MELANI KEKASIHKU 49
(Tien Kumalasari)
Sasa menubruk ke arah ibunya yang terkulai dibawah kursi, lalu beberapa petugas sibuk mengangkat tubuh itu ke dalam.
“Mengapa tidak dibawa ke rumah sakit?” teriak Sasa.
“Tenang mbak, kami akan mengurusnya. Kalau memang diperlukan, maka kami pasti akan membawanya ke rumah sakit,” kata petugas yang kemudian mendekatinya, lalu mempersilahkannya keluar.
“Apakah mbak ingin menunggu? Saya kira mbak tidak usah menunggu. Kalau ada sesuatu kami akan menghubungi keluarga mbak,” katanya sambil mengantarkan Sasa keluar.
Sasa kemudian menyerahkan selembar kartu namanya.
“Ini kartu nama saya. Tapi saya mohon, bawa ibuku ke rumah sakit.”
“Kami akan melakukan yang terbaik, mbak tenang saja. Kalaupun kami harus membawanya, tidak akan melewati tempat ini, jadi percuma kalau mbak menunggu disini.”
Sasa menghela nafas panjang, dan menghembuskannya dengan kesal. Ia ingin sekali menangis, tapi ditahannya.
Masih terngiang ditelinganya, bahwa ibunya mengatakan tak tahan lagi, dan minta agar dibawanya keluar dari tempat ini. Lama tak pernah bertemu ibunya, Sasa masih ingat sorot mata tajamnya, yang selalu mengatakan bahwa segala keinginannya harus terpenuhi. Tapi tadi Sasa tak melihat itu semua. Mata yang tanpa sinar kehidupan, putus asa dan pasrah, tergambar disana. Tak urung air matanya membasahi juga pipinya, yang kemudian diusapnya sambil melangkah keluar. Ia melihat kekiri dan kekanan. Ia harus memastikan bahwa ibunya benar-benar dibawa kerumah sakit. Sasa terus berdiri mematung dengan air mata berlinang, ketika seseorang menepuk pundaknya.
“Sasa...”
Sasa menoleh, dan menghambur kedalam pelukan Andra.
“Ada apa?”
“Ibu....”
“Tidak diijinkan bertemu? Atau dia tak mau menemui kamu?”
Sasa melepaskan pelukannya, dan merasa bahwa yang dilakukannya sangat tidak pantas, apalagi di tempat umum, dimana tiba-tiba sudah banyak orang menatap ke arah mereka.
“Ibu sakit.”
“Sakit apa?”
Sasa menggeleng-gelengkan kepalanya, dan kembali menitikkan air mata.
“Kami bicara sebentar, ibuku tampak sangat lemah. Badannya terasa panas ketika aku memeluknya, lalu tiba-tiba dia pingsan.”
“Ya Tuhan, apa langsung ditangani dokter?”
“Mereka membawanya masuk.”
“Kamu tunggu disini, aku akan menanyakannya.”
Andra masuk dan menemui penjaga yang ada didepan. Ia menanyakan penanganan terhadap narapidana bernama Santi.
“Disini ada dokter yang akan menanganinya. Kalau perlu dibawa ke rumah sakit, pasti kami akan membawanya.”
Jawaban itu tak memuaskan. Tapi Andra tak bisa berbuat apa-apa. Ia kembali menemui Sasa yang masih mematung di luar pintu.
“Tenanglah, disini ada dokter yang akan menanganinya. Kalau perlu perawatan di rumah sakit, mereka akan melakukannya,” kata Andra.
Sasa di tuntunnya ke arah mobil, berharap ia akan merasa lebih tenang.
“Keadaan seperti itu, sudah pasti harus dibawa ke rumah sakit, mengapa terlalu lama?” pekik Sasa kesal.
“Tenang Sa, jangan berteriak...”
“Dia ibuku mas, sejelek apapun dia itu ibuku!!” Sasa masih saja berteriak.
“Tentu saja Sa, aku tidak ingkar, tapi kamu harus tenang.”
Lalu terdengarlah sebuah raungan sirene ambulans yang keluar dari arah samping.
“Mereka sudah membawanya. Ayo kita ikuti mereka,” kata Andra yang segera naik dan duduk dibelakang kemudi, lalu menjalankannya mengikuti ambulan tersebut.
“Benarkah itu yang membawa ibuku? Bagaimana kalau bukan?”
“Kita lihat saja nanti, yang penting kita ikuti saja dulu, daripada ketinggalan.
***
Panji terkejut mendengar penuturan Andra, bahwa Santi dibawa ke rumah sakit.
“Mobil Bapak Andra tinggalkan didepan Rutan itu. Nanti akan Andra ambil setelah dari rumah sakit.
“Baiklah, tidak apa-apa, Bapak juga tidak akan ke mana-mana. Semoga semuanya baik-baik saja.”
“Terimakasih Pak.”
Panji menghela nafas panjang. Ia berharap tak ada sesuatu yang buruk terjadi pada Santi, walau dia tahu bagaimana jahatnya wanita itu. Sungguh ia telah memaafkan semuanya, karena toh Santi sudah menuai buah yang ditanamnya. Hatinya tergerak untuk mengabari hal tersebut kepada Anggoro, tapi diurungkannya. Ia tak ingin merusak kebahagiaannya karena Anggoro sudah menemukan isteri yang dicintainya. Toh mungkin juga Anggoro tak akan peduli akan apapun yang terjadi dengan Santi. Panji justru ingin mengabari Agus, karena ini ada hubungannya dengan Sasa.
“Jadi Sasa sekarang ada di rumah sakit? Mengapa tiba-tiba anak itu ingin menjenguk ibunya? Dirumah dia tak mengatakan apa-apa,” kata Agus.
“Naluri seorang anak Gus, barangkali hati kecilnya yang mengajaknya kesana, mengingat ibunya sakit.”
“Iya, mungkin saja. Kamu sudah mengabarkan ini ke Laras?”
“Belum, aku baru menelpon kamu saja. Anggoro pun belum aku beri tahu.”
“Tidak usah, Panji, nanti malah memperkeruh keadaan. Tapi aku berterimakasih kamu mengabari aku. Aku akan mengatakan semuanya pada Laras. Kalau perlu aku akan menyusulnya ke rumah sakit.”
“Baiklah Gus. Kabari aku kalau ada apa-apa.”
Panji masih saja termenung ketika pembicaraan di telpon itu berakhir. Ketika seseorang dengan angkuh dan dengan tawa kemenangannya saat berhasil melakukan kejahatannya, ia lupa bahwa sesuatu akan berakhir pada saatnya. Dan sesuatu itu pasti akan sakit sesakit-sakitnya, melebihi rasa sakit yang dialami korbannya. Sekarang Santi sedang menuai buah yang ditanamnya, yang dulu tak pernah dibayangkannya.
***
Indi mengutak-atik mobilnya, yang tak segera bisa hidup saat dia akan mengendarainya siang itu. Ia bermaksud keluar dan makan siang di rumah makan favoritnya. Satpam perusahaan yang mengawasinya selama beberapa saat, kemudian mendekatinya.
“Ada apa bu?” tanyanya.
“Ini, tiba-tiba macet.”
“Boleh saya coba hidupkan bu?”
“Coba saja,” kata Indi sambil turun. Satpam segera mencoba menstarternya, tapi berkali-kali mencoba juga tidak berhasil.
“Maaf bu, saya akan menghubungi bengkel langganan saja.”
“Ya, baiklah.”
“Sopir perusahaan dua-duanya sedang keluar, tapi saya bisa menghubungi bengkel itu, kata Satpam itu sambil setengah berlari, barangkali akan mengambil ponselnya yang tertinggal di pos Satpam dimana dia berjaga.
Tapi tiba-tiba Indi teringat Bengkel Aris. Lalu tiba-tiba dia bertepuk tangan memanggil Satpam tersebut.
“Tunggu..!”
Satpam membalikkan tubuhnya dan berbalik lagi menghampiri Indi.
“Ya Bu?”
“Nggak jadi, aku punya langganan bengkel yang bagus. Sudah, biar saya urus.”
“Baiklah bu,” kata Satpam tersebut sambil berlalu.
Indi mengambil ponselnya dan juga kartu nama yang diberikan Aris kemarin. Lalu dia merasa heran, mengapa harus bengkel itu? Toh kalau Satpam itu mengurusnya dia tidak akan bersusah payah menelpon sendiri? Indi berdebar.
Ia juga heran karena mobilnya tiba-tiba tak mau distarter. Apakah ini adalah jalan agar dia mengenal lebih dekat laki-laki itu? Indi masih menggenggam ponselnya dan tidak segera menelponnya. Tapi keinginan untuk memanggilnya kenapa begitu kuat? Celaka, apakah aku jatuh cinta beneran? Gila... gila.. tidak. Jangan sampai dia termakan oleh sumpahnya sendiri walau hanya dalam hati, Tapi seperti digerakkan oleh sebuah kekuatan, toh akhirnya dia memencet nomor itu.
“Selamat siang, Bengkel Aris disini, ada yang bisa saya bantu?”
Indi berdebar. Itu suara bos bengkel yang dikenalnya. Tiba-tiba Indi merasa debar jantungnya terasa lebih kencang.
“Hallo... aduh, orang iseng ternyata...” celetuk Aris dari seberang.
“Eh.. hallo.. hallo...” Indi buru-buru menyapanya ketika bos bengkel menyebutnya iseng karena dia tidak segera menjawabnya.
“Hallo, ada yang bisa saya bantu.”
“Mm_mas Aris...saya... saya Indi..”
“Indi.. siapa ya?”
Celaka, dia belum pernah memperkenalkan nama, itu sebabnya Aris bertanya. Duh, mengapa dia tak mengenal suaraku sih. Gerutu Indi dalam hati. Baru bertemu sekali sudah harus ingat suaranya? Itupun hanya beberapa patah kata yang terucap. Lha kok aku ingat suaranya? Batin Indi lagi.
“Indi yang kemarin menawarkan jamu-jamu itu? Yang butuh jamu kuat hari ini tidak masuk mbak, jadi..” sambung Aris.
Indi terkejut. Ia tersinggung dikira penjual jamu.
“Saya Indi yang kemarin memasang ban mobil disini.”
“Oh.. eh..eh.. maaf. Saya kira Indi... yang... yang...”
“Itu Indri bos...” Indi mendengar teriakan salah satu pegawai bengkel.
“Maaf mbak, sungguh saya minta maaf.. Baiklah, apa yang bisa saya bantu mbak?”
“Mobil saya macet,” kata Indi agak kesal.
“Dimana? Saya akan menyuruh... eh tidak.. saya sendiri yang akan kesana. Dimana mbak?”
“Saya masih di kantor.”
“Di kantor? Mohon alamatnya mbak, saya akan segera kesana.”
“Akan saya tuliskan,” kata Indi singkat.
Indi menyandarkan kepalanya dengan wajah cemberut. Tak terima ketika menyadari Aris tidak mengenali suaranya, malah mengira dia penjual jamu. Ia memejamkan matanya, dan merasa perutnya sedikit melilit. Saatnya makan yang tertunda, gara-gara mobilnya macet. Tapi tak ada seperempat jam lamanya, sebuah sepeda motor dilihatnya memasuki halaman. Satpam segera mengantarkannya ke arah mobil Indi, ketika melihat pendatang bermotor itu. Dilihatnya Indi masih duduk di dalamnya.
“Bu, apakah ini petugas bengkel yang ibu panggil?”
Indi turun dari mobilnya dan mengangguk.
“Ya benar.”
Satpam itu menganggukkan kepalanya, kemudian berlalu.
“mBak Indi, saya minta maaf, saya kira tadi...”
“Aduuh, saya bukan penjual jamu lho mas,” kata Indi yang merasa kasihan melihat wajah Aris yang memelas karena takut membuatnya tersinggung. Tadi sih tersinggung, sekarang tidak tuh. Habis dilihatnya Aris menunduk seperti tak berani menatap wajahnya.
“Mm.. ini.. mobil saya tiba-tiba macet. Kok mas sendiri yang kesini?”
“Bengkel sedang ramai mbak, nggak apa-apa, kalau bisa akan saya kerjakan sendiri, nanti kalau menunggu mereka bisa kelamaan.”
Baguslah, tapi Indi senang mendapat perhatian, buktinya dia tak ingin dirinya menunggu kelamaan.
Indi menyingkir ketika Aris naik ke atas mobilnya, dan mencoba menstarternya.
Indi melambai ke arah satpam, memberi isyarat agar satpam itu mengambilkan minum. Satpam yang mengerti isyarat tersebut segera berlari kedalam, dan tak lama kemudian mendekati Indi sambil membawa dua botol minuman dingin.
“Terimakasih ya..” katanya sambil menerima botol itu.
Indi naik dari pintu disamping kemudi, duduk disana lalu mengulurkan botol minum itu ke arah Aris.
“Terimakasih mbak,” Aris menerima botol itu tapi meletakkannya disampingnya. Ia masih sibuk menstarter mobilnya sambil menghentak-hentakkannya.
“Kenapa mobil saya?”
“Fuel pump nya lemah. Tidak apa-apa,” katanya sambil menghentaknya sekali lagi, dan hidup.
Aris bernafas lega, demikian juga Indi.
“Sudah bereskah?” tanya Indi.
“Mari kita coba ya mbak,” kata Aris sambil menutup pintu mobilnya, demikian juga Indi.
Aris membawanya keluar dari halaman, lalu menyusuri jalanan perlahan.
“Ini tidak apa-apa. Mobil bagus, dan masih baru. Bagaimana bisa terjadi?” gumam Aris.
Bukan hanya Aris, Indi juga heran. Tiba-tiba Indi merasa perutnya melilit. Sudah lewat jam makan siang, dan dia punya penyakit lambung yang akan terasa sakitnya kalau sampai dia terlambat makan.
“Mas, berhenti di warung itu ya?” kata Indi ragu-ragu dan sedikit malu.
“Warung apa ya mbak?” Aris pun ragu-ragu.
“Warung makan mas, tadi sebenarnya saya tuh mau keluar makan, nggak tahunya mobil saya tiba-tiba macet.”
“Oh, baiklah, tidak apa-apa.”
Aris menghentikan mobilnya di depan warung yang ditunjuk Indi.
“Ayo mas, turun.”
“Saya? Saya tunggu disini saja.”
“Mana bisa begitu mas, nggak apa-apa makan bareng saya. Saya yang traktir.”
“Tapi mbak begitu rapi, dan saya memakai pakaian bengkel. Mana mungkin. Saya akan membuat mbak malu.”
“Tidak.. saya tidak malu, cepat turun mas, saya sudah hampir pingsan karena lapar nih,” canda Indi.
Aris tersenyum, tapi masih ragu. Ia melirik ke arah pakaian bengkel yang dikenakannya, yang sebagian bertotol hitam terkena oli.
“Benarkah tidak apa-apa?”
“Tidak apa-apa, apa saya harus menariknya?” canda Indi lagi.
Aris tergesa turun. Barangkali takut gemetaran kalau benar-benar gadis cantik itu menarik tangannya.
***
Sasa duduk terdiam di kursi tunggu. Ibunya ada di ruang UGD, dua orang polisi menunggu di pintu. Sasa menyadari hal itu, karena Santi adalah seorang narapidana.
Andra duduk di sampingnya, tapi ke duanya diam membisu. Sebentar-sebentar terdengar hela nafas Sasa. Ia tampak gelisah.
“Apakah ibuku akan meninggal?”
“Tidak, dokter akan menanganinya.”
“Benar aku tak pernah merasakan belai kasih sayangnya, tapi tadi aku mendengar keluhnya, rasanya seperti teriris. Ibu mengatakan tak tahan lagi. Ibu juga bertanya apa aku ingin mengeluarkannya. Ya ampun mas, tak pernah saat kecil aku mendengar Ibuku mengeluh. Ibuku selalu penuh semangat. Ia berani menentang siapapun, bahkan bapakku tak pernah bisa menghentikannya. Aku sering merindukannya, tapi dia hanya ingin menyenangkan aku dengan memberikanku mainan, bukan belaian. Sekarang, mendengar Ibu merintih, aku merasa sedih.”
Andra menepuk tangan Sasa, tanpa mengucapkan apapun.
Tiba-tiba dokter tampak keluar dari ruangan itu, menatap kepada polisi yang berjaga disana sambil mengangkat bahu dan kedua tangannya.
“Saya minta maaf, tak bisa menolongnya,” katanya pelan, kemudian meninggalkannya.
Sasa terkejut, menghambur kearah ruangan itu dan berteriak.
“Ibuku meninggal?”
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah MK 49 sudah tayang
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien...
Aduhaii
Mbk Wiwik....juara 1
DeleteMtnuwun mbk Tien MK sdh tayang
Alhamdulillah eMKa_49 sdh tayang. Matur nuwun bu Tien Sugeng dalu tetap sehat, tetap semangat, tetap ADUHAI......
DeleteTerima kasih MK sudah tayang, semoga bunda Tien sehat selalu ๐๐ฅฐ
ReplyDeleteGumuuusshhhh sm dr. Santi nie, kira2 itu beneran apa acting ya ๐ค secara dia pinter ngeles ๐๐๐
kayaknya acting dehh..
Deletesecara beribu tipu musliatnyaa๐คฉ๐
Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah berkunjung ke rumah.
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien... ๐๐
Alhamdulillah, bacaan pengantar bobok, sugeng ndalu.sugeng istirahat
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteHoreee sdh tayang
ReplyDeleteTak tunggu2 longak longok kog blm ada
DeleteEeee.... makcekethisnongol
Trmksh mb Tien
Salam ADUHAI
Alhamdulillah MK49 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
mmatur suwun bunda Tien melani adh tayang sehat selalu utk bunda n kel.
ReplyDeletesalam Aduahiii
Alhamdulillah MK 49 sudah hadir
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Srmoga bunfa selalu sehat
salam srhat dan hangat
Alhamdulillah
ReplyDeleteAduhai
Ahoyyy
aduhai yg ditunggu telah tibaa
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien ๐๐๐
Matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteMugi tansah pinaringan sehat nj8h
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo,
Alamdulillah...
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
Alhamdulillah MK~49 telah hadir, maturnuwun bu Tien, semoga panjenengan tetap sehat & semangat.. Aamiin ๐๐๐
ReplyDeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,
Alhamdulilah .yg ditunggu2 akhirnya tayang juga ..matur nuwun bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulilah ...tks bu tien..salan aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien MK 49 sudah muncul, sehat selalu, salam.aduhai.๐
ReplyDeleteAlhamdulillah .. MK Eps 49 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun mBak Tien Kumalasari.
Salam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Assalamualaikum wrwb,,
ReplyDeleteAsyik.. melani mengunjungi rumahku ,,
Aduhsi mbak Tien ,, terima kasih banyak, sudah mengajak Melani ke rumahku ,, salam sehat Aduhai ngigih mbak Tien, tak lupa salam sayang buat keluarga di Pakisjajar Malang n keluarga di Bojonegoro salam sayang penuh kamgen ,,๐ฅฐ๐ฅฐ๐ฅฐ๐ฅฐ
Aduhai mbak Tien,.. kenapa dengan dokter Santi??
DeleteAduuhai mbsk Tien,.. Indi ,, oh Aris,, rasanya tak sabsr menunggu Melani datang ke rumahku besok diantar oleh mbak Tien yang Aduhai ,,,๐ฅฐ๐ฅฐ๐ฅฐ๐ฅฐ
Tks mbak Tien,aduhai apakah Santi akan meninggal? Besok lagi jd penasaran nih mbak Tien.
ReplyDeleteSalam aduhai dari Tegal.
Alhamdulillah .. MK49 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari.
Salam sehat dan salam Aduhai
Alhamdulillah, makasih bu Tien, semoga sehat selalu. Aamiin ๐คฒ
ReplyDeleteSasa yg baru saja ketemu dg ibunya bbrp saat harus kehilangan ibu kandungnya dan pertemuan untuk mendapatkan restu walau terluka dari ulah ibunya tetap ingin bertemu.
ReplyDeleteDan Alhamdulilah Andra datang untuk memberi semangat pada Sasa.
Sedang Indi apakah ini kelanjutan dari omongan orang laki2 pertama yg ia jumpai ketika kesal dg dirinya sendiri. Jodoh sudah diambang mata untuk Indi dan Sasa jg Abi dan Mela ni.
Ini yg mau kagungan gawe gedhen Bu Tien mau mantu 3 pasang sekaligus
Matur nuwun Bu Tien mugi sehat terus dan sungkem selalu. ๐๐๐
Innalillahi wainna ilaihi rojiun..
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMK 49 telah tayang...
Kita tunggu besok lagiiii๐
Salam sehat semuaaanya...
ADUHAIIIIIII
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien,salam sehat dan aduhai..
ReplyDeleteHaloow mbak Tien..trimakasih MK49nya..
ReplyDeleteWaduuh Santi tak tertolong?
Semoga yg terbaik buat semuanya..
Salam.sehat dan aduhaiii mbak Tien...๐๐๐น
Terima kasih mbak Tien. Salam sehat bu.
ReplyDeleteSanti sdh game over. Babak baru utk kehidupan Sasa. Terima kasih.
Aduh, akhirnya Santi berpulang juga...
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien
Perlu pakai 'Inna lillahi' apa tidak yaa... terus melayatnya ke mana, apa ke LP ...
ReplyDeleteYang jelas Sasa segera menikah, dan mungkin tinggal beberapa episode , terus ganti cerita baru, judulnya apa mbak Tien-ku?
Salam sehat selalu semangat mbak Tien , tetap ADUHAI.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun.....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....
Terima kasih Bu Tien MKnya, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda untuk Melani nya
ReplyDeleteSe hat selalu dan tetap semangat dlm berkatya
๐๐ฉ๐๐ค๐๐ก ๐๐๐ง๐ญ๐ข ๐ฆ๐๐ง๐ข๐ง๐ ๐ ๐๐ฅ ๐ฒ๐???
ReplyDelete๐๐จ๐ค๐ญ๐๐ซ ๐๐๐ซ๐ค๐๐ญ๐ ๐ญ๐ข๐๐๐ค ๐๐ข๐ฌ๐ ๐ฆ๐๐ง๐จ๐ฅ๐จ๐ง๐ ๐ง๐ฒ๐...
๐๐ข๐ญ๐ ๐ญ๐ฎ๐ง๐ ๐ ๐ฎ ๐ฌ๐๐ฃ๐ ๐ค๐๐ฅ๐๐ง๐ฃ๐ฎ๐ญ๐๐ง๐ง๐ฒ๐ ๐ฉ๐๐ฌ๐ญ๐ข ๐๐๐๐๐๐.
๐๐ฌ๐ญ๐ฎ๐ซ ๐ฌ๐๐ฆ๐๐๐ก ๐ง๐ฎ๐ฐ๐ฎ๐ง ๐๐ฎ ๐๐ข๐๐ง ๐ฌ๐๐ฅ๐๐ฆ ๐ฌ๐๐ก๐๐ญ ๐ฌ๐๐ฅ๐๐ฅ๐ฎ ๐ฎ๐ญ๐ค ๐๐ฎ ๐๐ข๐๐ง ๐๐๐ง ๐ค๐๐ฅ๐ฎ๐๐ซ๐ ๐..๐๐๐ฆ๐ข๐ข๐ง ๐๐๐...๐๐๐
Alhamdulillah, matur.nuwun.mbak Tien .
ReplyDelete.salam aduhai, dn mbak Tien diberikan kesehatan dan kesuksesan .. Aamiin
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Salam... ๐๐๐
ReplyDeleteAlhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
ReplyDeleteSenantiasa dalam keadaan sehat,bahagia selalu..,Aamiin.
Mstur nuwun bunda Tien..๐
ReplyDeleteAlhamdulillah. Melani sudah hadir. Matur nuwun Bu Tien .๐๐
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih Bu Tien MK sdh tayang.....
ReplyDeleteAkhirnya Santi meninggal deh....semoga kejahatannya tidak nurun ke Sasa .....๐คญ
Baru pertama kali ngajak makan di warung sama tukang bengkel, kebutuhan mendesak; lapar, รจh ketahuan temennya.
ReplyDeleteMengenal lagi; biasa langsung nimbrung. Gila sama siapa tuh, kayanya mengenal tampang dekil, ih pรฉdรฉ banget tuh si Indi.
Syukurlah nggak ada rotan akar pun jadi lah.
Kamu Aris kan?
Tetangga simbok nya Melani kan?
Mau aku kenalin malah sudah kenal, tadi mobil ku macet, aku panggil dia sekalian ku ajak makan; kan mau keluar makan.
Jadi kamu yang buka bengkel, baguslah, nanti kalau ada butuh alat pendukung usahamu minta aja sama depanmu Ris, pasti diberi, bos besar dia nich Ris.
Tuh kan Abi mulai keusilannya.
Sampai di bengkel nya; rame lagi anak buah pada nglรจdรจkin, si bos melamun; masih nggak percaya ketemu pelanggan baru nya cuek bebek, ngajak makan bareng padahal masih berseragam baju yang penuh noda, ciri khas orang bengkel. Ketemu pacarnya Melani, รจh malah kaya memberi semangat.
Bener nggak ya, ya dibener benerin aja anggap aja 'anda beruntung'.
ADUHAI
Ternyata itu panggilan nurani setelah yakin Andra serius, meneruskan persahabatan untuk selama lamanya hidup bersama.
Sudah ada niatan itu lama, tiap ada yang mendekat selalu ingat ibunya, itulah jadi enggak pรฉdรฉ, dari pada bengong di rumah mbantu kerja di kantor nya om Panji.
Sekalinya ingin menjenguk ibunya itu rupanya yang terakhir, Santi bersyukur masih ada yang perhatian dengan nya, yang kebetulan itu yang paling diabaikan; seorang Sasa anaknya.
Terima kasih Bu Tien,
Melani Kekasihku yang ke empat puluh sembilan sudah muncul.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta ๐
Oke Nanang memang ADUHAI
DeleteKasihan Sasa.
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Sehat selalu dan salam aduhai
Assalamualaikum wr wb. Santi meninggal dunia. Ada yg senang dan ada yg sedih karenanya. Yg jelas Indi merasa berbunga bunga ketika mblnya sdh baik dan bisa menikmati makan siangnya dgn pemilik bengkel yg memperbaiki mblnya. Mungkinkah Indi jatuh cinta kpd Aris... Maturnuwun Bu Tien, tdk terasa MK sdh sampai episode 49,semakin seru. Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteSami2 pak Mashudi
Aamiin ya robbal alamiin
eMKa_49 semalam hanya menceritakan detik² pertemuan & perpisahan Sasa & ibu kandungnya dan perjalanan Indi "mencari cinta", sedangkan bgmn kesibukan keluarga Melani & Abi paska lamaran, kesibukkan kedua keluarga untuk mempersiapkan akad nikah, resepsi pernikahannya, bagaimana sikap Dita saat Abi & Melan paska menikah, boleh nggak ya berbulan madu membawa Melan keluar rumah Anggoro bbrp hari?
ReplyDeleteBolehkan Melani & Abi pindah menempati rumah barunya yang sdh disiapkan pak Cokro beserta istrinya?
Bagaimana kisah kasih Sasa dan Andra, Indi & Aris masihkah akan dikupas bunda Tien di Melani Kekasihku atau ganti judul baru?
Semuanya masih disimpan bu Tien ....
Kita tunggu episode berikutnya......
*_Bu Tien memang "bisaan", membuat kita semua penasaran, selalu setia menunggu & menunggu kelanjutannya..... terhibur.... setiap malam menjelang tidur kita....
Terima kasih Bunda, salam SEROJA, dan tetap ADUHAI ...CEMUNGUT.....
ADUHAI Mas Kakek..
DeleteSabuaarr
Innalillahi...kasian Dr Santi yg gila dan setres ..kasian Sasa yg mau minta restu..semangat bu Tien
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien..MK 49 hadir dg berita sedih .dr Santi meninggal tdkbisa diselamatkan.. Omongan kalau tdk tahan dan ingin keluar terjawab dg kematiannya. Semoga jalan terbaik untuk keutuhan rumah tangga Anggoro-Dita dan pernikahan Abi -Melani .disusul Andra dan Sasa yg sdh direstui Santi. Aamiin. Salam sehat dan semangat berkarya katur bu Tien .ditulari ya bu keahliannya
ReplyDeleteAssalamualaikum wrwb
ReplyDeleteDuduk di teras sambil
Menunggu mbsk Tien mengantar Melani ๐ฅฐ๐ฅฐ
Aduhai ,,