Saturday, December 11, 2021

MELANI KEKASIHKU 48

MELANI KEKASIHKU  48

(Tien Kumalasari)

 

Indi terkejut. Siapakah laki-laki ini? Apakah montir di bengkel itu, atau pemiliknya? Ia mendongak ke atas, dilihatnya tulisan besar diatas bengkel itu.

“BENGKEL ARIS”

“Ada yang bsa dibantu mbak?” tanya laki-laki itu, yang sebenarnya sudah tahu apa yang terjadi. Ia sudah melirik ke arah ban kiri depan mobil yang dikendarai wanita cantik ini, dan melihatnya kempes. Tapi ia terus saja bertanya dengan ramah.

Hati Indi berdebar.

“Celaka, ini laki-laki pertama yang aku temui setelah keluar dari rumah calon mertua Abi, dan yang menyapaku ramah,” keluh Indi dalam hati.

Diam-diam ia mengamati laki-laki yang tersenyum ramah di hadapannya. Ia muda, tubuhnya tinggi besar, walau tak setegap Andra. Hei, mengapa tiba-tiba dia membandingkannya dengan Andra? Benarkah dia akan jatuh cinta kepada laki-laki ini? Bagaimana kalau dia sudah beristeri, dan beranak dua atau tiga?

“Ya Tuhan, mulutku, eh... bukan, biarpun aku hanya membatin, tapi bukankah itu yang aku ucapkan?” batin Indi sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“mBak, apakah mbak ingin memompa atau menambal ban yang kempes ini?” laki-laki itu bertanya langsung, karena Indi hanya diam, dan justru malah mengawasi wajahnya, dari ujung kepala sampai ujung kaki, dan tentu saja membuatnya sungkan.

“Eh.. oh... iy_y_yaaa... kempes,” jawabnya gugup.

Laki-laki itu tidak jelek. Wajahnya lumayan bersih, agak manis, walau sedikit. Sorot matanya tajam, menunjukkan bahwa dia seorang pekerja keras.

“Mau dipompa saja, atau ditambal?” laki-laki itu terus bertanya karena Indi tidak segera mengatakan apa keinginannya.

“Ini... bisakah di.. dipompa?”

“Menurut saya, ini bukan sekedar gembos. Saya melihat ada paku tertancap disitu. Kalau hanya dipompa, beberapa meter nanti juga akan kempes lagi.”

“Oh.. yyaaa... “ Indi tidak mengerti mengapa dirinya segugup itu.

“Jadi....?” aduh, tukang bengkel agaknya sedikit kesal dengan sikap Indi yang seperti orang kebingungan.

“Ya... tolong...”

“Ditambal? Atau mau diganti baru saja?”

“Sebaiknya .. ba..bagaimana?”

“Kalau mau cepat ya diganti baru saja, bagaimana? Tapi agak mahal.”

“Nggak apa-apa, ganti baru saja .. soalnya ini bukan mobil saya.”

“Baiklah, apa mbak ingin memilih ban dalam yang...”

“Berikan yang sama dengan sebelumnya,” perintah Indi yang sudah mulai bisa menata hatinya.

“Kalau begitu silahkan duduk disini mbak, kalau berdiri saja nanti capek, lagi pula udara panas sekali..,” tukang bengkel itu mempersilahkan Indi duduk di kursi yang disediakannya.

“Terimakasih...” jawab Indi sambil berjalan minggir, kemudian duduk.

“Agak kesini mbak, disitu masih panas, biar pegawai saya mengganti ban mobil mbak.”

“Ya Tuhan, dia kelewat ramah. Dan berarti dia pemilik bengkel ini, karena dia menyebut ‘pegawai saya’. Diakah yang bernama Aris? Jangan-jangan nama anaknya. Biasanya orang menamakan usahanya dengan nama anaknya,” Indi terus berpikir dalam hati.

“Ini minum mbak, hanya air dingin,” Indi terkejut ketika laki-laki itu menyodorkan sebotol minuman dingin.”

“Terimakasih,” lagi-lagi Indi hanya mampu mengucapkan terimakasih.

Udara demikian panas. Ia melihat pegawai bengkel mulai mengerjakan tugasnya.

Indi merasa tangannya berkeringat. Ia membuka botol minum itu dan menenggak hampir separonya.

Ingatan akan janjinya sendiri membuatnya sangat takut. Ia sungguh gegabah. Tapi ia merasa bahwa apa yang diucapkannya sebaiknya dijalaninya. Haahhh? Laki-laki yang sama sekali jauh dari wajah ganteng ini? Bukan sama sekali jelek sebetulnya. Kalau tersenyum ada manisnya kok. Tapi itu sangat mengganggu pikiran Indi.

Indi meneguk lagi minumannya sampai habis. Bukan hanya gerah karena udara panas, tapi gerah oleh uneg-unegnya sendiri.

“Mau tambah lagi minumnya mbak?” kata laki-laki itu lagi dari tempat yang agak jauh, sambil sibuk memberi instruksi kepada salah satu pegawainya yang sedang mengerjakan sesuatu.

“Tidak... tidak... terimakasih,” jawab Indi sambil membatin, alangkah ramahnya pemilik bengkel itu.

Tiba-tiba Indi tergelitik ingin tahu nama laki-laki itu. Tapi, sungkan untuk menanyakannya. Indi mencari akal untuk menemukan jawabnya.

“Nama bengkel ini... nama anaknya ya mas?” tanya Indi yang sok ramah, padahal dia sedang memancing-mancing.

“Oh, bukan mbak, pemilik bengkel ini masih bujang,” yang menjawab adalah salah seorang pegawai yang baru saja masuk sambil membawa peralatan yang digunakan untuk mengerjakan mesin mobil yang lain, dibelakang mobil Indi.

Laki-laki tadi hanya tertawa.

“Belum laku mbak,” dia menyahut dari tempat yang agak jauh.

“Oh, kirain Aris itu nama anaknya mas,” kata Indi seperti bergumam kepada dirinya sendiri.

“Aris itu namanya bos saya itu mbak,” kata salah satu pegawai itu lagi.

“Oo...” kata Indi yang kemudian tanpa sengaja menatap si bos yang sibuk memberi instruksi.

Tampaknya dia sangat ahli dalam mengutak atik mesin. Tak lama kemudian si bos Aris mendekati Indi, sambil menyerahkan sebuah kartu nama.

“mBak, ini kartu nama saya, kalau mbak memerlukan perbaikan mobil, kami bisa melayani kok. Menjemput ke rumah juga bisa.”

“Oo... baiklah, terimakasih.”

Indi membaca kartu dengan label BENGKEL ARIS... lalu sebuah nama dibawahnya, Aris Windarto...bla..bla..bla.. alamat.. bla..bla..bla..

“Sudah selesai mbak...” rupanya ban mobil itu sudah terpasang.

“Ya, sudah? Berapa?”

Salah satu pegawai memberikan sebuah nota pembayaran, Indi segera membayarnya.

“Baiklah, kalau begitu saya pamit ya..” kata Indi yang sekali lagi menatap Aris, sang pemilik bengkel. Bahkan ia masih menatapnya ketika ia sudah duduk di belakang kemudi. Dilihatnya Aris berdiri didepan bengkelnya, memberi aba-aba agar Indi bisa keluar dari deretan mobil yang tiba-tiba penuh di area parkir itu.

Indi memacu mobilnya, sambil tak henti-hentinya berpikir.

Apakah ini kutukan, sehingga ia harus tertarik kepada laki-laki bos bengkel itu? Kutukan? Kutukan adalah sesuatu yang buruk. Tapi ia merasa telah termakan oleh ucapannya sendiri, walau hanya dalam hati.

***

“Indi... apakah kamu sudah sampai di rumah?” suara Abi ketika menelpon.

“Masih dijalan, belum sampai rumah nih, kenapa?”

“Lhoh, kamu kemana saja?”

“Muter-muter saja, lalu kelaparan, terus makan nasi tumpang di pinggir jalan, lalu... ban kamu bocor deh, terkena paku.”

“Haah? Lalu bagaimana ?”

“Udah aku ganti ban nya, ini sudah dalam perjalanan pulang.”

“Ya ampuun, merepotkan dong.”

“Ya enggak, kan aku yang bawa mobil kamu. Nggak tahu dimana .. terkena paku.”

“Kamu jadi capek, nungguin di bengkel.”

“Nggak, bengkelnya lumayan laris, dan orangnya ramah. Tahu aku kepanasan, disuguhin minum segala.”

“Oh ya, dimana tuh? “

Masih di daerah Keprabon, jalan apa .. aku lupa, ada kartu namanya kok.”

“Boleh dong aku di kasih alamatnya, cuma untuk jaga-jaga kalau bengkel langganan aku lagi sibuk.”

“Iya, nanti aku fotoin kartu namanya.”

“Baiklah, ini aku juga baru saja sampai di rumah.”

“Bersama bapak sama ibu kamu kan?”

“Nggak, diantar om Anggoro.”

“Duh, salah kamu sendiri, mengapa kamu pinjamkan mobil kamu ke aku. Sekarang aku antar sekalian saja ya?”

“Jangan, nanti aku ambil.”

“Nggak apa-apa, daripada repot, ini aku sudah menuju ke situ.”

“Ya ampun, kamu nekat ya, apa nggak capek? Ini hari Minggu, harusnya kamu istirahat kan?”

“Nggak apa-apa, hitung-hitung liburan dengan muter-muter kota.”

“Kamu bilang ada janji.”

“Oh.. itu...aku...”

“Alasan untuk meninggalkan tempat acara kan ?”

“Tidak... tidak. Memang ada janji, tapi teman aku membatalkannya,” kata Indi berbohong.

“Jadi benar nih, mau langsung ke rumah aku?”

“Iya, nih hampir sampai.”

“Ya udah, nanti pulangnya aku antar deh.”

***

“Mas, aku jadi mau ijin nanti ya?” kata Sasa pada suatu pagi dikantornya.

“Jadi? Aku antar ya?”

“Nggak mas, aku sendiri saja. Aku hanya ingin ketemu ibu. Ketika persidangan itu aku tak sampai hati melihatnya. Tapi hati kecilku berkata bahwa aku harus menemuinya, karena bagaimanapun dia ibuku. Entah ibu masih mengenal aku atau tidak, karena kami berpisah waktu aku masih kecil.”

“Iya, pasti ibumu tidak ingat lagi. Tapi nanti kamu kan bisa mengingatkannya. Semoga dia bisa menerimamu dengan baik.”

“Kalau tidak bisa ya tidak apa-apa, aku pasti bisa menerimanya. Aku hanya ingin ketemu, dan melihat wajahnya.”

“Baiklah, tapi menurut aku sebaiknya kamu berangkat sekarang saja.”

“Sekarang ?”

“Daripada nanti. Apalagi kamu kan sedang tidak ada tugas penting yang harus segera diselesaikan.”

“Iya ya mas. Baiklah, aku berangkat sekarang saja.”

“Benar, nggak mau aku antar?”

“Iya mas, aku sendiri saja. Kalau begitu aku berangkat sekarang ya.”

“Ini kunci mobilnya.”

Sasa mengambil tas nya dan kunci mobil di meja Andra, lalu beranjak keluar. Andra menatapnya sampai Sasa menghilang di balik pintu.

Tapi tiba-tiba timbul perasaan was-was dihati Andra. Ia melihat saat persidangan dan vonis dijatuhkan, Santi berteriak-teriak histeris, sehingga dua orang petugas harus menyeretnya.

Ia lalu bergegas ke ruangan ayahnya.

“Pak, boleh Andra pinjam mobil ya.”

“Mobil kamu kemana? Bukankah tadi kamu bawa mobil sendiri?”

“Dibawa Sasa menemui ibunya.”

“Ke penjara?”

“Iya. Tadi Andra mau mengantarnya, tapi Sasa menolak. Andra khawatir Sasa kenapa-kenapa.”

“Yah, semoga saja Santi mau menemui anaknya.”

“Andra khawatir terjadi apa-apa, makanya Andra ingin menyusulnya.”

“Baiklah, bawa mobil Bapak.”

***

Sasa menunggu dengan hati berdebar, ketika petugas menjemput Santi.

“Seperti apa ibuku, dan masih ingatkah ibu denganku? Aku juga ingin mengatakan bahwa aku akan dilamar oleh pria yang mencintai aku. Pastinya aku akan memohon doa restu. Tapi aku kok berdebar-debar ya, bagaimana nanti sikap ibu setelah melihatku?”

Agak lama Sasa menunggu, lalu dia terpana ketika  dua orang petugas membawa seorang wanita narapidana.

Sasa merasa sesuatu mengiris jantungnya. Wajah cantik itu tak lagi menampakkan kecantikannya. Wajahnya pucat dan kotor, rambutnya juga awut-awutan.

“Ibu....” sapa Sasa dengan suara bergetar, ketika wanita itu didudukkan dihadapannya.

“Kamu siapa ?” lemah suara Santi. Apakah dia sakit? Kata batin Sasa.

“Saya Sasa bu, ibu lupa?”

“Sasa... siapa ya?”

“Sasa anak ibu.”

Santi menatap dengan mata bulatnya.

“Apa aku punya anak ?”

“Ibu, ketika Ibu pergi, Sasa hidup bersama bapak. Ibu ingat pak Agus, bapaknya Sasa?”

Santi terus saja menatap Sasa.

“Jadi kamu anakku? Apa kamu datang ingin membebaskan aku?”

Tak terasa air mata Sasa menitik. Hatinya bagai diremas-remas. Ibu kandungnya, ibu yang melahirkannya.. tampak sangat menderita. Memang itu semua karena kesalahannya, tapi bagaimana seorang anak tidak merasa sakit ketika tahu ibunya hidup dalam papa dan sangat tersiksa?

“Maaf Ibu, Sasa tidak bisa melakukannya,” isaknya.

“Aku tak tahan lagi. Aku ingin pergi dari sini.”

“Ibu harus bisa menerimanya. Ibu, Sasa akan sering menjenguk ibu,” kata Sasa yang kemudian menghampiri ibunya, dan menangis di pundaknya. Bau tak sedap tercium, karena tubuh itu tak terawat. Sasa masih saja menangis. Tapi ia merasa tubuh ibunya sangat panas.

“Ibu sakit?”

Santi menggeleng-gelengkan kepalanya dengan lemah.

“Bu, Sasa akan segera menikah, seseorang akan melamar Sasa. Ibu beri Sasa restu ya,” isaknya.

“Menikah?” tanyanya lirih, tapi kemudian dia mengangguk.

Sasa melepaskan pelukannya, masih dengan linangan air mata. Sungguh ia merasa tubuh ibunya sangat panas.

“Ibu tak tahan lagi.”

“Bu.... ibuku ini sakit,” teriaknya kepada petugas yang mengawasi mereka.

Tiba-tiba tubuh Santi  terkulai, dan jatuh kebawah. Sasa menahannya dan berteriak.

“Tolooong...”

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

100 comments:

  1. Replies
    1. Adikku Zimi juara 1.. selamat ya..
      Terimakasih bunda Tien.. sehat sll.. tetap Aduhaaaai ❤️😘🙏

      Delete
    2. Selamat pak muttaqien.

      Bu in yg dr situbondo, bener bu, aris. Mudah2an nanti betul jadi dgn indi. Ato ... malah dgn Dr santi. Yg saat dirawat dia bisa lari. Ketemu dipernikahn dan mengambil posisi indi. Karna indi keberatan dgn maharnya. Sebgai pengingat pertemuan indi n aris. Sekarg aja gak besok lg ya. Biar bisa disiapin bu tien mas kawinnya, diut ceban yg ditempeli lakban dan Seperangkat alat ....... Tambal ban:D

      Delete
    3. Selamat buat dimas Zimi Zaenal Muttaqien. Berkat kegigihannya, seingatku sdh dua kali ini jadi Juara 1 balapan adu cepat komen di tienkumalasar22.blogspot.com
      Sekali selamat Juara 1 di MK eps 48.

      Matur nuwun bu Tien.... Aku rapopo mung ketiduran.
      Salam SEROJA dan tetap sehat serta selalu ADUHAI menghibur pembaca......

      Delete
    4. This comment has been removed by the author.

      Delete
    5. Hihii.. pak Danar lucuuuu..
      ADUHAI buat pak Zimi
      Ibu Tutus, ibu Nanung, mas Yowa, ibu Ira, ibu Atiek,

      Delete
    6. Alhamdulillah,
      Jeng Nani, kakek Habi

      Delete
  2. terimakasih bu Tien, malming Datang Melani kekasihku..aduhai

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, maturnuwun mbak..🙏🙏

    ReplyDelete
  4. Alamdulillah...
    Yang ditunggu tunggu telah hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
    Salam ADUHAI dr Cilacap

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah MK48 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  6. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo,

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah
    Semoga sehat walafiat bunda Tien 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  8. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  9. Akhirnya muncul jugab buat malming.
    Matur nuwun bu Tien

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah MK~48 telah hadir.. maturnueun bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah, bisa segera menikmati MK lagi, terima kasih mbak Tien, semoga selalu sehat dan bahagia...salam aduhai...

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah... MK 48 sudah hadir... matur nuwun mbk Tien...salam dari baturetno wonogiri

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah.. matur nuwun mBak Tien Kumalasari, MK Eps 47 sudah tayang.
    Semoga kita semua tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
    Salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  14. Terima kasih Bu Tien semoga selalu sehat.

    ReplyDelete
  15. 𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah, terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  17. Akhirnya yg ditunggu datang juga, terima kasih Bunda, smg slalu sehat dan salam aduhai selalu dr Pasuruan

    ReplyDelete
  18. 𝑶𝒉𝒉𝒉 𝒕𝒆𝒓𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝒔𝒊 𝑨𝒓𝒊𝒔 𝒑𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒏𝒈𝒌𝒆𝒍 𝒔𝒆𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈.
    𝑴𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒎𝒂𝒏𝒕𝒂𝒑 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒅𝒖𝒍𝒖𝒏𝒚𝒂 𝒑𝒓𝒆𝒎𝒂𝒏 𝒎𝒖𝒏𝒈𝒌𝒊𝒏 𝒔𝒅𝒉 𝒊𝒏𝒔𝒚𝒂𝒇 𝒌𝒂𝒍𝒊 𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂 𝒃𝒆𝒏𝒈𝒌𝒆𝒍.

    𝑨𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝑰𝒏𝒅𝒊 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒋𝒂𝒕𝒖𝒉 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒖𝒄𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒚𝒈 𝒓𝒂𝒎𝒂𝒉 𝒔𝒊 𝑨𝒓𝒊𝒔..𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒃𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉 𝑨𝒅𝒖𝒉𝒂𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒍𝒂𝒉 𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂.

    𝑺𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒖𝒂𝒕 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂

    ..𝑨𝒂𝒎𝒊𝒊𝒏 𝒀𝑹𝑨.🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  19. Lho ya si Indi ketemu jodoh ni..😍

    Matur nuwun bunda Tien..semakin ADUHAI saja ini MKnya..🥰

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
    Senantiasa sehat nggih,Aamiin.

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah dah tayang
    Aduhai
    Salam sehat, hangat dari penggemar Tasikmalaya

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....

    ReplyDelete
  23. Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah sampai di alamat.
    Indi mungkin berjodoh dengan Aris ya, tidak rugi kok, dia juga sarjana.
    Salam sehat mbak Tien, selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah. MK 48 sdh tayang. Terima kasih Bu Tien. Selamat malam. Salam sehat selalu.🙏👍

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah MK sdh hadir, matursuwun mbak Tien yang ADUHAI... ha ha ha....... Sugeng dalu, met rehat ZZZZZZZ

    ReplyDelete
  26. Alhamdulilah MK 48 sdh tayang. Smg Santi tdk bikin ulah.. kala sdh sehat.. shg tdk mengganggu keinginan Andra utk menikahi Sasa.. Sasa berhak bahagia🤲🙏🤗

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah MK 48 sdh dibaca
    Matur nuwun bu Tien,,,
    Ternyata Indi suka dg Aris,,,
    Prediksi siapa ya ,, lupa sy,,
    Abi ,, Melani
    Andra ..Sasa
    Aris...Indi
    Mantab n Aduhaaii bu Tien buat penasaran terus 👍
    Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    🙏🤗🥰

    ReplyDelete
  28. Alhamdulilah MK sudah tayang, matur nuwun sanget Ibu Tien.
    Santi sakit...semoga tidak berulah.....
    Makin penasaran....
    Semoga Ibu Tien bersama keluarga senantiasa sehat..Aamiin YRA

    ReplyDelete
  29. Met malam Bunda, makasih untuk Melani nya, pastinya ceritanya bertambah seru dan menarik, bikin penasaran ....
    Sukses buat Bunda.
    Sehat selalu dan tetap semangat dalam berkarya.

    ReplyDelete
  30. Mtr nwn mb Tien K,slm sht sll,sgg ndalu..

    ReplyDelete
  31. Trimakasih mbak Tien..MK48nya...

    Naaah..bener Atis yg buka bengkel..
    Gmn ni Indi..hehe..

    Santi udh agk lupa ingatan jg ni..

    Tunggu senin lagi lanjutannyaa..

    Salam sehat dan aduhaiii mbak Tien..🙏😘🌹

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah , terimakasih bu Tien
    Salam aduhai ….

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah, makasih bu Tien.
    Semoga bu Tien sehat selalu. Aamiin 🤲

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien sehat selalu... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  35. Tetap sehat mba Tien.
    Terima kasih. Salam hangat selalu aduhai

    ReplyDelete
  36. Assalamualaikum wr wb. Semakin seru, sebaiknya saya tunggu lanjutan ceritanya. Mudah mudahan apa yg di alami Santi segera teratasi dgn baik dan Sasa merasa nyaman. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin dan tetap semangat dlm berkarya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.... Salam sehat dari Pondok Gede....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
      Sami2 pak Mashudi
      Aamiin Allahumma Aamiin

      Delete
  37. Sambil mengantar Indi pulang kerumah, Abi memperhatikan; kenapa serius amat Indi merekomendasikan bengkel yang barusan alamat dikirim nya.
    Detailnya.. data si tukang bengkel, kaya bagian pemasaran aja; apa sih hebatnya, biasa kan namanya pelayanan tentu yang terbaik biar banyak pelanggan kan, di mana itu bengkel.
    Ah Indi memang keras hati syukurlah masih perhatian, setidaknya pada seorang pria, owner bengkel, malah bagus lah.
    Orang bengkel kan terbiasa menangani yang keras², iya ya besi, mur, baut..
    Paling demen orang bengkel kalau ketemu mbauti, maksud loh nènèk? ya mbauti ..
    Ya mang kenapa; habis ketemu mbauti kan dapat duit.. oo selesai kerjaannya, iyalah hmm.

    Sasa trenyuh melihat ibu kandungnya seperti itu, lusuh, bau nggak terawat, namanya juga penjara susah mau ngapa ngapain juga, anggukan ibunya itu sudah cukup baginya, tapi tahu ibunya sakit itu yang menjadikan tambah beban, apa penjaga penjara bilang; itu sudah lumrah bulan² awal merasakan dikurung biasanya ya setres gitu.. paling banter mogok makan jadi sakit sendiri kan.
    Susah kalau sakit di dalam penjara; panas badan ya dikasih penurun panas,
    kalau terluka; luka baru ya dikasih obat merah, luka lama dikasih salep dah gitu aja.
    Masalahnya nggak nyadar inginnya menghabisi musuh²nya, itu yang nggak bisa diterima publik, dendam lah, berarti terencana; itu yang di permasalahkan lama dikurung jadinya.


    Terimakasih Bu Tien,
    Melani Kekasihku yang ke empat puluh delapan sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku,
    sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  38. Mayur nuwun bu Tien karena Sasa sudah dipertemukan dengan ibunya.Sepertinya ucapan Santi "ibu tak tahan lagi" mengisyaratkan kalau Santi sakit parah dan.... Wah bu Tien yang bisa mengisi titik titik. Untungnya Santi sdh mengangguk tanda kalau setuju Sasa mau menikah. Wah siap siap kado kalau diundang..ada 2 pernikahan.

    ReplyDelete
  39. Kasihan juga sebenernya sama santi.
    Tapi mau gimana lagi? Setiap perbuatan yang kita lakukan, pasti akan ada balasannya.
    Hehehe! Indi, makanya jangan suka ngomong sembarangan.
    Tapi itu merupakan kisah cinta yang unik.
    Salam aduhai selalu bun.

    ReplyDelete
  40. Kasian ya Sasa tp apa boleh buat krn perbuatan yg tdk baik .akibatnya yaa di bui ..sabar ya Sasa..Terima kasih bu Tien sehat selalu ,salam Aduhai dr aku di Surabaya

    ReplyDelete
  41. Terima ksih bunda Tien MK 48 nya.. Smfsht sll bunda.. Dansalam seroja.. Tetap aduhaaii🥰🥰

    ReplyDelete
  42. Terima kasih Bu Tien, sudah selesai eps 48, semoga hari ini 49 bisa datang lebih awal, salam sehat selalu buat Bu Tien dan penggemar cerbung.

    ReplyDelete
  43. Longok2 Sasa yg sedang bantu Ibunya Santi yg jatuh di penjara ,kok blm nongol ya mbak Tien?Salam sehat2 dr Tegal.

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...