MELANI KEKASIHKU 52
(Tien Kumalasari)
Indi menatap ibunya, ingin mengucapkan sesuatu, tapi ibunya menggoyang-goyangkan jari telunjuknya tanda menolak bicara.
“Jangan sampai kamu merendahkan diri kamu dengan berdampingan dengan laki-laki yang tidak pantas untuk kamu,” kata bu Yayuk tandas.
“Bu, kami hanya menjadi pengiring. Belum-belum ibu sudah marah.”
“Cari laki-laki yang pantas untuk menjadi pengiring bersamamu,” kata bu Yayuk yang kemudian masuk kedalam rumah.
Wajah Indi gelap bagai tertutup awan. Abi bingung harus berkata apa.
“Bagaimana ini Indi ?” tanya Abi.
“Catat saja dulu, nanti gampang.”
“Gampang bagaimana? Ini harus pasti, soalnya akan masuk dalam susunan acara.”
“Iya Bi, aku tahu. Nanti pasti ada kok.”
“Namanya tetap aku tulis Aris?”
“Iya. Tulis saja nama itu,” kata Indi yang masih akan berusaha membujuk ibunya.”
“Aku catat lho ya, kamu harus bisa.”
“Siaaap, komandan,” kata Indi bercanda.
Ketika Abi dan Melani pergi, Indi masih duduk di teras. Ia merasa terlalu lancang dan memastikan pasti bisa mengajak Aris, walau ibunya melarang.
“Memangnya kenapa sih? Baru mau jadi pendamping, bukan untuk berdampingan selamanya, kok ibu sudah marah seperti itu,” gumamnya.
Padahal Indi juga belum bicara sama Aris. Bagaimana kalau Aris menolak?
“Abi sudah pulang?” tiba-tiba bu Yayuk muncul lagi.
Indi tak menjawab. Ia menyandarkan kepalanya di kursi yang dia duduki.
“Ibu melarang bukan tanpa sebab Indi. Carilah pasangan yang pantas,” kata bu Yayuk sambil duduk di depan anaknya.
“Dia itu juga manusia, masa tidak pantas berdampingan dengan manusia?”
“Kamu jangan pura-pura tidak tahu apa maksud ibumu,” kata bu Yayuk kesal.
“Kami hanya akan menjadi pendamping, belum akan benar-benar berdampingan. Indi itu sungkan karena Abi itu sahabat Indi. Jadi Indi harus berusaha bisa membantunya?”
“Apa kamu tak punya teman? Rekan-rekan kantor kamu, misalnya?”
“Mereka sudah punya keluarga,..”
“Masa ?”
“Iya sih, ada juga satpam, nanti ibu berteriak semakin keras.”
“Nanti ibu yang carikan, teman ibu banyak yang punya anak laki-laki, pasti dia mau membantu.”
“Indi tidak mau,” kata Indi langsung masuk kedalam, kembali masuk kekamarnya dan menguncinya dari dalam.
Bu Yayuk kesal bukan alang kepalang, tapi tak bisa melampiaskannya, karena Indi mengunci diri didalam kamarnya.
***
“Hallo,” suara penelpon dari seberang, saat hari mulai malam, dan Indi masih meringkuk didalam kamarnya.
“Hallo, mas Aris ya?” kata Indi menyambut, dengan lesu, karena sejak siang dia belum makan.
“Iya, ini mbak Indi kan?”
“Benar, saya Indira, bukan Indri penjual jamu kuat,” kata Indi mencoba mencairkan hatinya sendiri yang masih merasa suntuk.
Aris tertawa pelan dari seberang. Indi sudah bisa membayangkan seperti apa wajah Aris kalau tertawa. Nggak jelek-jelek amat kok.
“Ada apa mas?”
“Suara mbak Indi kok terdengar seperti orang sedang lesu, begitu? Saya masih ingat, tadi siang kan sebenarnya mbak Indi lagi sakit? Tapi saya mengganggu agak lama bukan?”
“Tidak, aku sudah baik waktu itu, soalnya sudah minum obat juga.”
“Tapi suaranya masih lesu begitu.”
“Aku lapar, sejak siang belum makan.”
“Ya ampun, bukankah mbak Indi punya sakit lambung?”
“Iya sih.”
“Makan dulu saja mbak, nanti malah jadi sakit beneran lho.”
“Mas Aris menelpon ada apa?”
“Oh, cuma mau menanyakan, tadi siang itu, sampai saya pulang, mbak Indi belum mengatakan apapun.”
“Lho, kan kita bicara banyak?”
“Maksud saya, belum mengatakan apa sebenarnya keinginan mbak waktu datang ke bengkel. Pasti ada yang ingin mbak Indi katakan.”
“Tapi aku sedang lapar sekali sekarang ini.”
“Baiklah, sekarang mbak Indi makan dulu, sejam lagi saya menelpon kembali.”
“Tidak, begini saja. Saya mau makan diluar, mas Aris saya samperin ya.”
“Lhoh, kok gitu sih mbak...”
“Nggak apa-apa, nanti saya bilang apa yang sebenarnya saya inginkan.”
“Baiklah, saya saja yang nyamperin. Masa cewek nyamperin cowok.”
“Eh, jangan mas,” kata Indi buru-buru. Kalau sampai ibunya tahu bisa terjadi huru-hara dirumahnya.
“Saya ada mobil kok, cuma mobil keluaran lama, bukan mobil kayak mobilnya mbak Indi.”
“Bukan masalah mobil bagus atau jelek, saya sudah mau keluar dan tidak mau menunggu, jadi mas Aris bersiap-siap saja, saya akan segera sampai seperempat jam lagi,” kata Indi yang sudah bisa mengira-ira lamanya di perjalanan karena dia sudah tahu dimana alamatnya.
“Tapi mbak..”
Aris tak bisa apa-apa karena Indi keburu menutup pembicaraan itu.
Indi melompat dari atas pembaringan dan segera membuka almari pakaian untuk mengambil baju yang sekiranya pantas dipakainya makan malam bersama Aris. Tidak usah pakaian mahal. Yang penting pantas, dan tidak membuat Aris merasa rendah diri.
Ketika keluar dari kamar, dilihatnya ibunya ada di ruang tengah sambil melihat acara sinetron di televisi.
“Indi mau keluar dulu sebentar bu.”
“Kemana?” tanya ibunya sambil menoleh ke arah Indi.
“Mau cari makan, ibu mau di belikan apa?”
“Nggak usah, tadi ibu masak, dan masih ada. Sayang kalau nggak dimakan.”
“Ya sudah, nanti malam kalau Indi masih lapar pasti akan Indi makan kok,” katanya sambil menjauh, menghampiri mobilnya yang masih belum dimasukkan ke garasi, lalu perlahan membawanya keluar. Bu Yayuk melanjutkan menikmati tontonannya, untuk menghilangkan kekesalannya karena sikap Indi.
***
Bu Cokro sedang mencatat apa-apa yang kurang untuk acara pernikahan Abi yang kurang beberapa hari lagi, ketika tiba-tiba ponselnya berdering.
“Bapak, tolong dong Pak, angkat ponselnya, ini lagi mencari apa yang kurang,” kata bu Cokro yang masih menulis sambil mengingat-ingat.
“Ini juga pasti dari teman kamu arisan Bu.”
“Iya, tapi tolong angkat dulu, dari tadi berdering terus. Kalau Ibu berhenti nanti ada yang kelewatan.”
“Halloo...” jawab pak Cokro ketika mengangkat ponsel isterinya.
“Oh, ini pak Cokro ya?”
“Iya, siapa lagi? Dari siapa ini?”
“Saya Yayuk pak mau bicara sama mbakyu Cokro sebentar.”
“Oh, ya... silahkan...” kata pak Cokro sambil menyerahkan ponselnya kepada isterinya.
“Dari siapa?” tanyanya sambil menerima ponselnya, tapi pak Cokro tidak menjawab.
“Hallo mbakyu...” sapa bu Yayuk dari seberang.
“Oh, jeng Yayuk? Ada apa jeng, tumben, malam-malam begini. Kalau tentang arisan, ini saya pamit dulu deh, untuk uangnya nanti saya transfer ke bendahara saja, biar gampang. Jeng kan maklum, ini lagi sibuk-sibuknya,” kata bu Cokro yang sebenarnya tidak mau diganggu.
“Oh iya mbakyu, saya maklum kok. Saya hanya ingin curhat sedikit sebenarnya, soalnya hati saya sedang kesal.”
“Lhooh, ada apa jeng?”
“Besok saja saya ke situ mbakyu, sambil bantu-bantu apa... gitu, dan sambil cerita, soalnya kalau nggak saya keluarin, bisa penuh sesak dada saya ini mbakyu.”
“Kelihatannya serius banget sih jeng. Tapi karena malam ini saya benar-benar sibuk, ya nggak apa-apa besok jeng kemari, barangkali bisa bantu-bantu saya.”
“Baik mbakyu, saya ke rumah mbayu saja besok. Terima kasih dan maaf ya mbakyu.”
“Nggak apa-apa jeng.”
Bu Cokro meletakkan ponselnya lalu melanjutkan pekerjaannya.
“Pak, besok Ibu ditemani ke toko batik itu lagi ya.”
“Lho, ke toko batik lagi? Belum cukup?”
“Bukan belum cukup. Ini yang sepasang kok coraknya beda, besok mau Ibu tukar yang sama.”
“Lha kemarin apa nggak dilihat dulu, kok bisa beda.”
“Ibu percaya saja sama petugas tokonya. Tapi dia bilang kalau nggak cocok bisa ditukar kok.”
“Ya sudah terserah kamu saja.”
***
“Saya mbak? Saya mendampingi mbak jadi pengiring pengantin ?” kata Aris saat makan malam bersama Indi.
“Iya, mau kan? Itu pengantinnya kan sahabat saya mas.”
“Wah, saya malu mbak..”
“Kok malu kenapa mas? Kan nanti sama saya.”
“Lha justru sama mbak itu saya malu. Saya yang seperti ini berdampingan sama mbak Indi. Nanti orang-orang bilang ‘Beauty and the Beast’ ,” kata Aris sambil tertawa kecil.
“Hiih... ya enggak lah mas, nanti mas Aris dandan dengan pakaian Jawa, demikian juga saya.”
“Tapi saya tidak punya pakaian Jawa mbak,” kata Aris memberi alasan.
“Itu bukan urusan kita. Mereka yang urus, kita tinggal datang dan didandanin.”
Aris terdiam sambil menghirup wedang jahe yang dipesannya. Ia merasa sangat aneh. Seorang gadis catik dan bukan gadis sembarangan, seperti selalu ‘mengejarnya’. Dia merasa tidak pantas. Dia juga tak ingin merasa sakit untuk yang ke dua kalinya. Memang sih, siapa yang tidak suka berdekatan dengan gadis cantik? Siapa yang menolak didekati seorang gadis cantik? Tapi Aris selalu menahan diri, demi menjaga hati pastinya.
“Mas...” Indi seperti merengek.
Aris menatapnya.
“Ya Tuhan, jangan sampai pertahananku runtuh,” katanya dalam hati.
“Memang sih, kita baru beberapa minggu berkenalan, tapi aku merasa, mas Aris seorang yang baik, dan pantas menjadi sahabat saya.”
“Bagus, sahabat saja...” kata Aris dalam hati. Tak urung ada rasa kecewa dihati Aris. Rupanya Indi hanya ingin bersahabat.
“Siapa tahu persahabatan ini bisa berlanjut,” lanjut Indi seperti tanpa beban.
Gelas yang dipegang Aris dan hampir menempel di bibirnya nyaris terjatuh mendengar kata Indi yang terakhir. Aris meletakkan gelasnya. Kalau dilanjutkan minum dia pasti akan tersedak. Apa maksudnya ‘berlanjut’ ? Debur yang begitu keras menghentak didada Aris. Gadis ini sangat lugas dalam berkata-kata. Mungkin karena Aris terlalu berhati-hati dan yang jelas selalu merasa rendah diri.
“Mas Aris kelamaan jawabnya. ’Ya’, gitu ya mas, nanti saya samperin saat kita mau berdandan,” kata Indi nekat, lupa bahwa ibunya menentangnya dengan keras. Tapi Indi masih punya harapan untuk bisa membujuk ibunya. Yang penting Aris dulu.
Aris tersenyum, lalu akhirnya dia meneguk wedang jahenya sampai habis. Rasa hangat merayapi dadanya, perutnya, dan seluruh tubuhnya.
“Besok kita akan main ke rumah teman aku itu ya? Siang saat istirahat. Di bengkel ya? Saat ini dia sudah cuti, jadi kita ke rumahnya saja.” kata Indi tanpa menunggu jawaban. Lalu ia mengajak Aris pulang.
***
Siang itu Abi ada dirumah Anggoro, karena ada beberapa hal yang harus mereka bicarakan, tentang acara resepsi nantinya. Bibik dan simbok menyiapkan makan siang, setelah selesai memasak. Anindita tampak senang melihat kamar Melani yang sudah ditata dengan apik.
“Nanti akan ada dekorator yang akan meenghiasi kamar pengantin ini, terang Anggoro ketika melihat isterinya tak bosan-bosannya ikut menata tempat dandanan yang baru dibeli dan memang disiapkan untuk pengantin baru. Anindita juga ikut menata baju yang nanti akan dipakai saat acara tiba.
“Ibu, makan siang sudah siap,” kata bibik sambil mendekati Anindita, sementara Anggoro sudah beranjak kedepan, berbincang dengan Abi diteras. Melani juga duduk diantara mereka.
“Oh, makan siang?” tanya Anindita sambil berjalan keluar dari kamar.
“Iya bu, Bapak dan nak Melan serta Nak Ganteng ada di depan.”
“Iya, panggil mereka, ajak makan, dan juga kamu, dan Simbok,” kata Anindita yang sudah bisa lebih banyak bicara dengan teratur.
“Baik bu, saya bilang sama nak Melan dulu,” kata bibik sambil bergegas ke depan.
“Nak Melan, makan siang sudah siap. Bilang sama Nak Ganteng dan Bapak ya,” kata bibik ketika melihat Melani sedang berjalan ke arah belakang.
“Iya bik, tadi Melani mendengar bibik bilang sama ibu. Ada yang bisa dibantu?”
“Tidak nak, semua sudah beres.”
“Baiklah, aku bilang sama Bapak dan mas Abi dulu ya,”
Tapi ketika Melani sampai di teras, dilihatnya mobil berhenti di halaman.
“Ada tamu mas,” kata Melani.
Abi berdiri lalu tersenyum lebar. Ia mengenali mobil itu.
“Itu kan Indi, barangkali sama pacarnya,” kata Abi yang belum melihat jelas, karena mereka belum turun.
Abi dan Melani turun menyambut tamunya, lalu keduanya terkejut ketika melihat dengan siapa Indi datang.
“Dia kan....”
“Mas Aris?” sambung Indi.
***
Besok lagi ya.
Horeee....
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien
DeleteSelamat jeng Iin.. juara lagi..
DeleteMatur nuwun bu Tien.. MK 52 sudah hadir
Semoga ibu dan keluarga sehat selalu
Aamiin yaa Robbal’alamiin
Salam ADUHAI...
Alhamdulillah....bener² euy gak memberi kesempatan yang lain, sahabatku yang satu ini...Yogja lagi...Yogja lagi ...
DeleteGpp...selamat jeng Iin Maimun, Anda layak jadi juara, karena setiap malam sangat setia menunggu dan menunggu didepan blogspot tienkumalasari22.blogspot.com
Terima kasih bunda Tien, selamat malam, Salam SEROJA dan tetap ADUHAI.....
๐๐ฅ๐ก๐๐ฆ๐๐ฎ๐ฅ๐ข๐ฅ๐ฅ๐๐ก ๐ฌ๐ฎ๐ฐ๐ฎ๐ง ๐๐ฎ ๐๐ข๐๐ง
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien ๐๐น๐น๐น
Hoooreeee..... gasik tayang, matur nuwun bunda Tien, salam sehat n bugar
ReplyDeleteWah gasik ...
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh hadir MK 52
ReplyDeleteTrims bunda Tien..
Salam Aduhaaaai..❤️๐
Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah berkunjung .
ReplyDeleteAlhamdulillah ,MK 52 sudah hadir ,terimakasih bunda Tien ,salam Aduhaiii dari Jakarta
ReplyDeleteAsyeeekk
ReplyDeleteGasik tayang MK 52
Trmksh mb Tien smf sehat sll
Salam ADUHAI
Smg mb Tien sehat dan bahagia bersama kelg tercinta
DeleteAlhamdulilah, kesuwun injih mbakyu Tienkumalasari, memang jago meng obok² hati pembaca hihihi sll buat penasaran menanti lanjutan ceritanya ampiuun, salam aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteAlhamdulillah, sudah hadir.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, semoga sehat selalu.
Alhamdulillah sudah terbit terimakasih, mbak Tien salam sehat selalu dan salam ADUHAI untuk semuanya.....
ReplyDeleteAlhamdulillah MK 52 tayang
ReplyDeleteAlamdulillah...
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Gasik...
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap.
Akhirnya Aris ketemu Melani,Abi dan simbok...nah terbongkar nanti ternyata gadis yang ditaksir Aris adalah Melani. Bagaimana ya nanti perasaan Indi? Apakah akan maju terus pantang mundur karena termkan omogannya? Semoga saja yang terbaik untuk semuanya. aamiin. Matur nuwun bu Tien, bisa baca lebih awal. Semoga sehat dan menyapa selalu penggemar. Aamiin
ReplyDeleteTerimakasih bunda MK nya makin seru
ReplyDeleteGimana sikap Aris saat bertemu Melani dan Abi
Hanya bunda Tien yang tahu
Terima kasih Bu Tien semoga selalu sehat dan tetap semangat, salam aduhai dari Pasuruan
ReplyDeleteWaw... Semakin seru, terima kasih Bu Tien MKnya, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAssalamualaikum ibu Tien.
ReplyDeleteApa kabar, Smoga sehat selalu yaa.
Terima kasih tuk MK nya.
Salam sehat dan salam aduhai.
Kabar baik ibu Putri
DeleteSami2
Lama nggak komen ya
Makasih , matur nuwun, tengkyu Bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeletePak Sujoko apa kabar
DeleteTayang gasik baca gasik tidur gasik...sugeng ndalu bu Tien matur nuwun
ReplyDeleteSami2 pak Djuniarto
DeleteLama nggak muncul komennya
Di Bandar Lampung koq delay sampai 5 menit ya?
ReplyDeleteJam 8.20 pm aku buka belum muncul, baru jam 8.23 bisa muncul no.52.
Alhamdulillah... trma kasih mba tien... asliiii.... ceritae makin serrruuuuu.... sehat² trs Mbu Tien... ditunggu part berikutnya....
ReplyDeleteSami2 pak Zimi
DeletePuji Tuhan cerita ini luar biasa pesan moral yg bagus. Semoga Indi jadian sama Aris dan bahagis.
ReplyDeleteSemoga semuanya menjadi bahagia, termasuk ibu Yayuk mau bersyukur Indi sdh punya teman yg cocok.
Monggo dilanjut aja, semakin penasaran nih. Matur nuwun Berkah Dalem.
Sami2 ibu Yustinhar
DeleteADUHAI
Di Bandar Lampung koq delay sampai 5 menit ya dari mbak I'in (jm. 8.18 PM)
ReplyDeleteTadi jm. 8.20 pm sdh aku buka tapi no.52 belum muncul, baru jm. 8.23 bisa muncul.
Internet lemot barangkali pak Rizal
DeleteTerima kasih bu tien, alhamdulilah mk sdh tayang... smg bu tien dan kel sll sehat, salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteAamiin
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy,
Gimana ya akhirnya kisah Indi dan Aris?. Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSehat selalu mba. Aduhai
Sami2 ibu Sul
DeleteADUHAI
Alhamdulillah MK52 telah tayang, terima kasih mbak Tien, semoga sehat n bahagia selalu. Aamiin
ReplyDeleteSami2 ibu Pudya
DeleteAlhamdulillah,semakin penasaran..
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien..
Senantiasa sehat,Aamiin.
Trims bu tien sht selalu
ReplyDeletePuji Tuhan MK 52 tayang ternyata yg komen sudah banyak aku ketinggalan kereta wis Karo pusing sedikit untuk hiburan
ReplyDeleteSalam sehat mbak Yanik
ReplyDeleteIstirahat. Aja dolan neng kebon wae
Alhamdulillah mbak Tien MK 52 sdh tayang. Matursuwun. Salam sehat selalu
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah MK~52 sudah hadir..
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien ๐
๐ง๐ฒ๐ฟ๐ถ๐บ๐ฎ ๐ธ๐ฎ๐๐ถ๐ต ๐บ๐ฏ๐ฎ๐ธ ๐ง๐ถ๐ฒ๐ป
ReplyDeleteHoreeeew .. bisa lanjut baca MK lagii .. mtr nwn mbak Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah.....
ReplyDelete“Itu kan Indi, barangkali sama pacarnya,” kata Abi yang belum melihat jelas, karena mereka belum turun.
ReplyDeleteAbi dan Melani turun menyambut tamunya, lalu keduanya terkejut ketika melihat dengan siapa Indi datang.
“Dia kan....”
“Mas Aris?” sambung Indi.
Hadew....... Abi & Melani terkejut, melihat siapa yang datang dengan Indi....
Ternyata Aris si preman kampung yang sdh berubah..... tdk arogan seperti dulu, Aris sekarang .... Aris lugu, sopan, tidak banyak bicara....
Besok lagi ya..................
Assalsmualsikum erwb..
ReplyDeleteaduhai indi,, apakah nsntinya benar2 senjata makanyuan??
Afuhsi mbsk Tien sakam sehat , dari kuta Bali ,,๐ฅฐ๐ฅฐ๐ฅฐ๐๐ป
Maturnuwun mbak Tien MK52nya..
ReplyDeleteDuuh beneran ni Indi ajak Aris kermh Melani..udh kaget skl tuh..๐ฑ
Apa.rencana bu Yayuk yaa ketemu bu Cokro..
Tunggu besok lagiii...
Salam sehat dan aduhaii mvak Tien..๐๐๐น
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun.....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga selalu sehat dan semangat... Salam... ๐๐๐
ReplyDeleteAlhamdulillah, MK Eps 52 sudah terbit.
ReplyDeleteMatur nuwun mBak Tien Kumalasari, Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
Maturnuwun Bu Tien
ReplyDeleteTadi waktu kerumahnya; sakit? enggak juga, biasa biasa saja tuh trus nggak bilang lagi, duh apaya yang mau diomongin diberani beraniin nelpon, mbaknya bikin penasaran aja, biarlah apapun yang terjadi terjadilah, disuruh nungguin lagi tapi dia janji akan nyamperin dan mau kasih tahu apa dan akan menjelaskan semuanya, ok lah nunggu lagi.
ReplyDeleteSayangkan dan lagi mbaknya bukan orang sembarangan, mudah mudahan bisa mengimbangi dan mematut diri biarlah terlanjur basah, ngalir ajalah, soal disakiti sudah pernah tahu gimana rasanya.
Kecilnya dulu juga biasa makan sayur rebung, besarnya paling pol muka gedhรจg, apa susahnya cuma mengimbangi saja.
Waduh diajak jadi pendamping pengantin, nggak apa-apa kan cuma buat selebrasi aja semacam syarat lah, untuk biar lengkap upacara adat sang pengantin saja, hah serius? mau nerus; kenapa emang rasa itu sudah hilang, enggak juga kan memang kukubur habis tak tersisa. Tinggal berjalan aja walau sempoyongan kaya orang mabok, enggaklah kan ada anak buah yang jadi tanggung jawabku, harus kuhidupi, iya donk kerรจnkan, masa lalu anggap aja cinta monyet.
Monyet bercinta nich yรฉ..
Bener malah kaya reuni, ketemu Melani rupanya serius tuh si Abi, tapi ortunya kok beda, setahuku anaknya simbok kan. Ada cerita dibalik dongeng keluarga Melani yang tragis ternyata.
Syukurlah pada baik² saja, biar nggak jadi pendamping di pelaminan, tapi kan sepanggung di perhelatan, gandengan ku juga kerรจn kan?
Ya di syukurin aja masih ada berkat dari Nya, semoga bisa mengimbangi saja ada yang bisa diajak bicara jalan bersama di kehidupan ini, dah gitu ajalah.
Gitu aja kalau nggak diketuk berkali kali nggak ngeh juga. Iya kan sudah kukubur dalam dalam, jadi mau membuka hati kan mesti dipancing penasaran, masih ada perhatian nggak, parahkan kalau melapukkan diri, sama aja tutup pintu, kaya artis majalah; 'bibi tutup pintu', ha ha kan paman nya cuwek bรจbรจk; malahan menggembulkan diri.
ADUHAI
Mau dikenalin malah sudah pada kenal sendiri, masa lalunya ngkali.
Malah dapat selamat dari Abi; rupanya kalian pacaran syukurlah, kapan nyusul?
Kan kalau jadi pendamping pengantin bisa tertular jadi pengantin. Wow hebat malah dapat suport dari calon pengantin.
Mesti waspada; santai ajalah, nggak perlu, kan masa lalu.
Adem ajalah, kan sudah mendapatkan kehangatan masing-masing.
Terima kasih Bu Tien,
Melani Kekasihku yang ke lima puluh dua sudah muncul.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta ๐
Aries yg suka sama Melani ya hahaha sekelumit aja ..semoga bu Tien sehat selalu ...Aamiin
ReplyDeleteAlhamdulilah. Semakin seru ini antara keinginan Indi dan Ibunya yg bertolak belakang. Akankah Indi bisa menyakinkan Ibunya agar bisa berdampingan dengan Aries yg dulu mengaku bahwa dirinya kekasih Melani. Eh ternyata Aries mau berjodoh dengan temannya Abi. Roda berputar ...
ReplyDeleteMksh Bu Tien sehat selalu.
Alhamdulillah. Matur nuwun. Bu Tien ๐๐
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Wah, bakal seru nih. Hanya persiapan menjadi pendamping pengantin Abi dqn Melani, ada perang kecil antara Indi dgn Ibunya. Muluskah niat Indi, saya tunggu saja cerita lanjutannya. Maturnuwun Bu Tien, yg dengan cerdas menata cerita dlm alunan yg enak untuk diikuti. Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin dan tetap semangat dlm berkarya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede
ReplyDeleteNah lho, melani dan abi kagetlah pastinya kalau ngelihat aris.
ReplyDeleteHem, tambah mantab bun.
Terima kasih.
Moga sehat dan aduhai selalu.