MELANI KEKASIHKU 41
(Tien Kumalasari)
“Dita... lihat...kamu suka?” tanya Maruti bersemangat.
Anindita menatap baju-baju itu, matanya berkedip-kedip, dan tampak berbinar. Tiba-tiba ia melongok ke arah depan. Seperti ada yang dicarinya.
“Dita, coba berdiri, sayang... nah.. begini...” Maruti membantu Anindita berdiri, dan menempelkan gaun itu ditubuhnya.
“Waaah... bagus... cantik sekali... “ kata yang hadir hampir bersamaan. Tapi Anindita masih melihat ke arah depan.
“Dita, kamu mencari siapa?” tanya Laras.
Anindita menundukkan wajahnya, melihat baju yang ditempelkan ditubuhnya. Seulas senyuman tersungging di bibir tipisnya.
“Cantik Dita...”
Anindita mengelus baju itu, lalu matanya kembali menatap ke arah depan.
“Kamu mencari siapa?”
“Diluar... siapa?” tanya Anindita.
“Tidak ada siapa-siapa, semua yang menyayangi kamu ada disini,” kata Maruti.
Anindita mendekap baju itu ketubuhnya.
“Ibu, ayo kita coba bajunya sekarang...” kata Melani sambil menarik lengan ibunya lembut.
Anindita menurut, melangkah ke kamar mengikuti anak gadisnya.
“Seperti ada yang dicarinya...” kata Laras pelan, berharap Anindita tak mendengarnya.
“Benar.. “
“Aku tahu Bu, Kemarin om Anggoro bilang, nggak usah bilang baju itu dari siapa, kalau tante Dita peka, pasti tahu siapa pengirimnya, gitu bu,” kata Andra yang juga mengucap pelan.
“Ooo...” kata Maruti dan Laras hampir bersamaan.
“Dia mencari-cari, apakah Anggoro ada diluar... pasti itu,” kata Maruti sambil tersenyum lebar.
“Bagus sekali tante... ini pertanda bagus,” kata Andra.
“Benar, mereka akan segera berbaikan,” kata Agus.
Mata mereka memancarkan sinar bahagia. Tapi tak ada seorangpun yang menyebut nama Anggoro. Khawatir Anindita tersinggung dan marah.
Ketika Anindita keluar .. semua menatapnya sambil memuji tak henti-henti.
“Cantiknya adikku...”
“Cantik tante... “
Anindita tersipu, lalu duduk kembali di kursinya, sambil sesekali mengelus baju yang dipakainya.
Maruti ingin mengatakan siapa yang memberinya, tapi diurungkannya. Sikap Anindita belum jelas seperti apa, terkadang dia baik, dia mengenal semua orang, tapi siapa tahu suatu saat berubah lagi.
***
Andra dan Sasa pamit pulang terlebih dulu karena harus kembali ke kantor.
“Ndra, kalau kamu sudah sampai di kantor, bilang sama bapak agar segera menyusul kemari ya. Nanti simbok biar tidur disini, soalnya tampaknya simbok masih kangen sama anaknya,” pesan Maruti.
“Baik bu, nanti Andra sampaikan.”
Dalam perjalanan pulang itu Sasa tampak diam. Ia masih teringat Indi yang berkali-kali menelpon Andra. Dan dia yakin nanti pasti akan menelponnya lagi.
“Sa, kok diam sih...”
“Apa?”
“Kamu... dari tadi diam. Biasanya cerewet.”
“Ngantuk aku.”
“Jam segini ngantuk?”
“Kekenyangan..”
Andra tertawa.
“Kalau begitu nanti saja di kantor kamu tidurnya, kalau kamu tidur disini, aku nggak kuat lho nggendong kamu turun. Pasti lebih berat karena kamu habis makan sampai kekenyangan.”
“Enak aja. Siapa yang mau minta gendong sama kamu?”
“Kalau kamu ketiduran di mobil, masa aku biarkan kamu tidur sementara aku turun. Kalau diculik orang bagaimana?”
“Memangnya kenapa kalau aku diculik? Kamu sedih? Menangis?” ledek Sasa.
“Iya dong sedih dan menangis sampai berguling-guling.”
“Bohong...”
“Beneran. Habis nggak ada lagi sahabat aku yang setia menemani, yang perhatian sama aku...”
“Kamu tuh diperhatikan, tapi apa kamu juga perhatian sama aku?”
“Perhatian dong. Dari tadi aku merhatiin kamu terus, bibirnya manyun begitu dari tadi. Kalau bukan karena aku perhatian, mana bisa aku melihatmu cemberut, sampai aku bertanya ‘kenapa’. Ya kan?”
“Ya sudah, buruan nyetirnya, biar segera sampai di kantor. Nanti ada yang nungguin lho.”
“Memangnya siapa nunguin aku?”
“Yang bolak-balik nelpon tadi. Pastinya kamu ingin buru-buru balas menelponnya. Ya kan?”
“Ngarang.”
“Benar kan?”
Andra menoleh ke arah Sasa, dan menangkap lagi bibir manyun itu dengan matanya. Senyumnya melebar. Ia hampir yakin kalau Sasa cemburu. Dan bukankah cemburu itu tandanya cinta? Selama ini mereka memang sangat dekat, saling memperhatikan, saling menyayangi, tapi salah siapa kalau rasa sayang itu berubah menjadi cinta? Andra tiba-tiba juga merasa aneh. Menyadari bahwa ternyata didalam hatinya juga terselip rasa itu. Tanpa Sasa didekatnya, serasa sepi hari-harinya. Melihat Sasa cemberut, hatinya juga merasa seperti dicubit. Aduhai..
“Sa...”
Sasa menoleh ke arah laki-laki ganteng di sampingnya. Menatap hidung mancungnya, dan mata tajamnya yang kadang tampak sangat kocak setiap kali memandangnya.
“Ada apa?”
“Tadi tuh yang menelpon memang Indi..”
“Nggak nanya,” jawab Sasa ketus.
“Tapi aku ingin memberitahu kamu.”
“Nggak penting lah. Beritahu aku, kalau ada hubungannya dengan tugas aku. Yang ini sepertinya bukan.”
“Ya, bukan karena perumahan itu. Dia sudah membayar lunas kan?”
“Sudah diurus sama bagian keuangan.”
“Sa, apa kamu mengira aku sama Indi ada hubungan selain masalah rumah?”
“Itu bukan urusan aku dong. Ada atau tidak, apa peduli aku?”
“Jadi kamu nggak peduli lagi sama aku? Duuuh..... sedihnyaaaa...” kata Andra sambil bersuara seperti orang menangis, untuk menggoda Sasa.
“Iih, nggak lucu...”
“Ya memang nggak lucu, mana ada orang menangis kok dianggap lucu.”
“Yang jelas aku nggak suka sama dia,” lanjut Andra.
“Wauww...”
“Kok ‘wauuw’...?
“Seorang gadis cantik.. pintar.. anggun, mempesona... pria mana yang nggak suka?”
“Ada kalanya kecantikan itu tidak ada artinya. Dan laki-laki itu, tidak selalu tertarik kepada sebuah kecantikan lhoh, apalagi kemudian jatuh cinta.”
“Ini aneh..”
“Aneh tapi nyata. Aku lebih suka kepada gadis yang cerewet, centil, lucu, menggemaskan, dan penuh perhatian.”
“Oo..o..”
Andra menoleh lagi ke arah gadis disampingnya, dan sebelah tangannya bermaksud meraih tangan Sasa, tapi dikibaskannya.
“Dilarang pegang-pegang, kita bukan muhrim..”
“Baiklah, kalau begitu kapan ya kita bisa menjadi muhrim.”
“Apa maksudmu?”
“Aku akan melamar kamu.”
Sasa terkejut bukan alang kepalang. Ia ingin menjawab, tapi mobilnya sudah memasuki halaman kantor. Andra segera memarkir mobilnya, dan berjalan cepat menghampiri ayahnya yang tampaknya bersiap untuk pergi. Sasa mengikutinya.
“Bapak mau kemana?”
“Aku menunggu kalian. Bapak mau menyusul ibumu.”
“Oh, baiklah, memang tadi ibu berpesan agar bapak segera menyusul ibu.”
“Bagaimana keadaan tante kamu?”
“Baik. Tampaknya tadi melihat dokter Santi di televisi, lalu tante berteriak-teriak memanggil Sasa.”
“Dia ingat sama Sasa?”
“Tidak, bukan Sasa yang ini. Sasa kecil yang digendongnya dulu. Pastinya ketika terjadi peristiwa dokter Santi kejar-kejaran sama polisi.”
“Lalu...?”
“Ya sudah, lalu semua orang mengatakan kalau Sasa sudah besar, dan tante menerimanya.”
“Baju itu.. bagaimana? Diterima?”
“Diterima, tampaknya senang, dan seperti mencari-cari siapa yang memberi. Sudah, bapak kesana saja sekarang, biar ibu sama tante Laras bercerita.”
“Baiklah kalau begitu.”
Begitu ayahnya menaiki mobil, Andra dan Sasa melangkah masuk kedalam ruangannya. Sasa tak mengucapkan apa-apa. Dia masih terkejut mendengar ucapan Andra. Melamar? Pasti Andra bercanda.
Begitu memasuki ruangan, belum sampai Andra duduk, ponselnya berdering lagi. Sasa hanya melirik sekilas, kemudian duduk di kursinya sendiri, dan sibuk membuka lagi laptop yang ditinggalkannya lumayan lama. Tak ada suara orang berbicara dengan ponsel, dan ponsel itu juga berhenti berdering. Sasa melirik ke arah Andra, dan melihat Andra mulai membuka berkas-berkas yang ada dimejanya.
Ponselnya kembali berdering, tapi Andra tak bermaksud menerimanya. Ia kembali mematikannya dan melanjutkan membuka-buka berkas yang menumpuk dan belum sempat di sentuhnya.
“Jangan karena sungkan, lalu telponnya tidak diterima. Kasihan kan?” kata Sasa sambil terus membuka-buka file yang harus dikerjakannya.
“Banyak pekerjaan dan tidak sempat untuk mengobrol,” jawab Andra yang terus membuka buka berkas lalu menelitinya.
“Tapi aku tadi serius. Apa kamu marah?” kemudian Andra ingin mengatakan sesuatu.
Sekarang Sasa mengangkat wajahnya, menatap ke arah Andra yang juga menatapnya. Mata mereka berpadu, dan memercikkan bunga-bunga aneh yang belum pernah mereka sadari sebelumnya.
“Marahkah?”
“Kenapa?”
“Karena aku bilang mau melamar kamu.”
“Aku tahu kamu bercanda, masa aku harus marah,” Sasa kembali menundukkan mukanya.
“Aku bilang serius. Kamu tidak mendengarnya?”
Sasa tak menjawab, matanya terus menatap Andra tak berkedip, tapi dia berusaha menenangkan debur dadanya.
“Aku cuma cinta sama kamu, Sasa,” ucapnya dengan mata berbinar.
Wajah Sasa memerah. Sungguh tidak romantis, mengucapkan cinta dari atas kursi yang saling berjauhan.
“Beli bunga kek, lalu berikan sambil berlutut dihadapanku,” kata batin Sasa. Tapi sungguh Sasa tak menolaknya. Ia ingin bilang bahwa dirinya lebih tua, tapi ia sudah tahu apa nanti jawaban Andra, jadi tidak diucapkannya. Lagi pula bibirnya tak mampu mengucapkan apapun juga.
“Kamu tidak marah kan?”
Sasa menggeleng.
“Kita selesaikan pekerjaan kita, nanti kita bicara lagi,” kata Andra sambil tersenyum. Sasa terpana, baru kali ini ia melihat senyuman yang begitu manis dan menggetarkan.
***
“Malam itu simbok tidur diruang dapur bersama bibik. Walaupun tidur agak berdesakan, tapi mereka tetap merasa nyaman. Mereka asyik bercerita tentang pengalaman mereka. Satunya bercerita tentang saat Melani dilarikan, satunya lagi bercerita saat menerma Melani kecil yang menangis menjerit-jerit dan diserahkan oleh seorang wanita cantik kepada dirinya.
“Sungguh menyedihkan, orang-orang baik yang hidup sengsara gara-gara kejahatan seseorang,” kata simbok.
“Yang jahat pasti akan mendapat hukumannya,” sahut bibik.
“Kata pak Panji, kita nanti juga akan dipanggil sebagai saksi,” ujar simbok.
“Apa kita akan ditahan?” kata bibik khawatir.
“Tidak, mengapa ditahan. Kata pak Panji kita tidak usah takut, hanya harus mengatakan apa yang kita lihat dan kita alami dengan sejujur-jujurnya.”
“Semoga semuanya cepat selesai, dan kedua majikanku segera bisa bersatu kembali dalam suasana yang bahagia, karena nak Melani sudah pasti akan selalu bersama mereka.”
“Semoga kita juga masih akan tinggal bersama mereka..” gumam simbok yang merasa berat berpisah dengan Melani yang telah dianggapnya sebagai anaknya sendiri.
“Kita pasti akan terus bersama mbok, karena bu Dita tak akan bisa berpisah dari saya.”
“Dan Melani juga sudah berjanji tak akan meninggalkan saya.”
“Senangnya kalau nanti bu Dita sudah pulih kembali dan sudah mau menerima lagi suaminya.”
Sementara simbok dan bibik asyik bercerita sampai larut malam, demikian juga didalam kamar. Dengan manisnya Melani bercerita tentang kejadian demi kejadian, yang membuat meraka harus terpisah-pisah, sehingga ketemu ketika dirinya sudah besar.
Anindita tampak memperhatikan setiap kata dan kalimat yang diucapkan Melani. Hanya sesekali dia menimpali, ketika ada satu dua peristiwa yang diingatnya.
“Dokter Santi itu jahat...”
“Iya ibu, itu sebabnya dia harus mendapat hukuman.”
Anindita mengangguk-angguk.
“Sasa, gadis kecil dengan rambut dikepang dua... aku sayang anak itu..”
“Tadi ibu sudah ketemu kan?”
“Dia sudah besar. Semua bayi menjadi besar, anak kecil menjadi besar.”
“Iya bu, lama-lama juga bayi menjadi besar, Tidak mungkin terus menjadi bayi. Kan setiap hari diberi makan, minum susu, supaya cepat besar, ya kan bu.”
“Kamu juga diberi makan, diberi susu.”
“Nah, makanya sekarang Melani menjadi besar. Sasa menjadi besar.”
Anindita tersenyum senang, ia masih tersenyum ketika kantuk menyerangnya dan dia terlelap dalam mimpi.
***
Pagi hari itu Anindita sudah mandi, dan minta agar Melani menyiapkan gaun barunya untuk dipakai.
“Iya ibu, sini... Melani bantu mengenakan bajunya. Mau yang ini dulu, ada pita coklat tua dibawahnya, atau yang satunya?”
“Yang ini, yang ada pitanya.”
“Baiklah, “
Dengan riang Melani membantu ibunya berpakaian, dan merasa kagum akan kecantikan ibunya.
Ketika mereka keluar dari kamar, simbok dan bibik bertepuk tangan dengan riang.
“Ya ampuun, seperti kakak adik saja..” puji simbok.
“Benar.. seperti kakak adik.”
Anindita tersenyum sambil memegang-megang bajunya.
“Bu Dita, tadi saya sama simbok beli nasi liwet sama ketan .. ibu mau?” kata bibik.
“Aku mau..”
“Sudah saya tata di meja, bu Dita sama nak Melan makan dulu, simbok nanti makan bareng bibik saja,” kata bibik lagi.
“Jangan bik, kita berempat akan makan bersama-sama dalam satu meja.”
“Tapi kursinya hanya tiga..”
“Ambil kursi didepan itu satu. Bisa kan, tingginya juga sama,” kata Melani.
“Baiklah, biar simbok yang mengambilnya,” kata simbok sambil bergegas ke depan.
Pagi itu mereka makan dengan nikmat.
Setelah sarapan, Anindita duduk di ruang tengah, ditemani Melani, sementara simbok dan bibik pamit untuk belanja ke pasar. Hari itu Anindita minta agar bibik memasak sayur bening dan bandeng presto goreng.
“Ibu tahu, ketika ibu berpakaian seperti ini, ibu kelihatan lebih muda, sehingga simbok sama bibik mengira kita adalah kakak dan adik.
“Aku tidak menjadi besar .. “
“Tidak, orang yang sudah besar tidak bisa menjadi lebih besar lagi.”
Tiba-tiba mata Anindita menatap ke arah pintu, dengan mata terbelalak. Seorang laki-laki gagah berdiri disana dengan tersenyum manis.
***
Besok lagi ya.
Yeeessss
ReplyDeleteHoreee mbak Iyeng juara 1
DeleteYesss..ketes..keteess...maturnuwun mbak Tien sayang....
DeleteHoreee...nuwun mb Wiwik
DeleteHore... MK 41 sudah tayang. Matur nuwun Mbak Tien
DeleteSelamat malam ini juara bu Iyeng Santoso Semarang. Lha gini dong... gantian..... Mosok kok Yogja, Jonegoro, mBandung....Sragen
DeleteUcapan terimakasih & penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada :
Delete1. Ibu Rosen Rina (blogger);
2. Ibu Nina Setianingsih (blogger/PCTK);
3. Ibu Enny Rose (blogger);
4. Ibu Yati Sri Budiarti (blogger);
5. Ibu Farida Zubir (blogger;
6. Troeno Danardana (blogger);
7. Ibu Yetty Srijeti (blogger);
8. Ibu Maria Christina (bu Sukardi) blogger;
9. Ibu Idayati, (blogger);
10. Ibu Dartini Dunak (blogger);
11. NN (blogger);
12. Ibu Endah Priyambodo Bojonegoro;
13. Ibu Muhanik, (blogger);
14. Ibu Indiyah Muwarni, (blogger);
15. Endah RS (blogger);
Atas partisipasinya, telah ikut membantu biaya untuk perbaikkan laptop bu Tien Kumalasari, yang terbakar mainboard- nya, melalui rekening *BCA 0780131454* a.n Ibu
R. Ayu Sudartini.
Semoga amalan Bpk²/ibu² dibalas Allah dengan rezeki yang lebih banyak dan berkah.
Aamiin ya Robbal' Alamiin.
Jeng Iyeeeeng....
DeleteJuara 1
Kakek Habi... Lanjuuuuut
DeleteHoreeee
DeleteSelamat kepada sang juaraa
DeleteADUHAI
Yes
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien Melani 41 sdh tayang
ReplyDeleteAduhai...
Matur nuwun Bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMakasih bu Tien, semoga sehat selalu.
Salam aduhai ....
Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah berkunjung ke rumah.
ReplyDeleteMakasii ibu..melani 41 udah tayang..
ReplyDeleteAlhamdulilah bisa baca lebih awal. Matur nuwun Bu Tien sehat selalu n malam Jum'at Mubaroq. Semoga dilancarkan semuanya dan berkah untuk semuanya.
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang
ReplyDeleteSalam sehat bu Tien
Alhamdulillah
ReplyDeleteterima kasih bunda
Sehat selalu njih mbak Tien , matur suwun
ReplyDeleteSip dah terbit....
ReplyDeleteSalam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿
Alhamdulillah, Terima kasih mbak Tien eh salam ADUHAI...
ReplyDeleteAlhamdulillah MK41 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulullah MK 41 sudah tayang...sehat sekalu bu Tien
ReplyDeleteADUHAI ibu Atiek
DeleteMalam Bu Tien..
ReplyDeleteAlhamdulillah suadah tayang..
Terima kasih banyak Bu.
Salam sehat tuk ibu fan keluarga..
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo,
Alhamdulillah MK 41 sdh tayang
ReplyDeleteTrmksh mb Tien, smg drhat sll
Salam AFUHAI
Smg sehat sll
DeleteSalam ADUHAI
Aamiin
DeleteMatur nuwun Yangtie
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulilah , tks bu tien smg ibu sekeluarga sll sehat...salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteADUHAI ibu Sri
DeleteAlhamdulillah MK Eps 41 sudah tayang.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien Kumalasari.
Semoga kita semua tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
Sami2 mas Dudut
DeleteSalam ADUHAI
Waah Iyeng muncul perdana....
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien gasik terus tayangnya, salam aduhai, smg sehat2 sllu
Sami2, salam ADUHAI IBU wiwik
DeleteAlhamdulillah, sdh bisa menikmati MK41 yang semakin menarik, salam sehat selalu dan aduhai buat bu Tien dan keluarga.
ReplyDeleteSalam sehat dan AFUHAI ibu Komariyah
DeleteAlhamdulillah Melani dah tayang, berakhirnya sebuah penantian malam ini.
ReplyDeleteMakasih Bunda, sehat selalu dan tetap semangat.
Selamat malam dan met istirahat
Sami2 mas Bambang
DeleteMatur nuwun
Alhamdulillah,, matur nuwun bu Tien untuk MK 40nya,, Penasaran,,, Anggoro kah yg datang,,,
ReplyDeleteSalam sehat wal'afiat,,& ADUHAAII 🤗
Sami2 ibu Laksmi
DeleteADUHAI
𝐖𝐚𝐨𝐮𝐮𝐰𝐰𝐰 𝐬𝐢𝐚𝐩𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐝𝐢𝐫𝐢 𝐝𝐢𝐝𝐞𝐩𝐚𝐧 𝐩𝐢𝐧𝐭𝐮
ReplyDelete𝐀𝐧𝐠𝐠𝐨𝐫𝐨 𝐚𝐩𝐚 𝐀𝐛𝐢 𝐲𝐚..?? 𝐒𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐀𝐧𝐠𝐠𝐨𝐫𝐨
𝐍𝐚𝐦𝐮𝐧 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐛𝐢𝐚𝐫 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐭𝐮𝐫 𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐥𝐞𝐛𝐢𝐡 𝐀𝐝𝐮𝐡𝐚𝐢.
𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐮𝐭𝐤 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚..𝐀𝐚𝐦𝐢𝐢𝐧 𝐘𝐑𝐀.🙏🙏🙏👍👍👍
Aamiin
DeleteMatur nuwun pak Indriyanto
Terima kasih Bu Tien...salam hangat, sehat dan sukses selalu....
ReplyDeleteSami2 ibu Rosen,
DeleteAamiin..
Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg MK 41 hadir apik menarik dan bikin penasaran...
ReplyDeleteSemoga orang2 baik mengunduh hasil baik dan bahagia dalam keluarga yg utuh.
Semoga orang2 jahat yg punya ambisi sesat segera sadar kesalahannya, mau bertobat yg akhirnya merasakan bahagia pula..
Semoga kita para pembaca bisa menyerap pesan2 moral yg bagus untuk melangkah yg selalu baik.
Matur nuwun ibu Tien, Berkah Dalem
Sami2 ibu Yustinhar
DeleteADUHAI
Alhamdulillah MK 41nya sudah hadir, terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteTerimakasih banyak
Assalamualaikum wrwb
ReplyDeleteAnghoro daang ke rumah bibik, dan Aninfita terpaku mrlihat kedatangan suaminya yang sebenarnya masih dicintai,,
Sementara di kantor Sasa berdebar penuh bunga2 cinta yamg mulai mekar menunjukkan aroma wanginya ,,
Indi ,, haruskah rasa cinta yang milai bersemi dihati akan pupus ,,,oh ,,
Melani memang kelkasihku ,, pujaan hatilu
,, bla,,bla,,bla..
Adihai mbak Tien ,, jadi berdebar tak sabar rasamya hati imi menunggu besok malam
,,🤭🤭, salam sehat ,, salam Aduhai dari Kuta Bali ,,🥰🥰🥰🙏🏻
Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteADUHAI ibu Susi
Maturnuwun mbak Tien..MK41nya...
ReplyDeleteMakin ikut senang dgn perkembangan ingatan Dita...semoga segra pulih..
Yg dtg nak ganteng apa Anggoro ya..smoga Fita bs nerima klo suaminya yg dtg dgn cerita2 Melani sblm tdr itu..semogaaaa...
Setia menunggu besok lagiii..
Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..🙏😘🌹
Sami2 ibu Maria,
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Batin Dita mengatakan bahwa Anggoro akan datang, itu makanya Dita sudah necis pagi² menyambut kedatangan Anggoro. Ternyata Anggoro memang datang....
ReplyDeleteBesok lagi ya...
KP LOVER, ADUHAI
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun.....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....
Sami2 wo.
ReplyDeleteAamiin
Siapa yah yg berdiri didepan pintu?
ReplyDeleteTerima kasih banyak mbak Tien. Salam sehat selalu.
Horeee.... Dita dan Melan seperti kakak-adik... Segera baikan ya Dita, dengan Anggoro.
ReplyDeleteHoreee.... Andra pilih Sasa... Ayo segera diselesaikan pupung masih hangat.
Sudah akan finish ya MK , kan semua sudah clear.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah, suwun mbak Tien MELANInya. Salam sehat selalu... teruslah berkarya menghibur penggemarnya. Barokallohu fih
ReplyDeleteAlhamdulillah.. maturnuwun Bu Tien.. semmoga tetap sehat & semangat..🙏🙏🙏
ReplyDeleteMaturnuwun, mb Tien
ReplyDeleteSalam sehat nan aduhai.
Yuli Suryo
Semarang
Pagi pagi sarapan MK 41. Matur nuwun bu Tien, akhirnya Dita merasakan kalau gaun dari Anggoro, buktinya dia menatap ke luar mencari cari seseorang. Andra juga mulai menyatakan cintanya ke Sasa meski tidak dalam suasana romantis. Wah semua berbahagia. Semoga kedatangan laki-laki gagah yang berdiri dipintu dengan tersenyum manis dapat diterima Anindita dengan baik baik ...semoga Melani dapat menyatukan baoak ibunya ..Aamiin. Wah hampir ke muara nih
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien 🙏, sarapan pagi dg MK 41,.. ADUHAI Andra tercubit hatinya oleh sasa..sakit ya.. ADUHAI 🤣, salam sehat semangat pagi dan ADUHAI Bu Tien...
ReplyDeleteAlhamdulillah MK 41 sudah tayang. Matur nuwun Bu...salam sehat dari Depok.🙏👍
ReplyDeleteSami2 pak Boediono
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Melani 41 udah tayang
ReplyDeletetrims bu tien sehat selalu
Sami2 ibu Suparmia
DeleteADUHAI
Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien....
ReplyDeletesalam sehat selalu....
Sami2 pak Prim
DeleteSalam sehat
Assalamualaikum selamat pagi bunda tien.
ReplyDeleteSemoga bunda dan keluarga senantiasa diberi kesehatan serta ayem-tentrem pastinya.
Alhamdulillaaaaaaah! Bacanya dirapel nih bun.
Biar makin asyik dalam menyimak cerita demi cerita.
Aduuuuuh! Sasa, apakah akan benar-benar dilamar oleh andra?
Aduhai! Makin muantab dan bikin penasaran bun.
Tadinya Sasa sudah takut *Pepesan teri dibungkus godong* alias *sing ditresnani, digondol uwong* ternyata tidak.
ReplyDeleteApakah hukum karma akan berlanjut ?
Indi bisa jadi *duri dalam* daging dalam hubungan Andra dengan Sasa ... .( mirip seperti ibunya dong ???? ).....kita tunggu lanjutannya 🙏
Salam sehat ......
Salam aduhai .....
Salam sehat dan ADUHAI mas Hadi
DeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteAamiin ya robbal alamiin
ADUHAI... matur nuwun ibu Echy
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSemakin seruu...
Salam sehat selalu , aduhai
Sami2 ibu Sul
DeleteSalam ADUHAI
Un boxing
ReplyDeleteGitu istilah anak jaman now, maksudnya ngebuka paket yang masih didalam bungkusnya, kok angèlmên 'didudhah' wis ngono waé lah
Sing didudhah yå kiriman pakèté tå yå..
Yaudah..
Begitu dibuka wow sebuah gelembung kenangan beterbangan seolah mencari pusat episentrum gempa kebahagiaan yang selama ini tenggelam jauh dalam kecemasan menahun dalam jiwanya, sakit, tertekan, kehilangan harapan untuk bertahan hidup, anak yang digadang buat pelipur lara akan sebuah tuduhan yang tidak pernah dilakukan hilang, telah diambil paksa orang cantik yang mengaku kerabatnya dengan alasan rindu, dan menghilang ditelan kesibukan kota seolah acuh dengan persoalan kasih dan harapan yang dipertahankan, ada bibik yang mengetahui; betapa derita itu menumpuk tak beraturan sampai susah di tata, diajaknya menyingkir dari kegaduhan yang mengusik kenangan kesedihan beruntun, dengan harapan dapat mengendapkan kecemasan yang menggelayut manja menerbangkan kekuatiran akan keadaan buah hatinya yang tidak ada di pelukannya lagi.
ADUHAI
Pulang ke rumah bibik berangan bertemu kekasih hati setelah beberapa minggu harus istirahat di rumah sakit, setelah terucap luapan emosi; karena ketidak adilan vonis pengusiran tanpa diberi kesempatan membela diri penjelasan kapan dimana, seolah pantas masuk neraka jahanam, ternyata baru sadar betapa berat penderitaan yang katanya tercinta itupun setelah puluhan tahun berjalanya waktu, kebiasaan memakan hoak yang nggak jelas sama sekali, alunan suara rayu dan kebencian yang tertuju dan dari 'sahabat' satu daerah menjadikan kelicikan itu tersembunyi rapat-rapat.
Berjalan yakin mendekati rumah bibik berangan angan ada sedikit kelegaan sudi memaafkan sesalahan nya, adakah harapan itu untuk seorang Anggoro yang rindu kedamaian dalam keluarganya?
Terimakasih Bu Tien,
Melani Kekasihku yang ke empat puluh satu sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Nanaaang...
ReplyDeleteMestiii.
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
ReplyDeleteSenantiasa sehat dan bahagia bersama keluarga,Aamiin.
Aduh senang nya makin hari Anindita kangen dgn Anggoro dan widih jd lah buat rumahnya... 🤭🥰🥰❤❤
ReplyDelete