ROTI CINTA 18
(Tien Kumalasari)
“Kaget aku Din, kok tiba-tiba sampai disini ?” sapa pak Iskandar yang menyambut Dina dengan hangat.
“Iya, ingin tahu saja, kebetulan lewat, terus mampir. Bian, sibuk ya?” sapa Dina ketika melihat Bian masih duduk terpaku menatapnya.
“Eh, nggak juga, lagi mau benah-benah sama bapak.”
“Duduk Dina.. ayo sini sama om.”
“Terimakasih om.”
“Bian, lihat, kalau ada sekretarisnya kan kamu bisa lebih santai dan nyaman. Ya kan? Ini dia sudah datang.”
“Aduh, bapak kok nekat begitu. Soalnya ngomongnya didepan Dina juga, jawabnya harus gimana, rasanya jadi nggak enak,” kata batin Bian.
“Bian, aku bisa bantu apapun. Tapi tentu saja aku harus belajar dulu, soalnya belum pernah jadi sekretaris,” kata Dina sok yakin kalau pasti akan diterima.
“Mm.. begini, tidak apa-apa sebenarnya Din, cuma saat ini belum dulu. Lihat, kami masih harus bebenah, dan tampaknya belum sempurna benar,” Bian mencoba memberi alasan.
“Justru itu kan Dina bisa membantu Bian,” sambung pak Iskandar.
Aduh, pak Iskandar kok nekat sekali, itu kan memaksa namanya. Bian tak menjawab apapun, ia menyibukkan diri dengan membuka laptop, bersikap seakan sedang mencari sesuatu.
“Bian, berhenti sebentar dong, temani Dina, bapak mau pulang sekarang,” kata pak Iskandar.
“Sebentar, Bian sedang mencari salah satu file yang terselip entah dimana,” kata Bian tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop di mejanya.
“Dina, coba nanti bicara lagi sama Bian. Dia akan senang kalau kamu bisa membantu.”
“Baik om.”
“Sekarang om mau pulang dulu. Om ini kan sudah semakin tua, sudah malas mengurus semua urusan perusahaan. Makanya om serahkan semuanya pada Bian.”
“Ah, om bisa aja, om masih tampak muda kok. Kan seumuran dengan bapak saya?”
“Iya, ayah kamu masih bersemangat dan terus mengurusi usahanya, tapi om ini beda. Om ada beberapa penyakit yang membutuhkan perawatan khusus. Tidak boleh capek, tidak boleh merasa susah. Pokoknya harus yang ringan-ringan saja. Dan yang paling om suka ialah ngobrol sama ayah kamu. Kami selalu tertawa-tawa kalau bercerita tentang apa-apa yang kami lalui semasa muda dulu.”
“Iya om, pasti sangat asyik kalau mengingat masa muda.”
“Baiklah, om mau pulang dulu. Bian, bapak pulang, temani Dina kalau sudah selesai,” kata pak Iskandar sambil berdiri.
“Tapi Bian mau ke bank dulu setelah ini.”
“Ya tidak apa-apa dong Bian, ajak sekalian Dina, pasti dia tidak keberatan,” kata pak Iskantar sambil berlalu, dan keluar dari ruang kerja Bian dengan langkah ringan.
Abian merasa kesal bukan alang kepalang. Ayahnya begitu memaksa, dan Dina seperti tak tahu maksud dari jawaban Bian tadi.
“Sibuk Bian? Bisa aku bantu ?”
“Ah, bagaimana kamu bisa membantu? Urusan perusahaan ini sangat rumit, dan kamu belum tahu apa-apa,” kata Bian sambil terus menatap kearah laptop nya.
Dina terdiam. Ia mengatakan akan membantu kan juga hanya basa-basi. Mana bisa dia mengerti tentang sesuatu yang belum pernah dijalaninya?
“Iya, tentu saja aku harus belajar,” kata Dina dengan suara rendah.
“Maaf Dina, sebentar lagi aku mau ke bank, jadi..”
“Aku mau kok, ikut ke bank.”
“Dan setelah itu mau menjemput Dita.”
Nah lo, kali ini Dina tidak segera menjawab.
“Kalau kamu mau ikut mampir-mampir, silahkan. Tapi aku belum tahu kapan akan selesainya.”
Dan jawaban Dina sama sekali diluar dugaannya.
“Tidak apa-apa nanti sekalian menjemput Dita, aku kan sedang tidak punya pekerjaan.”
Abian terpaku ditempatnya. Gadis ini benar-benar nekat. Apa yang harus dilakukannya? Tiba-tiba dia mengambil ponselnya, seakan-akan ada orang sedang menelponnya.
“Hallo, ya.. lagi kerja sih.. aku silent ponsel aku. Kemana ? ya.. pasti aku bisa, baiklah, sebentar lagi, aku selesaikan pekerjaan aku. Nggak lama, sepuluh menit saja. Okey, tungguin.”
Bian menutup pembicaraan yang sebenarnya pura-pura itu, lalu dia berlagak menelpon seseorang.
“Hallo, ya aku.. ada pertemuan tak lama lagi, nggak mau ditempat aku, ya benar, tungguin aku disana ya.”
Bian menutup ponselnya, lalu menatap Dina.
“Maaf Dina, ternyata aku ada pertemuan dengan rekan-rekan aku sebentar lagi, jadi ke bank nya juga aku urungkan dulu. Sebaiknya aku antar kamu pulang saja ya.”
“Oh, baiklah.. nggak usah diantar, aku mau ketemu teman aku juga kalau begitu.”
“Sekalian bareng aku?”
“Nggak, aku pulang sendiri saja sekarang, sebenarnya aku bawa mobil kok, ” kata Dina sambil berdiri. Ada sinar mata kecewa tertangkap oleh Bian dari mata yang menatapnya tajam. Apa kelihatan ya sikap Bian yang menolak kedekatannya?
Dina terus keluar, menuju ke arah mobilnya. Kali ini ia membawa mobil ibunya.
Bian menghela napas lega. Ia merasa Dina sangat memaksa, dan celakanya, ayahnya sendiri mendukungnya. Bagaimana kalau ayahnya benar-benar memaksa agar dia menerima Dina?
Bian melanjutkan pekerjaannya. Sebentar lagi dia akan menjemput Dita di kampusnya.
***
Dita sedang menunggu Bian menjemputnya, ketika sepeda motor Ferry berhenti didepannya.
“Dita, kali ini aku tidak akan menawari kamu agar mau membonceng aku.”
Dita tersenyum.
“Iya maaf, aku sedang menunggu….”
“Kakak kamu yang sombong itu?”
“Tidak Ferry, dia tidak sombong, dia baik kok, bukankah dia bersikap ramah sama kamu?”
“Dia itu kakak kamu, atau pacar kamu?”
“Kenapa tanya begitu?”
“Pengin tahu saja ..”
“Nggak penting ah.. “
“O, berarti pacar kamu. Ya sudah, aku mengalah saja. Aku harus tahu diri dong, dia keren begitu. Keren orangnya, keren mobilnya,”
“Jangan bilang begitu Ferry, bagi aku semua sama. Perasaan yang berbeda.”
“Baiklah, mungkin sebentar lagi jemputan kamu datang. Daag Dita…” kata Ferry sambil membawa pergi motornya.
Dita menarik napas panjang. Menurutnya Ferry itu aneh. Tak ada hujan tak ada angin, bicaranya seperti orang marah saja.
Dita ingin segera ketemu Abian, karena ia akan menanyakan perihal kata-kata ayahnya bahwa Dina akan bekerja di kantornya Bian. Tapi kemudian dia ragu-ragu, dan lebih baik menunggu Bian saja yang cerita.
Ketika ia mendengar klakson berbunyi, Dita baru sadar bahwa Abian sudah menunggunya.
Dita tersenyum, lalu berdiri mendekat. Bian turun untuk membukakan pintunya, baru kemudian Dita naik.
“Lagi ngelamunin apa?”
“Kok tahu kalau aku lagi ngelamun ?”
“Aku sudah ada disini lima menit yang lalu. Kalau klaksonku nggak bunyi kamu nggak akan menoleh kan?”
Dita tersenyum dan berusaha mencari jawaban, karena memang sebenarnya tadi dia sedang melamun tentang calon sekretaris baru Abian.
“Ini, aku sedang berpikir akan mencari pekerjaan,” kata Dita akhirnya.
“Apa?” tanya Bian sambil menjalankan mobilnya.
“Butuh sekretaris nggak ?” akhirnya itu yang dikatakan Dita.
“Apa?” lalu tiba-tiba Bian tertawa keras. Ia sudah tahu maksud Dita, pasti dia menyindir tentang kakaknya yang ingin bekerja di perusahaan ayahnya.
“Kok tertawa sih?”
“Aku belum sempat cerita, kemarin sore kan bapak aku kerumah kamu, tiba-tiba Dina bilang ingin bekerja disana. Aku heran, apa maksudnya. Om Leo dan tante Rina sudah mengingatkan bahwa itu bukan keinginan dia sejak lama, tapi tampaknya Dina nekat. Tadi pagi malah datang sendiri ke kantorku.”
“O, sudah diterima?”
“Belum, aku menolaknya karena belum butuh sekretaris,”
“Tapi tampaknya mbak Dina ingin sekali.”
“Dan bapakku mendukungnya, mendesak agar aku menerimanya.”
“Oo.. kirain butuh, aku mau melamar deh,” canda Dita.
“Jangan bercanda, kamu harus segera menyelesaikan kuliah kamu, jangan pikirkan yang lain.”
Dita tersenyum.
“Aku cuma bercanda. Mana berani aku bersaing sama mbak Dina.”
“Aku jadi bingung. Sungguh sebenarnya aku belum butuh, karena sudah ada yang bisa menanganinya, walau untuk sementara, tapi bapak kok ngotot. Tampaknya sungkan sama om Leo.”
“Bukankah bapak sebenarnya juga tidak setuju?”
“Nggak tahu aku, kan yang datang kerumah kamu cuma bapak saja, aku di kantor sampai sore, dan baru ketemu ketika bapak sudah pulang.”
“Nggak apa-apa kalau memang harus diterima.”
“Entahlah. Tadi pagi tiba-tiba Dina muncul di kantor aku, dan kebetulan bapak juga ada disana.”
“Jadi deh.”
“Aku belum memutuskan. Lalu dia pulang karena aku bilang masih ada keperluan lain.”
“Lho mas, kok belok kiri, mau kemana?”
“Pengin makan bakso yang kemarin itu.”
“Yaaah, ketagihan nih ceritanya.”
“Iya, enak kok. Oh ya, minggu depan aku mau ke Jakarta, mau ikut?”
“Nggak, aku kan harus kuliah.”
“Cuma sehari, pagi datang, selesaikan urusan kantor, lalu balik.”
“Nggak ah, apalagi urusan kerjaan. Nanti mengganggu.”
“Tidak. Sungguh tidak mau? Aku mau mampir sebentar ke Roti Cinta.”
“Bawain saja aku oleh-oleh Roti Cinta nya.”
“Bener nggak mau ikut?”
“Enggak, katanya aku harus segera menyelesaikan kuliah aku.”
“Apa sehari saja mengganggu?”
“Iya, aku harus belajar.”
“Baiklah, soalnya yang mau melamar juga sudah ngebet nih.”
Dita tertawa.
“Aku serius.”
“Iya, aku percaya.”
Dita tersenyum malu-malu. Tak bisa ia bayangkan, bagaimana kalau dia dilamar, kemudian menjadi seorang isteri. Aduhai.
Lalu Abian sudah sampai ditempat tukang bakso dimana dia akan mengajak Dita makan, tapi Bian urung menghentikan mobilnya.
“Lho, mas, kok terus?”
“Nggak jadi, ada Dina disitu.”
“Benarkah ? Tapi memangnya kenapa kalau ada mbak Dina?”
“Nggak enak, tadi aku bohong sama dia.”
“Bohong kenapa?”
“Ketika dia mau ikut aku, aku bilang ada urusan. Kalau kita kesitu, ketahuan kalau aku bohong.”
“Ya ampun, ternyata mas Bian tukang bohong ya.”
“Eiit.. bukan, aduh, tadi itu sangat terpaksa. Aku nggak tahu kenapa dia ngotot ingin ikut aku. Tadinya dia masih ada di kantor, trus aku bilang mau ke bank. Dia mau ikut. Aku bilang sekalian mau jemput kamu, dia juga bilang mau ikut. Aduh, maaf sekali, lalu ako bilang ada urusan, pura-pura menelpon teman.”
“Memangnya kenapa kalau mbak Dina ikut?”
“Nggak enak saja, pacaran sama adiknya, tapi ada kakaknya,” jawab Bian sekenanya.
***
Tapi Bian keliru kalau mengira Dina tak melihatnya. Saat itu secara kebetulan ia bertemu lagi dengan Ferry yang lagi makan, dan Ferry lah yang berteriak ketika melihat mobil Bian.
“Nah, itu kan dia?” teriaknya.
“Siapa?” tanya Dina sambil menoleh. Dan Dina begitu kesal karena melihat mobil Bian, dimana di dalamnya ia melihat bahwa Bian tidak sendiri.
“Abian, dan adik kamu.”
“Kamu tahu namanya?”
“Kami pernah makan bersama-sama disini, dan Dita mengenalkannya sebagai kakaknya, tapi aku nggak percaya. Pacarnya kan ?”
Dina mengangkat bahunya.
“Nggak tahu aku.”
“Waktu itu aku memboncengkan Dita sepulang kuliah, dan aku ajak mampir kesini. Tiba-tiba Abian menyusulnya, lalu ikut makan bersama kami. Aku kesal, lalu aku pergi dan membiarkan Dita bareng sama dia.”
“Mengapa kamu mengalah? Tadinya kan ikut kamu?”
“Biar saja, aku nggak suka bersaing. Dia ganteng, dia kaya. Aku ini siapa?”
“Cinta itu tidak mengenal derajat dan kedudukan seseorang. Kalau kamu gigih, pasti akan mendapatkannya.”
“Masa?”
“Iya, aku juga melakukannya. Cinta harus dikejar, jangan biarkan orang lain merebutnya.”
***
“Bian, akhirnya kamu bener-bener sampai di Jakarta lagi,” kata Dian menyambut sahabatnya.
“Aku sudah menyelesaikan urusan aku, sekarang aku disini, mau makan dan membawa roti untuk oleh-oleh. Buat bapak dan pacar aku.”
“Wah..wah.. yang buat bapak sih aku bisa mengerti. Yang untuk pacar kamu, maksudmu Dita?”
Abian mengangguk dan tersenyum lucu.
“Kamu benar, serius sama dia?”
“Iya lah, serius, memangnya aku ini ABG masih suka iseng?”
“Kenapa Dita, bukannya Dina? Bukankah dulu kamu bilang tertarik sama dia? Malah kamu sudah memanggil aku kakak?”
“Ah, aku kan hanya bercanda. Setelah ketemu Dita, aku lebih mantap sama Dita.”
“Bukankah Dita masih kuliah ?”
“Iya, memangnya kenapa? Aku sabar menunggu kok.”
“Bukan main kamu tuh. Bagaimana dengan Dina?”
“Entahlah.”
“Beberapa hari yang lalu Dina menelpon aku. Dia sedang sedih dan gelisah.”
“Memangnya kenapa?”
“Dia bilang sedang jatuh cinta pada seseorang, tapi seseorang itu sudah punya pacar.”
“Haa…”
“Aku bilang bahwa dia tak boleh begitu. Cari yang lain, yang tidak usah menggangu kebahagiaan orang lain. Tapi tampaknya dia kurang suka dengan nasehat aku. Kapan-kapan aku mau ke Solo dan bicara lebih jelas.”
Abian hampir yakin bahwa yang dimaksud Dina adalah dirinya.
Tiba-tiba ponsel Abian berdering, telpon dari bapaknya.
“Ya pak, Bian masih di Roti Cinta nih, bawain oleh-oleh buat bapak.”
“Bagus, bapak suka itu. Tapi ada yang lebih penting kamu ketahui, tadi Dina kemari, untuk memastikan apakah dia diterima ?”
“Lalu?”
“Aku bilang diterima saja, apa salahnya?”
Abian tertegun.
***
Besok lagi ya
Malam
ReplyDeleteSelamat jeng Triniel juaranya ...
DeleteAku lagi tanya bu Tien tauang jam pira...lha kok nginceng sdh tayang
Matur nuwun bu Tien.
Alhamdulillah Roti Cinta~18 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien..
DeleteTerima kasih sdh disuguhi ROTI CINTAnya Mbak Tien.
DeleteSalam ADUHAI.
Alhamdulillah, dapat Rocin hangat seblm tidur, manusang bu Tien. Slm Sehat tetap semangat , Aduhai Bravo
DeleteSelamat mbak Niel juara 1
Delete𝕎𝕒𝕕𝕦𝕙 𝕜𝕒𝕤𝕚𝕙𝕒𝕟 𝔸𝕓𝕚𝕒𝕟 𝕕𝕚𝕡𝕖𝕡𝕖𝕥 𝕥𝕖𝕣𝕦𝕤 𝕤𝕒𝕞𝕒 ℙ 𝕀𝕤𝕜𝕒𝕟𝕕𝕒𝕣 𝕕𝕒𝕟 𝔻𝕚𝕟𝕒 𝕒𝕘𝕒𝕣 𝔻𝕚𝕟𝕒 𝕕𝕚𝕥𝕖𝕣𝕚𝕞𝕒 𝕛𝕒𝕕𝕚 𝕤𝕖𝕜𝕣𝕖𝕥𝕒𝕣𝕚𝕤 𝕡𝕣𝕚𝕓𝕒𝕕𝕚𝕟𝕪𝕒...𝕡𝕦𝕤𝕚𝕟𝕘² 𝕓𝕘𝕞𝕟 𝕜𝕖𝕞𝕦𝕕𝕚𝕒𝕟 𝔹𝕚𝕒𝕟 𝕙𝕒𝕣𝕦𝕤 𝕞𝕖𝕟𝕪𝕚𝕜𝕒𝕡𝕚𝕟𝕪𝕒 𝕜𝕚𝕥𝕒 𝕥𝕦𝕟𝕘𝕘𝕦 𝕤𝕒𝕛𝕒 𝔹𝕦 𝕋𝕚𝕖𝕟 𝕥𝕖𝕟𝕥𝕒𝕟𝕘 𝕜𝕖𝕝𝕒𝕟𝕛𝕦𝕥𝕒𝕟𝕟𝕪𝕒 ...𝕙𝕖..𝕙𝕖 𝕞𝕖𝕞𝕒𝕟𝕘 𝕥𝕒𝕞𝕓𝕒𝕙 𝔸𝔻𝕌ℍ𝔸𝕀 𝕚𝕟𝕚 𝕔𝕖𝕣𝕚𝕥𝕒𝕟𝕪𝕒.🙏👍❤
DeleteADUHAI jeng Niel
DeleteKompetisi di luar garis mbak Wik 😀
DeleteAyo dong msk garis lagi..
DeleteKu menunggumu...
Dina... oh Dina....
DeleteAlhamdulillah ROCIN_18 sdh tayang.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien.
Salam ADUHAI, tetap sehat dan selalu ceria .......
Alhamdulilah..Rocin 18 sudah hadir...matur nuwun bu Tien, mugi Ibu tansah sehat..
ReplyDeleteDina yang ...maju terus pantang mundur?
Makin aduhai ceritanya..
ADUHAI ibu Moedjiati
DeleteAlhamdulillah Rocin 18 tayang
ReplyDeleteMksh bunda... Yess
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik
Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien..
DeleteAlhamdulillah RC 18 sdh tayang, salam sehat selalu buat mbak Tien....
ReplyDeleteSalam sehat abah, lama nggak komen. Semoga selalu ADUHAI.
DeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
.
Aduhai... Terimakasih Ibu Tien...💙
DeleteAlhamdulillah #18 dah tayang
ReplyDeleteSalam sehat penuh semangat dari Rewwin ...🌿
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Terima kasih bu tien cerbungnya makin seru
DeleteAlhamdulillah... RC tayang, buTien matur nuwun.
ReplyDeleteSalam sehat salam ADUHAI
Puji Tuhan Roti Cinta sudah datang
ReplyDeleteTksh Bu Tien, Rocin nya …😀🙏
ReplyDeleteSehat sll Bunda - salam aduhai dr klipang
Trmksh mb Tien roti 18 nya sdh datang...
ReplyDeleteSmg sehat sll njih mb Tien
Salam ADUHAI
Maturnuwun rotine anget
ReplyDeleteSlhamdulillah Roti Cinta 18 sudah tayang...salam aduhai mb Tien...sehat selalu
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien Rocin 18 sudah hadir. Smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam Aduhai selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah Roti Cinta 18 sudah tayang...salam aduhai mb Tien...sehat selalu
ReplyDeleteDina ... Dina... nekat
ReplyDelete😎
Rocan 18 hadir..smakin rame yaa ,Almahdulillah semoga aja tdk terjadi persaingan aah ..🙏
ReplyDeleteAduh Dina kok makin nekat ya...kasian Bian dan Dita ...nanti spt bapak Leo cintanya pd Ika nikahnya dg Rina ....
ReplyDeleteTrima kasih bu Tien sehat sehat selalu njih
Alhmdllah.. terima kasih
ReplyDeleteTerimakasih Rocinnya mmbak Tien
ReplyDelete...ADUHAI cinta mwmang benar bisa merubah perangai seseorang....Dina yg syng sm adiknya jadi tega dan nekat mau merebut cinta Abian....makin seru ceritanya....salam sehat dr Situbondo
Alhamdulillaah... sudah hadir Roti Cinta 18,
ReplyDeleteTrima kasih ibu Tien,
Semoga ibu Tien sehat selalu...
Aamiin yaa Robbal’alamiin...
Salam ADUHAI...
Alhamdulilah, terima kasih bunda tien suguhannya rc 18... semoga bunda tetap sehat dan tetap menyapa kita kita yg sll menanti suguhannya bunda yg aduhai...
ReplyDeleteSalam aduhai dari pondok gede
Wah sudah hadir Roti Cinta 18, nah benar dugaan saya kalau Dina orangnya nekat mau mengejar cinta. Padahal awalnya sudah ikhlas kalau Abian untuk Dita, bahkan sekarang rasa cinta mengalahkan segalanya. Semoga Abian dapat menyikapinya dengan bijaksana dan dapat memberikan pengertian kepada Dina, semoga Dian segera dapat menemui Dina dan bisa membuat hati Dina menjadi luluh.
ReplyDeleteADUHAI ibu Noor
DeleteAlhamdulillah, terimakasih roti cintanya Bu Tien.....salam sehat selalu...
ReplyDeleteSalam sehat pak Prim
DeleteMatur nuwun mbak Tienku, Roti-nya sudah diantar langsung .
ReplyDeleteDina makin nekat saja, tidak kasihan ya dengan adiknya. Tapi Dita makin asyik bersama Bian. Terus bagaimana lanjutan ceritanya.
Hallo Dian, gimana kabarnya Witri dan ibunya?
Semua menunggu sang Dalang.
Salam sehat, semangat mbak Tien Kumalasari, dari Sragentina selalu ADUHAI.
Salam sehat dan semangat pak Latief
DeleteMatur nuwun bunda Tien RC18 telah hadir..
ReplyDeleteSehat selalu bun dan tetap ADUHAI...
Tetap ADUHAI ibu Padmasari
DeleteAlhamdulilah matur nuwun Bunda Tien. Semoga sehat selalu n salam ADUHAI.
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI ibu Rochmah
DeleteAlhamdulillah sudah tayang ROCIN 18, maturnuwun bu Tien ,sehat selalu kagem bu Tien dan ADUHAI...
ReplyDeleteSehat dan ADUHAI yangti
DeleteDina nekat banget ya.
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Sehat selalu mba. Salam aduhai selalu
Selalu ADUHAI ibu Sul
DeleteAlhamdulillah terima kasih bunda tien ������
ReplyDeleteSami2 ibu Endah
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien ....
Rc 18 sdh tayang, semoga bu tien sehat2 dan selalu dalam lindungan Allah SWT .... Aamiin yra
Salam aduhai selalu
Salam ADUHAI pak Arif
DeleteTerima kasih Bu Tien , atas kiriman Roti cintanya. Ke 18, salam.sehat n tetep semangat, smg Bpk Widayat cepat sehat kembali, Aamiiin
ReplyDeleteAamiin.
DeleteTerimakasih ibu Mundjiati
Aduhai...kenapa bisa begini....semga Abian ttep mantap sama Dita.salam sehat buat bu Tien....
ReplyDeleteKenapa oh kenapa..
DeleteADUHAI ibu Swissti
Alhamdulillah, suwun mbak Tien Roti Cinta 18nya. Semoga mbak Tien sklg sehat sll. Aamiin.
ReplyDeleteAduhai...Salam sehat dan semangat selalu
Alhamdulullah sudah tayamg Rocin 18
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga binda ysekeluarga selalu srhat aamiin
Teeima kasih Bu Tien Roti Cintanya semakin seru.... Semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAyo Dina kamu bisaaaaaaaaaaaa.......!!!!
ReplyDeleteTrima kasih mba Tien...Roti Cinta sampai Bekasi
ReplyDeletemeskipun tdk kemebul...lumayqn masih anget dan lezat...
semoga mba Tien dan keluarga besar selalu sehat semangat dan bahagia...Aamiin
Ayoooo,,, ayooo,,,pertandingan seruuuu,,,,antara Dita. melawan Dina,,,,memperebutkan piala BIAN,,,,hayo,,pak Petir bala siapa
ReplyDeleteTrimakasih mbak Tien..RC18nyaa..
ReplyDeleteMakin rudet tp asyik..
Kenekatan Dina akankah membawa hasil utk bekerja dikantor Bian..semoga tidaaak..
Sdh senang liat Bian & Dita...kasian Dita klo hrs mengalah utk Dina krn kknya..duuuh...cintaaa...rumit yaa..
Yg terbaik ya mbak Tien..jgn smpe ada yg tersakiti...ga relaaa...😒
Salam sehat selalu mbak Tien n makin aduhaii..🙏🥰⚘
Trimksh bu tien, rotcint 18 sdh tayang..sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah.. mantap...RC 18 sudah tersaji, salam Aduhai mbak Tien
ReplyDeleteDina memang nekat sekali,berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan cintanya Abian..
ReplyDeleteTapi apa yg terjadi...
Dg berbagai alasan yg dibuat,Abian malah menghindar lalu menjemput Dita.
Celakanya Dina tahu itu saat mobil Abian lewat didepan penjual bakso dan Dina ada disitu....
Siapa akhirnya jodohnya Abian...
Dita yg kalem atau Dina yg cerewet dan sok nekat....
Mari kita tunggu episode berikutnya..
Salam aduhai dari Bojonegoro.
Alhamdulillah, matur nuwun mbak Tien RC18 sdh hadir. Semoga mbak Tien sklg bahagia sll. Aamiin.
ReplyDeleteAduhai...Salam sehat dan tambah semangat
Wah cerbuntnya makin seru saja kakak adik bersaing
ReplyDeleteCeritanya semakin seru saja.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien.
Dina... Dina... Menjilat ludahnya sendiri. 😄
ReplyDeleteAduuh ngotot amat sih Dina. Kaya Ga ada yg lain. Hehe jadi kebawa emosi.. Hebat bu Tien bikin critanya.. Trmksh bu Tien.. Salah sehat selalu..
ReplyDeleteCeritanya semakin menarik.Makaaih Bunda.
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat.
Sehat selalu dan tetap semangat
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun.....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun...
Trmksh mb Tien rocin sdh hadir... smg Abian bs bijak mengambil keputusan yg terbaik apalg calon kakak iparnya sahabat sendiri bs diajak curhat...hati tdk bs berbohong. Slm seroja sll utk mb Tien dan pctk🤗
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien kiriman Rocin 18nya ... Tetap semangat dan Salam seroja tuk kita semua 👍👍👍
ReplyDeleteADUHAI dan seroja ibu Sri
DeleteMatur nuwun... Mbak Tien. Baru kali ini seingat sy Mbak Tien mebgangkat konflik saudara kandung berebut cinta laki2.Smg mbak Tien sehat selalu
ReplyDeleteAamiin.. salam sehat dan ADUHAI
DeleteSalam sehat dan ADUHAI ibu Nanik
DeleteKasihan Abian...terima kasih mbak Tien, roti cintanya bisa buat semangat pagi. Salam sehat dan bahagia mbak
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI Bunda
DeleteAlhamdulillah,menikmati sarapan roti cinta..terima kasih Bu Tien,senantiasa sehat,Aamiin.
ReplyDeleteAamiin
DeleteADUHAI ibu Rini
Matur nuwun Bu Tien, salam sehat selalu untuk Ibu dan teman semuanya....
ReplyDeleteSalam sehat ADUHAI ibu Reni
DeleteAssalamu'alaikum
ReplyDeletewarahmatullahi
wabarakatuh
Alhamdulillah,, terima kasih bu Tien ROTI CINTA nya,,
Cie cie..Dita sdh tdk sabar mau dilamar ya Aduhaaii donk,,msh panjang perjalanan nya,,sabar ya🤭
Syafaahullah Laa basa thahuuran in syaa untuk bapak ya bu Tien
Salam ADUHAAII 🙏
Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
ReplyDeleteAamiin Allahumma aamiin
Terimakasih ibu Mbh put
Ah nggak ngerti yang bener yang mana namanya glangsaran apa gangsaran ya pokoknya kalau dua tokoh bermusuhan saling menantang meneriakan ejekan, emosi,nah si tukang gendang beri kepakan nada aba² berikut kelompok penabuh alat musik saron mengeluarkan nada melengking memegang palu kayunya mulai irama gending itu mengalun rancak, dilayar terlihat sang dalang menunjukan kepawaian menggerakan bayangan debut sengit persaingan dua tokoh yang bersengketa, aduh si adek jadi dijepit deh; si adek yang di janjiin kata²
ReplyDeleteSi kakak dengan percaya diri melaju apalagi sponsor dari sana sini, wao keren tinggal melenggang penuh kayalan, menyebar semangat agar ada guncangan reaksi agar janji tinggal janji, begitulah kira² bunyinya..
Sama.. paling cuma disuruh sabar..
Kalau mau kalau nggak mau ya enggak apa².. La wong sabar itu bukan bos kok nyuruh²..
dicari sponsor buat adek bertahan pegang janji kang nugi tuh..
ADUHAI..
Terimakasih Bu Tien roti cinta yang ke delapan belas sudah tayang,
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera bahagia bersama keluarga tercinta.
Gusti tansah paring berkah. Amin
Aduh
ReplyDeleteWA ku menjen..
nggak bisa mbuka..
Terima kasih bu Tien. RC 18 sudah tayang, salam sehat dan bahagia selalu.
ReplyDeleteUR.T411653L
Salam sehat ibu Uchu
DeleteAlhamdlilah RC 18 sdh bs bc dgn cpt.. Aduuhmakin rumit y mbak Tien.. Ituayahnys bian maksa dina hrs diterima kerja sekantor dgn bian.. Kshn bian kan pilihsnnya ke dita.. Ahsmg sang sutradara bisa mengambil keputusan yg bijak.. Hehehe.. Slmseroja dan aduhai dri skbmi.. 🥰😍
ReplyDeleteSukaaa cerita nya...mengalir seperti jamanku masih kuliah...hahahaa
ReplyDeleteMantap mbak Tien...
Salam sehat selalu mbak Tien
Aduhaiiii...
Mantap ibu Yulie
ReplyDeleteWoo.. bensine abis tuh Nanang
ReplyDeleteIya ya ..
ReplyDeletebiar bisa disumet ..
Terima kasih BubTien, tapi napa Bapak g ngerti ya kalau anak lebih suka sama Dita, dh terlanjur dukung Abian sama Dita, nih hehehe,
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Saya tdk berani beri komentar masalah Bian, Dina dan Dita. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya mengalir bgt indah dan saya sabar menunggu di episode berikutnya. Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin...
ReplyDeleteSalam sehat dari Pondok Gede...
Terima kasih Bu Tien
ReplyDelete