Wednesday, September 1, 2021

ROTI CINTA 17

 

ROTI CINTA  17

(Tien Kumalasari)

 

“Kenapa? Salahkah pilihan bapak?” tanya pak Iskandar ketika melihat wajah anaknya berubah muram.

“Abian baru jadian sama Dita.”

“Jadi kamu tetap memilih Dita, dan itu sebabnya kamu menolak Dina yang ingin bekerja di perusahaan kita?”

“Bukan pak, memang kita belum membutuhkan.”

“Coba saja dulu, jadi sekretaris kamu. Kan kamu belum punya sekretaris pribadi.”

“Belum begitu penting pak, coba nanti sambil jalan.”

“Tapi kan nggak enak kalau menolak, Bian. Coba pertimbangkan lagi.”

Abian diam. Ia bayangkan ia akan selalu berdekatan dengan Dina, yang dia tidak tahu bagaimana karakternya, sementara yang dia pernah tahu bahwa Dina bisa bersikap kasar, dan juga bisa marah tak jelas ujung pangkalnya. Bian juga punya pemikiran yang sepertinya Dina menyukai dirinya. Mengapa tiba-tiba ingin bekerja di perusahaannya? Jangan-jangan memang ada sesuatu dibaliknya. Ingin berdekatan dengan dirinya? Tidak, hatinya hanya untuk Dita, bukan Dina.

“Bian, akhirnya kan nanti kamu juga butuh sekretaris?”

“Iya, tapi bukan sekarang.”

“Coba kamu pikirkan sekali lagi, bapak merasa nggak enak, karena dia anaknya om Leo sahabat bapak.”

“Baiklah pak, nanti Bian pikirkan lagi,” kata Bian sekedar menyenangkan hati ayahnya.

“Sekarang tentang Dita, berapa lama lagi kamu akan menunggu sampai dia bisa menjadi isteri kamu? Kalau dia mau menikah sekarang sih, bapak oke-oke saja, tapi kalau nanti-nanti, lihat nih, bapak sudah semakin tua.”

“Mana mungkin, dia masih kuliah dan harus menikah?”

“Banyak kan, mahasiswa yang sudah berkeluarga? Mereka bisa menjalaninya. Menjadi ibu rumah tangga juga bisa sambil kuliah.”

“Entahlah pak, sekarang Bian ingin beristirahat dulu.”

“Kamu tadi kemana saja?”

“Ke kantor, lalu keluar sebentar menjemput Dita, lalu kembali lagi ke kantor sampai sore.”

“Bapak menelpon berulang kali ..”

“Maaf pak, Bian lupa nge charge..”

“Kebiasaan kamu tuh. Oh ya, besok bapak mau ikut ke kantor, melihat seperti apa setelah selesai bebenah.”

“Bian istirahat sebentar ya, nanti saatnya makan malam biar simbok bangunin Bian,” kata Abian sambil beranjak ke kamarnya.

Pak Iskandar geleng-geleng kepala.

“Menurut aku, Bian salah pilih, bukankah Dina lebih cantik dan sudah tampak dewasa?” gumam pak Iskandar. Barangkali pak Iskandar lupa bahwa cinta itu gampang datangnya tapi susah perginya. Bagaimana jadinya kalau Bian sudah mencintai seseorang lalu ada pilihan lain dari orang tuanya? Pasti tak akan mudah.

***

Dita masih meringkuk di kamarnya ketika ibunya membangunkannya.

“Dita, hampir maghrib, enak bener sih tidurnya.”

Dita menggeliat pelan.

“Sudah sore ya?”

“Hampir maghrib, berarti ya sudah sore.”

“Aaah, benarkah? Padahal Dita lagi mimpi tadi..”

“Yaaa.. mimpi apa sih, kelihatan kecewa banget dibangunin.”

“Mimpi indah ..”

“Kan cuma mimpi. Tadi ada om Iskandar kesini.”

“Oh ya? Tadi habis Ashar Dita langsung tidur.”

Tiba-tiba Dita bangkit lalu memeluk ibunya, dan menciumi pipinya.

“Eh, ada apa ini, tumben-tumbenan..”

“Bu, bagaimana kalau mas Abian mengatakan cinta sama Dita?”

“Oh ya? Benarkah ?”

Dita hanya mengangguk, tersipu.

“Bagaimana dengan kamu? Kamu menerimanya kan?”

“Dita tidak meng ‘iya’ kan, tapi juga tidak menolak.”

“Gimana sih? Jadi sebenarnya kamu suka juga?”

“Bagaimana menurut ibu?”

“Ibu senang, tampaknya Bian baik, dan dari keluarga baik-baik. Tapi serius nggak tuh?”

“Sepertinya ya, serius. Dia menanyakan kapan Dita selesai kuliahnya. Katanya ada yang ingin segera melamar, gitu.”

“Anak ibu sudah dewasa, pasti sudah bisa memilih yang terbaik untuk hidupnya. Tapi sebagai seorang gadis kamu harus tahu batasan-batasan, mana yang boleh kamu lalui, dan mana yang harus kamu hindari. Kamu tahu maksud ibu kan?”

“Tahu bu, Dita akan selalu menjaga diri dengan baik.”

“Syukurlah, senang ibu mendengarnya.”

“Tapi .. ibu harus janji.”

“Lho, janji apa tuh?”

“Ibu jangan bilang siapa-siapa.”

Rina terkekeh mendengar permintaan anak gadisnya.

“Ibu kok malah tertawa. Bener ya bu, ini rahasia kita berdua. Hanya ibu yang Dita kasih tahu.”

“Baiklah, anak ibu sudah dewasa tapi masih malu-malu bicara tentang cinta,” kata Rina sambil tersenyum.

“Tapi benar ya bu.”

“Iya.. Ayo siap-siap, sudah adzan tuh..”

***

Keluar dari kamar, Leo melihat keduanya tersenyum-senyum.

“Ada apa nih, kelihatan seneng banget..” tanya Leo

Dita mencubit lengan ibunya pelan, seakan mengingatkan janjinya untuk diam.

“Nggak apa-apa, ini lho anak gadis molor sampai maghrib. Kalau nggak dibangunin juga pasti masih ngorok.”

“Ibuu, masak sih aku ngorok ?”

“Iya, ngorok keras sekali.”

“Ibu bohoong!”

“Idiih, sudah gede masih kolokan..” tiba-tiba kata Dina yang baru muncul dari kamarnya sendiri.

“Siapa yang kolokan ?”

“Tuh, kamu masih suka bergayut dilengan ibu begitu.”

“Masa sih, cuma begini saja dibilang kolokan?”

“Tuh Dit, kakak kamu pengin kerja di perusahaan pak Iskandar,” tiba-tiba kata Leo.

Dita tertegun.

“Kok mas Bian nggak ngomong apa-apa ya?” kata batinnya.

“Bener ?” tanyanya.

“Tadi dia ngomong sendiri sama om Iskandar. Tapi nggak tahu tuh, kakak kamu itu tadinya nggak ingin kerja sama orang, maunya bikin usaha sendiri, kok tiba-tiba bilang ingin ikut bekerja disana.”

“Kamu nggak boleh ngiri. Terusin dulu kuliah kamu, baru mikir kerjaan,” kata Dina seenaknya.

Dita tak menjawab. Ia langsung mengikuti ibunya yang bersiap-siap akan shalat berjamaah. Tapi sungguh hatinya gundah. Salahkah kalau Dita merasa cemburu? Bagaimana kalau karena ketemu setiap saat ketika bekerja, lalu Bian jatuh hati sama Dina? Kan Dina pintar ngomong, pintar merebut hati seseorang.

Malam hari itu Dita ingin bertanya tentang hal itu, tapi diurungkannya.

“Malu ah, nanya-nanya soal mbak Dina, nanti aku dikira cemburu lagi,” gumam Dita yang berada dikamarnya seorang diri. Dan malam itu Dita gelisah, karena Bian tidak menelponnya.

***

“Bagaimana keadaan ibu ?” tanya Dian ketika membezoek ibunya Witri dirumah sakit.

“Sudah lebih baik. Kok mas Dian kesini, kan mas Dian masih sakit?” kata Witri sambil menatap tempelan kasa di dahi Dian.

“Sudah lumayan. Tinggal luka ini saja, tapi aku lebih merasa sehat.”

“Tapi kan masih harus banyak istirahat.”

“Ini tadi aku mengantar ibu sama Arin belanja, lalu aku tinggal sebentar untuk melihat keadaan ibu kamu.”

“Sudah tidak panas. Sudah stabil. Besok saya sudah mau masuk kerja lagi.”

“Jangan Wit, kalau kamu bekerja, ibu sama siapa?”

“Tidak apa-apa, ibu sudah bisa ditinggal. Nanti sepulang kerja saya kembali lagi kemari.”

“Sebaiknya kamu perhatikan dulu ibu kamu, apakah sudah benar-benar bisa ditinggal.”

Tiba-tiba ibunya Witri mengeluh. Witri mendekat, diikuti Dian.

Sang ibu membuka matanya, tertegun melihat seorang laki-laki berdiri didekat anaknya.

“Itu.. siapa?”

“Ini mas Dian bu, majikan Witri. Putranya pak Baskoro.”

“Ooh.. Maaf ya nak, Witri lama meninggalkan pekerjaannya.”

“Tidak apa-apa bu, kan sedang menunggu ibu yang sedang sakit. Bagaimana keadaan ibu?”

“Masih lemas, tapi sudah tidak panas lagi. Kata dokternya, ini tanda membaik.”

“Syukurlah bu, tapi ibu belum boleh banyak bergerak ya, dan makan yang halus-halus dulu.”

“Iya, dokter juga berkata begitu.”

“Mas Dian ini bawa apa?”

“Itu puding, kan bagus untuk ibu?”

“Mas Dian repot-repot amat,”

“Cobain deh, ibu pasti suka,” kata Dian.

“Ibu, mau ya, makan puding yang dibawakan mas Dian.”

“Sedikit saja. Terimakasih nak.”

Dian menatap Witri yang mengambil sebuah piring kecil, kemudian memotong puding yang dibawanya, kemudian mendekati ibunya. Dian berjalan memutar, dan berdiri disisi yang lain,  supaya Witri bisa menyuapi ibunya.

Tiba-tiba Dian seperti baru melihat Witri, dengan perasaan berbeda. Ternyata Witri itu amat cantik, walau penampilannya sangat sederhana. Matanya indah, hidungnya mancung, bulu matanya lentik, bibirnya tipis, dan sangat mempesona ketika bicara. Dian heran pada dirinya. Mengapa baru sekarang dia menyadarinya? Ia melihat dengan telaten Witri menyuapi ibunya, mengusap bibir ibunya yang sedikit berlepotan saat Witri menyuapinya. Benar-benar Witri seorang anak yang berbakti. Dian terus terpesona. Dian baru sadar dan terkejut ketika tiba-tiba ponselnya berdering.

“Hallo, ibu, sudah selesai?”

“Sudah, kamu dimana ?” suara bu Yanti dari seberang.

“Dian masih dirumah sakit, Dian jemput ibu sekarang ya.”

“Oh iya, bezoek ibunya Witri ya?  Rumah sakit itu dekat dengan tempat ibu belanja. Baiklah, sampaikan salam ibu untuk Witri dan ibunya, dan katakan bahwa ibu sama bapak belum sempat membezoeknya.”

“Baiklah bu.”

Dian menyimpan lagi ponselnya.

“Tuh kan, pasti ibu marah karena mas Dian mampir kemari,” kata Witri.

“Tidak, ibu titip salam untuk kamu dan ibu, dan minta maaf karena belum sempat membezoek kemari.”

“Benarkah? Sampaikan terimakasih saya untuk ibu dan bapak ya. Tidak apa-apa, saya mengerti bapak dan ibu sangat sibuk.”

“Bu, ibu lekas sembuh ya, Dian pamit dulu,” kata Dian kepada ibunya Witri.

“Ya nak, terimakasih banyak. Terimakasih untuk bapak sama ibu juga ya nak,” kata ibunya Witri yang sudah tahu bahwa dia dirawat dirumah sakit oleh karena kebaikan hati pak Baskoro dan isterinya.

“Ya bu, nanti saya sampaikan.”

Dian melangkah keluar dari kamar, Witri mengantarkannya sampai ke depan. Ketika ia menatap lagi Witri, ia merasa ada debar aneh yang mengganggunya.

“Witri, aku pulang ya.”

“Terimakasih ya mas,” kata Witri sambil tersenyum.

Dan sambil memasuki mobilnya Dian merasa heran kepada dirinya.

“Mengapa aku ini? Perasaan apa ini? Mengapa baru sekarang aku menatap wajahnya dan melihat betapa cantiknya dia? Ini sungguh menarik. Apa yang terjadi pada diriku ?” gumamnya sambil menjalankan mobilnya untuk menjemput ibunya.

***

“Bagaimana tadi ibunya Witri?” tanya Yanti kepada Dian dalam perjalanan pulang.

Dian tidak menjawab, masih kebayang wajah cantik walau penampilan sederhana, dan memiliki senyum semanis madu.

“Dian..” ulang bu Yanti.

“Mas Dian kok dari tadi diam sih?” tanya Arin  yang kesal kakaknya tak menjawab pertanyaan ibunya.

“Apa ?” Dian baru sadar kalau ibu dan adiknya mengajaknya bicara.

“Tuh kan bu, Arin ngomong ibu ngomong..  mas Dian nggak dengar, berarti dia sedang melamun.”

“Eh, kamu tahu nggak, ada peraturan begini. ‘Dilarang bicara dengan sopir’ berarti sopir juga harus diam, konsentrasi pada tugasnya menjadi sopir,” kata Dian ngeles.

“Oh ya? Tapi biasanya mas Dian itu kan banyak bicara.”

“Ibu malah khawatir, apa kamu merasa pusing lagi? Kan ibu sudah bilang kamu jangan pergi-pergi dulu. Malah nekat nganterin ibu.”

“Bukan bu, Dian nggak apa-apa, sudah nggak pusing kok. Nggak enak disuruh tiduran terus,” sergah Dian.

“Ya bukan tiduran terus, boleh jalan sedikit-sedikit, didalam rumah, tapi tidak sampai keluar, apa lagi pegang setir segala.”

“Tadi aku minta nggak boleh,” sambung Arin.

“Nggak apa-apa bu, Dian sehat.”

“Awas ya, kalau nanti sudah sampai dirumah bilang pusing, aku paksa kamu tiduran dan aku kunci kamarnya dari luar.”

Dian tertawa.

“Aku jadi kayak anak kecil yang nakalnya kelewatan dong, sampai dimasukin kamar dan dikunci dari luar.”

“Habisnya.. kamu bandel.”

“Ibu harus percaya sama Dian, bahwa Dian sudah sehat. Sangat sehat.”

“Baiklah, tadi ibu bertanya tentang kesehatan bu Narni, ibunya Witri.”

“O, sudah lebih baik kok bu, artinya sudah nggak panas. Tadi Dian bawakan puding untuk dia.”

“Tadi Dian bawa puding dari rumah? Berarti sudah punya rencana untuk bezoek dong. Kok nggak bilang-bilang. Tahu begitu ibu tambahin buah-buahan juga.”

“Bukan dari rumah bu, Dian beli di toko dekat rumah sakit itu.”

“O, kirain…”

“Witri bilang besok mau masuk kerja.”

“Ibunya sudah bisa ditinggal?”

“Katanya sudah, tadi Dian juga sudah melarangnya.”

“Witri itu kan merasa berhutang sama kita, jadi ingin cepat-cepat bekerja, karena merasa nggak enak.”

“Tadi Dian juga sudah bilang, tak usah tergesa masuk kerja. Nggak tahu dia mau dengar apa tidak.”

“Witri itu pada dasarnya rajin.”

“Iya bu sangat rajin,” sambung Arin.

“Dan cantik,” sambung Dian, dan itu membuat Arin tertawa.

“Baru tahu kalau Witri itu cantik, mas?”

Dan Dian agak malu karena kelepasan bicara.

***

Pagi itu pak Iskandar berada di kantornya, dan bersama Abian melihat-lihat barangkali ada yang kurang atau belum sempurna. Memang selama ini pak Iskandar menyerahkan semuanya kepada Bian, dan tampaknya cukup puas dengan apa yang dilakukan anaknya.

“Ada yang kurang pak?” tanya Bian.

“Tidak ada, kecuali kamu belum punya sekretaris pribadi.”

“Itu sudah ada, dia bisa menangani semuanya.”

“Maksud bapak sekretaris pribadi, khusus yang melayani urusan yang hanya urusan direksi.”

“Nanti saja gampang, biar begini dulu, kan baru jalan.”

“Selamat pagi…” suara nyaring terdengar memasuki ruangan, dan mengejutkan keduanya. Abian heran, tiba-tiba Dina sudah ada didalam ruangannya.

***

Besok lagi ya

 

123 comments:

  1. Replies
    1. Alhamdulillah Roti Cinta~17 sudah hadir... maturnuwun Bu Tien..🙏

      Delete
    2. Alhamdulillah seblm tidur dapat Rocin hangat, manusang bu tien .slm sehat tetap semangat Aduhai Bravo

      Delete
    3. Selamat buat bu dr. Dewiyana disela kesibukkannya masih sempat menghibur diri melepas kepenatan, menjemput kedatangan Dina, Dita, Dian, Bian dll dalam ROTI CINTA eps ke 17.

      Delete
  2. Selamat malam Ibu Tien, selamat malam PCTK
    selamat menikmati cerita yg semakin ADUHAY..... 😇🥰

    ReplyDelete
  3. Matur suwun bu Tien Rocinnya sdh datang.🙏🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat pagi tahu² Dina sudah ada diruangan Abian ?? Apakah Dina jadi diterima sebagai sekpri ...kita tunggu ijin dari Bu Tien..😃😃👍👍

      Delete
  4. Alhamdulillaah.. bisa menikmati Roti Cinta sebelum tidur...
    Trima kasih ibu Tien, karyanya sungguh sangat memghibur,
    Jazakumullah khairan katsira...
    Semoga ibu Tien Sehat Selalu,
    Aamiin yaa Robbal’alamiin.....
    Salam ADUHAI...

    ReplyDelete
  5. Matur nuwun Bu Tien, santapan malam Roti Cinta 17 sudah terhidang, Salam Aduhai n tetap semangat

    ReplyDelete
  6. Alhamdulilah sudah tayang rc 17, terima kasih ibu tien sayang...sehat sehat selalu ya bu ...waduuuh makin seru aja nih rc nya...

    Salam.aduhai ....dari pondok gede

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah ,RoCin 17 sudah tayang Terimakasih bunda Tien ,semoga sehat selalu dan terus berkarya ,selalu dinanti tayangan selanjutnya ,salam Aduhai dari Jakarta

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah..... terma kasih, semoga bunda sehat selalu

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah Rocin 17 sudah tayany
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien senantiasa sehat walafiat aamiin
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  10. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah RoCan 17 sdh hadir.trimakasih bu Tien, sehat selalu langsung go baca

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah
    Terima kasih bu tien ....
    Rc 17 sdh tayang, semoga bu tien sehat2 dan selalu dalam lindungan Allah SWT .... Aamiin yra

    Salam aduhai selalu

    ReplyDelete
  13. Matur nuwun bu Tien..sudah tayang Roti Cinta 17
    Mugi tansah sehat
    Cerita makin aduhai....

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah ... Terima kasih Bu Tien

    ReplyDelete
  15. Terima kasih Bu Tien... RoCin 17nya udah tayang. Sehat selalu nggih Bu 🙏 Salam ADUHAI dari Semarang 😊

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah ....
    Baru ditinggal 1/2 jam sdh 18 komen
    Masih sore yang ditunggu tunggu telah hadir.....
    Matur nuwun bu Tien..
    Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
    Aamiin..... .

    Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah ROCIN 17 sdh tayang gasik. Suwun mbak Tien
    aduhai... salam sehat dan semangat selalu untuk mbak Tien ,jg seluruh penggemar CTK

    ReplyDelete
  18. Asyiiik . Salam ADUHAI mbak Tien

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah sampun tayang....
    Kliwatan lagi, sedang mengerjakan urusan "perdonasian" semoga LANCAR JAYA.

    Trimakasih bu Tien ROCIN_17 sudah hadir. Ditengah penggemarnya.
    Semoga bu Tien tetap diparingi sehat wal'afiat, menulis sambil mikir dan ngurusi/merawat suami (mas Widayat) yang sedang sakit.
    Syafakallahu buat mas Widayat semoga Allah segera mengangkat rasa sakitnya dan menyembuhkan sesembuh-sembuhnya tanpa meninggalkan penyakit lainnya.
    Ya Allah Dzat Yang Maha Penyembuh,
    kabulkanlah doa kami.
    Aamiin ya Mujibas Saailiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. 𝕊𝕖𝕞𝕠𝕘𝕒 𝔹𝕡𝕜 𝕎𝕚𝕕𝕒𝕪𝕒𝕥 𝕤𝕖𝕘𝕖𝕣𝕒 𝕕𝕚𝕓𝕖𝕣𝕚 𝕜𝕖𝕤𝕖𝕞𝕓𝕦𝕙𝕒𝕟 𝕕𝕒𝕟 𝕤𝕖𝕙𝕒𝕥 𝕤𝕖𝕡𝕖𝕣𝕥𝕚 𝕤𝕖𝕕𝕚𝕒 𝕜𝕒𝕝𝕒...𝔸𝕒𝕞𝕚𝕚𝕟 𝕐𝔸🙏🙏🙏

      Delete
    2. Syafakallohu syifaan ajilan buat mas Widayat.
      Ya Alloh kabulkan do'a kami, Aamiin

      Delete
    3. Aamiin Allahumma aamiin
      Matur nuwun mas Kakek

      Delete
  20. Alhamdulillah Rocin 17 sudah tayang ..salam aduhai mb Tien

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah .. matur nuwun bu Tien
    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah sudah tayang, makasih bu...

    ReplyDelete
  23. Paket ROTI sudah diterima.Terimakasih Bunda

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah sdh tayang rocin 17 menyapa penggemarnya

    Trmksh mb Tien, smg sehat sll

    Salam swhat ADUHAI BUANGET

    ReplyDelete
  25. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  26. Duh kalau sudah ada maunya begitu gencar, awal prasangka sebegitu anti, cenderung peragukah si Dina?
    Namanya juga cita²
    "Capailah bintang² dilangit" perjuangkan, kan belum ada janur kuning melengkung.
    Dina sendiri yang juga memperjuangkan cinta dari Brian, nggak taulah itu urusan hati, susah di Brian juga, semoga si kakak tidak memberdayai adeknya dengan Ferry sebagai kaki tangannya, terlalu kalau sampai segitunya sadis sama adek sendiri...
    Kerumitan cinta remaja ..
    angan yang di terbangkanya sampaikan tak terkendali...

    Aduhai...

    Main seruduk kan, belum diterima sudah masuk kerja...
    Ngerjain adek beneran nich..

    ADUHAI..

    Terimakasih Bu Tien roti cinta yang ke tujuh belas sudah nampak, ada sekretaris srudukan ..
    Selalu sehat dan lebih sehat, semoga pak Tom sudah sehat dan beraktifitas seperti biasa nya, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta.. 🙏

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah tayang gasik mksh Bu Tien smg sehat selalu

    ReplyDelete
  28. Matur nuwun mbak Tienku, Roti-nya sudah sampai di alamat .
    Hallo Dian... cepat move on ya, sudah kubilang kemarin Witri itu cantik, dekati saja pasti beres.
    Dina makin nekat rupanya. Kalo gitu Dita pindah ke Ferry saja bagaimana, kan usianya jadi malah serasi.
    Salam sehat penuh semangat mbak Tien Kumalasari, dari Sragentina selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah ROTI CINTA Episode 17 sudah tayang, terimakasih banyak mBak Tien Kumalasari. Semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia sejahtera bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
    Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

    ReplyDelete
  30. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  31. Hem..wanita kalau ada maunya kejar terus sampai dapet..Bu cantik paham betul karakter wanita dengan segala emosinya..bahagia dan senang selalu mengikuti alur ceritanya..makasih Bu cantik.. salam sehat selalu Amin YRA 🙏

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah..RC 17 sudah tersaji, semoga Bian setia pada Dita dan cintanya tidak berpaling pada Dina atau cinta segitiga mbak Tien, tak lupa salam Aduhai...

    ReplyDelete
  33. Wah menarik, Roti Cinta 17. Dian mulai ada perasaan dengan Witri, baru menyadari kalau ada cewek cantik yang bekerja di toko roti Cinta. Mungkin dulu Dian terlalu mencintai Dina yang ternyata adiknya sehingga perasaan untuk wanita lain tertutup.Bagaimana dengan hubungan Abian dan Dita? Sementara Dina menggebu untuk bekerja di kantor Abian> Wah bu Tien pinter deh menciptakan intrik intrik, Semoga akhirnya aman, damai dan terkendali. Aamiin

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah.. Santap malam bersama roti cinta 17..
    Trimksh bu tien, sehat selalu..

    ReplyDelete
  35. Aduh kq jd ndak suka ya sama si Dina...🤭

    Hihi...

    Maturnuwun bunda Tien...salam ADUHAI selalu..

    ReplyDelete
  36. Terimakasih mbak Tien, Roti Cinta 17 dah mateng, fresh from oven...
    Sehat2 selalu ya mbak Tien
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  37. Aduuuh Dina kalo jadi lerja di kantor Abian bisa jadi masalah buat Abian dan Dita....semoga semua bisa teratasi dan tidak ada yg sakit hati

    ReplyDelete
  38. Wah2 dina,aka bersaing dengan dita adiknya untuk mendapatkan bian
    Terima kasih bu tien

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah Roti Cinta 17 sdh tayang
    Trm ksh bu Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah,roti cinta..matur nuwun Bu Tien,Mugi tansah pinaringan sehat,Aamiin.

    ReplyDelete
  41. dah mas Dian ama mbak Witri aja ya, setuju aku....

    ReplyDelete
  42. Makasiih mbak Tien..RC17nya..

    Waduuuh..Dina nih..gesit n agresif..awas jgn sakitin adikmu yaaa...☝☝

    Semoga Bian tdk tergoda dgn adanya Dina..klo nekat jd kerja dgn Bian...ga tau malu jg ya minta kerja kok maksa..🤨..mungkin Bian malah jd tdk suka..gmn mau kerjasama?😒

    Yg terbaik aja ya mbak Tien..kasian Dita..jg Bian tentunya..lg sama2 jacin..❤😊🌹

    Salam sehat selalu mbak Tien..dan aduhai sekali..🙏🥰⚘

    ReplyDelete
  43. Waduh... Crita ini bikin gemez aja...
    Kemarin Dian yg bermasalah ttg cintanya, sekarang gantian Dita dan Dina... Semoga tdk sampai sakit hati berkepanjangan.

    Monggo dilanjut saja... Matur nuwun Berkah Dalem. Salam ADUHAI.

    Mugi2 bpk Widayat enggal saras njih ibu Tien...

    ReplyDelete
  44. Makasih mba Tien.
    Sehat selalu ya. Salam aduhai mba

    ReplyDelete
  45. Alhamdulilah Rocin 17 dapat sebagai teman Matlis. Gelap2 terhibur.
    Mksh Bunda Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  46. Alhamdulilah sudah tayang RC 17, terima kasih mb. Tien...sehat sehat selalu ya makin seru aja nih RC nya...

    Salam sehat selalu dan ADUHAY

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun......

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah, Terima kasih, Bu Tien. Salam sehat dari Yogyakarta.🙏😍

    ReplyDelete
  49. tambah seru .....terima kasih Bu Tien, semoga selalu sehat.

    ReplyDelete
  50. Dina oh Dina niat banget kerjanya? Atau pdkt ke Abian? Apa pepatah dek sm mek akan berlku disini? Utk Dian - Dani d Dita? Sekali lg hanya mb Tien yg tahu.. trmksh utk rocin nya fan slm seroja sll utk mb Tien d pctk🤗

    ReplyDelete
  51. Terima kasih roti cintanya, mbak Tien, semakin penasaran nih...salam sehat dan aduhai buat mbak Tien....

    ReplyDelete
  52. Seru nih...Dina vs Dita, berebut roti cinta...

    ReplyDelete
  53. Bu Tien memang keren, matur nuwun....semoga Ibu dan teman-teman semua selalu sehat dan bahagia, aamiin

    ReplyDelete
  54. Alhamdulillah bu Tien.. karyanya sangat menghibur.. maturnuwun 🙏..Dita nya galau nih..semakin seru.salam sehat semangat dan ADUHAI.....

    ReplyDelete
  55. Teman2, sederek2 PCTK...
    Salam kenal dari saya...
    Bolehkah bergabung ke PCTK ?
    Kalau boleh, caranya gimana?

    ReplyDelete
  56. Japri no bu Nani +62 816-677-789
    Nanti komunikasi sama ibu Nani atau Kakek Habi
    ADUHAI ibu Nur

    ReplyDelete
  57. Tiba" Dina ada di kantor Abian.
    Bener"dia menginginkan cintanya Abian
    Bisakah cinta Abian dialihkan...
    Padahal baru saja jadian dg Dita
    Kalau ternyata Bian tertarik dg pesona Dina yg sll ngglibet saja, ikhlaskanlah Dit...berarti cintanya ndak tulus....
    Dan bila tetap setia sama Dita itu baru namanya cinta sejati
    Wajib kamu pertahankan Dita,walau rivalnya kakakmu sendiri....
    Aduhai
    Salam sehat buat bunda Tien.
    Dari Bojonegoro.

    ReplyDelete
  58. Assalamu'alaikum
    warahmatullahi wabarakatuh

    Alhamdulillah ,,matur nuwun bu Tien ROTI CINTA nya sdh didahar mantab n Aduhaaii dg kegalauan Bian 👍

    Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    Jazaakillahu khairan
    Tabaarakallah 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh..
      Aamiin Allahumma aamiin
      ADUHAI Mbh put

      Delete
  59. Alhamdulillah RC 17 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu bersama keluarga.
    UR. T411653L

    ReplyDelete
  60. Makin tambah seru kakak adik rebutan 1 cowok. Terima kasih bu tien

    ReplyDelete
  61. Adakah persaingan antara adik dan kakak ??
    Makin seruuu ceritanya...
    Dina ini mmng mau menangan kali Yaa ?
    Salam sehat mbak Tien...
    Sukses selalu
    Salam Aduhaiii..
    💐💐💐

    ReplyDelete
  62. Terima kasih yah Mbak Tien...
    Semoga Mbak Tien dan Keluarga sehat selalu, Aamiin...

    ReplyDelete
  63. Sehat selalu blm.tayang ni ROCIN 18🙏🙏🤲🤲🤲mugi2 sehat2 ya u Bu Tien

    ReplyDelete
  64. Wow...seru nih..Bu cantik..memang bisa membuat suasana keruh antara dua gadis..yang satu jalur kanan anaknya yang satu jalur kiri orang tuanya hem..nggemesin..pasti indahnya nanti pas cairnya..mantab Bu cantik.. salam sehat selalu ya Amin YRA 🙏

    ReplyDelete
  65. Assalamualaikum wr wb. Bian jadi keder, mau pilih yang mana... Pilihan sendiri atau pilihan ortunya. Dian juga sedang gundah, setelah mengamati Witri dgn seksama. Semakin seru nih, RC nya. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin dan tetap semangat dlm berkarya Aamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  66. Afuuuh mbak Tien sy telat bc nya.. Hbispunya cucu baru.. Tpialhsmdullilah msih bs bc cerbung kesukaan sy.. Slmaduhai y mbak Tien.. Shtsll🥰🥰

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 11

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  11 (Tien Kumalasari)   Saraswati terkejut, mendengar denting sendok mencium lantai. “Eh, kangmas, sendokny...