Monday, December 20, 2021

MELANI KEKASIHKU 55

 

MELANI KEKASIHKU  55

(Tien Kumalasari)

 

Aris membawa mobil Indi untuk pulang kerumah. Disepanjang perjalanan, banyak hal yang dipikirkaannya. Sikap Indi yang aneh, yang tiba-tiba sok akrab dengan dirinya, dan kata-kata yang dikeluarkannya selalu membuat hatinya berdebar dan penuh tanda tanya. Kalau saja Aris masih Aris yang dulu, pasti langsung diterkamnya Indi seperti kucing mendapat mangsa, karena menurutnya Indi terlalu berani dan lugas. Begitu gampang mengucapkan kata-kata. Tapi Aris sekarang adalah Aris yang jauh berbeda. Aris yang sudah bisa mengendapkan hatinya. Berlatih untuk berlaku santun, dan sangat merasa rendah diri. Apakah Indi tahu bahwa Aris menjadi begitu kacau dan bingung menerima perlakuannya? Kalaupun itu sebuah gurauan, itu adalah gurauan yang menggoda. Sementara Aris sangat ketakutan, walaupun hati kecilnya juga ingin mengatakan bahwa dia sangat menyukai Indi.

“Ah, siapakah aku ini? Hanya seorang tukang bengkel yang dekil dan kotor, sementara dia adalah seorang manajer perusahaan yang sangat terhormat, dan dari keluarga yang kaya raya,” gumamnya berkali-kali.

Dan perasaan galau itu dibawanya sampai dia tidur, dan bermimpi bertemu sang bidadari.

“Mas Aris, aku sangat mencintai kamu...” suara sang bidadari seakan berbisik ditelinganya, seperti desah angin sejuk yang membuatnya terlena.

“Jangan Indi, aku tak berharga...”

“Kamu laki-laki yang aku impikan.. kemarilah ..nikahilah aku..” desah angin itu terus meniup dan menggelitik sanubarinya.

“Jangan, aku takut.”

“Mengapa takut mas? Apakah aku seperti hantu ?”

“Kamu seperti bidadari, dan memang kamu adalah bidadari, sedangkan aku hanyalah seorang hamba yang hina,” jawab Aris sambil membalikkan badan, dan berlari menjauh.

“Jangan lari mas, bawa aku bersama kamu.. jangan pergiii...”

“Suara itu terus menerus mengikuti langkahnya yang semakin dipercepat, sehingga membuat napasnya menjadi terengah-engah. Suara itu terdengar seperti semakin mendekat dan mendekat.

“Jangan...”

Dan kemudian Aris tersandung sebongkah batu, jatuh tersungkur disana.

“Aduuuh...” pekiknya.

Aris membuka matanya, lalu memegangi keningnya yang terasa berdenyut. Ia melihat ke arah sekelilingnya, tapi yang ada hanyalah sebuah kamar sederhana, tempat dirinya mengistirahatkan raga. Bidadari yang terus menerus berbisik di telinganya sudah tak ada, bisikan itu juga tak terdengar lagi. Yang ada hanyalah suara detak-detak jam di atas meja kecilnya.

Aris bangkit berdiri, sambil terus memegangi dahinya.

Selama hidup baru kali ini dia terjatuh dari tempat tidur.

“Gara-gara suara bidadari itu,” gumamnya lelah, lalu keluar dari kamar untuk mengambil air dingin dari dalam kulkas.

Segelas dihabiskannya, barulah membuat napasnya tak lagi terengah-engah.

Ia kembali ke kamarnya, mencoba menenangkan diri. Kemudian ia menatap jam di mejanya, ternyata sudah jam empat pagi.

Aris melangkah ke kamar mandi dan mengambil air wudhu.

***

Bu Yayuk yang tidur di sebelah Indi, bangkit ketika sadar bahwa hari hampir pagi. Ditatapnya kaki Indi yang semalam sudah dibalurnya dengan minyak gosok. Sedikit membiru, dan terlihat agak bengkak. Bu Yayuk berjanji akan memanggil tukang pijit setelah hari terang.

Ia ke dapur untuk menjerang air, lalu ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Indi tampak menggeliat, lalu meringis kesakitan ketika menggerakkan kaki kirinya.

“Ya Tuhan, apa yang terjadi?” keluhnya lirih.

Ia bangkit dan mengelus pergelangan kakinya yang membiru. Sebelah kakinya turun, tapi yang sebelah lagi belum bisa untuk menapak.

“Jangan dipaksakan kalau memang sakit,” kata ibunya yang datang dengan membawa segelas susu panas.

“Minumlah dulu.”

“Sakit sekali Bu.”

“Nanti Ibu akan memanggil tukang pijit, agar kakimu segera pulih.”

“Aduh... pasti sakit dong Bu..”

“Sakit sebentar, tapi kamu akan sembuh. Jangan seperti anak kecil dong Ndi,” gerutu Ibunya sambil membawa gelas susu yang sudah kosong.

Indi mengambil minyak gosok yang masih ada di meja dekat tempat tidurnya, lalu kembali menggosok-gosok kakinya yang sakit.

“Aduuh, lumayan nih sakitnya.”

Bu Yayuk masuk ke kamar dengan membawa waskom berisi air.

“Untuk apa Bu ?”

“Kamu kan tidak harus mandi dulu, di lap saja oleh Ibu....”

Tapi aku juga butuh ke belakang Bu. Jadi bagaimanapun Indi harus berusaha ke kamar mandi.”

“Ya sudah, mari ibu bantu jalan ke kamar mandi, bisa kah? Tapi tunggu, Ibu akan meletakkan kursi disana, sehingga kamu bisa mandi dan berwudhu dengan nyaman, kalau berdiri pasti sakit,” kata Bu Yayuk yang bergegas mengambil kursi plastik lalu diletakkan didalam kamar mandi, kemudian dia mendekati Indi, dan memapahnya pelan. Indi sama sekali tidak bisa mengandalkan kaki kirinya, jadi sepenuhnya dia bergantung di tubuh ibunya.

“Ibu kuatkah?”

“Bisa, ibu kuat kok... ayo jalan...”

Walau pelan dan selangkah demi selangkah, Indi bisa mencapai kamar mandi dibantu oleh ibunya. Ia didudukkannya di kloset.

“Nanti kalau sudah selesai kamu bilang ya, ibu menunggu diluar,  kamu kan harus pindah ke kursi kalau mau mandi dan berwudhu, biar Ibu siapkan handuk dan baju gantinya,” kata Bu Yayuk sambil melangkah keluar, mengambil handuk dan menyiapkan ganti untuk Indi.

Diam-diam Indi merasa kasihan pada ibunya yang terpaksa harus melayaninya. Lalu ia menyesal beberapa hari yang lalu menentang ibunya karena tidak suka dia berdekatan dengan Aris yang hanya tukang bengkel.

Ketika ia selesai mandi dan shalat, ibunya sudah menyiapkan nasi goreng dan telur mata sapi untuk sarapan, yang diletakkannya di meja di samping tempat tidurnya.

“Bu, nasi gorengnya enak sekali,” kata Indi yang memakannya dengan lahap.

“Enak lah, masakan seorang ibu itu, bumbunya kasih sayang,” kata Bu Yayuk yang menemaninya makan di kamar itu juga.

Indi mengangguk sambil tersenyum.

“Bu, Indi minta maaf..”

“Minta maaf untuk apa?”

“Indi terlalu kasar sama Ibu.”

“Hm...” ibunya hanya bergumam pelan, mulutnya masih asyik mengunyah nasi goreng buatannya sendiri.

“Apa Ibu tidak suka sama mas Aris?”

Bu Yayuk menatap wajah Indi.,.”

“Yang tukang bekel itu lho Bu.”

“Ooh.. apa dia baik ?” tanya bu Yayuk.

“Apa kamu suka sama dia?” lanjut Bu Yayuk lagi karena Indi tidak segera menjawabnya. Ia sedang mengiris telur mata sapinya lalu memasukkan ke mulutnya.

“Dia baik. Sepertinya Indi suka,” jawab Indi hati-hati, dan bersiap kena semprot lagi karena jawabannya.

Tapi semprotan itu tak terdengar. Indri menunduk, pura-pura menikmati nasi gorengnya yang tinggal sesuap, takut melihat mata garang yang akan ditujukan padanya ketika mendengar pengakuannya.

Yang terdengar kemudian adalah kelutik sendok yang di tengkurapkan, pertanda ibunya selesai makan.

“Kamu sudah selesai? Sini Ibu bawa ke belakang sekalian.”

Suara itu begitu lembut. Indi tak percaya, ia mendongakkan sedikit wajahnya, dan tak melihat ada kemarahan di wajah itu.

“Bu,” Indi meraih tangan ibunya.

Bu Yayuk meletakkan piring kotor di meja ketika Indi menggenggam tangannya.

“Ada apa?”

“Ibu tidak marah?”

Bu Yayuk menatap mata anaknya lekat-lekat.

“Ibu ingin kamu bahagia. Ibu tidak akan marah kalau kamu bahagia.”

“Jadi... bolehkah Indi menyukai dia?”

“Apa kalian saling cinta?”

“Entahlah Bu...”

“Apa maksudmu?” tanya bu Yayuk heran.

“Indi suka, karena dia baik dan penuh perhatian. Tapi Indi tidak tahu bagaimana perasaan dia sama Indi.”

“Kamu cantik dan kamu lebih segalanya, bagaimana mungkin dia tidak suka kamu?”

“Dia bukan orang seperti itu, dia sepertinya takut, dan merasa rendah.”

“Nanti ibu akan bicara. Kalau perlu jangan biarkan dia jadi tukang bengkel. Ibu akan beri dia modal agar bisa menjadi pemilik bengkel,” kata Bu Yayuk mantap.

Indi tersenyum.

“Bu, dia sudah menjadi pemilik bengkel.”

“Apa?”

***

Bu Yayuk sedang mau keluar untuk memanggil tukang pijat, ketika sebuah mobil memasuki halaman.

“Itu kan mobil Indi? Aris membawanya sendiri kemari rupanya,” gumam Bu Yayuk yang masih berdiri di teras.

Memang Aris sendiri yang membawa mobilnya. Ia membungkuk hormat ketika berada didepan bu Yayuk, lalu meraih tangan dan menciumnya.

“Saya membawa mobil mbak Indi, Bu.”

“Oh, iya nak. Tapi nanti nak Aris pulangnya bagaimana?”

“Gampang bu. Bagaimana keadaan mbak Indi?”

“Kakinya masih bengkak, ibu mau memanggil tukang urut.”

“Jangan Bu, lebih baik dibawa ke dokter saja, siapa tahu ada tulangnya yang retak, kalau diurut bisa bahaya bu,” kata Aris khawatir.

Bu Yayuk ragu-ragu.

“Gitu ya, iya juga sih, sebaiknya ke rumah sakit saja. Tapi...”

“Biar saya antarkan ke rumah sakit Bu,” kata Aris, dan membuat Bu Yayuk semakin suka.

“Ah, jadi merepotkan. Apa nak Aris tidak bekerja?”

“Sudah ada teman-teman saya yang membantu,” kata Aris.

Bu Yayuk tersenyum. Anak muda didepannya tidak mengatakan anak buah atau pembantunya, tapi teman-temannya. Itu menandakan bahwa dia sangat rendah hati.

“Oh, kalau begitu silahkan masuk dulu, Indi ada di kamarnya. Akan lebih baik kalau sekarang saja kita ke rumah sakit, supaya tidak kesiangan.

***

Bu Yayuk melihat perhatian Aris terhadap Indi, dan merasa bahwa barangkali memang dialah jodoh yang tepat untuk anaknya.

Setelah melalui beberapa pemeriksaan termasuk rontgen, ternyata tak ada yang retak pada tulang kaki Indi. Bu Yayuk merasa lega, demikian juga Aris. Namun kaki Indi harus dibalut dengan perban elastis agar lebih nyaman dan mengurangi rasa sakit.

Ketika berjalan pulang keluar dari rumah sakit, Indi tidak begitu merasa sakit. Barangkali juga karena perban itu, dan juga suntikan anti nyeri yang diberikan dokter.

Dipapah berdua ibunya dan Aris, membuat Indi merasa lebih nyaman.

Namun di tengah jalan, Aris berhenti di sebuah toko alat-alat kesehatan.

“Mau apa mas?”

“Tunggu sebentar," kata Aris.

Beberapa saat setelah keluar dari toko itu, Aris membawa sebuah tongkat.

“Ini, bisa membantu mbak Indi berjalan, sehingga tidak begitu memberatkan Ibu,” kata Aris yang kemudian meletakkan tongkat itu disamping tempat duduk Indi.

Bu Yayuk tersenyum senang. Ia merasa salah telah pernah menolak Aris. Tapi ia juga heran, gadis cantiknya tidak pernah menyukai laki-laki yang mendekatinya, atau yang ingin dijodohkan dengannya, kenapa sekarang begitu bertemu Aris bisa langsung menyukainya? Entahlah, bu Yayuk sudah berjanji bahwa kebahagiaan anaknya adalah yang paling utama.

***

Sudah sebulan berlalu ketika Abi dan Melani melangsungkan pernikahan. Seperti janjinya, Abi masih tinggal dirumah mertuanya, karena Anindita tampaknya belum mau berpisah dengan Melani. Namun Melani bersyukur, ibunya sudah jauh lebih baik. Ia juga tak lagi memanggilnya bayi kecilku yang sudah besar, tapi memanggil namanya, Melani.

Pagi itu Anggoro dan Anindita sudah bersiap di meja makan, tapi dilihatnya Abi dan Melani belum juga keluar. Simbok sudah diminta untuk mengetuk kamarnya dan mengingatkan bahwa saat sarapan sudah tiba. Apalagi Abi kan juga harus bekerja.

Tapi dengan tergopoh-gopoh simbok keluar dari kamar mereka, langsung menuju ke ruang makan.

“Melani baru muntah-muntah, nak Abi sedang membalurkan minyak gosok,” kata Simbok.

“Muntah-muntah? Melani muntah-muntah? Dia sakit?” Anindita langsung panik, dan berlari ke arah kamar anaknya.

Dilihatnya Abi masih memijit-mijit kepala isterinya.

“Kenapa dia? Sakit apa?” Anindita sangat khawatir.

“Saya akan membawanya ke rumah sakit setelah pusingnya reda, Bu.”

“Bagaimana rasanya? Mana yang sakit?”

“Mual saja Bu, tidak sakit. Melani tidak apa-apa, barangkali kebanyakan makan rujak kemarin, jadi perutnya mual.”

“Mengapa kamu makan rujak banyak sekali? Ayo sekarang sarapan dulu, lalu minum obat sakit perut,” kata Anindita sambil memegangi tangan Melani.

“Iya, kita sarapan dulu ya, lalu aku antarkan kamu ke rumah sakit,” kata Abi.

Melani mengangguk. Setelah muntah, perutnya terasa lebih enak, dan dia siap untuk makan.

Tapi di tengah-tengah acara makan itu Melani kembali merasa mual. Setengah berlari dia menuju kamar mandi, Simbok mengejarnya, lalu memijit-mijit tengkuknya.

“Aduh mbok, mual lagi.”

“Jangan-jangan kamu hamil,” kata Simbok.

***

Besok lagi ya.

112 comments:

  1. Trimakasih Melani udah tayang...
    Aduhai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asikkk... Makasih Mbak Tien MK 55 dah hadir

      Delete
    2. Manusang bubTien, Melaniku sdh datang, slm sehatvtetap cemungud

      Delete
    3. Yee...

      Bunda Wiwik juara lagi.

      Terima kasih Bu Tien.

      Delete
    4. Yang lain mojok....juaranya pindah lagi ke Ngadiluwih Bojonegoro. Selamat jeng Wiwik.

      Matur nuwun bu Tien, sugeng dalu.

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Melani sudah berkunjung

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. Jadi ingat Rinto..
      Rintooo mana ya Rintoo

      Delete
    2. Btul bu tien. Lama gak liat koment dia. Mudah2an hpnya gak kecemplung dilaut.

      Delete
    3. Selamat siang Bunda Tien, terima kasih semoga Bunda sehat selalu Aamiin 🙏🙏🙏🙏

      Salam aduhai dari Pulau Buru
      ❤️❤️❤️❤️❤️

      Delete
    4. Saya Arinto Temanggung ,
      Kalau mbak Rinta dari Maospati Madiun .

      Delete
  4. Alhamdulillah Matr nuwn bunda
    Salam aduhai dr surabaya

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien, aduhai banget, salam sehat selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jebul mas Meri masih setia simak Kejora Pagi .semoga sehat selalu buat keluatga di Bandongan

      Delete
  6. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien MK 55
    Selalu sehat dan bahagia
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  7. Alhamdulilah matur nuwun mbak Tien Kumalasari udh tayang salam aduhaai dari Cibubur

    ReplyDelete
  8. Balapan Karo jeng Wiwik nyegat Melani ,,kalah aku ,,,,playune kalah banter Karo wong Jonegoro Sugeng Dalu jeng Tien salam ADUHAI

    ReplyDelete
  9. maturnuwun bu Tien salam sehat dan aduhai dari mbaturetno wonogiri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baturetno Wonogiri...

      Salam kenal.
      Saya di Pokoh Wonogiri.

      Delete
    2. Salam kenal kembali ibu Karisma's

      Delete
  10. Terima kasih Bu Tien. Melani 55 udah hadir. Salam aduhai dari Semarang.

    ReplyDelete
  11. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alamdulillah...
      Yang ditunggu tunggu telah hadir
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
      Salam ADUHAI dr Cilacap.

      Delete
  12. Replies
    1. Selamat siang mbak ku,,
      Kalo sudah ada namanya, belum ada gambarnya caranya bagaimana nggih mbak? Salam Aduhai,,🥰🥰

      Delete
  13. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah MK55 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  15. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  16. Alhamdulilah MK 55 telah hadir. Makasih Bu Tien semoga lancar, sehat selalu, dan barokah semuanya.

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah, matur nuwun mBak Tien Kumalasari, MK Eps 55 sudah tayang.
    Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  18. Maturnuwun, mb Tien. .. Cerita nya bagus jd rasanya cepet banget bacanya. Salam sehat nsn aduhai
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah.... Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  20. Wah, Anindita n Anggoro mau punya cucu..

    ReplyDelete
  21. Serius ni...Bu Yayuk mau menerima Aris si tukang bengkel, syukurlah.
    Cepat amat Melan hamil, kan baru sebulan.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah....ketemu Melani lagi....terima kasih mbak Tien...

    ReplyDelete
  23. Aduhai Aris Indi & Abi yunior.Maturnuwun Mbak Tien salam SEROJA

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun...
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....

    ReplyDelete
  25. Tasikmalaya menyimak
    Trimakasih bunda
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah. Suwun mbak Tien
    Salam sehat selalu. Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah, terima kasih Bunda Tien MK 55

    Salam sehat selalu,

    ADUHAI.

    ReplyDelete
  28. Puji Tuhan Melani langsung hamil.
    Indi dan Aris semakin dekat.
    Semoga semua bahagia. Matur nuwun ibu Tien...

    Monggo lanjut, tetap penasaran...

    ReplyDelete
  29. Maturnuwun mbak Tien MK55nya sampun tayang..

    Waah moga bu Yayuk udh luluh sm perhatian Aris..

    Melani hamil..Dita mau punya cucu..nanti liat bayi gmn ya..jgn2 ingat kejadian dl..ato.malah makin sembuh..semogaa..
    Nunggu besok lagiii..

    Salam sehat selalu dan aduhaiii mbak Tien..🙏😘🌹

    ReplyDelete
  30. Suwun Bu Tien MK 55 nya - jgn di tamatin dl nggih, ….😂😂 minimal mpe Melani lahiran n Indi ehemm ehemm … ma Aris …….😊

    ReplyDelete
  31. Terima kasih mbak Tien cerbung nya.
    Mbak Tien kelihatannya bakal dpt cucu lagi dari Melanie. He5x

    ReplyDelete
  32. Semoga Bu Tien kumalasari tansah punaringan Karahayon

    ReplyDelete
  33. Slmt mlm bund Tien.. Terimaksih MK ke 55 sdh tayang.. Smgbund sht sll.. Slmseroja dan aduhai dri sukabumi😍😍🙏🙏

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah.

    Cerita nya semakin seru...

    ReplyDelete
  35. Semakin asiik.
    Makasih mba Tien. Salam sehat dan selalu aduhai

    ReplyDelete
  36. Alhamdulilah .. Terimakasih bu Tien..
    Semakin seruuu & asiik..
    Salam sehat dan selalu aduhai..🙏🙏

    ReplyDelete
  37. Nah lho jatuh bangun kan, ya karena jatuh dari tempat tidur; akhirnya bangun juga, kasihan sampai ngimpi gitu, bisa² nya sampai ketakutan; lha jatuh dari dipanmu yang sempit, halah sok lari, lari mendekat aja lebih aduhai dèh wk wk wk.
    Sekalinya pakai javanese-custom baru tahu aslinya; pada nggak nahan; ada yang lupa, ada yang lebih cantik, cakep wuah ternyata dari sana pamor manusia nusantara nya terpancar, polesan biasa aja, tapi jadi luarbiasa, itu jatuhnya Indi kan emaknya yang sok, begitu dijelasin; dia ya tukang bengkel itu, eh langsung jalan; cepat kaya olga pagi, yang pakai kain juga lupa langkahnya nggak bisa lebar, kan emang ribet, itu pesan tersembunyi, kalau sudah berbalut kain ada pembatasan, nggak bisa seenaknya kayak kemaren² maen selonong semaunya, mbok sudah cincing waé kan yå biså rådå rikat to, waduh kåyå nyabrang kali.
    Aneh aneh aja, kata simbah dulu; betis aja nggak boleh kelihatan, lha malah dicincing, kesamber kèn arok lho. Bisa habis tanpa harapan. madesu tahu.

    Tuh betulkan; kata Anggoro nanti ada bayi kecil hé hé hé.
    Jadilah tambah titel didepannya 'opa', sama Dita juga jadi 'oma', wisudanya nanti kalau Melani sudah melahirkan, itu juga simbok yang bilang kemungkinan Melani bukan sakit; tapi tanda-tanda kehamilan, juragan Abi mulai dari saat itu perhatian nya pada Melani jadi lebih dari biasanya, kesempatan bermanja ria, semua menjaga kondisi kesehatan calon ibu, senangnya.

    Terimakasih Bu Tien, Melani Kekasihku yang ke lima puluh lima sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nanaaang..
      Dapat salam dari ken dedes

      Wkwkk

      Delete
    2. Hua ha ha ha

      rinduku menggebu gebu..

      salam kembali hi hi hi

      Delete
  38. 𝓣𝓮𝓻𝓲𝓶𝓪𝓴𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓶𝓫𝓪𝓴 𝓣𝓲𝓮𝓷

    ReplyDelete
  39. 𝐀𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡 ...𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐌𝐞𝐥𝐚𝐧𝐢 𝐡𝐚𝐦𝐢𝐥 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐚𝐧𝐝𝐚2 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐦𝐮𝐚𝐥 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐮𝐦𝐭𝐚𝐡2..𝐦𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐢𝐦𝐛𝐨𝐤 𝐲𝐠 𝐭𝐚𝐡𝐮.

    𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐀𝐃𝐔𝐇𝐀𝐈.

    𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐮𝐡𝐚𝐢 𝐮𝐭𝐤 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚..𝐀𝐚𝐦𝐢𝐢𝐧 𝐘𝐑𝐀..🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  40. Yeiy MK 55 tayang. Ma kasih bu Tien. Sehat2 ya bu, salam

    ReplyDelete
  41. Melani udah tayang trims bu tien sehat selalu

    ReplyDelete
  42. Terimakasih bu Tien.
    Salam sehat dan bahagia selalu.

    ReplyDelete
  43. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  44. Assalamualaikum wr wb. Episode 55 sdh tayang, ceritanya semakin menarik. Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  45. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
    Aamiin ya robbal alamiin.
    Matur nuwun pak Mashudi

    ReplyDelete
  46. Wah bu Yayuk menyerah u kebahagian Indi dan Amelia hamil Auw bahagia makcespleng..Salam Aduhai u bu Tien

    ReplyDelete
  47. Selamat siang melani ..
    Mulai ngidam ya ,, wow selamat ya,,
    Siang2 panas gini enaknya makan rujak ,,🥰🥰

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
    Sehat selalu..,Aamiin.

    ReplyDelete
  49. Mbak Tien,matur nuwun.
    Salam sehat dari kota kretek, Kudus.

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...