ROTI CINTA 17
(Tien Kumalasari)
“Kenapa? Salahkah pilihan bapak?” tanya pak Iskandar ketika melihat wajah anaknya berubah muram.
“Abian baru jadian sama Dita.”
“Jadi kamu tetap memilih Dita, dan itu sebabnya kamu menolak Dina yang ingin bekerja di perusahaan kita?”
“Bukan pak, memang kita belum membutuhkan.”
“Coba saja dulu, jadi sekretaris kamu. Kan kamu belum punya sekretaris pribadi.”
“Belum begitu penting pak, coba nanti sambil jalan.”
“Tapi kan nggak enak kalau menolak, Bian. Coba pertimbangkan lagi.”
Abian diam. Ia bayangkan ia akan selalu berdekatan dengan Dina, yang dia tidak tahu bagaimana karakternya, sementara yang dia pernah tahu bahwa Dina bisa bersikap kasar, dan juga bisa marah tak jelas ujung pangkalnya. Bian juga punya pemikiran yang sepertinya Dina menyukai dirinya. Mengapa tiba-tiba ingin bekerja di perusahaannya? Jangan-jangan memang ada sesuatu dibaliknya. Ingin berdekatan dengan dirinya? Tidak, hatinya hanya untuk Dita, bukan Dina.
“Bian, akhirnya kan nanti kamu juga butuh sekretaris?”
“Iya, tapi bukan sekarang.”
“Coba kamu pikirkan sekali lagi, bapak merasa nggak enak, karena dia anaknya om Leo sahabat bapak.”
“Baiklah pak, nanti Bian pikirkan lagi,” kata Bian sekedar menyenangkan hati ayahnya.
“Sekarang tentang Dita, berapa lama lagi kamu akan menunggu sampai dia bisa menjadi isteri kamu? Kalau dia mau menikah sekarang sih, bapak oke-oke saja, tapi kalau nanti-nanti, lihat nih, bapak sudah semakin tua.”
“Mana mungkin, dia masih kuliah dan harus menikah?”
“Banyak kan, mahasiswa yang sudah berkeluarga? Mereka bisa menjalaninya. Menjadi ibu rumah tangga juga bisa sambil kuliah.”
“Entahlah pak, sekarang Bian ingin beristirahat dulu.”
“Kamu tadi kemana saja?”
“Ke kantor, lalu keluar sebentar menjemput Dita, lalu kembali lagi ke kantor sampai sore.”
“Bapak menelpon berulang kali ..”
“Maaf pak, Bian lupa nge charge..”
“Kebiasaan kamu tuh. Oh ya, besok bapak mau ikut ke kantor, melihat seperti apa setelah selesai bebenah.”
“Bian istirahat sebentar ya, nanti saatnya makan malam biar simbok bangunin Bian,” kata Abian sambil beranjak ke kamarnya.
Pak Iskandar geleng-geleng kepala.
“Menurut aku, Bian salah pilih, bukankah Dina lebih cantik dan sudah tampak dewasa?” gumam pak Iskandar. Barangkali pak Iskandar lupa bahwa cinta itu gampang datangnya tapi susah perginya. Bagaimana jadinya kalau Bian sudah mencintai seseorang lalu ada pilihan lain dari orang tuanya? Pasti tak akan mudah.
***
Dita masih meringkuk di kamarnya ketika ibunya membangunkannya.
“Dita, hampir maghrib, enak bener sih tidurnya.”
Dita menggeliat pelan.
“Sudah sore ya?”
“Hampir maghrib, berarti ya sudah sore.”
“Aaah, benarkah? Padahal Dita lagi mimpi tadi..”
“Yaaa.. mimpi apa sih, kelihatan kecewa banget dibangunin.”
“Mimpi indah ..”
“Kan cuma mimpi. Tadi ada om Iskandar kesini.”
“Oh ya? Tadi habis Ashar Dita langsung tidur.”
Tiba-tiba Dita bangkit lalu memeluk ibunya, dan menciumi pipinya.
“Eh, ada apa ini, tumben-tumbenan..”
“Bu, bagaimana kalau mas Abian mengatakan cinta sama Dita?”
“Oh ya? Benarkah ?”
Dita hanya mengangguk, tersipu.
“Bagaimana dengan kamu? Kamu menerimanya kan?”
“Dita tidak meng ‘iya’ kan, tapi juga tidak menolak.”
“Gimana sih? Jadi sebenarnya kamu suka juga?”
“Bagaimana menurut ibu?”
“Ibu senang, tampaknya Bian baik, dan dari keluarga baik-baik. Tapi serius nggak tuh?”
“Sepertinya ya, serius. Dia menanyakan kapan Dita selesai kuliahnya. Katanya ada yang ingin segera melamar, gitu.”
“Anak ibu sudah dewasa, pasti sudah bisa memilih yang terbaik untuk hidupnya. Tapi sebagai seorang gadis kamu harus tahu batasan-batasan, mana yang boleh kamu lalui, dan mana yang harus kamu hindari. Kamu tahu maksud ibu kan?”
“Tahu bu, Dita akan selalu menjaga diri dengan baik.”
“Syukurlah, senang ibu mendengarnya.”
“Tapi .. ibu harus janji.”
“Lho, janji apa tuh?”
“Ibu jangan bilang siapa-siapa.”
Rina terkekeh mendengar permintaan anak gadisnya.
“Ibu kok malah tertawa. Bener ya bu, ini rahasia kita berdua. Hanya ibu yang Dita kasih tahu.”
“Baiklah, anak ibu sudah dewasa tapi masih malu-malu bicara tentang cinta,” kata Rina sambil tersenyum.
“Tapi benar ya bu.”
“Iya.. Ayo siap-siap, sudah adzan tuh..”
***
Keluar dari kamar, Leo melihat keduanya tersenyum-senyum.
“Ada apa nih, kelihatan seneng banget..” tanya Leo
Dita mencubit lengan ibunya pelan, seakan mengingatkan janjinya untuk diam.
“Nggak apa-apa, ini lho anak gadis molor sampai maghrib. Kalau nggak dibangunin juga pasti masih ngorok.”
“Ibuu, masak sih aku ngorok ?”
“Iya, ngorok keras sekali.”
“Ibu bohoong!”
“Idiih, sudah gede masih kolokan..” tiba-tiba kata Dina yang baru muncul dari kamarnya sendiri.
“Siapa yang kolokan ?”
“Tuh, kamu masih suka bergayut dilengan ibu begitu.”
“Masa sih, cuma begini saja dibilang kolokan?”
“Tuh Dit, kakak kamu pengin kerja di perusahaan pak Iskandar,” tiba-tiba kata Leo.
Dita tertegun.
“Kok mas Bian nggak ngomong apa-apa ya?” kata batinnya.
“Bener ?” tanyanya.
“Tadi dia ngomong sendiri sama om Iskandar. Tapi nggak tahu tuh, kakak kamu itu tadinya nggak ingin kerja sama orang, maunya bikin usaha sendiri, kok tiba-tiba bilang ingin ikut bekerja disana.”
“Kamu nggak boleh ngiri. Terusin dulu kuliah kamu, baru mikir kerjaan,” kata Dina seenaknya.
Dita tak menjawab. Ia langsung mengikuti ibunya yang bersiap-siap akan shalat berjamaah. Tapi sungguh hatinya gundah. Salahkah kalau Dita merasa cemburu? Bagaimana kalau karena ketemu setiap saat ketika bekerja, lalu Bian jatuh hati sama Dina? Kan Dina pintar ngomong, pintar merebut hati seseorang.
Malam hari itu Dita ingin bertanya tentang hal itu, tapi diurungkannya.
“Malu ah, nanya-nanya soal mbak Dina, nanti aku dikira cemburu lagi,” gumam Dita yang berada dikamarnya seorang diri. Dan malam itu Dita gelisah, karena Bian tidak menelponnya.
***
“Bagaimana keadaan ibu ?” tanya Dian ketika membezoek ibunya Witri dirumah sakit.
“Sudah lebih baik. Kok mas Dian kesini, kan mas Dian masih sakit?” kata Witri sambil menatap tempelan kasa di dahi Dian.
“Sudah lumayan. Tinggal luka ini saja, tapi aku lebih merasa sehat.”
“Tapi kan masih harus banyak istirahat.”
“Ini tadi aku mengantar ibu sama Arin belanja, lalu aku tinggal sebentar untuk melihat keadaan ibu kamu.”
“Sudah tidak panas. Sudah stabil. Besok saya sudah mau masuk kerja lagi.”
“Jangan Wit, kalau kamu bekerja, ibu sama siapa?”
“Tidak apa-apa, ibu sudah bisa ditinggal. Nanti sepulang kerja saya kembali lagi kemari.”
“Sebaiknya kamu perhatikan dulu ibu kamu, apakah sudah benar-benar bisa ditinggal.”
Tiba-tiba ibunya Witri mengeluh. Witri mendekat, diikuti Dian.
Sang ibu membuka matanya, tertegun melihat seorang laki-laki berdiri didekat anaknya.
“Itu.. siapa?”
“Ini mas Dian bu, majikan Witri. Putranya pak Baskoro.”
“Ooh.. Maaf ya nak, Witri lama meninggalkan pekerjaannya.”
“Tidak apa-apa bu, kan sedang menunggu ibu yang sedang sakit. Bagaimana keadaan ibu?”
“Masih lemas, tapi sudah tidak panas lagi. Kata dokternya, ini tanda membaik.”
“Syukurlah bu, tapi ibu belum boleh banyak bergerak ya, dan makan yang halus-halus dulu.”
“Iya, dokter juga berkata begitu.”
“Mas Dian ini bawa apa?”
“Itu puding, kan bagus untuk ibu?”
“Mas Dian repot-repot amat,”
“Cobain deh, ibu pasti suka,” kata Dian.
“Ibu, mau ya, makan puding yang dibawakan mas Dian.”
“Sedikit saja. Terimakasih nak.”
Dian menatap Witri yang mengambil sebuah piring kecil, kemudian memotong puding yang dibawanya, kemudian mendekati ibunya. Dian berjalan memutar, dan berdiri disisi yang lain, supaya Witri bisa menyuapi ibunya.
Tiba-tiba Dian seperti baru melihat Witri, dengan perasaan berbeda. Ternyata Witri itu amat cantik, walau penampilannya sangat sederhana. Matanya indah, hidungnya mancung, bulu matanya lentik, bibirnya tipis, dan sangat mempesona ketika bicara. Dian heran pada dirinya. Mengapa baru sekarang dia menyadarinya? Ia melihat dengan telaten Witri menyuapi ibunya, mengusap bibir ibunya yang sedikit berlepotan saat Witri menyuapinya. Benar-benar Witri seorang anak yang berbakti. Dian terus terpesona. Dian baru sadar dan terkejut ketika tiba-tiba ponselnya berdering.
“Hallo, ibu, sudah selesai?”
“Sudah, kamu dimana ?” suara bu Yanti dari seberang.
“Dian masih dirumah sakit, Dian jemput ibu sekarang ya.”
“Oh iya, bezoek ibunya Witri ya? Rumah sakit itu dekat dengan tempat ibu belanja. Baiklah, sampaikan salam ibu untuk Witri dan ibunya, dan katakan bahwa ibu sama bapak belum sempat membezoeknya.”
“Baiklah bu.”
Dian menyimpan lagi ponselnya.
“Tuh kan, pasti ibu marah karena mas Dian mampir kemari,” kata Witri.
“Tidak, ibu titip salam untuk kamu dan ibu, dan minta maaf karena belum sempat membezoek kemari.”
“Benarkah? Sampaikan terimakasih saya untuk ibu dan bapak ya. Tidak apa-apa, saya mengerti bapak dan ibu sangat sibuk.”
“Bu, ibu lekas sembuh ya, Dian pamit dulu,” kata Dian kepada ibunya Witri.
“Ya nak, terimakasih banyak. Terimakasih untuk bapak sama ibu juga ya nak,” kata ibunya Witri yang sudah tahu bahwa dia dirawat dirumah sakit oleh karena kebaikan hati pak Baskoro dan isterinya.
“Ya bu, nanti saya sampaikan.”
Dian melangkah keluar dari kamar, Witri mengantarkannya sampai ke depan. Ketika ia menatap lagi Witri, ia merasa ada debar aneh yang mengganggunya.
“Witri, aku pulang ya.”
“Terimakasih ya mas,” kata Witri sambil tersenyum.
Dan sambil memasuki mobilnya Dian merasa heran kepada dirinya.
“Mengapa aku ini? Perasaan apa ini? Mengapa baru sekarang aku menatap wajahnya dan melihat betapa cantiknya dia? Ini sungguh menarik. Apa yang terjadi pada diriku ?” gumamnya sambil menjalankan mobilnya untuk menjemput ibunya.
***
“Bagaimana tadi ibunya Witri?” tanya Yanti kepada Dian dalam perjalanan pulang.
Dian tidak menjawab, masih kebayang wajah cantik walau penampilan sederhana, dan memiliki senyum semanis madu.
“Dian..” ulang bu Yanti.
“Mas Dian kok dari tadi diam sih?” tanya Arin yang kesal kakaknya tak menjawab pertanyaan ibunya.
“Apa ?” Dian baru sadar kalau ibu dan adiknya mengajaknya bicara.
“Tuh kan bu, Arin ngomong ibu ngomong.. mas Dian nggak dengar, berarti dia sedang melamun.”
“Eh, kamu tahu nggak, ada peraturan begini. ‘Dilarang bicara dengan sopir’ berarti sopir juga harus diam, konsentrasi pada tugasnya menjadi sopir,” kata Dian ngeles.
“Oh ya? Tapi biasanya mas Dian itu kan banyak bicara.”
“Ibu malah khawatir, apa kamu merasa pusing lagi? Kan ibu sudah bilang kamu jangan pergi-pergi dulu. Malah nekat nganterin ibu.”
“Bukan bu, Dian nggak apa-apa, sudah nggak pusing kok. Nggak enak disuruh tiduran terus,” sergah Dian.
“Ya bukan tiduran terus, boleh jalan sedikit-sedikit, didalam rumah, tapi tidak sampai keluar, apa lagi pegang setir segala.”
“Tadi aku minta nggak boleh,” sambung Arin.
“Nggak apa-apa bu, Dian sehat.”
“Awas ya, kalau nanti sudah sampai dirumah bilang pusing, aku paksa kamu tiduran dan aku kunci kamarnya dari luar.”
Dian tertawa.
“Aku jadi kayak anak kecil yang nakalnya kelewatan dong, sampai dimasukin kamar dan dikunci dari luar.”
“Habisnya.. kamu bandel.”
“Ibu harus percaya sama Dian, bahwa Dian sudah sehat. Sangat sehat.”
“Baiklah, tadi ibu bertanya tentang kesehatan bu Narni, ibunya Witri.”
“O, sudah lebih baik kok bu, artinya sudah nggak panas. Tadi Dian bawakan puding untuk dia.”
“Tadi Dian bawa puding dari rumah? Berarti sudah punya rencana untuk bezoek dong. Kok nggak bilang-bilang. Tahu begitu ibu tambahin buah-buahan juga.”
“Bukan dari rumah bu, Dian beli di toko dekat rumah sakit itu.”
“O, kirain…”
“Witri bilang besok mau masuk kerja.”
“Ibunya sudah bisa ditinggal?”
“Katanya sudah, tadi Dian juga sudah melarangnya.”
“Witri itu kan merasa berhutang sama kita, jadi ingin cepat-cepat bekerja, karena merasa nggak enak.”
“Tadi Dian juga sudah bilang, tak usah tergesa masuk kerja. Nggak tahu dia mau dengar apa tidak.”
“Witri itu pada dasarnya rajin.”
“Iya bu sangat rajin,” sambung Arin.
“Dan cantik,” sambung Dian, dan itu membuat Arin tertawa.
“Baru tahu kalau Witri itu cantik, mas?”
Dan Dian agak malu karena kelepasan bicara.
***
Pagi itu pak Iskandar berada di kantornya, dan bersama Abian melihat-lihat barangkali ada yang kurang atau belum sempurna. Memang selama ini pak Iskandar menyerahkan semuanya kepada Bian, dan tampaknya cukup puas dengan apa yang dilakukan anaknya.
“Ada yang kurang pak?” tanya Bian.
“Tidak ada, kecuali kamu belum punya sekretaris pribadi.”
“Itu sudah ada, dia bisa menangani semuanya.”
“Maksud bapak sekretaris pribadi, khusus yang melayani urusan yang hanya urusan direksi.”
“Nanti saja gampang, biar begini dulu, kan baru jalan.”
“Selamat pagi…” suara nyaring terdengar memasuki ruangan, dan mengejutkan keduanya. Abian heran, tiba-tiba Dina sudah ada didalam ruangannya.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah
ReplyDeleteSelamat bu Dr Dewi juara 1
DeleteAlhamdulillah Roti Cinta~17 sudah hadir... maturnuwun Bu Tien..🙏
DeleteAlhamdulillah seblm tidur dapat Rocin hangat, manusang bu tien .slm sehat tetap semangat Aduhai Bravo
DeleteSelamat buat bu dr. Dewiyana disela kesibukkannya masih sempat menghibur diri melepas kepenatan, menjemput kedatangan Dina, Dita, Dian, Bian dll dalam ROTI CINTA eps ke 17.
DeleteSelamat jeng dokter
DeleteADUHAI
Yeayyy
ReplyDeleteAlhamdulillah dah tayang
ReplyDeleteMakasih Bunda
ADUHAI max Bambang, salam kagem keng rayi
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSelamat malam Ibu Tien, selamat malam PCTK
ReplyDeleteselamat menikmati cerita yg semakin ADUHAY..... 😇🥰
ADUHAI ibu Triniel
DeleteMatur suwun bu Tien Rocinnya sdh datang.🙏🙏
ReplyDeleteSelamat pagi tahu² Dina sudah ada diruangan Abian ?? Apakah Dina jadi diterima sebagai sekpri ...kita tunggu ijin dari Bu Tien..😃😃👍👍
DeleteAdujai pak Indriyanto
DeleteAlhamdulillaah.. bisa menikmati Roti Cinta sebelum tidur...
ReplyDeleteTrima kasih ibu Tien, karyanya sungguh sangat memghibur,
Jazakumullah khairan katsira...
Semoga ibu Tien Sehat Selalu,
Aamiin yaa Robbal’alamiin.....
Salam ADUHAI...
Aamiin
DeleteSalam ADUHAI ibu Nur..
Matur nuwun Bu Tien, santapan malam Roti Cinta 17 sudah terhidang, Salam Aduhai n tetap semangat
ReplyDeleteSemangat ADUHAI ibu Munjiati
DeleteAlhamdulilah sudah tayang rc 17, terima kasih ibu tien sayang...sehat sehat selalu ya bu ...waduuuh makin seru aja nih rc nya...
ReplyDeleteSalam.aduhai ....dari pondok gede
Aamiin
DeleteADUHAI ibu Sri
Alhamdulillah ,RoCin 17 sudah tayang Terimakasih bunda Tien ,semoga sehat selalu dan terus berkarya ,selalu dinanti tayangan selanjutnya ,salam Aduhai dari Jakarta
ReplyDeleteADUHAI jeng Werdi
DeleteAlhamdulillah..... terma kasih, semoga bunda sehat selalu
ReplyDeleteADUHAI pak Tutus
DeleteAlhamdulillah Rocin 17 sudah tayany
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien senantiasa sehat walafiat aamiin
Salam sehat dan aduhai
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah RoCan 17 sdh hadir.trimakasih bu Tien, sehat selalu langsung go baca
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien ....
Rc 17 sdh tayang, semoga bu tien sehat2 dan selalu dalam lindungan Allah SWT .... Aamiin yra
Salam aduhai selalu
Matur nuwun bu Tien..sudah tayang Roti Cinta 17
ReplyDeleteMugi tansah sehat
Cerita makin aduhai....
Alhamdulillah ... Terima kasih Bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien... RoCin 17nya udah tayang. Sehat selalu nggih Bu 🙏 Salam ADUHAI dari Semarang 😊
ReplyDeleteAlhamdulillah ....
ReplyDeleteBaru ditinggal 1/2 jam sdh 18 komen
Masih sore yang ditunggu tunggu telah hadir.....
Matur nuwun bu Tien..
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
Alhamdulillah ROCIN 17 sdh tayang gasik. Suwun mbak Tien
ReplyDeleteaduhai... salam sehat dan semangat selalu untuk mbak Tien ,jg seluruh penggemar CTK
Asyiiik . Salam ADUHAI mbak Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah sampun tayang....
ReplyDeleteKliwatan lagi, sedang mengerjakan urusan "perdonasian" semoga LANCAR JAYA.
Trimakasih bu Tien ROCIN_17 sudah hadir. Ditengah penggemarnya.
Semoga bu Tien tetap diparingi sehat wal'afiat, menulis sambil mikir dan ngurusi/merawat suami (mas Widayat) yang sedang sakit.
Syafakallahu buat mas Widayat semoga Allah segera mengangkat rasa sakitnya dan menyembuhkan sesembuh-sembuhnya tanpa meninggalkan penyakit lainnya.
Ya Allah Dzat Yang Maha Penyembuh,
kabulkanlah doa kami.
Aamiin ya Mujibas Saailiin.
𝕊𝕖𝕞𝕠𝕘𝕒 𝔹𝕡𝕜 𝕎𝕚𝕕𝕒𝕪𝕒𝕥 𝕤𝕖𝕘𝕖𝕣𝕒 𝕕𝕚𝕓𝕖𝕣𝕚 𝕜𝕖𝕤𝕖𝕞𝕓𝕦𝕙𝕒𝕟 𝕕𝕒𝕟 𝕤𝕖𝕙𝕒𝕥 𝕤𝕖𝕡𝕖𝕣𝕥𝕚 𝕤𝕖𝕕𝕚𝕒 𝕜𝕒𝕝𝕒...𝔸𝕒𝕞𝕚𝕚𝕟 𝕐𝔸🙏🙏🙏
DeleteSyafakallohu syifaan ajilan buat mas Widayat.
DeleteYa Alloh kabulkan do'a kami, Aamiin
Aamiin Allahumma aamiin
DeleteMatur nuwun mas Kakek
Alhamdulillah Rocin 17 sudah tayang ..salam aduhai mb Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah .. matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah sudah tayang, makasih bu...
ReplyDeletePaket ROTI sudah diterima.Terimakasih Bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang rocin 17 menyapa penggemarnya
ReplyDeleteTrmksh mb Tien, smg sehat sll
Salam swhat ADUHAI BUANGET
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletePanas
ReplyDeleteDuh kalau sudah ada maunya begitu gencar, awal prasangka sebegitu anti, cenderung peragukah si Dina?
ReplyDeleteNamanya juga cita²
"Capailah bintang² dilangit" perjuangkan, kan belum ada janur kuning melengkung.
Dina sendiri yang juga memperjuangkan cinta dari Brian, nggak taulah itu urusan hati, susah di Brian juga, semoga si kakak tidak memberdayai adeknya dengan Ferry sebagai kaki tangannya, terlalu kalau sampai segitunya sadis sama adek sendiri...
Kerumitan cinta remaja ..
angan yang di terbangkanya sampaikan tak terkendali...
Aduhai...
Main seruduk kan, belum diterima sudah masuk kerja...
Ngerjain adek beneran nich..
ADUHAI..
Terimakasih Bu Tien roti cinta yang ke tujuh belas sudah nampak, ada sekretaris srudukan ..
Selalu sehat dan lebih sehat, semoga pak Tom sudah sehat dan beraktifitas seperti biasa nya, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta.. 🙏
ADUHAI Nanang
DeleteAlhamdulillah dah tayang ROCIN 17
ReplyDeleteADUHAI jeng Isti
DeleteAlhamdulillah tayang gasik mksh Bu Tien smg sehat selalu
ReplyDeleteAamiin
DeleteADUHAI ibu Ida
Matur nuwun mbak Tienku, Roti-nya sudah sampai di alamat .
ReplyDeleteHallo Dian... cepat move on ya, sudah kubilang kemarin Witri itu cantik, dekati saja pasti beres.
Dina makin nekat rupanya. Kalo gitu Dita pindah ke Ferry saja bagaimana, kan usianya jadi malah serasi.
Salam sehat penuh semangat mbak Tien Kumalasari, dari Sragentina selalu ADUHAI.
Selalu ADUHAI Pak Letief
DeleteAlhamdulillah ROTI CINTA Episode 17 sudah tayang, terimakasih banyak mBak Tien Kumalasari. Semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia sejahtera bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
ReplyDeleteSalam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Salam hangat dan ADUHAI mas Dudut
DeleteHallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Hem..wanita kalau ada maunya kejar terus sampai dapet..Bu cantik paham betul karakter wanita dengan segala emosinya..bahagia dan senang selalu mengikuti alur ceritanya..makasih Bu cantik.. salam sehat selalu Amin YRA 🙏
ReplyDeleteSiapa sih iniiii
DeleteWinardiyanto Bu cantik
DeleteAlhamdulillah..RC 17 sudah tersaji, semoga Bian setia pada Dita dan cintanya tidak berpaling pada Dina atau cinta segitiga mbak Tien, tak lupa salam Aduhai...
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Komariyah
DeleteWah menarik, Roti Cinta 17. Dian mulai ada perasaan dengan Witri, baru menyadari kalau ada cewek cantik yang bekerja di toko roti Cinta. Mungkin dulu Dian terlalu mencintai Dina yang ternyata adiknya sehingga perasaan untuk wanita lain tertutup.Bagaimana dengan hubungan Abian dan Dita? Sementara Dina menggebu untuk bekerja di kantor Abian> Wah bu Tien pinter deh menciptakan intrik intrik, Semoga akhirnya aman, damai dan terkendali. Aamiin
ReplyDeleteADUHAI dan terkendali ibu Noor
DeleteAlhamdulillah.. Santap malam bersama roti cinta 17..
ReplyDeleteTrimksh bu tien, sehat selalu..
Aduh kq jd ndak suka ya sama si Dina...🤭
ReplyDeleteHihi...
Maturnuwun bunda Tien...salam ADUHAI selalu..
ADUHAI selalu ibu Padmasari
DeleteTerimakasih mbak Tien, Roti Cinta 17 dah mateng, fresh from oven...
ReplyDeleteSehat2 selalu ya mbak Tien
Salam aduhai
Salam ADUHAI ibu Alfes
DeleteAduuuh Dina kalo jadi lerja di kantor Abian bisa jadi masalah buat Abian dan Dita....semoga semua bisa teratasi dan tidak ada yg sakit hati
ReplyDeleteSemoga ADUHAI ibu Winarni
DeleteWah2 dina,aka bersaing dengan dita adiknya untuk mendapatkan bian
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
ADUHAI pak Anton
DeleteAlhamdulillah Roti Cinta 17 sdh tayang
ReplyDeleteTrm ksh bu Tien semoga sehat selalu.
Aamiin, sami2 ibu Handayaningsih
DeleteAlhamdulillah,roti cinta..matur nuwun Bu Tien,Mugi tansah pinaringan sehat,Aamiin.
ReplyDeleteAamiin, matur nuwun ibu Rini
Deletedah mas Dian ama mbak Witri aja ya, setuju aku....
ReplyDeleteBaiklah, pak Petir
DeleteMakasiih mbak Tien..RC17nya..
ReplyDeleteWaduuuh..Dina nih..gesit n agresif..awas jgn sakitin adikmu yaaa...☝☝
Semoga Bian tdk tergoda dgn adanya Dina..klo nekat jd kerja dgn Bian...ga tau malu jg ya minta kerja kok maksa..🤨..mungkin Bian malah jd tdk suka..gmn mau kerjasama?😒
Yg terbaik aja ya mbak Tien..kasian Dita..jg Bian tentunya..lg sama2 jacin..❤😊🌹
Salam sehat selalu mbak Tien..dan aduhai sekali..🙏🥰⚘
Baiklah jeng Maria
DeleteTetap ADUHAI
Waduh... Crita ini bikin gemez aja...
ReplyDeleteKemarin Dian yg bermasalah ttg cintanya, sekarang gantian Dita dan Dina... Semoga tdk sampai sakit hati berkepanjangan.
Monggo dilanjut saja... Matur nuwun Berkah Dalem. Salam ADUHAI.
Mugi2 bpk Widayat enggal saras njih ibu Tien...
Inggih, aamiin ibu Yustinhar
DeleteMatur nuwun
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSehat selalu ya. Salam aduhai mba
Salam sehat dan ADUHAI ibu Sul
DeleteAlhamdulilah Rocin 17 dapat sebagai teman Matlis. Gelap2 terhibur.
ReplyDeleteMksh Bunda Tien semoga sehat selalu.
Aamiin
DeleteADUHAI ibu Rochmah
Alhamdulilah sudah tayang RC 17, terima kasih mb. Tien...sehat sehat selalu ya makin seru aja nih RC nya...
ReplyDeleteSalam sehat selalu dan ADUHAY
Sehat dan ADUHAI ibu Pudya
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun......
Alhamdulillah, Terima kasih, Bu Tien. Salam sehat dari Yogyakarta.🙏😍
ReplyDeletetambah seru .....terima kasih Bu Tien, semoga selalu sehat.
ReplyDeleteSeru dan ADUHAI ibu Yati
DeleteDina oh Dina niat banget kerjanya? Atau pdkt ke Abian? Apa pepatah dek sm mek akan berlku disini? Utk Dian - Dani d Dita? Sekali lg hanya mb Tien yg tahu.. trmksh utk rocin nya fan slm seroja sll utk mb Tien d pctk🤗
ReplyDeleteSeroja dan ADUHAI jeng Sapti
DeleteTerima kasih roti cintanya, mbak Tien, semakin penasaran nih...salam sehat dan aduhai buat mbak Tien....
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI Bunda
DeleteSeru nih...Dina vs Dita, berebut roti cinta...
ReplyDeleteKerennn
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteIbu Anie.. ADUHAI keren
DeleteBu Tien memang keren, matur nuwun....semoga Ibu dan teman-teman semua selalu sehat dan bahagia, aamiin
ReplyDeleteADUHAI keren, ibu Reni
DeleteAlhamdulillah bu Tien.. karyanya sangat menghibur.. maturnuwun 🙏..Dita nya galau nih..semakin seru.salam sehat semangat dan ADUHAI.....
ReplyDeleteADUHAI Yangti
ReplyDeleteTeman2, sederek2 PCTK...
ReplyDeleteSalam kenal dari saya...
Bolehkah bergabung ke PCTK ?
Kalau boleh, caranya gimana?
Japri no bu Nani +62 816-677-789
ReplyDeleteNanti komunikasi sama ibu Nani atau Kakek Habi
ADUHAI ibu Nur
Terima kasih bu Tien,,🙏
DeleteTiba" Dina ada di kantor Abian.
ReplyDeleteBener"dia menginginkan cintanya Abian
Bisakah cinta Abian dialihkan...
Padahal baru saja jadian dg Dita
Kalau ternyata Bian tertarik dg pesona Dina yg sll ngglibet saja, ikhlaskanlah Dit...berarti cintanya ndak tulus....
Dan bila tetap setia sama Dita itu baru namanya cinta sejati
Wajib kamu pertahankan Dita,walau rivalnya kakakmu sendiri....
Aduhai
Salam sehat buat bunda Tien.
Dari Bojonegoro.
Assalamu'alaikum
ReplyDeletewarahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah ,,matur nuwun bu Tien ROTI CINTA nya sdh didahar mantab n Aduhaaii dg kegalauan Bian 👍
Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
Jazaakillahu khairan
Tabaarakallah 🙏
Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh..
DeleteAamiin Allahumma aamiin
ADUHAI Mbh put
Alhamdulillah RC 17 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu bersama keluarga.
ReplyDeleteUR. T411653L
Aamiin
ReplyDeleteTerimakasih ibu Uchu
Makin tambah seru kakak adik rebutan 1 cowok. Terima kasih bu tien
ReplyDeleteAdakah persaingan antara adik dan kakak ??
ReplyDeleteMakin seruuu ceritanya...
Dina ini mmng mau menangan kali Yaa ?
Salam sehat mbak Tien...
Sukses selalu
Salam Aduhaiii..
💐💐💐
Salam sehat ibu Yulie
ReplyDeleteADUHAI
Terima kasih mbak Tien
ReplyDeleteTerima kasih yah Mbak Tien...
ReplyDeleteSemoga Mbak Tien dan Keluarga sehat selalu, Aamiin...
Sehat selalu blm.tayang ni ROCIN 18🙏🙏🤲🤲🤲mugi2 sehat2 ya u Bu Tien
ReplyDeleteRocin msh dlm Oven …
ReplyDeleteWow...seru nih..Bu cantik..memang bisa membuat suasana keruh antara dua gadis..yang satu jalur kanan anaknya yang satu jalur kiri orang tuanya hem..nggemesin..pasti indahnya nanti pas cairnya..mantab Bu cantik.. salam sehat selalu ya Amin YRA 🙏
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Bian jadi keder, mau pilih yang mana... Pilihan sendiri atau pilihan ortunya. Dian juga sedang gundah, setelah mengamati Witri dgn seksama. Semakin seru nih, RC nya. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin dan tetap semangat dlm berkarya Aamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAfuuuh mbak Tien sy telat bc nya.. Hbispunya cucu baru.. Tpialhsmdullilah msih bs bc cerbung kesukaan sy.. Slmaduhai y mbak Tien.. Shtsll🥰🥰
ReplyDelete