sudah berbulan-bulan aku titipkan sama teman, jadi aku harus melihatnya, dan melihat keadaannya dari dekat.”

“Aku ikut ya?”

“Ikut? Aku cuma dua atau tiga hari, paling-paling.”

“Ya, aku mau ikut.”

Tiba-tiba Anggoro berpikir, bahwa Anindita juga harus melihat dunia yang lebih luas. Kesehatannya sudah hampir pulih sempurna, barangkali ada baiknya dia membawanya menemui rekan-rekannya disana.

“Bolehkah?”

“Boleh saja kalau kamu mau. Oh ya, tadi mbak Maruti menelpon.”

“Mencari aku?”

“Iya, dia mau bicara tentang lamaran.”

“Lamaran apa lagi? Bukankah Melani sudah dilamar?”

“Bukan Melani, tapi Andra.”

“Oh, Andra, melamar Sasa bukan?”

“Ya, kamu pintar Dita.”

“Aku pernah menggendong Andra waktu dia masih bayi, dan pernah ngompol sampai bajuku basah.”

Anggoro tertawa terbahak.

“Yang dulu masih bayi, sekarang sudah ingin menikah.”

“Benar. Nanti mbak Maruti akan datang kemari untuk bicara, aku akan menelponnya sekarang.”

“Iya, bilang kalau aku sudah mau punya cucu ya mas. Oh ya, aku nggak jadi ikut ke Jakarta saja.”

“Lhoh, kok nggak jadi? Kita akan jalan-jalan disana.”

“Nggak mau, nanti cucuku mencari neneknya.”

“Oh, baiklah, terserah kamu saja. Sekarang aku menelpon mbak Maruti ya, atau kamu saja?”

“Baiklah, aku saja.”

***

Indi dan Aris sudah semakin sering bertemu. Tapi sejauh ini Aris sama sekali tak berani mengungkapkan isi hatinya. Hal itu membuat Indi sangat kesal. Ia tahu Aris suka, tapi selalu diam setiap kali Indi memberinya waktu untuk bicara, atau memancing-mancingnya.

Siang hari itu Indi mengajak Aris melihat rumah baru Indi yang belum selesai dibangun. Kata Andra tinggal finishing.

“Rumah ini strategis untuk tempat usaha bukan mas?” kata Indi ketika mengajak Aris melihat lihat.

Rumah itu terletak paling pinggir dan menghadap ke jalan raya.

“Memangnya mbak Indi mau membuka usaha apa?”

“Mas, jangan pakai mbak dong mas memanggilnya, kan sudah berkali-kali aku minta agar mas Aris memanggil aku ‘Indi’ saja?”

“Masih sungkan mbak.”

“Jangan begitu dong mas, aku jadinya yang sungkan kalau begitu.”

“Rasanya kok aneh, kalau aku memanggil Indi.”

“Tuh bisa..”

“Tapi aneh bukan?”

“Nggak tuh, aku senang mendengar panggilan itu.”

“Baiklah, eh... tadi aku bilang apa? Oh ya, mau buka usaha apa?”

“Bagaimana kalau mas Aris buka cabang disini?”

“Buka cabang apa maksudnya?”

“Bengkel dong mas, kan usaha mas Aris tuh bengkel?”

“Kok jadi aku sih.. ini kan rumah mbak.. eh.. Indi?”

“Tempat ini sangat bagus untuk membuka usaha bengkel, didepan itu jalan raya, nah, Bengkel Aris akan buka cabang disini. Oke kan?”

“Sayang dong, rumah sebagus ini kan jadi kotor..”

“Hiih, banyak alasan, biar saja kotor, kan yang bagian samping saja, disini lho mas, cukup luas kan?”

“Aku jadi bingung. Ini rumah bagus, mana kuat aku bayar sewanya?”

“Nggak usah bayar.”

“Nggak bayar?”

“Ada syaratnya.”

“Apa syaratnya?”

Mas Aris harus melamar aku,” kata Indi sambil membalikkan badan, gemas campur malu memenuhi hatinya.

***

Besok lagi ya.

87 comments:

  1. Replies
    1. Manusang bu Tien, Melaniku sdh hadir, slm sehat tetap cemungud

      Delete
    2. Selamat.....semarang juara 1

      Alhamdulillah eMKa_56, sdh tayang.
      Horeeeee, manusang bu Tien..... Tetap sehat ya bunda... Salam ADUHAI.

      Delete
    3. MK sdh tayang.. alhamdulillah.. suwum bunda Tien.. top bunda Iyeng juara 1 Alhamdulillah

      Delete
    4. Luar biasa Jeng Iyeng juara 1 lagi

      Mtnuwun mbk Tien,kangen mbak....

      Delete
    5. Jeng Iyeng, jeng Nani, jeng In Maimun, mas lakek, PAK Djoni salam ADUHAI

      Delete
    6. Matur nuwun...... Plong..... aku disapa bunda
      Ning kok nyerate Mas lakek ?????

      Delete
    7. Typo jeng. Maksudnya om kakek... Iya Khan bu Tien? Aduhai salam

      Delete
  2. Yaaah .. gagal lagi jadi Numero Uno 😀

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, terima kasih bu Tien, Aduhai banget, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  4. Alhamduamdulillah...salam aduhai

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah.... gasik... gasik.. dimonggo

    ReplyDelete
  6. Anindita jadi lucu, hehehe....semoga keluarganya selamat dari fitnah lagi. Terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda 🙏🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah, terimakasih mbak Tien semoga mbak sehat selalu sertakan dalam lindungan Allah SWT dan salam ADUHAI...

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah...
    MK 56 sdh tayang. Terimakasih Bund.
    Bunda Tien, sdh milenial banget.
    Indi nya gemes sampai nantangin Aris buat melamar. 👍👍👍

    ReplyDelete
  11. Malam Bunda Makasih untuk Melani nya, sukses selalu
    Met istirahat dan selalu bahagia bersama keluarga

    ReplyDelete
  12. Trmksh bu Tien emka lima enam sdh tayang

    Salam ADUHAI dan sehat sll 🙏

    ReplyDelete
  13. Alamdulillah...
    Yang ditunggu tunggu telah hadir
    Gasik...
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
    Salam ADUHAI dr Cilacap.

    ReplyDelete
  14. Terima kasih Bu Tien, akhirnya Indi jujur juga , salam Aduhai dari Pasuruan

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah MK56 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  16. Eh ternyata MK 56 tayang awal Alhamdulilah.
    Mksh Bu Tien. Sehat selalu dan lancar semua. Aamiin

    ReplyDelete
  17. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy,

    ReplyDelete
  18. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,

    ReplyDelete
  19. Senengnya , Melani hamil. Ayo mas Aris,lamar Indi
    Semogs smua bshagia.
    Maturnuwun mbak Tien
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hey Guys..... edit profilmu biar Bunda Tien & semua pembaca mengenalmu.... Dengan cara : Itu tuh tulisan UNKNOWN yang warna kuning di ketuk ,,, lalu ketuk EDIT PROFIL di sudut kanan atas, lalu isi biodata & sertakan foto termanismu yaa,, jangan foto mantan atau tetangga hi hi hi.. lalu ketuk SIMPAN... Mudahkan,,, di coba yaaa nanti kalau sukses aku kasih hadiah,,,

      Delete
    2. Assalamualaikum wrwb
      Sugeng dalu kek.. lha kalu sudah ada nama, tapi belum ada fotonya gemana ya jek caranya? Mohon petunjuk kek, matur syeun sakderenge,,,🙏🏻

      Delete
  20. Wow..Bu cantik bisa aja bikin cerita penuh makna selalu ada hal mengejutkan tapi indah Top markotop salam sehat selalu Bu cantik Amin YRA 🙏 mr wien

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah sampai di rumah.
    Tinggal satu yang belum mantap, tapi bagus juga Indi berani tembak di tempat.
    Nunggu undangan di dua tempat, bersamaan juga tidak mengapa.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  22. Apa syaratnya?”

    Mas Aris harus melamar aku,” kata Indi sambil membalikkan badan, gemas campur malu memenuhi hatinya

    𝑨𝒎𝒃𝒚𝒂𝒓𝒓𝒓𝒓 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝑹𝒊𝒔 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒓 𝒅𝒖𝒍𝒖 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕 𝒈𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒏𝒈𝒐𝒏𝒕𝒓𝒂𝒌 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒃𝒆𝒏𝒈𝒌𝒆𝒍...𝒉𝒆..𝒉𝒆.

    𝑴𝒂𝒕𝒖𝒓 𝒔𝒖𝒘𝒖𝒏 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒎𝒐𝒏𝒈𝒈𝒐 𝒅𝒊𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑰𝒃𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂..𝑨𝒂𝒎𝒊𝒊𝒏 𝒀𝑹𝑨..🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah,jumpa lagi mbak Tien, salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  24. Wah wah indi to The poin...makasih bu tien sehat selalu

    ReplyDelete
  25. Waw .. Mau tidak ya Aris melamar Indi, terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah.. terimakasih bu Tien Kumalasari MK Eps 56 sudah tayang.
    Salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  27. ADUHAI .....
    Indi nembak duluan nih .....
    Matur nuwun, mbak Tien.

    ReplyDelete
  28. Duh... aduhai INDI...
    Alhamdulillah MK56 sdh datang, suwun mbak Tien
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  29. Assalamualaikum wrwb..
    Yakan akhirnya indi si bayi kecil yang sudah besar akan mempunyai baya dan nantinya juga akan menjad bedavv

    ReplyDelete
  30. 𝗧𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗺𝗯𝗮𝗸 𝗧𝗶𝗲𝗻

    ReplyDelete
  31. Terimakasih bu Tien. Hiburan malam menjelang tidur.
    Semoga ibu sehat selalu bersams keluarga. Aamiin

    ReplyDelete
  32. Matur nuwun... Mbak Tien.Indi mengingatkan masa muda sy pernah berujar"Siapa yg ortunya berkunjung ke rmh berarti anaknya jodoh sy" Ternyata benar bln berkutnya lamaran bln depan menikah.Mbak Tien luar biasa berimajinasi pd hal2 kecil... semakin Aduhai

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
    Senantiasa sehat nggih,Aamiin.

    ReplyDelete
  34. Maturnuwun mbak Tien MK56nya...

    Waah benar Dita udh mau punya cucu dan sdh bnyk perubahan..moga makin sempurna sehatnya..

    Indi gemes pancingannya mleset jd nembak aja...kesuwen..😁

    Setia nunggu besok lagiii...

    Salam sehat selalu dan aduhaiii mbak Tien..🙏😘🌹

    ReplyDelete
  35. Bahagia bersama akhirnya...
    Makasih mba Tien.
    Sehat selalu mba

    ReplyDelete
  36. Alhamdulilah semua bahagia , sehat selalu ya bu tien ....salam.asuhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  37. Episode Lamar melamar.mumpung musim hujan.Makin Aduhai Mbak Tien.Maturnuwun sanget.semoga selalu sehat & tetap semangat.

    ReplyDelete
  38. Ayo... Mas Aris...kamu bisaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa !!!!

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Salam sehat penuh semangat... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah....
    Terimakasih bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  41. Ach...si Aris kq malu-'malu meong begitu sih...😆

    Matur nuwun bunda Tien..🙏

    ReplyDelete
  42. Assalamualaikum wr wb. Salam aduhai Bu Tien, ceritanya tentang perjodohan. Semoga mereka yg merencanakan pernikahan berjalan lancar. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
      Matur nuwun pak Mashudi
      Aamiin ya robbal alamiin

      Delete
  43. Ini anak kaya nggak ngeh, seeh.
    Sudah runtang runtung kok ya masih susah ngomong; sudah dibilang jangan embak embèk manggilnya masih aja di ulang² kaya jarum gramaphone keganjel telur nyamuk aja, duh bilang donk yang tegas, katakan sebagaimana apa yang ada tentang perasaanmu Ris buat legitimasi kedepannya, memang pada akhirnya kamu juga bakalan ngikut apa maunya si Indi, tapi ya belum belum monat manut aja, flat banget, kuthuk, ngikut, halah anyêp bin sepå, biar kaya soup buat makan siang itu lho; ada grenjel sandung lamurnya, jadi bisa buat semangat melahap, ih nggak ngejrèng kamu Ris.
    Ngomong aja mbrebet, terbiasa keras bin atos peganganmu, jadi jangan lidahmu kikut kaku donk.
    Kasihan kan måsåk, nganti tekan segitunya perlakuan Indi sama kamu; jian nggak romantis banget kamu lho..

    ADUHAI

    Tuh calon nenek aja sampai bingung mau ngikut Anggoro pergi atau nungguin cucu, sudah heboh, apalagi mengenang jaman bayinya Andra bikin tantenya bersemangat, biarlah nungguin cucu nya nggak mau jauh-jauh.
    Nggak jadi bersukaria bersama, berduaan saja, gagal dèh.
    Yang ngebet malah ortunya, acara yang di khususkan; buat meminang Sasa, Panji ingat mata bulat tajam yang siap menerkam, melumat lawan, itu ada pada Sasa, wuih Panji mulai membuka file memori, membuka dan ambil yang baik² saja bolehkan; itu yang mengawali kenapa waktu itu memanggil menantu pada Sasa, untunglah ibu Laras menjelaskan menepis keraguan; tentang beda usia.

    Biarlah bahagia itu ada diantara mereka toh biarpun mendung menggelayut pun pasti ada matahari dibalik sana.


    Terima kasih Bu Tien;
    Melani Kekasihku yang ke lima puluh enam sudah tayang,
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  44. Nanaaaang
    Aamiin selalu doanya
    ADUHAI

    ReplyDelete
  45. Kakek Habi.. Ini foto profile saya terbaru.. Saya sudah over65..hehe
    Salam sehat aduhai buat Mba Tien dan semua penggemarnya..

    ReplyDelete
  46. Idiiih! Ikut gemes aku sama aris.
    Aduhai! Makin penasaran dan menggemaskan ceritanya.
    Moga bunda beserta keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT serta diberi nikmat sehat. Aaamiin....

    ReplyDelete
  47. Melani hamil ...wah Andra melamar..trus Indi minta di lamar mantab Nih Bu Tien sehat selalu ya bu...👏👏👏👏💐💐💐

    ReplyDelete
  48. Selamat Hari Ibu u semua nya dan selalu sabar dan tawakal dgn Ujian2 dlm RT apa anak2 ..Semangat u Semua Ibu2

    ReplyDelete
  49. Alhamdulillah Melani hamil..kmd kedepannya Adra dan Sasa mau menikah. Indi dg beraninya menantang Aris untuk melamar..wah akhirnya . Selamat hari ibu buat buTien dan pembaca setia..soga sehat dan senantiasa semangat dalam berkarya dan berkarier. Aamiin

    ReplyDelete
  50. Selamat hari ibu juga buat semua ibu2 disini yang luar biasa.ADUHAI ibu Noor

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...