MENGAIS CINTA YANG TERSERAK 44.
(Tien Kumalasari)
Gunawan langsung membalikkan tubuhnya dan setengah berlari kearah depan. Indri mengikutinya dengan panik.
Gunawan menelpon pak Murti yang kemudian disesalinya, karena pertanyaannya itu pasti membuat pak Murti panik. Dan itu benar.
“Apa katamu ? Bagamana mungin kamu mencari isteri kamu dirumah sementara tadi perginya sama kamu? Bukankah kalian ke rumah sakit?”
“Iy..iya pak.. tadi.. karena yang masuk keruang periksa hanya saya dan Indri, lalu Yessy ada diluar sehingga saya bingung mencarinya ketika dia tak ada di tempatnya. Nggak apa-apa bapak, mungkin dia sedang beli sesuatu. Biar saya cari kedepan,” kata Gunwan yang berusaha menenangkan diri. Tapi bukan pak Murti kalau tak bisa menangkap kepanikan ucapan menantunya. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Dia segera menelpon sopir kantor agar segera datang menjemputnya.
“Sekarang, bapak?”
“Tahun depan !” jawab pak Murti kesal.
“Disuruh cepat itu ya sekarang.” lanjut pak Murti.
Pak Murti mengambil togkat penumpu jalannya lalu berpamit kepada simbok. Segera diperintahkannya sang sopir begitu datang untuk ngebut, menuju ke rumah sakit.
Sementara itu Gunawan dan Indri masih mencari-cari, bahkan sampai keluar dari rumah sakit. Dan karena itulah mereka tak tahu bahwa pak Murti memasuki halaman rumah sakit dan sang sopir menurunkan pak Murti di lobi.
“Bapak harus saya temani kan?” tanya sang sopir yang merasa khawatir.
“Tidak.. tidak.. aku bisa sendiri. Tunggu saja aku di parkiran.”
Dan sang sopir hanya membantu pak Murti turun, kemudian membiarkannya berjalan masuk sendirian. Ia baru pergi setelah melihat pak Murti tampak berjalan dengan aman.
Pak Murti menoleh ke kiri dan ke kanan, barangkali dia bisa melihat Yessyta. Aneh Gunawan bisa kehilangan isternya.
Tiba-tiba dilihatnya seseorang yang dkenalnya, keluar dari pintu ruang UGD.
“Suni !”
Dia memang Suni. Terkejut melihat pak Murti tiba-tiba ada disitu. Suni segera berlari mendekat lalu mencium tangan pak Murti.
“Ngapain kamu disini ?”
“Bapak, ada berita gembira, dan saya ikut berbahagia.”
“Kamu itu ketempelan apa dan dimana? Pertanyaanku apa, jawabmu apa!” kata pak Murti sambil berusaha melepaskan genggaman Suni dengan kesal. Dikiranya Suni senang karena Indri akan bisa disembuhkan sementara dirinya sedang panik mencari Yessyta.
“Bapak.. tunggu dulu, bapak harus berhabagia..”
“Tidak, lepaskan tanganku.”
“Bapak, sebentar lagi bapak akan punya cucu.”
Langkah pak Murti terhenti. Ditatapnya wajah Suni yang berbinar-binar, dan air mata mengambang disepasang mata bintangnya.
“Apa kamu bilang?”
“Bu Yessy tadi tiba-tiba merasa sangat lemas, saya berteriak memanggil perawat yang lalu membawanya ke UGD, dan ternyata bu Yessy hamil.”
“Anakku hamil? Anakku hamil?”
Pak Murti mengusap air matanya sambil melangkah kedalam ruang UGD. Dilihatnya Yessyta terbaring lemah, tapi senyumnya merekah ketika melihat bapaknya.
“Bapaaak….”
“Anakku, kesayanganku.. “ dan diciuminya Yessyta dengan wajah basah oleh air mata.
“Bapak mau punya cucu…”
“Iya, itu sebabnya bapak ada disini..”
“Beritanya baru saja, kok bapak sudah mendengar?”
“Hatiku yang paling dalam bicara sama bapak, segera ke rumah sakit, kamu mau punya cucu. Begitu..” dan perawat yang mendengarnya ikut tertawa mendengar canda pak Murti.
“Mana Gunawan?”
“Saya sedang menyuruh Suni mencarinya, tadi mengantarkan Indri ketemu dokter bedah tulang.”
“Suami kamu sedang bingung mencari kamu.”
“Apa?”
“Dia menelpon ke rumah, menanyakan apakah kamu pulang, tentu saja aku bingung, perginya bersama-sama tapi kenapa dia nyari ke rumah. Aku lalu berangkat kemari.”
“O, ya ampun, berarti tadi bukan hati kecil bapak yang bicara, tapi Suni,” dan pak Murti lah yang sekarang tertawa keras, sehingga Yessyta meminta pak Murti menutup mulutnya karena mereka sedang berada diruangan UGD.
“Yessy ?” tiba-tiba Gunawan muncul langsung merangkul isterinya.
“Aku mencari-cari kamu..”
“Aku nyaris pingsan tadi, Suni membawaku ke mari.”
“Suni sudah cerita, aku bahagia sekali.”
“Bapak lebih dulu sampai disini.”
“Maaf bapak, pasti bapak bingung ketika saya menelpon.”
“Tentu saja, aku langsung datang kemari dan ketemu Suni. Ini hari bahagia kita. Pilihkan kamar terbaik untuk calon cucu aku. Bukankah dia harus beristirahat disini selama beberapa hari?”
“Saya akan bicara dulu sama dokternya pak, bolehkah pulang, atau harus dirawat disini untuk beberapa hari?” kata Gunawan yang segera menemui dokter.
“Kalau memang harus dirawat, biar saja dirawat supaya dia sehat, lihat wajahnya pucat begitu.”
“Tidak pak, rasanya Yessy tidak apa-apa kok. Tadi Yessy agak lapar.”
“Apa? Kalau mau pergi mengapa tidak makan dulu?”
“Itu pak, janji sama dokternya jam 11.00 sedangkah Yessy harus memasak dulu.”
“Kan ada simbok.. mengapa kamu memasak?”
“Nggak tahu kenapa, tadi Yessy ingin sekali memasak bersama simbok.”
“Ya ampuun..”
“Sepertinya saya mengerti pak, nanti, cucu bapak akan perempuan,” kata Suni.
“Darimana kamu tahu?”
“Biasanya wanita hamil kalau anaknya laki-laki, dia jadi pemalas. Bahkan mandipun malas. Tapi kalau anaknya perempuan, dia akan rajin berdandan, rajin memasak. Nah, bu Yessy ini tiba-tiba suka memasak, kemungkinan besar anaknya akan perempuan.”
Pak Murti tertawa senang,
“Cucuku nanti, laki-laki atau perempuan, aku pasti suka. Dulu waktu masih kecil Yessyta lucu sekali. Dan kemayu…”
“Ih, bapak, masa sih aku kemayu..?” protes Yessyta.
“Saya sudah bicara sama dokternya,” kata Gunawan yang tiba-tiba datang.
“Apa katanya?”
“Ini ke ruang rawat dulu, menunggu. Kalau sehari ini dia baik-baik saja, maka besok pagi boleh pulang.”
“Bagus kalau begitu, carikan kamar terbaik untuk cucu aku.”
***
“Jadi bapak dermawan akan punya cucu? Aku ikut senang. Semoga saja aku bisa ikut menggendongnya nanti,” kata simbah dengan wajah berseri-seri.
“Tentu saja bisa mbah, simbah akan segera sembuh dan selalu sehat.”
“Aamiin. Dan kamu, pastinya kamu juga ingin segera punya anak kan nduk?”
“Iya mbah, doakan ya mbah. Nanti simbah boleh menggendongnya sepuas hati simbah.”
“Senangnya membayangkan bisa menggendong anak kecil. Dulu sekali aku pernah merindukan itu. Tapi Gusti Allah tidak mengijinkan.”
“Tidak apa-apa mbah, nanti juga simbah juga akan bisa menggendong cucu-cucu simbah.”
“Mengapa kamu diam saja nduk?” tanya simbah ketika melihat Indri diam saja sedari tadi.”
“Indri juga sedih. Bisa punya anak tapi tidak bisa menggendongnya,” bisiknya sambil mengusap air matanya yang menitik.
Suni iba melihatnya. Dengan hangat dia merangkul Indri.
“mBak Indri sebentar lagi akan di operasi, nanti kalau tangannya sudah sembuh pasti juga akan bisa menggendong putera mbak Indri.”
“Tidak mungkin Suni. Dia bukan milik aku lagi.”
“Mengapa mbak Indri bilang begitu? Bayi yang mbak Indri lahirkan selamanya akan menjadi milik mbak Indri.”
“Walau bukan aku yang merawatnya?”
“Darah yang mengalir ditubuhnya adalah juga darah mbak Indri. Jadi dia tetap menjadi putera mbak Indri.”
“Tapi aku belum pernah menyentuhnya..”
“Pada suatu hari nanti pasti mbak Indri akan bisa menyentuhnya.”
“Benarkah ?”
“Memohonlah kepada Allah, maka inshaa Allah , Allah akan mengabulkannya.”
Indri memeluk Suni erat-erat. Banyak hal luar biasa dilalui dalam hidup ini. Keserakahannya, kejahatan yang pernah dilakukannya, jatuh bangun yang dilaluinya, adalah orang-orang yang pernah disakitinya justru yang membuatnya bangkit.
“Sudah, untuk apa kamu menangis? Kalau kamu sudah melakukan hal baik, kalau kamu sudah bergantung kepada Yang Maha Kuasa dan Maha Pemurah, tak harus ada yang kamu tangisi lagi. Tak ada yang akan membuatmu menyesal. Hidup adalah sebuah perjalanan. Jatuh.. terluka.. itu sudah pasti ada, apa gunanya menangisi luka? Air mata tak akan bisa membasuh luka. Ia hanya bisa membasuh dosa ketika air mata itu tumpah disaat kamu bersujud dan memohon ampunanNya,” kata simbah dengan mata menerawang kearah langit-langit kamar yang serba putih dan benderang.
Suni mengacungkan jempolnya, Indri mengusap air matanya dan memeluk simbah erat-erat.
“Hei.. apa kamu ingin membuat tulang aku remuk?” teriak simbah yang kemudian membuat Indri melepaskan pelukannya.
“Aku menemukan hidupku karena simbah,” kata Indri dengan suara gemetar.
“mBak Indri beruntung bisa menemukan simbah. Tapi saya ingatkan, jangan melupakan kedua orang tua mbak Indri sendiri.”
Indri terkesiap. Selama ini Ia tak pernah ingat lagi kepada orang tuanya. Ia sudah dibuang, dan mungkin juga diaggapnya sudah mati. Tiba-tiba Indri menangis lagi.
“Bukankah bapak ibu mbak Indri masih ada?”
Indri mengangguk pelan.
“Pernahkah mbak Indri mengunjunginya?”
Indri menggeleng dengan sedih.
“Mengapa?”
“Aku ini sudah dibuang. “
“Apa?”
“Barangkali juga sudah dianggap mati.”
“Mana ada orang tua seperti itu?”
“Itu ada. Mereka orang tua aku, Suni.”
“Tak mungkin begitu..”
“Aku datang dengan baik-baik, mereka mengusir aku. Aku menangis meminta ampun, mereka masuk ke rumah dan menguncinya dari dalam. Semenjak itu aku merasa tak lagi punya orang tua.”
“Mengapa sampai seperti itu?”
“Dosaku sangat besar. Bapak dan ibu aku malu karena aku merebut suami orang.”
“O…” Suni baru mengerti mengapa orang tua Indri begitu marah sekali padanya. Ternyata ada hubungannya dengan rumah tangga bekas majikannya.
“Dosa sebesar itu, ternyata tak terampunkan,” bisik Indri sedih.
“Tidak. Kalau Gusti Allah saja Maha Pengampun, mana mungkin orang tua tidak?” sahut simbah yang ternyata sejak tadi mendengarkan cerita Indri. Memang simbah orang yang kurang peduli pada urusan orang lain. Itu sebabnya dia tak pernah menanyakan apa dan mengapa Indri bisa ditemuinya terserak didepan sebuah toko saat malam hari, dalam keadaan tubuh dan rasa yang kacau balau. Bahkan nama Indri saja baru saja diketahuinya belum lama ini.
“Apa yang harus aku lakukan?”
“Pengampunan dari orang tua itu harus kamu dapatkan, kalau kamu ingin hidup kamu lebih tenang,” sambung simbah.
Suni mengangguk membenarkan.
“Ya sudah sekarang mbak Indri makan saja dulu yuk, karena setelah ini harus puasa sampai dioperasi besok pagi.”
“Ya, itu benar. Kata orang-orang, apa yang dikatakan dokter harus diturutin. Seperti kata mereka sama simbah,” kata simbah sambil menarik selimutnya dan berusaha tidur.
***
Pagi hari itu saat dokter mengijinkan Yessyta pulang, Indri sedang selesai melakukan beberapa pengecekan. Darah, jantung, bahkan rontgen atau entah apa lagi sudah dilakukannya.
Yessyta menghampirinya ketika Indri sedang duduk menunggu giliran masuk ke ruang operasi.
“Indri, aku minta maaf tak bisa menunggui kamu.”
“Mengapa mbak Yessyta harus meminta maaf? Tidak apa-apa saya sendirian, ada mbak Suni yang akan menunggui saya nanti.”
“Syukurlah, ada Suni.”
“mBak Yessy harus hati-hati. Seorang wanita yang sedang mengandung beberapa minggu harus sangat menjaga kandungannya.”
“Iya Indri, aku tahu, terimakasih banyak karena telah mengingatkan.”
“Itu Suni sudah datang kemari.”
“Semoga lancar operasinya ya In, sehingga kamu segera bisa melakukan apapun dengan nyaman.”
“Terimakasih mbak.”
“Aku pergi dulu, suami aku sudah menunggu,” kata Yessyta sambil menjauh. Ada rasa teriris dihati Indri, karena dia telah banyak melakukan kesalahan dalam hidupnya, sehingga kehidupan rumah tangga yang tenangpun ia tak bisa merasakannya. Ditatapnya punggung kedua sejoli yang saling merangkul itu dengan perasaan seperti diremas-remas.
“Hei, mengapa menangis? “ tiba-tiba suara Suni mengejutkannya.
Indri mengusap air matanya.
“Jangan bilang mbak Indri takut di operasi.”
“Tidak, aku kan pernah dioperasi juga, cuma memang dulu itu belum sempurna karena keterbatasan biaya. Untunglah ada penolong berhati mulia.”
“Iya, semoga sukses, berhasil baik, sehingga mbak Indri bisa melakukan semuanya yang ingin mbak Indri lakukan.”
“Terimakasih Suni. Tapi simbah sama siapa sekarang ini? Suami kamu kan sudah kembali?”
“Iya, kemarin sudah kembali karena hari ini dia harus bekerja. Untunglah tadi Thole datang, sehingga simbah ada temannya.”
“Oh, syukurlah kalau begitu.”
***
“Kamu tidak capek, duduk terus disitu menemani simbah?” tanya simbah.
“Tidak, mengapa cuma duduk saja bisa capai?”
“Kamu anak baik. Maukah besok kamu sekolah lagi?”
“Sekolah lagi? Saya sudah dua tahun tidak sekolah, sejak saya kelas dua, sedangkan teman-teman saya sudah kelas empat.”
“Memangnya kenapa kalau kamu masih kelas dua dan teman kamu dulu sudah kelas empat?”
“Thole malu dong mbah, bersaing dengan anak kecil? Dan karena sudah lama tidak sekolah pasti nanti Thole akan menjadi yang paling bodoh.”
“Jadi kamu takut bersaing? Tahukah kamu bahwa untuk mencapai sesuatu maka orang harus berusaha?”
Thole menatap simbah tak berkedip. Ia tak akan mau kalau dipaksa sekolah juga. Sungguh dia pasti akan menjadi murid yang paling bodoh.
“Dengar tidak kata simbah tadi? Bahwa seseorang yang ingin mencapai sesuatu maka dia harus berusaha?”
Thole masih tak menjawab.
“Simbah punya sebuah dongeng. “
“Dongeng tentang kancil?”
“Enak saja, anak sebesar kamu sudah tidak pantas mendengar dongeng tentang kancil.”
“Lalu ?”
Ini dongeng tentang sebuah persaingan yang sangat luar biasa.
“Perang?”
“Bukan. Bolehlah dikatakan perang, tapi bukan perang dengan senjata.”
“Jadi…”
“Dengan ini… otak ini,” kata simbah sambil menunjuk kearah kepalanya.
Thole tak menjawab.
“Kamu pernah tahu tentang seorang tokoh wayang berwajah kera?”
“Hanoman..” kata Thole cepat, karena dia juga suka nonton wayang.
“Lagi…”
“Anila…”
“Lagi… yang warna bulunya merah.”
“Anggada..”
“Nah, simbah akan bercerita tentang Hanoman dan Anggada saat bersaing ketika ingin mendapatkan sesuatu.”
***
Besok lagi ya.
Terimakasih
ReplyDeleteHebaat mbak Tien...nuwun
DeleteAlhamdulillah....MCYT 44 sdh tayang gasik
DeleteMtnuwun mbk Tien....donga dinonga mbk mgi2 sehat selalu
Gasik tenan. Sdh mulai produktif bundaku.....
DeleteSelam sehat penuh semangat bun...
Dan ADIHAI selalu.
Terimakasih Ibu Tien, kesayangan semua nya...
DeleteHadiiiiir, Melu ah,,, matur suwun Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 🙏🙏🙏
DeleteAlhamdulillah MCYT 44 tayang
ReplyDeleteMksh bunda Tien,sehat selalu doaku
Salam hangat selalu dari Jogja dan ttp ADUHAI dan ADUHAI
Terima kasih mbak Tien.
ReplyDeleteAsyik sudah tayang gasik
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tienku, mcyt sudah tayang.
ReplyDeletePuji Tuhan, bu Tien sdh kembali beraktifitas kembali dengan tidak lupa pada kami semua yg selalu menantikan MCYT nya khususnya...
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien
Salam sehat & Aduhay selalu.
Selamat pak Yowa..juara 1
ReplyDeleteSalam sehat bunda Tien...
Salam Aduhai
Terima kasih sudah tayang...
Alhamdulillah masih sore sdh hadir, Maturnuwun mbak Tien, semoga bertambah sehat. Aamiiiin
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang lagi, sehat2 selalu nggeh bunda 🥰🙏
ReplyDeleteSalam aduhai dari Wahyu - Lamongan
Wahyu
Alhamdulillah.. Ibu sehat selalu yaa.
ReplyDeleteKangeeen ibuuu.
Dan baru kali ini saya koment lagi..
Sehat selalu tuk swmua pengemar ibu tien.. Wabilkhusus ibu Tien dan keluarga..
Maksih ibu..
Love yuuu ibu Tien..
Alhamdulillah sudah berangsur baik.....sehat terus b Tien.. terima kasih MCYT sdh mulai berlanjut..
ReplyDeleteSalam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿
Terima kasih Bu Tien , MCYT 44 udh tayang, smg Ibubtrs sehat dan srlalu menghibur kami
ReplyDeleteAlhamdulillah..Terima kasih MCYT 44 sdh hadir Bu..
ReplyDeleteSemoga Ibu sehat seterusnya dan pulih kembali.
Aamiin..
Salam kangen dan ADUHAI dari Bekasi
Alhamdulillah, bu Tien sudah sehat.
ReplyDeleteSehingga mcyt sudah berlanjut lagi. Semoga bu Tien sehat selalu.
Betul2 huebat mb Tien MCYT 44 sdh tayang gasik....
ReplyDeleteSng mb Tien sll sehat terus bs menghibur para penggemarnya....
Salam seroja tetap ADUHAI....
Makasih Bunda MCYT 44 dah tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat
Met malam dan met beristirahat Bunda.SALAM ADUHAI.......
Bunda Tien, kangen nich
ReplyDeleteSemoga selalu sehat bunda, MCYT 44 sdh hadir , cerita tambah menarik dengan adanya simbah yang hebat...salut sama simbah..akankah operasi tangan indri berhasil sukses?
monggo bunda dilanjut ,salam sehat dan tetap Aduhai
Alhamdulillah MCYT44sudah tanyang...sehat selalu mb Tien...salam aduhai
ReplyDeleteHurray...Bu Tien sudah mulai menggores² pena kembali. Salam sehat dan sayang dr Jogja.
ReplyDeleteSg ndalu bu Tien cantiik....sudah dibaca eps 44. Matur nuwun..siap share .. hehehe.
ReplyDeleteMatur suwun bunda Tien,sehat sll
ReplyDeleteAlhamdulillah...jangan di forsir mba Tien...semoga kesehatan kekuatan kebahagiaan selalu tercurah buat mba Tien dan kita semua...Aamiin
ReplyDeleteSelamat malam mbakayu Tien, puji syukur sudah sehat dan berkarya lagi, edisi ini penuh makna, pembelajaran hidup yg sangat dalam, moga kita semua dapt mengamalkan pelajaran hidup dr tokoh² yg luar biasa,,,,
ReplyDeleteTerimakasih 😘😘
Alhamdulillah...mbak Tien.
ReplyDeleteSehat selalu, nggih ....
Mbak tieeeen, senengnya saya, semakin sehat, semangat dalam perlindungan dan berkat Tuhan ya mbak. Salam aduhai selalu, Tuti,Yogya
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT44 tayang...Semoga Bu Tien tetap sehat dan cerita tentang Anoman & Anggodo sikera berbulu merah dapat memacu semangat Thole untuk mau sekolah lagi... ADUHAI.🙏🙏🙏🌺🌼❤️
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT44 sudah tayang. Maturnuwun Bu Tien. Semoga Bu Tien sehat selalu...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien. Semoga semakin sehat...aamiin
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien MCYT 44 udah tayang. Semoga Bu Tien sehat selalu. Amin... 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun bun...
Mugi2 tansah wilujeng rahayu sedoyonipun.... Kalis hing rubedo...
Makasih mba Tien. Sehat selalu. Salam hangat mba
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang MCYT 44, terima kasih bunda, semoga selalu sehat.
ReplyDeleteSalam
Alhamdulillah,maturnuwun Bu Tien..Mugi tansah pinaringan sehat,Aamiin.
ReplyDeleteSalam sehat,salam aduhai
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien...mugi tansah sehat..
ReplyDeleteCerita yang apik..sarat dengan pitutur....
Salam aduhai dari Tangsel
Puji Tuhan, ibu Tien benar2 sdh fresh lancar menuangkan ide2 dlm cerita ini.
ReplyDeleteLuar biasa membuat kami penggandrung tetap penasaran baca selanjutnya...
Monggo dilanjut. Matur nuwun, Berkah Dalem.
Makasiih mbak Tien..mcyt 44nya..
ReplyDeleteSalam sehat selalu..dan aduhaiii...🙏🥰⚘
Alhamdulillah MCYT~44 sudah hadir.. maturnuwun Bu Tien..🙏
ReplyDeleteSemoga tetap sehat ... Aamiin..🤲
Alhamdulillah maturnuwun Bu Tien, semoga sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT 44 sudah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien selalu sehat aamiin
Salam sehat dan aduhai dari Purworejo
Alhmdllh...kbhagian demi kbahagian trs hadir, shg MCYT nya mkiin aduhai trs.... terima kasih Mbu Tien, sehat² sllu....
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh ada kelanjutan MCYT makasih mbak Tien sehat selalu semangaaat
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien ...
ReplyDeleteCerita ibu tetap selalu saya nanti...
Sehat selalu untuk Bu Tien salam aduhai ...
Berkah Dalem Gusti ...🙏🛐😇
Alhamdulillah ....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir,
Matur nuwun bu......
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin.....
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
Maturnuwun bunda Tin MCYT44 tlah hadir...
ReplyDeletemugi² bunda dipun paringi sehat.
salam ADUHAI saking Kota Malang..😊
salam
Alhamdulillah.....
ReplyDeleteSuwun ibu
Mugi tansah pinaringan sehat
Alhamdulillah bu Tien dan kita semua sehat trm kasih bu Tien episode 44 top markotop salam sehat dan salam aduhai
ReplyDelete..
Assalamualaikum wr wb. Alhamdulillah, semoga Bu Tien semakin hari semakin sehat wal afiat dan berbahagia bersama keluarga. Aamiin.
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien telah menghadirkan episode 44, yg semakin menarik ceritanya. Salam sehat selalu dari Pondok Gede....
Alhamdulillah, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, bahagia bersama keluarga tercinta. Aamiin
ReplyDeleteMaturnuwun, ceritanya semakin menarik. Salam sehat selalu dari Pondok Gede....
Assalamu'alaikum
ReplyDeleteWarahmatullahi
wabarakatuh
Alhamdulillah,,, Matur nuwun bu Tien MCYT 44 nya
Senang nya Pak Murti mau punya cucu
Suni sabar ya,,,in syaa Allah Punya anak juga ya🤭
Tambah sehat wal'afiat semua ya bu Tien
Salam ADUHAAII 🤗🙏
Semmoga mbak Tien sehat terus...
ReplyDeleteSalam sehat dari Tebing Tinggi Sumetera Utara
AlhamduLILLAAH aduhaii. .ada sambungan cerbung lagi..sehat² bu tien...semangaaat semuaa salam dr Tangsel
ReplyDeleteTerima kasih Bunda cantik salam sehat selalu dan doa terbaik untuk Bunda Tien Amin YRA 🙏
ReplyDeleteSlmt pagii mbak Tien.. Trimaksiih mcyt ke 44 .. Sangatbgus alur ceritanya.. Yg sy hrpkan smg mbak Tien sll sht dan dpt berkarya slmnya.. Jgkesehatan y mbak.. Salamseroja dan aduhai dri sukabumi.. Muuaahh🥰🥰🥰
ReplyDeleteTerima kasih, mbak Tien, karya-karya panjenengan selalu jadi literasi pagi kami. Semoga seri berikutnya segera tayang. Sehat selalu buat mbak Tien.
ReplyDeleteAlhamdulilah. Mksh Bunda Tien semoga Alloh SWT selalu memberikan kesehatan yg barokah. Aamiin.
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT 44 nya, somoga bu tien sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah episode 44 banyak cerita bahagia, Darman dan Suni datang tepat saat simbah mau melepas jarum infus, Yessyta hamil, Indri mau dioperasi dan Thole akan disekolahkan. Semoga Suni juga segera menyusul hamil dan membuat simbah bersemangat hidup..aamiin. terima kasih bu Tien , cerita yang sangat beakna dalam MCYT..semoga ibu sehat selalu dan selalu berbagi kebahagiaan..aamiin
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien yg aduhai, sehat2 njih
ReplyDeleteAlkhamdulillahirobbil'alamiin
ReplyDeleteTlah lama kunanti episode lanjutan
Baru buka sudah ada.semoga ibu tien sehat selalu.salam aduhai..
Matur nuwun Bu Tien , semoga bu Tien sekeluarga selalu sehat2.
ReplyDeleteTerima kasih Mba Tien ....
ReplyDeleteMoga sehat terus ......
Hallo...Suni libur dulu malem ini.ya...Yessyta lagi pingin ngaso dulu..maksudku, mbak Tien mau ngaso dulu, biar makin fit... Demikian sekilas info
ReplyDeleteMakasih Jeng Iyeng, infonya. Selamat malam.. met rehat. Salam sehat aduhai selalu.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteDi ep 43 awalnya komenku ada di no. 2 dibawah Jeng Nani Nuraini... kok terus bisa tergeser sama Rinta Babaran, Kakek Habi dan Jeng Triniel ya? Apa karena hpku kurang canggih jadi bisa tergeser dengan yg lebih canggih ya?
ReplyDeleteBukan masalah HPnya mbk Ira
DeleteKlo mau koment diatas, klik reply dr komen yg no 1,tulis trus kirim,pasti urutannya bisa diatas
Hahaha....berarti gak nyimak, padahal pemirsa lama.....jika komennya pengin dibawah sang juara ikuti petunjuk jeng Nani. Dulu ....ilmu itu yang ngajari Dimas Rinto, makanya yang komen walau jam berapapun jika mereplay sabg kuara urutannya akan mengikuti urutan sang juara. Demikian bu Ira besuk dicoba ya pada MCYT_45.
DeleteINDAHNYA BERBAGI ILMU
Terima kasih Kakek Habi, Bu Aini utk pelajaran yg diberikan. Salam sehat aduhai selalu.
DeleteMohon maaf Malam ini MCYT 45 blm bisa tayang,krn mbk Tien mau istirahat dulu,smg besuk sdh segar bugar kembali,Aamiin
ReplyDeletePengumuman.... Pengumuman....!!!
DeleteDiberitahukan kepada para Penggemar Cerbung Tien Kumalasari, karena merasa capek baru dapat separo jalan, bu Tien sdh pengin istirahat, maka MCYT_45 malam ini absen, sebagai gantinya (khusus yang tergabung di WAG PCTK) akan saya tayangkan RENJANA_CINTA karya: Tuan Pras Darla hanta 15 episode langsung TAMAT.
I HATE YOU, SIR
Demikian untuk menjadi maklum.
Iya, saya juga mau d ik kirimi juga cerita itu ya kek Hasbi
DeleteTerimakasih Kakek Habi Bandung atas informasinya.. semoga setelah istirahat Bu Tien bisa fresh kembali...
DeleteMaaf karena saya belum tergabung dalam WAG PCTK, bolehkah saya minta dikirimi RENJANA_CINTA juga?
Terimakasih...🙏🙏🙏
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
DeletePak Habi,,sy mauu donk bergabung di WA PCTK,, terima kasih 🙏🙏🙏
Saya juga sama belum bergabung di WA PCTK bolehkah kiranya dikirimi RENJANA_CINTA nya juga? Terima kasih sebelumnya.🙏🙏🙏
DeleteWaah, gk msk di grup, jadi gk bisa ikutan baca Renjana Cinta kiriman Kakek Habi .. hai hai hai ...
DeleteTerima kasih kakek Habi...semoga Bu Tien fresh kembali ...mau jg dikirim dong Rencana Cinta ...maaf saya belum gabung di WAG PCTK ..tp bolehlah dikirim terima kasih
ReplyDeleteMaturnuwun Mbak Tien.makin seru hono carito hanoman hehehehe.salam sehat Bunda
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah, semakin sehat ya mbk Tien, slmt brkarya kembali
ReplyDeleteAssalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteBu Tien syafaakillah Laa basa thahuuran in syaa Allah,, tambah sehat wal'afiat ya
Tetap SEMANGAT,, Salam ADUHAAII 🤗☘️🌸☘️
Semoga Bu Tien sehat kembali....Aamiin
ReplyDeleteSemoga mba Tien cepat sehat dan pulih kembali. Aamiin
ReplyDeletealhamdulillah bu Tien dah muncul kembali, semoga selalu sehat bu Tien
ReplyDeleteKakek habi sy blm masuk wag pctk...tp pengen novel renjana cinta nya boleh donk sy minta dikirim...hehehe...😊😊
ReplyDeleteAlhamdulillah mbak Tien, sehat s3lalu, kutunggu tutuge
ReplyDeleteAlhamdulillah bunda Tien sdh sehat kembali..semoga sehat trs Bun..dan terimakasih sdh menhadirkan karyanya kembali...salam aduhai dari bdg..
ReplyDeleteSemoga bu Tien selalu diparingi sehat dan selalu dlm lindungan-Nya, Amin!
ReplyDeleteSemakin bikin penasaran....
ReplyDeleteSemakin bikin penasaran...salam sehat nan aduhai bu Tien
ReplyDeleteSehat terus Mbak Tien, biar bs menghibur saya yg sdh pensiun ini👍🙏
ReplyDelete