Tuesday, December 14, 2021

MELANI KEKASIHKU 50

 

MELANI KEKASIHKU  50

(Tien Kumalasari)

Sasa menubruk jazad ibunya, dan menangis pilu. Andra yang mengikutinya hanya bisa menepuk-nepuk pundaknya untuk menenangkannya.

Puluhan tahun tidak pernah bertemu, lalu bertemu kemudian meninggalkannya.

Ketika kemudian petugas mengurus jenazah Santi, Andra menuntunnya keluar. Tiba-tiba seseorang memeluknya. Ia adalah Laras, ibu sambungnya.

“Sasa, kamu tenang ya,” katanya lembut sambil memeluk dan mengelus kepalanya.

“Ibuku sudah meninggal...” isak Sasa.

“Setidaknya kamu sudah bertemu dengannya. Tadi petugas itu mengatakan bahwa sudah beberapa hari ibumu tidak mau makan. Ia terus berteriak ingin pergi. Lalu dia jatuh sakit dan tak tertolong.”

“Iya bu...”

“Akulah pengganti ibumu, kamu lupa?”

“Tidak Bu. Terima kasih karena selalu menyayangi aku.”

“Ibu menyayangi kamu sejak pertama kali Ibu melihatmu,”

Sasa mengangguk-angguk sambil memeluk Laras dengan erat.

“Sasa, bapak akan mengurus pemakaman ibu kamu. Dia tak lagi memiliki keluarga,” kata Agus sambil menepuk bahu anaknya.

“Iya Pak..”

“Sudah, mari kita doakan saja ibu kamu, dan memohonkan ampun atas semua kesalahannya, ya Sa?” sambung Laras sambil menuntun Sasa duduk.

“Kalian pulang saja dulu, biarlah aku mengurus semuanya,” kata Agus lagi.

“Iya mas, biarkan Sasa menenangkan dirinya dirumah.

“Saya akan kembali, mobil bapak saya tinggalkan di depan Rutan, nanti saya kembali kemari untuk membantu om Agus.” kata Andra.

“Kami akan pulang, mobil kamu aku bawa dulu ya mas, nanti kamu aku turunkan di Rutan,” kata Sasa setelah merasa lebih tenang.

“Apa kamu yakin bisa membawa mobil?” tanya Agus.

“Biar aku yang membawanya mas,” kata Laras.

“Hati-hati kalian.”

***

Indi makan dengan nikmat, sementara Aris yang duduk di depannya merasa sungkan. Apalagi ketika dia sadar bahwa sebentar-sebentar Indi menatapnya.

“Mas, makannya nggak enak ya?” tanya Indi ketika melihat Aris memakannya pelan, dan sambil menundukkan wajahnya.

“Oh, tidak mbak, enak kok...”

“Kok pelan sekali menyendoknya, seperti nggak enak, begitu?”

“Sungkan saja, penampilan saya seperti ini. Coba saja mbak lihat, setiap orang yang baru masuk selalu menatap ke arah kita. Pasti heran seorang gadis cantik makan berdua dengan seorang pegawai bengkel.”

“Mengapa pedulikan mereka? Yang penting aku lapar, mas Aris juga lapar, lalu makan dan kita kenyang, ya kan?”

“Iya sih...”

“Mengapa mas Aris belum menikah?” tanya Indi tiba-tiba. Tapi kemudian Indi memarahi dirinya sendiri kenapa begitu lancang bertanya. Seperti orang yang tidak punya etika, ya kan.

“Ss_saya...”

“Aduh, maaf banget mas Aris, saya kelepasan bicara. Mm... soalnya.. tadinya saya mengira bahwa nama bengkel itu nama anaknya. Tetangga saya punya toko, nama anaknya Sanjoyo, lalu toko itu dinamakannya Toko  Sanjoyo,” kata Indi yang berusaha memperbaiki ucapannya.

“Tidak apa-apa kok mbak. Mau bagaimana lagi, saya memang belum laku.”

“Belum laku, atau jangan-jangan mas Aris terlalu pilih-pilih,” dan Indi kembali terkejut. Bukankah itu dirinya? Terlalu pilih-pilih dan belum punya pacar sampai sekarang, sementara ibunya sudah berteriak-teriak setiap hari agar dia segera menikah. Bahkan beberapa kali ibunya mencarikan jodoh untuknya, tapi dia mengacuhkannya. Padahal pilihannya kan bukan sembarang laki-laki. Diantaranya Abi, yang ganteng, sukses dalam usaha, baik hati. Kurang apa coba? Sama sekali dia tidak tertarik. Lalu Andra, yang sedikit membuatnya kecewa, dan tiba-tiba dia bertemu Aris.

“Ya Tuhan, apakah aku termakan oleh sumpahku sendiri?” bisik batin Indi.

Ini bukan main-main. Perasaannya sungguh berbeda. Barangkali bukan cinta, tapi dia sudah suka sejak pertama kali melihatnya.

Aris mengangkat wajahnya, menatap wajah cantik yang sedari tadi mengawasinya. Sungguh Aris jadi malu. Dan rasa malu itu membuatnya sulit untuk  bicara, dan rasa malu itu pula justru yang membuat Indi tertarik. Laki-laki biasanya akan menatapnya dengan kagum, senyum-senyum menggoda, lalu mengajaknya berkenalan. Tapi Aris seperti tak peduli. Gila benar.  Indi harus sering-sering menggodanya. Hahh? Menggodanya? Indi ingin menampar wajahnya yang tak henti-hentinya menatap laki-laki didepannya.

“Saya tidak pilih-pilih, Memang nggak laku...” katanya lalu menyendok lagi makanannya.

Indi mengalihkan pandangannya ke arah jalan.

“Saya pernah mencintai seorang gadis...” tiba-tiba kata Aris lagi.

“Haaa, Lalu...?”

“Gadis itu menolak saya. Waktu itu saya hanya menjadi satpam disebuah perusahaan. Saya patah hati, dan akhirnya mundur, karena dia memilih seorang laki-laki yang lebih kaya, kemana-mana naik mobil, wajahnya ganteng seperti bintang film,” katanya seperti bergumam. Indi mendengarkan.

“Lalu saya menjual semua milik saya. Sepeda motor, dan barang-barang lainnya, untuk berusaha membuka bengkel, dan saya berhasil. Artinya, saya bisa mendapat penghasilan lebih, sehingga bisa mencicil rumah yang saya pergunakan sebagai bengkel.”

“Jadi bengkel itu sudah menjadi milik sendiri?”

“Belum, masih mencicil beberapa tahun lagi. Tapi saya bersyukur mendapat penghidupan yang lebih baik.”

“Bagus sekali, saya suka seorang laki-laki yang gigih,” kata Indi sambil memasukkan suapan terakhirnya.

Aris tersipu. Ia tak mengira bisa berkenalan dengan seorang gadis yang baik. Gadis kaya yang tak malu makan bersama dengan laki-laki yang pakaiannya berlepotan oli seperti dirinya.

“Terima kasih karena mbak mau mengenal saya,” katanya. Ia belum juga selesai makan. Ingin rasanya dia segera menyelesaikan makan siang itu, tapi sungkan kalau sampai dia tak menghabiskannya.

“Habiskan dan jangan tergesa-gesa mas, saya sabar menunggu kok.”

Aris melirik ke arah depan, dan melihat Indi sudah menghabiskan makanannya. Aris mengunyah lebih cepat karena sungkan Indi menunggunya terlalu lama.

Ketika selesai, Aris bergegas mengambil dompet dan berusaha membayar makan dan minum mereka, tapi Indi mencegahnya. Ia memegang tangan Aris yang sudah menggenggam uang, lalu mengulurkan uangnya sendiri kepada pelayan warung itu. Pelayan sampai tersenyum melihat pelanggannya berebut membayar lebih dulu.

“Gimana sih mbak, nggak pantas dong wanita yang membayar,” Aris ingin protes.

“Kan tadi saya bilang akan mentraktir? Jadi biarkan saya membayarnya,” kata Indi sambil berdiri. Aris mengikuti dengan perasaan sungkan. Dan sikap sungkan serta malu itulah yang membuat Indi suka.

“Nanti deh, lain kali kalau ada kesempatan makan bersama lagi, bolehlah mas Aris yang membayarnya,” kata Indi sambil duduk, sementara Aris kembali mengemudikan mobil itu.

***

Upacara pemakaman Santi selesai sore hari itu. Abi yang diberitahu juga memerlukan datang untuk ikut berdoa di tempat pemakaman.

“Sejauh ini, om Anggoro belum mendengarnya,” kata Abi setelah upacara pemakaman itu selesai.

“Memang bapak sengaja tidak memberi tahu terlebih dulu, khawatir tante Dita mendengarnya, susah bagaimana menerangkannya,” kata Andra.

“Benar, biarkan mereka lebih tenang.”

“Apalagi pasti saat ini mereka sibuk mempersiapkan pernikahan kalian.”

“Iya sih. Besok aku akan mengajak Melani berbelanja. Semoga ibunya tidak keberatan aku mengajaknya.”

“Tante Dita selalu merasa takut kalau bayi kecilnya yang sudah besar kembali hilang.”

“Perlahan-lahan dia pasti akan mengerti. Aku sudah mengalah akan tinggal disana seusai pernikahan kami, supaya ibu Dita tidak khawatir.”

“Padahal bapak kamu sudah mempersiapkan rumah untuk kalian.”

“Tidak apa-apa. Pasti ada jalan untuk membuat ibu Dita mengerti.”

“Syukurlah.”

“Tapi ngomong-ngomong aku agak kesal sama kamu," lanjut Abi.

“Kenapa?”

“Aku tidak tahu bahwa kamu sama Sasa pacaran. Dan gilanya aku masih ingin menjodohkan kamu sama Indi.”

Andra tertawa.

“Kami sudah dekat sejak kecil, jadi tidak kelihatan kalau pacaran.”

“Setidaknya beritahu aku dong.. aku bukan sahabatmu lagi haahh?”

“Tenang kawan, boleh kan, seorang sahabat membuat kejutan?”

“Untungnya Indi itu gadis yang tak begitu perasaan. Kalau dia benar-benar suka sama kamu, pasti dia patah hati.”

“Ya enggak lah, Indi juga nggak suka sama aku.”

“Ya sudah, memang jodoh itu bukan kita yang mengaturnya. Mana Sasa, aku harus mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya ibunya,” kata Abi yang segera mengikuti Andra mendekati Sasa yang masih khusuk berdoa.

***

Anindita mendekati suaminya yang sedang berada di kamar Melani. Ia tampak sibuk mengatur tata letak ruang yang seratus persen di rubahnya. Tempat tidurnya diganti yang lebih besar.

“Kau apakan kamar Melani?” tanya Anindita sambil menatap heran.

“Ini, akan kita rubah semuanya. Karena Nanti Melani tidak akan sendiri. Akan ada yang menemaninya tidur,” kata Anggoro menerangkan.

“Oh, sama aku kan ?”

Anggoro tertawa.

“Bukan Dita, Melani akan ditemani Abi. Mas Ganteng itu..”

“Mas Ganteng mau tidur disini?”

“Iya, setelah menikah dia akan tidur disini. Bukankah kamu mau agar Melani tidak dibawa Nak Ganteng?”

“Jangan..”

“Maka dari itu, nanti Nak Ganteng yang akan tidur disini.”

“Oh, bagus... buat kamar yang bagus untuk mereka,” kata Anindita riang.

“Tentu sayang, kita akan buat sebagus mungkin, agar mereka senang.”

“Nak Ganteng baik.. “

“Benar, nak Ganteng baik, dia akan menjaga Melani dengan baik pula.”

“Ibu, bolehkah aku pergi bersama mas Ganteng siang ini?” tiba-tiba Melani mendekat untuk meminta ijin.

“Kamu mau pergi? Apa nanti akan kembali?” tanya Anindita khawatir.

“Tentu saja Ibu, disini kan rumah ibu, jadi Melani akan kembali kemari. Atau ibu mau ikut bersama kami?”

“Ikut ? Kemana ?”

“Kami akan belanja banyak kebutuhan, saat kami menikah nanti.”

“Sebaiknya tidak usah saja Melan, nanti ibumu kecapekan,” kata Anggoro.

“Kami akan belanja banyak, dan pasti lama, nanti ibu kecapekan.”

“Jadi aku di rumah saja?”

“Iya sayang, kamu di rumah saja. Kalau kamu pergi, aku sama siapa?” Anggoro pura-pura merajuk sambil memegangi tangan Anindita.

“Kan ada bibik ?”

“Nggak mau sama bibik, aku maunya sama kamu,” kata Anggoro berlaku seperti  anak kecil yang sedang merengek. Melani tersenyum geli dibuatnya.

“Ya sudah, aku nggak mau ikut, nanti bapakmu rewel.”

Anggoro bersorak, lalu memeluk isterinya dengan sayang. Anindita hanya tersenyum, tapi Melani senang ibunya mengijinkan.

“Mana Nak Ganteng?”

“Sebentar lagi dia datang bu, Melani mau ganti baju dulu.”

***

Dua Minggu lagi perhelatan itu akan diadakan. Persiapan sudah sembilanpuluh sembilan persen. Abi merasa tenang.

Ia berada di kantornya ketika tiba-tiba Indi menelponnya.

“Ya Indi?”

“Bagaimana persiapannya? Sudah selesai kan? Aku ingin membantu, kebagian apa nih aku?”

“Aduh, sebenarnya aku ingin menjadikan kamu pendamping pengantin. Tapi kan harus ada pasangannya.”

“Oh, aku suka pekerjaan itu,” kata Indi bersemangat.

“Kamu mau sama siapa? Sudah menemukan pacar yang cocok dengan selera kamu?”

“Ehem.. itu gampang.”

“Syukurlah, aku senang kalau kamu bisa, nanti aku catat. Tapi siapa pasangan kamu?”

“Nanti akan aku ajak dia ke rumah kamu. Besok sore?” tantang Indi.

“Oke, aku senang mendengarnya. Aku tunggu ya.”

***

Aris terkejut ketika Indi tiba-tiba muncul didepannya. Sejak kejadian mobilnya macet itu sudah empat kali Indi meminta agar Aris memeriksa mobilnya. Ada-ada saja yang dikeluhkannya. Yang kurang nyamanlah, yang katanya kadang-kadang suka macetlah. Dan Aris sedikit heran karena setiap kali diperiksa, mobilnya sebenarnya tak apa-apa.

“Mas Aris...”

“Ada yang nggak beres lagi ?”

“Bukan mas, tapi coba mas Aris kesini sebentar, aku mau bicara,” kata Indi tanpa turun dari mobilnya, dan justru meminta agar Aris duduk disamping kemudi. Ada kasak-kusuk diantara pegawainya, karena bos bengkel itu tampak sudah dekat dengan pelanggannya.

“Ada apa mbak.”

“Bengkel tutup jam berapa?”

"Masih nanti, agak sore. Jam empat atau lima. Itupun kalau kami sudah selesai mengerjakan semua yang harus kami kerjakan. Kenapa mbak?”

Indi ingin mengatakan sesuatu, tapi ia segan mengatakannya. Ia merasa terlalu bernafsu mendekati Aris. Indi benar-benar heran pada dirinya.

“Ini pasti aku termakan sumpahku sendiri. Gila juga aku bisa suka sama laki-laki dekil yang bajunya berlepotan oli ini,” kata batin Indi.

“Kenapa mbak?”

Sangat berat membuka mulut untuk mengajak Aris pergi bersamanya.

“Bagaimana kalau aku dikira perempuan murahan?” batinnya kembali menimbang-nimbang.

“Tidak... tidak.. baiklah mas, nanti saja aku menelpon. Sekarang aku permisi dulu,” katanya seakan menyuruh Aris untuk turun. Arispun turun dengan bingung.

“Maaf ya mas, aku pergi dulu,” kata Indi sambil menstarter mobilnya dan pergi dari hadapan Aris yang bengong seperti sapi ompong.

***

Besok lagi ya

 

75 comments:

  1. matur suwun bunda tien melani eps 59nnya sehat slalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah yang ditunggu-tunggu sdh tayang eMKa episode 50. Terima kasih bu Tien, semoga bu Tien selalu sehat dan ... Sehat selalu
      Salam ADUHAI, _mas kakek mBandung_

      Delete
    2. Selamat buat heng Agustina Semarang, Anda juara 1 balapan komen tercepat di eMKa episode yang ke 50.
      Ayo yang lain ikutan balapan, jangan mo kalah dengan Yogja, Bojonegoro, Jakarta.....
      Semangat dan tetap ADUHAI

      Delete
    3. Selamat Jeng Agustin Juara 1


      Mtnuwun mbk Tien MK 50 tayang gasik

      Delete
    4. Alhamdulillah.. slmt mba Agustina.. juara 1.. thanks bunda Tien.. apakah dokter Santi tamat riwayatnya?
      Tetap salam seroja dN Aduhaaaai 😘❤️🙏

      Delete
  2. Replies
    1. Alhamdulillah, yang ditunggu datang ..
      Terima kasih mbak Tien yang Aduhai,,🥰🥰

      Delete
  3. Terimakasih bunda Tien semoga bunda selalu sehat
    SalamSehat dan aduhai

    ReplyDelete
  4. Alhamdulilah, salam sehat mbak Tien dan semuanya dan juga salam ADUHAI...

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah maturnuwun mbak, semoga selalu sehat. Aamiiin

    ReplyDelete
  6. Alhamdululah ..terima kasih bu tien sayang ...
    Salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  7. Alhamdulilah... terimakasih Bu Tien...sehat selalu nggih 🙏☺️

    ReplyDelete
  8. Alhamdullilah MK 50 sdh hadir.. Terimalasih bunda Tien.. Slmtmlm dan slmt istirahat.. SalamAduhai dri dukabumi

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah, MK50 sdh tayang ..
    Terima kasih mbak Tien, smg sehat selalu dan salam Aduhai

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah MK50 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  11. Akhamdulillah MK~50 telah hadir.. Maturnuwun bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah.... temksh mb Tien

    MK-50 sdh tayang

    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  13. Alamdulillah...
    Yang ditunggu tunggu telah hadir
    Gasik...
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
    Salam ADUHAI dr Cilacap.

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah
    Syukron Mbak Tien ....semoga kita semua selalu sehat Aamiin.

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah....semuanya akan merasa bahagia...sehat selalu ya bUnda Tien

    ReplyDelete
  16. Alhamdulilah n aduhaiii MK 50 telah hadir. Mksh Bu Tien sehat selalu.

    ReplyDelete
  17. Terima kasih Bu Tien semoga selalu sehat, n tetap semangat, salam aduhai dari Pasuruan

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah. Di episode ini tambah asyik ceritanya. Bayangin polahnya Indi yg lagi mabuk cinta...ehem. Matur nuwun Bu Tien ..🙏👍

    ReplyDelete
  19. alhadmulillah... terima kasih..... asli.... makin aduhai terus part....

    ReplyDelete
  20. Alhamdulilah usah tayang trims bu tien sehat selalu

    ReplyDelete
  21. Apa Aris ini tokoh arogan yang pernah menyukai Melani ya, yang pernah ribut dengan Abi ditempatnya Mboknya Melani? Cuma mbak Tien yang tau...

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
    Senantiasa sehat dan bahagia..,Aamiin

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah matur nuwun Bunda
    Sehat selalu dan tetap semangat

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien....MK sdh tayang....🙏
    Salam sehat selalu....👍😊

    ReplyDelete
  25. Terima kasih Bu Tien MKnya, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  26. Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah berkunjung ke rumah.
    Indi jadi dengan orang bengkel ya, tidak apa-apa. Cocoknya itu yang penting.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  27. “Tidak... tidak.. baiklah mas, nanti saja aku menelpon. Sekarang aku permisi dulu,” katanya seakan menyuruh Aris untuk turun. Arispun turun dengan bingung.

    “Maaf ya mas, aku pergi dulu,” kata Indi sambil menstarter mobilnya dan pergi dari hadapan Aris yang bengong seperti sapi ompong.

    Piye ta iki karepe ???
    Aris tuh pura-pura gak ngerti apa sengaja memancing-mancing Indi ??
    Dasar laki-laKI dekil........... Dapat durian runtuh, nggak mau.....
    Ayo Indi gak usah malu..... Nanti hilang lagi lho seleramu.....
    Matur nuwun bu Tien, sugeng dalu.

    ReplyDelete
  28. Maturnuwun mbak Tien, MK 50 sampun mitos, aduhai senengnya saya terhibur.
    Sugeng istirahat wonten ing pangayomaning Gusti.🙏😴

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah.. matur nuwun mBak Tien Kumalasari, MK Eps 50 sudah hadir.
    Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat beristirahat... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  31. Maturnuwun Mbak Tien.salam Aduhai selalu sehat nggih Mbak.

    ReplyDelete
  32. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo,

    ReplyDelete
  33. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,

    ReplyDelete
  34. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah MK50 sudah hadir, terimakasih bunda Tien ,semoga sehat sehat selalu ,salam Aduhai dari Jakarta .

    ReplyDelete
  36. Wah aris sangat beruntung kalau hisa dapat indi yg cantik dan kaya
    Terima kasih bu tien

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah MK50 sudah hadir. Matursuwun mbak Tien, salam sehat selalu. Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  38. Sami2 ibu Umi,
    Salam sehat dan ADUHAI

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah...terimakasih bu Tien .. Sehat selalu bu

    ReplyDelete
  40. Trimakasih mbak Tien MK50nya..

    Makin dekat nii..
    Tapi..Indi sm Aris?...iyakah?..😊😊

    Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..sampun ngantuk..tp eman2 baca dl..😊🙏😘🌹

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah .....
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah terimakasih bu Tien, salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  43. Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu . Aduhai

    ReplyDelete
  44. Duh .......smakin rame pasti tuh...Malani dan Abi.. Andra dan Sasa..Indi dan Aries hahahah semoga ibu Andita sehat dan bisa cepat pulih dan salam aduhai u bu Tien

    ReplyDelete
  45. Dalam pelukan ibu Laras, terasa menyejukkan mengingatkan saat Sasa kebingungan kepada siapa kedamaian ini ada.
    Kasih sayang yang didambakan seorang bocah yang membutuhkan bermain bercanda dan bercerita tentang pengalaman baru yang perlu penjelasan; seorang ibu dimana bertumpu ribuan harapan untuk menuntun langkah kedepan.
    Untung lah aku boleh memilih seorang ibu Laras yang pernah memberi boneka besar untukku.

    ADUHAI

    Berpegang janji diri cukup keras menimbang akan beban tatanan adat dibalik tuntutan masa yang nggak mau tahu; terus saja berjalan.
    Nggak lah Indi seorang pebisnis, harus tepat waktu apalagi janji, itulah yang buat pegangan selama ini.
    Aris dibuat bingung, kenapa tadi memanggil dan nggak jadi bicara, mbak Indi mungkin nggak enak melihat anak buah ku pada kompak mengarah kepada mobil mbak Indi, jadi nggak enak.
    Tapi dia janji mau nelpon; baiklah akan kutunggu, apapun yang akan terjadi biar saja mengalir, siapa takut aku seorang kapiten mempunyai pedang panjang gumamnya sambil nyengir, ingat waktu kecil.
    Begitulah bunyinya...


    Terima kasih Bu Tien,
    Melani Kekasihku yang ke lima puluh, sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  46. Nah lho, termakan omonganmu sendiri kan indi?
    Aduhai! Bikin penasaran aja nih bun.

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...