Friday, December 17, 2021

MELANI KEKASIHKU 53

 

MELANI KEKASIHKU  53

(Tien Kumalasari)

 

Aris yang sudah turun dari mobil terpaku didepan pintu yang belum sempat ditutupnya. Seperti mimpi rasanya ketika melihat Melani berdiri didepan teras, menyambut kedatangan Indi dan dirinya. Ia teringat akan perlakukannya kepada Melani waktu itu. Seperti memaksakan kehendak ingin memilikinya, lalu marah-marah ketika ada dua orang lelaki bergantian datang ke rumahnya, dan salah satunya adalah laki-laki yang berhenti disana, yang menatapnya dengan heran, dan mungkin juga kekesalan masih menghimpit perasaannya.

“Mengapa ada dia? Mengapa ada dia?” batin Aris dengan perasaan tak menentu. Ia membuka pintu mobil lebih lebar dan bermaksud masuk lagi kedalamnya, tapi Indi meneriakinya.

“Maaas, ayo turun, kita bertemu sahabat aku disini,” kata Indi sambil tersenyum lebar. Tentu saja dia tak tahu apa yang ada di pikiran Aris. Dia juga tak tahu bahwa mereka sudah saling kenal.

Abi heran beribu heran. Bagaimana Indi bisa berkenalan dengan Aris? Apa benar Aris yang nanti akan mendampingi pengantin bersama Indi? Aris yang kasar dan arogan, yang motornya pernah ditabrak olehnya, yang dengan tak tahu malu mengintip pembicaraan mereka ?”

“Maaas, ayo turun,” Indi tak sabar. Dia mendekati Aris lalu menarik tangannya, membuat Aris mau tak mau harus keluar dari mobil.

Abi mendekati ke dua tamunya.

“Silahkan masuk, mengapa sungkan mas?” kata Abi ramah, sedangkan Melani masih terpaku didepan teras.

“Iya nih, memang orangnya pemalu Bi, ayo mas Aris....” kata Indi sambil terus menarik tangan Aris.

Melani menatap Aris tak berkedip. Aris sekarang lain. Ia berpakaian rapi, dan tampak gagah melangkah disamping Indi. Sikapnya juga berbeda. Yang ini tampak santun dan bersikap manis.

“Mas Aris jangan sungkan... “ kata Abi sambil dengan ramahnya mempersilahkan ke duanya.

“Lhoh, sudah saling kenal toh? Apa kamu juga langganan di bengkel mas Aris ini?” tanya Indi heran.

“Langganan bengkel?” tanya Abi heran.

“Iya, aku lupa memberikan kartu nama itu sama kamu Bi, ternyata sudah jadi langganan?”

“Tidak.. bukan, aku malah tidak tahu kalau dia punya bengkel,” kata Abi sambil membawanya naik ke teras.

“Silahkan masuk kedalam,” sapa Melani sambil menyalami Indi.

“Tidak, kami disini saja, udara sangat panas, enak duduk diluar, ya kan mas?” katanya kepada Aris, sambil masih saja menarik Aris, dan diajaknya duduk.

Aris hanya diam, tak tahu harus bilang apa.

“Bagaimana ini ceritanya, sudah kenal, tapi tidak tahu kalau dia punya bengkel? Laris lho Bi, bengkelnya. Anak buahnya ada empat,” kata Indi, membuat Aris hanya menunduk tersipu.

“Oh, gitu ya, hebat mas Aris. Senang saya mendengarnya.”

“Mas Aris ini pendiam dan pemalu, heran aku,” keluh Indi sambil tersenyum.

“Pendiam dan pemalu?” pikir Abi, yang barangkali itu juga yang dipikirkan Melani.

“Mas Aris ini kan tetangganya Melani, dulu, waktu masih bersama simbok,” kata Abi.

“Oh, tetangga toh? Gimana sih mas, ketemu tetangga kok seperti orang tidak kenal begitu,” tegur Indi.

“Saya minta maaf,” kata Aris pada akhirnya.

Abi dan Melani menatapnya.

“Saya dulu banyak salah kepada keluarganya Melani, dan juga mas Abi ini,” lanjutnya.

Indi terdiam,

“Ada apa ya diantara mereka? Jangan-jangan yang pernah diceritakan sehingga membuat dia sakit hati ya Melani ini. Melani menolaknya karena sudah punya Abi, begitukah?” pikir Indi.

“Yang sudah lewat tidak usah dibicarakan lagi mas, biarlah berlalu bersama hari-hari yang melewatinya.”

“Sungguh saya  minta maaf,” ulangnya dengan wajah sendu.

“Kami sudah melupakannya kok. Sudah, jangan dipikirkan lagi. Oh ya Indi, kamu tahu bahwa aku ada disini?” tanya Abi kemudian kepada Indi.

“Aku tadi ke rumah kamu, kata ibu, kamu ada dirumah Melan, ya sudah aku menyusul kemari. Nggak nyangka ternyata kalian saling kenal.”

“Iya, mas Aris ini kenalan lama kok. Jadi sekarang buka bengkel ya mas?” tanya Abi.

“Iya, kecil-kecilan.”

“Rumahnya masih di dekat rumah simbok?”

“Tidak, saya sudah pindah, agak dekat bengkel.”

“Kapan-kapan kami main ke sana ya mas?”

“Silahkan,” kata Aris yang karena keramahan Abi jadi sedikit agak hilang rasa canggungnya.”

“Aku buatkan minum dulu,” kata Melani yang langsung beranjak ke belakang.

“Bi, ya mas Aris ini yang akan aku ajak menjadi pengiring atau pendamping kamu nantinya.”

“Tapi...” Aris menyela.

“Tuh kan  Bi, dia itu gitu. Pemalu, sedikit-sedikit sungkan, terus selalu merasa rendah diri. Tapi dia mau kok.”

“Baiklah, aku berterimakasih karena kamu mau membantu. Nanti mungkin harus datang lebih awal ke gedung pertemuan, karena akan dirias disana. Ya mas Aris.”

“Ini sebuah kehormatan bagi saya. Saya yang tidak berharga ini... kemudian...”

“Stop.. stop... stop.. dilarang bicara yang bukan-bukan, kita ini sama saja, memiliki jiwa yang sama, dan derajat yang sama. Ya kan Bi?”

“Ya, aku setuju,” kata Abi.

“Lho... nak Aris to?” tiba-tiba simbok muncul sambil membawa nampan berisi jus jeruk. Memang Melani yang memintanya, agar simbok melihatnya.

“Simbok,” Aris berdiri kemudian menyalami dan mencium tangan Simbok. Hal yang belum pernah dilakukannya sebelum ini. Simbok tersenyum.

“Simbok sudah agak lama tinggal disini, setelah Melani menemukan orang tuanya. Ya disini ini rumah orang tua Melani yang sesungguhnya,” terang simbok.

“O..” Aris mengangguk-angguk dan mencoba mengerti. Ternyata simbok bukan ibunya Melani, seperti dugaan tetangga-tetangganya disana. Ternyata juga disinilah rumah orang tua Melani.

“Ya sudah, itu jusnya diminum dulu, “ kata simbok sambil berlalu.

“Mas, ibu bilang, tamu-tamunya diminta agar ikut makan siang bersama-sama,” kata Melani yang kemudian muncul.

“Nah, ini permintaan dari yang punya rumah, kalian tidak boleh menolaknya,” kata Abi yang segera berdiri.

“Aduh, salah kita ya mas, bertamu saat makan siang,” keluh Indi yang merasa sungkan.

Tapi kemudian Indi merasa bahwa keluarga Melani sangat ramah dan familiar. Aris semakin merasa buruk, ketika teringat pada perlakuannya di masa lalu.

“Mas Aris, jangan sungkan. Anggap saja ini keluarga sendiri,” kata Anggoro tak kurang ramahnya.

Anindita tak banyak bicara, tapi wajahnya berseri-seri, dan tampak senang dengan kehangatan yang tampak pada acara makan bersama di siang itu.

***

“Ya itulah mbakyu, hal yang membuat saya sangat kesal sama Indi,” kata bu Yayuk saat membantu bu Cokro menata segala sesuatunya untuk acara pernikahan Abi.

“Iya jeng. Yang namanya orang tua itu pasti juga ingin melihat yang terbaik bagi anaknya. Aku juga mengerti, kalau jeng Yayuk merasa kecewa melihat Indira dekat dengan seseorang yang menurut jeng Yayuk tidak pantas.”

“Itulah mbakyu, Indi itu kan seorang manajer di perusahaannya. Dihormati oleh semua orang di kantornya. Lha sekarang, dia dekat dengan hanya seorang tukang bengkel, mau ditaruh  dimana muka saya mbakyu.”

“Jeng, apa yang jeng Yayuk alami itu, sama dengan yang pernah saya alami. Sungguh, itu sebabnya saya bilang, saya bisa mengerti.”

“O, jadi dulu Abi juga pernah berhubungan dengan seorang gadis dari kalangan rendahan?”

“Dia anak pembantu saya, jeng.”

“Ya ampun mbakyu, amit-amit jabangbayi... Untungnya tidak jadi mbakyu.. slamet..slamet..slamet...” tukas bu Yayuk.

“Jadi kok jeng..”

“Apa? Jadi bagaimana mbakyu?

“Ya akhirnya anak pembantu itulah yang akan menikah dengan Abi.”

“Ya Tuhan... mbakyu serius? Besanan sama pembantu mbakyu ?”

“Waktu itu saya sempat mengusir pembantu itu. Tapi kemudian Abi pergi dari rumah, lalu sakit. Saya nggak tega menyakitinya lagi jeng, kalau itu membuat dia bahagia, ya biarlah saya mengalah.”

Bu Yayuk masih melongo menatap sahabatnya berbicara. Mana mungkin dia percaya seorang bu Cokro sudi berbesan dengan pembantu. Tapi itu sudah didengarnya, dan benar adanya.

“Hidup kita ini tidak akan lama lagi jeng, kita akan semakin tua. Dan dalam hidup ini, yang terpenting adalah kebahagiaan anak kita. Kita senang.. tapi kalau anak kita menderita, apalah arti kesenangan itu? Bukankah derajat dan harta itu hanyalah titipan? Dimata Allah kita semua ini sama,” kata bu Cokro yang sebenarnya menirukan kata-kata suaminya ketika menceramahinya tentang hidup yang sebaiknya dijalani. Memang dulu dia merestui hubungan Melani bukan karena Melani anak Anggoro, tapi anaknya simbok, bekas pembantunya.

Bu Yayuk tampak terdiam, seakan tak percaya.

“Jadi begitu ya mbakyu?”

“Kalau nanti Indi kecewa, lalu jatuh sakit, atau sampai pergi dari rumah, bukankah itu akan membuat jeng Yayuk sedih?”

“Saya hanya punya Indi, mbakyu.”

Tiba-tiba bu Yayuk merasa sedih.

“Kalau begitu biarkan dia memilih laki-laki yang dicintainya.”

Lama sekali bu Cokro men’ceramahi’ sahabat arisannya ini, tanpa banyak bantahan yang dikatakan bu Yayuk.

“Tapi jeng, ketika saya melamar Melani ke rumah simbok, saya mendengar bahwa simbok bukan orang tuanya. Baru saja Melani bertemu orang tuanya, yang ternyata anak seorang pengusaha di Jakarta,” lanjut bu Cokro kemudian.

“Tuh, hebat namanya mbakyu. Jadi besan mbakyu bukan simbok pembantu itu kan?”

“Tapi sebelumnya yang saya tahu ... Melani adalah anaknya simbok. Saya melamar Melani ketika saya tahunya bahwa Melani itu anaknya simbok. Jeng Yayuk harus bisa membedakan ini. Bahwa kemudian ternyata Melani itu anak pengusaha, itu bukan hal yang membuat saya merestuinya.”

Bu Yayuk akhirnya mengangguk, dan mencoba memahami semua yang dikatakan bu Cokro. Bagaimana kalau Indi pergi dari rumah, bagaimana kalau Indi sakit karena kecewa.. Aduhai, pasti sangat membuatnya sedih. Tiba-tiba bu Yayuk ingin segera pulang dan sangat ketakutan kalau anaknya tidak pulang ke rumah.

***

Dan itu benar, sampai sore, berjam-jam setelah biasanya Indi sampai dirumah sepulang kerja, sore itu belum tampak bayangannya. Bu Yayuk mencoba menelpon, tapi Indi tidak menjawabnya.

“Ya Tuhan, kemana perginya anakku?” bu Yayuk panik, apalagi ketika dia menelpon ke kantor, dan dijawab sekretarisnya bahwa Indi sudah pulang saat makan siang.

Kemudian bu Yayuk duduk di teras rumah, sambil sebentar-sebentar melongok ke arah jalan.

“Indi, apakah benar kamu pergi karena kecewa pada ibu? Lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan Ndi, ibu tidak ingin menghalangi kamu..”  gumamnya sambil berlinang air mata.

Hari mulai senja, dan perlahan kegelapan menyapu seluruh alam sekitar. Bu Yayuk yang kecapekan, tidur sambil menyandarkan kepalanya di kursi.

“Bu, kok Ibu tidur disini ?” sapa Indi yang baru saja tiba dan dengan heran mendapati ibunya tertidur di teras, dan melihat rumahnya gelap gulita.

Bu Yayuk terkejut ketika seseorang memegang tangannya. Ia membuka matanya, dan mulai menyadari bahwa hari sudah malam. Ia bahkan belum menyalakan lampu disekitar rumahnya.

“Sudah malam?”

Indi menyalakan lampu, dan masuk kedalam serta menyalakan semua lampu.

Bu Yayuk mengikutinya dari belakang.

“Kamu Indi?”

“Iya Bu, siapa lagi?” kata Indi sambl memegangi pundak ibunya.

“Oh, syukurlah kamu pulang.”

“Mengapa Ibu mengira Indi tidak pulang?” tanya Indi sambil tersenyum.

“Ya sudah, ganti bajumu. Ibu cemas menunggu kamu. Kenapa sampai malam baru pulang.”

“Ibu, tadi ada perlu dan keluar dari kantor saat istirahat siang, lalu ada urusan pekerjaan juga, serta melihat bangunan rumah yang Indi beli.”

“Ibu menelpon kamu, tapi kamu tidak mengangkatnya.”

“Oh .. maaf Bu, ponsel Indi ada didalam tas, Indi tidak mendengarnya. Ya sudah, Indi mandi dulu. Ini Ibu, Indi membawa sate ayam, nanti kita makan bersama-sama,” kata Indi yang meletakkan bungkusan di meja makan, lalu pergi ke kamarnya untuk mandi.

Bu Yayuk merasa lega. Ia tak akan membicarakan lagi soal tukang bengkel itu. Semuanya terserah Indi.

Tapi anehnya Indi juga tak berani membicarakan tentang siapa pendamping pengantin yang akan bersamanya nanti. Indi takut ibunya marah-marah lagi, dan ia akan mengecewakan keluarga Abi karena sudah menjanjikannya.

“Biarkan saja kalau ibu tidak menanyakannya. Kalau nanti melihatnya, barulah ibu akan marah, dan saat itulah aku akan bicara bahwa Aris adalah laki-laki yang baik.”

***

Hari perhalatan itu tiba. Disebuah gedung yang dihias dengan sangat indah, ijab kabul sudah selesai dijalankan sore harinya.

Malam resepsi yang meriah itu dihadiri oleh tamu-tamu undangan dari rekan bisnis Anggoro dan juga Abi. Kedua keluarga sudah sepakat akan mengadakan resepsi sekali itu saja, dan karenanya sekaligus mereka mengundang kerabat dan kenalan dari ke dua belah pihak.

Bu Yayuk datang sendiri, karena Indi sudah berangkat sejak sore harinya. Indi mengatakan ia harus datang agak sore, karena Melani minta agar dia membantu mempersiapkan segalanya. Bu Yayuk hanya meng ‘iya’ kan dan membiarkan. Ia tahu Indi akan menjadi pengiring dan pendamping pengantin, tapi bu Yayuk sudah berjanji akan membiarkannya.

Ia duduk di kursi depan, berdampingan dengan banyak teman-teman arisannya. Ketika kedua mempelai memasuki ruangan, semua yang hadir berdiri. Bu Yayuk melihat, Indi berdandan dengan kain dan kebaya, sangat anggun dan cantik, berjalan disebelah pengantin pria, dan disebelah kiri pengantin wanita, berjalan seorang laki-laki yang juga berpakaian adat Jawa, berjalan dengan gagahnya. Bu Yayuk tersenyum dan kagum.

“Hm, harusnya laki-laki yang seperti ini yang berjajar dengan puteriku, bukan si tukang bengkel itu,” desisnya perlahan.

***

Besok lagi ya.

 

100 comments:

  1. Replies
    1. Lho ra lidok ta......
      Wis nang ngarep lawang.....
      Begitu muncul sabet......

      Delete
    2. Trus nek ngene ki aku nomer pira yah om kakek? Suwun bu Tien. Konfliknya di bathinnya bu Yayuk ajah ya, hehe

      Delete
  2. Replies
    1. Horee juga....
      Alhamdulillah...
      Horeeee sdh tayang...
      Matur nuwun bunda Tien.....

      Delete
  3. Alhamdulillah
    Maturnuwun Ibu Tien...

    ReplyDelete
  4. Alhamdulilah. Mksh Bu Tien. Sehat selalu.

    ReplyDelete
  5. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy,Tri,

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah, smg Bunda Tien K sehat slalu

    ReplyDelete
  7. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. “Dia anak pembantu saya, jeng.”

      “Ya ampun mbakyu, amit-amit jabangbayi... Untungnya tidak jadi mbakyu.. slamet..slamet..slamet...” tukas bu Yayuk bertalu-talu.

      “Jadi kok jeng..”

      “Apa? Jadi bagaimana mbakyu?

      Kok gitu ya ? Apa semua orang kaya berpikiran begitu yang jika melihat penampilan orang yang dianggap "tidak sederajat"? Semoga bu Yayuk, setelah melihat penampilan ARIS setelah "disulap" oleh tukang rias, membuka mata hati bu Yayuk......

      Bu Tien dilawan...... terus bikin orang penasaran ADUHAI

      Delete
  8. Alhamdulillah... aduhai sekali mbak TienQ
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah MK53 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  10. Alhamdulilah sdh tayang, tks bu tien salam sehat dan salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah MK 53 tayang
    Yerimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien selalu sehat
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah MK~53 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  13. Assalamualaikum wrwb
    Tadi padahal baru mbak Iin yang masuk, begitu saya klik susah,, eh malah dapat nomor 6,, mbak Iin juara terus ..👍

    ReplyDelete
  14. Makin menegangkanskrg yg jadi lakon indi dan aris nih hehehe pinterxa bu tien bikin gundah gulana para pembacs

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener, membaca ikut deg2 pelas.. penasaran dengan tanggapan bu Yayak,
      Tapi, sajaknya Indi direstui ,, semoga ..🤲🤲🤲 Aduhai mbak Tien salam sehat selalu
      Titip salam buat mbak ku keduanya yang ada di Malang, juga keluarga MoenFam,, sslam ssyang dari Kuta Bali ,,🥰🥰🥰

      Delete
    2. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg MK53 hadir dgn apik, menarik bahkan mengundang penasaran bagi kami para penggandrungnya.

      Memang sepantasnya manusia itu rendah hati dan banyak bersyukur,serta percaya ciptaan Tuhan itu baik adanya.
      Semoga Indi dan Aris menikmati kebahagiaannya.

      Monggo ibu dilanjut aja, makin penasaran nih. Matur nuwun Berkah Dalem. Salam ADUHAI

      Delete
    3. Alhamdulillah. Episode yg ini betul2 ADUHAI...Matur nuwun Bu ?!🙏👍

      Delete
  15. Terima kasih mbu Tien... msh sllu saja ada sisa² kerikil dihati bu Yayuk ya... smoga nnty bsok sdh hilang... luar biasa pembelajaran dan nasehat hidupmya.... sehat² trs Mbu Tien..... ditunggu part berikutnya.....

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, MK Eps 53 sudah tayang.
    Matur nuwun mBak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia sejahtera bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
    Salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat malam, selamat beristirahat... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  18. Penasaran dg Aris... baca ulang cerita dari awal baru "ngeh".Matur nuwun.... Mbak Tien semakin Aduhai

    ReplyDelete
  19. Matur nuwun paringanipun bu Tien.

    Mugi berkah.. aamiin

    ReplyDelete
  20. Maturnuwun mbak Tien sayang...Melani sudah bersanding dengan Abi. Hehehe...bu Yayuk pangkling rupanya dengan Aris 😄

    ReplyDelete
  21. Maturnuwun, mb Tien. cerita selalu apik..
    Sugeng sare
    Salam sehat n aduhai.
    Yuli Suryo
    Semarang

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah, MK sdh tayang...makasih Bu Tien...
    Salam sehat selalu...🙏🙏

    ReplyDelete
  23. Trims bu tien. Aris gak jadi sapi ompong. tukang bengkel jadi satrio. Yg tadinya bagong. Malah bikin bu yayuk bengong.

    ReplyDelete
  24. Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah berkunjung ke rumah.
    Horeee...Bu Yayuk diwejang Bu Cokro... Akhirnya semua baik-baik saja.
    Pesan moral yang ini mengangkat tema 'Persamaan derajat manusia'.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah...bu Yayuk belum tau kalo itu memang si tukang bengkel....ayooo pada mjagong.....biar ketemu para artis di EmKa....sehat selalu bunda Tien....

    ReplyDelete
  26. Matur nuwun sanget..mugi Ibu Tien tansah sehat

    Pelajaran yg sangat bagus dari Ibu Cokro untuk Ibunya Indi

    Semoga Indi sukses bersama Aris

    ReplyDelete
  27. Wah bu yayuk nggak tahu kalau yg berjalan di sebelah penganten wanita adalh aris si tukang bengkel
    Terima kasih bu tien

    ReplyDelete
  28. Kelihatan aslinya kan, biarpun dipoles juga masih terbawa, banjir ya, kan lagi musim hujan.
    Curhatan mak Yéyé, langsung disambut cerita menerenyuhkan yang dialami sendiri sama temen arisannya, ya nggak ngerti pakai di dramatisasi apa nggak, yang jelas pakai model jaman now; copy paste wejangan dari bapaknya Abi sewaktu emaknya sempat mbergudhul makutho waton, gondhelan pokoknya, wis atuos tenan.
    Jian jos tenan penyuluhané ora sebaèné kaya kaya cokro sasmita; langsung mau terima apa adanya, tertanam di dalam sampai terbawa arus masuk memori cerita dari teman arisannya.

    ADUHAI

    Kepulangan Indi yang kesorean, menenangkan hati ibunya; anakku sehat nggak sakit, masih ber acuh ria pura pura nggak terjadi apa apa, la habis general repetisi jéw, takut kacau kalau ibunya tahu. Sadis ya sama emaknya, lagian ya nggak lah wong yang duwé gawé teman arisannya lo, masak mau di kacau nggak ngefrend tuh.
    Selamat ya, nanti akan ada bayi kecil dari anak bayi kecilku yang sudah besar.


    Terima kasih Bu Tien,
    Melani Kekasihku yang ke lima puluh tiga sudah muncul.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  29. Salam kenal bu Tien, pembaca setia, tapi baru berani komen.
    Salam sehat, salam Aduhai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal kembali. Bisakah sebutkan nama?
      Salam ADUHAI

      Delete
  30. Hm, harusnya laki-laki yang seperti ini yang berjajar dengan puteriku, bukan si tukang bengkel itu,” desisnya perlahan...

    𝐇𝐞..𝐡𝐞..𝐭𝐞𝐫𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚 𝐛𝐮 𝐘𝐚𝐲𝐮𝐤 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐭𝐚𝐡𝐮 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐭𝐮𝐤𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐧𝐠𝐤𝐞𝐥 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐝𝐢 𝐝𝐚𝐧𝐝𝐚𝐧𝐢 𝐠𝐚𝐧𝐭𝐞𝐧𝐠 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐥𝐡𝐨..𝐩𝐚𝐧𝐠𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚.

    𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚...𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐌𝐊43 𝐛𝐞𝐬𝐮𝐤 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚..🙏🙏🙏👍👍👍

    ReplyDelete
  31. Maturnuwun mbak Tien..MK53

    Selamat menempuh hidup baru Melani💟Abi...penuh bahagia tentunya..💐

    Bu Yayuk pangling sm Aris..🤭

    Andra&Sasa kemana ya...
    Msh besok.lagii...

    Salam sehat selalu dan aduhaiii mbak Tien..🙏😘🌹

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....

    ReplyDelete
  33. Waduh bu Yayuk perlu pakai kacamata nih..
    Yg berjalan dg gagahnya disebelah kiri penganten wanita itu ya Aris si tukang bengkel itu....
    Makanya bu blm" jangan meremehkan dulu....
    Ternyata bu Yayuk juga terpesona kan dg gesturnya Aris....
    Moga bu Yayuk bisa tulus merestui hubungan Indi dan Aris

    Sepertinya dah mau ending nggih bunda...
    Apa mau ditambah tokoh baru,biar jadi saingannya Aris..
    Pasti makin seru....
    Tapi terserah bunda Tien aja bagaimana penyelesaiannya....
    Moga bunda Tien sekeluarga sll dianugrahi kesehatan.
    Salam aduhai dari Bojonegoro.

    ReplyDelete
  34. Trims bu tien ceritanya MK udah hadir....sehat selalu bu tien

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah
    Terimakasih bu Tien, semoga bu Tien sekeluarga sehat selalu.

    ReplyDelete
  36. Terima kasih bu Tien ..salam aduhai...weleh bu Yayuk salah lihat itu Aries kok

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah.... Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien...
    Senantiasa sehat,dan bahagia bersama keluarga,Aamiin.

    ReplyDelete
  39. Padahal si tukang bengkel yg dipuji Yayuk ya .
    Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  40. Assalamualaikum wr wb. Bagaimana sikap Bu Yayuk, kli tahu bhw pria pedamping pengantin itu ternyata tukang bengkel. Makin menarik saja ceritanya, saya tunggu saja di episode selanjutnya. Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  41. Slmt pgii bunda Tien.. Terimaksih MK nya.. Slmsehat dan aduhai dri sukabumi.. 🥰🥰

    ReplyDelete
  42. *Rasa Suka dan Tidak Suka*

    Sesungguhnya, rasa suka dan tidak suka itu hanyalah permainan pikiran yang merasuk kedalam perasaan.

    Bedanya tipis, setipis selembar rambut istilahnya.

    Bila berkenan dengan ego kita, maka timbullah rasa suka.

    Sementara bila berlawanan dengan ego kita, yang muncul rasa tidak suka.

    Dan sesungguhnya *ego* itu sendiri bisa dikamuflase.

    Karena adanya perubahan didalam pemikiran kita, maka rasa yang semula tidak suka, bisa menjadi suka.

    Disinilah *kepiawaian* ibu Tien untuk _merubah rasa_ dari para pembaca, dari _rasa tidak suka kepada Aris_ menjadi _suka kepada Aris_ termasuk bu Yayuk.
    Padahal Arisnya tetap sama yang itu² juga, tukang bengkel yang bajunya belepotan oli.

    Tetapi Aris sudah bermetamorfose, dari kepribadian yang urakan mau menang sendiri, menjadi pribadi yang santun dan tahu menempatkan diri.
    Sehingga Allah memberi hadiah Indi yang cantik, cerdas lagi kaya.

    Jadi kembali kepada intinya, rasa suka dan tidak suka hanyalah permainan pikiran dan perasaan.
    Kita *tidak bisa merubah dunia*, yang bisa kita lakukan adalah *merubah pikiran dan rasa* kita untuk *menerima dunia dengan apa adanya*.

    Salam aduhai .....
    Selamat buat ibu Tien yang telah mampu merubah pikiran dan perasaan para pembacanya ....
    khususnya perasaan tentang pribadi Aris .....

    ReplyDelete
  43. Heuummm. Siapa dia yg gagah, idaman Bu Yayuk ? Hehehe seru...mksih Mbak Tien

    ReplyDelete
  44. Matur nueun bu Tien. Baru sempat buka.. wah padahal laki laki yg disebelah temanten itu Aris lho.. bisa bisa kaget bu Ysyuk setelah tahu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Assalamualaikum wrwb..
      Rasanya sudah tidak sabar,, nunggu komentare bu Yayuk “ngalembono” yang jadi pasangannya Indi,, jangan2 setelah “ngalembono” trus “semaput” tahu bahwa itu
      Adalah Aris,
      Aduhai mbak Tien,, benar2 sempurna membuat hati penggemarnya deg2 plas ,,,
      🤭🤭

      Delete
  45. Met malam Bunda sehat selalu dan met beraktivitas semoga sukses terus.Bahagia bersama keluarga tercinta

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...