MENGAIS CINTA YANG TERSERAK 07
(Tien Kumalasari)
Darman kebingungan. Ia mengangkat pak Kardi kedalam kamar. Untunglah badan pak Kardi kurus kecil, sehingga dengan mudah Darman mengangkatnya.
Lalu Darman beranjak kebelakang. Mencari air untuk diminumkan. Dia belum pernah memasuki rumah pak Kardi, sehingga ia harus mencari-cari. Untunglah di dapur ada termos. Darman menuangkannya, lalu mencari air dingin yang ada didalam kan. Dicampurkannya supaya tidak terlalu panas, kemudian dibawanya masuk kekamar.
“Pak.. pak…”
Darman memijit mijit tangan dan kaki pak Kardi. Matanya mencari-cari, barangkali ada minyak angin atau apalah untuk menggosok badan pak Kardi. Untunglah ada balsem tergeletak dimeja. Darman membukanya, hampir habis, tapi masih cukup untuk menggosok. Darman menggosoknya ke pelipis, ke dada pak Darman yang tipis, lalu menciumkan bau balsem itu ke hidungnya.
Agak lama, ketika kemudian pak Kardi membuka matanya. Ia tampak bingung dan mencari-cari.
“Mana Suni.. mana Suni..”
“Pak, sabar ya pak, nanti saya akan mencari Suni sampai ketemu. Bapak harus kuat.”
Mata pak Kardi berlinang-linang. Darman merasa iba. Ia terus memijit-mijit tangan pak Kardi.
“Kalau aku mati, aku titipkan Suni sama kamu,” kata pak Kardi dengan bibir gemetar.
“Mengapa bapak berkata begitu? Tidak, kalau bapak masih sakit, besok saya antarkan ke dokter.”
“Aku tidak butuh obat dari dokter. Aku butuh anakku..”
“Iya, saya tahu, bapak sabar ya.”
Pak Kardi diam, matanya menatap langit-langit kamar. Mata sayu yang tak lagi punya banyak harapan, kecuali melihat anaknya bahagia. Bahagiakah anaknya? Tersedu dalam nestapa yang tak kunjung mendapat jawaban, pak Kardi kembali menitikkan air mata.
Hari sudah malam, Darman tak tega meninggalkan pak Kardi sendirian.
“Bapak sudah makan?”
“Aku tidak mau makan, tidak lapar.”
“Saya belikan bubur ya pak.”
Tanpa menunggu jawaban, Darman pergi keluar, mengambil sepeda motornya dan memacunya kearah jalan raya. Agak jauh dari kampung itu biasanya ada penjual bubur. Tapi dikampungnya tak ada penjual yang masih membuka warungnya dimalam selarut itu. Darman mencarinya sampai ke pinggiran kota. Ada penjual bubur yang dikeliingi banyak pembeli, dan duduk lesehan disana, menikmati bubur dengan santai, padahal malam telah larut.
Ketika itu sepasang anak muda sedang membeli bubur lemu dan sambal goreng.
“Hm, baunya gurih,” kata wanita yang sudah membuka dompetnya untuk membayar.
“Berapa bu tiga bungkus buburnya?”lanjutnya sambil mengulurkan selembar uang.
“Kok tiga sih.. ?” tanya si laki-laki.
“Mas lupa, dirumah kan ada seorang lagi dan tadi bilang lapar, lalu aku berikan dua potong roti, siapa tahu masih lapar.”
“mBak Yessy, ini kembaliannya,” kata penjual bubur.
“Terimakasih bu,” kata wanita yang dipanggil Yessy, kemudian berlalu sambil menggamit lengan suaminya.
“Itu tadi pengantin baru, yang perempuan langganan saya, senang melihatnya, suaminya ganteng amat,” kata penjual bubur sambil mengambil selembar daun pembungkus.
“Rumahnya dekat sini barangkali,” celetuk Darman.
“Jauh mas, tapi jauh-jauh juga pasti setiap dua hari atau tiga hari datang kemari. Sekarang masnya beli bubur yang pedas atau…” katanya sambil menatap Darman.
“Saya dua bungkus, satunya pedas, satunya tidak. Semuanya pakai telur.
Si penjual melayani pesanan Darman. Kalau saja Darman tahu bahwa yang dimaksud ‘seorang yang mungkin masih lapar dan tinggal dirumah’ adalah Suni. Aduhai.
***
Darman kembali ke rumah pak Kardi. Tak terasa ternyata dia bersepeda motor sampai ke batas kota, gara-gara keinginannya membelikan makanan untuk pak Kardi.
Duapuluhan menit Darman baru sampai dirumah pak Kardi. Itupun dia menjalankan motornya dengan ngebut. Ya ampun, hampir satu jam lebih ia meninggalkan pak Kardi. Semoga dia baik-baik saja.
Ketika Darman masuk kerumah, dilihatnya pak Kardi masih terbaring sambil memejamkan mata.
“Pak, pak…”
Darman terkejut. Pak Kardi diam. Dipegangnya tangan pak Kardi. Ia merasakan detaknya lemah. Darman harus membawanya kerumah sakit. Tapi memboncengkannya adalah tak mungkin. Salah satu orang yang memiliki mobil hanyalah pak lurah. Tapi malam sudah larut. Pak lurah pasti sudah tidur.
Tapi tampaknya pak Kardi sangat butuh pertolongan. Tak ada rumah sakit di kampung itu. Ia harus membawanya ke kota. Dengan nekat didatanginya rumah pak lurah.
Ragu-ragu diketuknya rumah pak lurah. Tapi akhirnya terbuka juga.
“Darman ?”
“Iya pak, saya. Maaf membangunkan pak lurah.”
“Ada apa?”
“Bolehkah saya pinjam mobil pak lurah?”
“Malam-malam begini ?”
“Iya pak. Saya harus mengantarkan pak Kardi kerumah sakit.”
“Pak Kardi? Bapaknya Suni?”
“Iya pak.”
Darman adalah pagawai kelurahan yang cakap, dan itu sebabnya pak lurah sangat mengasihinya.
“Baiklah, aku buka garasi dulu. Sakit apa dia. Beberapa hari yang lalu aku melihatnya di sawah, memang wajahnya pucat dan kelihatan kurus. Kabarnya anak perempuannya bekerja di kota. Bocah ra genah. Harusnya dia mengurus bapaknya,” omel pak lurah ketika membukakan pintu garasi lalu memberikan kunci mobil kepada Darman.
“Terimakasih pak.”
Darman melarikan pak Kardi ke rumah sakit. Salah seorang tetangga yang kebetulan sedang meronda melihat Darman menggendong pak Kardi.
“Lho.. kang Kardi kenapa?”
Tapi Darman sudah melarikan mobilnya.
***
Yessy memasuki kamar Suni. Dilihatnya Suni sudah tertidur.
“Suni..”
Tiba-tiba Suni terbangun begitu saja.
“Bapak ?”
“Suni…?”
“Mana bapak?”
“Kamu bermimpi Suni.”
Suni bangkit lalu duduk ditepi ranjang. Menatap Yessyta dengan bingung.
“Nggak ada bapak ya?”
“Kamu bermimpi ketemu bapak kamu?”
“Oh, iya, saya bermimpi.”
“Ya sudah, barangkali kamu sedang kangen sama bapak kamu, atau bapak kamu kangen sama kamu.”
“Iya..”
“Aku tadi juga kelaparan, jalan-jalan sama pak Anto, beli bubur. Aku juga beli untuk kamu. Ini, kamu mau?”
“Oh, beli dimana?”
“Jauh belinya, tapi itu langganan aku. Makanlah. Enak lho. Kamu tadi bilang lapar kan?”
“Terimakasih banyak.”
“Mau makan dimeja makan?”
Suni keluar dari kamar sambil membawa bungkusan bubur yang sudah diletakkan diatas piring. Yessy menyuruhnya makan di kursi makan, tapi Suni menuju dapur. Ia sudah tahu dimana dapurnya ketika Yessy menunjukkan kamar mandi diarah belakang.
“Biar saya makan disini saja.”
“Baiklah, terserah kamu saja,” lalu Yessy meninggalkan Suni makan didapur, tanpa ingin mengganggunya.
Suni makan dengan nikmat. Tapi terbayang lagi mimpinya barusan. Ia merasa bapaknya seperti membangunkannya sambil memanggil-manggil namanya, tapi ketika terbangun ternyata Yessy yang membangunkannya.
“Apakah bapak baik-baik saja? Aku ingin pulang untuk menemui bapak, tapi aku malu. Aku akan menata dulu hidupku, agar ketika pulang bapak tak kecewa,” janjinya dalam hati sambil menghabiskan buburnya.
“Kalau kamu ingin pulang untuk ketemu bapak kamu, pulanglah besok. Aku beri kamu uang dan beberapa baju,” kata Yessy yang tiba-tiba muncul didekat Suni.
“Tidak bu, biarkan saya bekerja dulu disini, saya tidak mau berhutang.”
“Aku tidak menghutangkan apapun, aku beri semuanya dengan ikhlas.”
“Biarkan saya bekerja dulu bu.”
Yessy mengangguk. Ia kemudian tahu Suni selalu punya kemauan keras, dan tak mau menerima apapun dengan cuma-cuma.
“Baiklah.”
“Apa yang harus saya kerjakan ketika saya besok bangun pagi-pagi?”
“Kamu sudah benar-benar sehat? Kamu masih tampak letih.”
“Saya akan melakukan apa yang saya bisa.”
“Kalau pagi saya biasa merebus air untuk membuat teh panas. Disitu teh dan gulanya,” kata Yessy sambil menunjukkan almari kecil tempat ia menyimpan semua bahan minuman. Ia mengatakannya agar Suni tidak merasa sungkan.
Suni mengangguk.
Ia merasa sudah lebih baik, biarpun kakinya masih terasa pegal. Malam sudah larut ketika dia kembali tidur dan berharap mimpi ketemu bapaknya lagi. Tapi mimpi itu sudah tak berulang, sampai ketika pagi hari Suni bangun dari tidurnya.
***
Darman menunggu ketika pak Kardi diperiksa. Hatinya berdebar, khawatir karena sejak dibawa menuju rumah sakit pak Kardi hanya diam.
Ketika dokter keluar, Darman memburunya.
“Bagaimana keadaan ayah saya dokter?” kata Darman dengan menyebutnya ayah untuk memudahkan dia memberikan keterangan, dan agar pertanyaan tidak terlalu panjang.
“Dia hanya syok, atau tertekan, atau apalah. Dia hanya perlu perawatan dan jangan membuatnya sedih.”
“Apakah dia harus dirawat?”
“Harus. Dia lemah, apakah beberapa hari tidak makan?”
Darman terkejut. Mana dia tahu?
“Mm.. dia.. memang susah makan.” Darman menjawab sekenanya.
“Sedang memikirkan sesuatu?”
“Benar dokter, anaknya pergi dan belum kembali.”
“Anaknya itu saudara anda kan ?”
“Yy..ya.. dokter.”
“Panggil dia dan buat dia senang.”
“Jadi penyakitnya tidak berbahaya dok?”
“Tidak. Jangan khawatir, asalkan anda sangat menjaga perasaannya. Sekarang dia sudah sadar, anda bisa menemuinya.”
Darman bernapas lega. Ia lalu memesankan kamar untuk rawat inap, tidak usah yang terbaik, tapi yang lumayanlah, agar pak Kardi senang.
Darman menunggu sampai pak Kardi di bawa ke kamar inap.
“Mengapa aku disini?”
“Bapak dirumah sakit, tadi pingsan dirumah.”
“Bawa aku pulang, untuk apa aku dirawat? Lagi pula aku tak punya uang.”
“Saya punya uang, bapak jangan khawatir. Beristirahatlah disini.”
“Aku hanya ingin Suni pulang.”
“Suni pasti pulang pak, saya akan mencarinya. Sekarang bapak baik-baik disini ya, dan menurutlah apa kata dokter, saya akan pulang untuk mengambil baju bapak.”
Pak Kardi tak berdaya, lagi pula ia merasa sangat lemah. Ia hanya mengangguk ketika Darman pamit pulang sebentar. Ketika itu pagi hampir menjelang.
***
“Bapak, hari ini mas Anto mau saya ajak ke kantor, biar belajar memahami bisnis kita,” kata Yessy ketika pagi hari itu menelpon bapaknya.”
“Serahkan saja semuanya sama Gunawan. Dia akan menjadi anak buah Gunawan, sambil belajar. Setelah itu kamu tidak harus mengurusi usaha kita, karena kamu harus lebih memperhatikan rumah tangga kamu. Tapi kamu tetap harus memantaunya.”
“Bukankah bapak juga masih akan aktif di kantor?”
“Tidak, semuanya Gunawan yang mengurus, bapak percaya sama dia. Bapak juga ingin beristirahat. Bapak kan sudah semakin tua. Saatnya bapak istirahat dan usaha itu aku serahkan sama kamu dan Gunawan.”
“Baiklah bapak, nanti saya akan ke kantor dan berbicara sama mas Gunawan.”
“Nanti bapak mau datang juga. Bapak ingin melihat, sejauh mana suami kamu bisa menangani tugas yang diserahkan sama dia.”
“Kalaupun ada kekurangannya kan kita harus maklum pak, dia masih harus belajar.”
“Benar, tapi kalau dia cerdas maka pasti bisa menjalaninya. Jangan sampai karena dia suami kamu maka kamu terus-terusan membelanya.”
“Tidak pak, saya tahu apa yang harus saya lakukan.”
“Baiklah, aku tunggu kalian di kantor.”
Yessy menutup ponselnya, sementara suaminya sudah berdiri dibelakangnya.
“Ayah kamu tidak percaya sama aku bukan?”
“Tidak mas, bapak hanya belum mengenal kamu.”
“Tapi aku merasa sejak pertama kali kami berbincang, ayahmu seperti tak rela aku ikut berperan dalam perusahaan kalian. Kalian lebih percaya sama Gunawan.
“Mas Gunawan sudah bertahun-tahun ikut mengelola perusahaan ini, dan bapak percaya karena kenyataannya usaha kami berhasil maju dan menjadi besar.”
“Baiklah, aku tidak berambisi menjadi orang besar di perusahaan kalian. Aku cukup puas kamu menjadi pewaris ayah kamu dan melihat keberhasilan kamu.”
“Apa maksudmu mas? Bapak minta agar kamu ikut berperan, bersama mas Gunawan. Dia akan membimbing kamu.”
“Tapi bapak kamu tidak percaya sama aku bukan?”
“Bukannya tidak percaya. Bapak kan belum mengenal mas, karena itu mas harus menunjukkan bahwa mas itu mampu.”
Anto tak menjawab. Ia beranjak kebelakang dan melihat Suni sedang mencuci peralatan dapur.
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Anto, tak terlihat ramah.
“Sedang mencuci panci pak,” jawab Suni heran.
“Mas, ayo sarapan. Tadi Suni memasak nasi goreng untuk kita. Setelah itu kita berangkat ke kantor, ya,” kata Yessy sambil menarik Anto ke meja makan.
“Maaf bu, saya tidak melihat apa-apa dikulkas, hanya ada telur dan sosis. Jadi saya hanya masak nasi goreng, Nggak tahu enak apa enggak,” kata Suni sambil melongok kearah ruang makan. Suni bukan gadis pemalas. Dikampungnya dia membantu tetangganya berjualan dipasar, dan memasak buat makan ayahnya. Ketika bekerja di toko pakaian, dia juga disuruh memasak oleh majikannya kecuali bersih-bersih toko. Setiap bangun pagi dia seperti biasa membuka-buka kulkas untuk mencari apa yang bisa dimasak untuk sarapan pagi, sebelum majikannya belanja kepasar. Dirumah Yessy pun begitu. Setelah membuat teh panas yang disiapkan untuk Yessy dan suaminya, dia membuka kulkas, tapi tak menemukan apapun. Ia mencari bumbu dan menemukan cabai setengah kering dan bumbu-bumbu lainnya.
“Enak Suni, kamu biasa memasak?”
“Itu pekerjaan saya bu.”
“Aku itu malas memasak. Paling makan diluar, atau bikin sayur sesukanya. Itu ketika aku masih bersama bapak. Sejak aku menikah, aku hanya belanja bumbu ala kadarnya tapi jarang aku memasak.”
“Jadi, saya salah karena telah membuat nasi goreng?”
“Tidak Suni, bagus sekali, aku suka masakan kamu. Nanti sepulang dari kantor aku akan belanja sayur dan ikan. Kamu boleh memasak sesuka kamu.”
“Benarkah?” mata Suni berbinar. Keluarga yang menemukannya dalam papa ternyata keluarga yang baik. Hanya saja dia tak suka pada suami Yessy. Tampaknya tuan muda itu meremehkannya, dan masih menganggap bahwa dirinya bukan wanita baik-baik.
Suni kembali ke dapur dan menyelesaikan pekerjaannya. Ia tidak dipercaya atau belum dipercaya, ia harus menunjukkan bahwa dia bukan penjahat atau perempuan rendah.
Yessy yang sudah berpakaian rapi berdiri, tampaknya dia dan suaminya sudah siap untuk berangkat ke kantor.
Anto mendahului berjalan ke arah depan, mengeluarkan mobilnya.
“Suni, kami mau pergi ke kantor. Kamu tidak apa-apa dirumah sendiri?”
Suni menatap nyonya muda nan cantik itu tak berkedip. Pakaiannya bagus dan pas dikenakannya. Bukan karena mahal. Itu gamis yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Warnanya hijau muda dengan kembang-kembang cantik berwarna kuning. Yessy juga mengenakan kerudung cantik senada dengan bajunya. Itu gadis kota, tidak memperlihatkan hampir seluruh tubuhnya seperti pernah diinginkannya. Dan itu sangat cantik dan anggun. Sesaat Suni tak mampu berkata-kata. Itu sangat indah. Lalu Suni semakin menyadari kesalahannya.
“Mengapa kamu menatap aku seperti itu Suni?”
“Ibu sangat cantik.”
“Terimakasih Suni, kamu juga cantik kok. Ya sudah, aku pergi dulu ya, nanti aku akan mampir belanja.”
“Apakah ibu sudah mengunci semua pintu kamar, almari dan semuanya? Saya orang baru, pasti ibu takut saya akan kabur dan mencuri semua barang-barang,” kata Suni polos, karena ia yakin majikan barunya, terutama tuan mudanya masih belum mempercayainya.
Yessy tersenyum.
“Aku akan mempercayai siapapun, karena perbuatan baik atau buruk pasti akan kelihatan nantinya,” katanya sambil menepuk bahu Suni.
Mata Suni berlinang. Hanya karena sang nyonya muda yang cantik itu dia bertahan. Lagipula dia sudah mengatakan bahwa dia berhutang dengan meminta baju sang nyonya. Apapun akan dia lakukan.
“Terimakasih bu,” kata Suni penuh haru.
“Tolong kamu kunci pintu depan. Makan dan minumlah dan jangan sungkan, ya.”
Suni hanya mengangguk. Ketika dia masih berdiri di teras, didengarnya sang tuan muda berpesan, tidak keras, tapi sayup telinga Suni mendengarnya.
“Kamu sudah mengunci almari? Kamar?” lalu mobilnya berlalu.
Suni menghela nafas. Tak usah merasa sakit hati ketika dicurigai, karena memang mereka belum mengenal siapa dirinya. Suni menutup pintu dan menguncinya, lalu dia mulai membersihkan rumah.
***
Belum lama berselang, sebuah mobil memasuki halaman. Gunawan mendapat perintah dari pak Murti agar sekalian nyamperin Yessy dan suaminya, khawatir mereka datang terlalu siang.
“Ya ampun, jadi kamu sudah berangkat? Bukan.. bapak menyuruh aku nyamperin kerumah, takutnya kamu dan Anto datang kesiangan.. ya sudah kalau kamu sudah berangkat, aku sudah memasuki halaman rumah kamu nih. Oke, baiklah,” kata Gunawan ketika menelpon Yessyta.
Ia memutar mobilnya dan keluar dari halaman. Suni yang mengira nyonya cantiknya kembali, tak jadi membuka pintu karena mobil itu sudah berlalu.
“Pasti dia tahu kalau bu Yessy sudah pergi,” gumamnya sambil melanjutkan pekerjaannya.
***
Besok lagi ya.
Asyeeek MCYT 07 tayang
ReplyDeleteMksh bunda Tien
ADUHAI
Juara 1 lg mbk I'in.....Selamat
DeleteADUHAIIIIII ...
DeleteTerima kasih mbak Tien, MCYT 07 sdh tayang.
Salam aduhai dari kami.
Gasik men tayangnya MCYT_07. Selamat jeng Iin Maimun juara Yap.
DeleteMatur nuwun Bu Tien pancen ADUHAI...
Mtnuwun mbk Tien
ReplyDeleteADUHAI....
ADUHAI jeng Nani
DeleteMaturnuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien.
Slamat mbak I'in juara1
ReplyDeleteN
ReplyDeleteTq Mbak Tien
Alhamdulillah MCYT~07 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem Bu Tien..π
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien.. ep 7 sudah hadir
ReplyDeleteADUHAI jeng Caroline
DeleteAduhai
ReplyDeleteTrimsek Bun Tien, cerbung tlh tayang gasik, salam aduhai tuk semuanya yaaa.
ReplyDeleteSalam ADUHAI pak Sugiharto
DeleteTerimakasih Bu Tien,
ReplyDeleteMCYT telah terbit.
Bagiku, yg penting terbit.
Bisa utk hiburrrrannn
ADUHAI untuk hiburan Prisc
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna ,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Hongkong, perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Alhamdulillah
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir,
Mugi Bunda Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin...
Terimakasih bu Tien, MCYT_07 sudah tayang. Salam Aduhai dari Antapani Bandung.
DeleteLembar koreksiku:
1. “Itu tadi pengantin baru, yan perempuan langganan saya, senang melihatnya, suaminya ganteng amat,”
# “Itu tadi pengantin baru, yang perempuan langganan saya, senang melihatnya, suaminya ganteng amat,” #
2. Setiap bangun pagi bangun pagi dia seperti biasa membuka-buka kulkas untuk mencari apa yang bisa dimasak untuk sarapan pagi,
# Setiap bangun pagi dia seperti biasa membuka-buka kulkas untuk mencari apa yang bisa dimasak untuk sarapan pagi,#
3. Yessy juga menngenakan kerudung cantik senada dengan bajunya.
# Yessy juga mengenakan kerudung cantik senada dengan bajunya. #
4. Sesaat Suni tak mampur berkata-kata. Itu sangat indah. Lalu Suni semakin menyadari kesalahannya.
# Sesaat Suni tak mampu berkata-kata. Itu sangat indah. Lalu Suni semakin menyadari kesalahannya. #
Sampun Bu ... namung menika ingkang kepanggih. Sugeng Dalu.
Salam sehat penuh rasa Aduhaaaai utk bunda Tien sayang.. ❤️
ReplyDeleteterima kasih mb Tien MCYT telah terbit
ReplyDeletesehat n sukses selalu...yang selalu di tunggu....salam aduhai
Selamat tayang *MCYT-07*
ReplyDeleteSalam Aduhai bu Tien.
ADUHAI pak Budijanto
Delete
ReplyDeleteTerima kasih MCYT 07 sdh tayang.
Salam aduhai dari kami.
Lhoh,mas Yowa ndobel ik
DeleteADUHAI
Alhamdulilah MCYT 07 sudah tayang..MΓ tur nuwun bu Tien..mugi tansah sehat..
ReplyDeleteSalam aduhai dari Tangsel
Bunda memang ADUHAI.
ReplyDeleteJam segini MCYT 07 dah ditayangkan.Luarbiasa......
Makasih Bunda.Pokoknya sehat selalu dan tetap semangat.
Monggo Bunda istirahat, sugeng dalu
Inggih mas Bambang, bade langsung istirahat.
DeleteADUHAI
Sami2 bu Moedjiati
ReplyDeleteADUHAI njih
Alhamdulillah....maturnuwun Bunda Tien❤️❤️❤️❤️
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang gasik, makasih bunda. Semoga Sehat selalu
ReplyDeleteSalam aduhai
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Sugeng istirahat muga fresh
Salam sehat and aduhai selalu
cilukba terus yg pada mau mencari Suni... pdhal anaknya sudah didepan mata... hehehe... Mbak Tien emang jagonya mengaduk aduk hati para pembacanya.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak... tidak sabar menunggu lanjutannya.
Alhamdulillah Suni kau dpt majikan yg baik
ReplyDeleteTetaplah jd org yg baik dan bersahaja
Jujurlah kau di manapun dan terhadap siapapun
Kshn bapakmu sakit loh,moga cpt ketemu Darman yah
Udah deh mlh berkhayal sndri kita tunggu aj deh kelanjutan MCYT 08
Mksh bunda Tien doaku sehat selalu juga kakung moga segera putih kembali
Salam hangat selalu dari Jogja
Bunda msh cari Rinta nih
Rinta hbs babaran tmbh cantik bunda
ADUHAI
Hahaaa.. habis babaran ya,
DeleteADUHAI dong jeng Maimun
Alhamdulillah... trimakasih bunda, semoga sehat selalu
ReplyDeleteAamiin..
DeleteADUHAI tutus
Terimakasih mbak Tien akan cerbungnya yang selalu bikin penasaran....
ReplyDeleteTrmksh mb Tien...... MCYT 07 sdh tayang gasik...
ReplyDeleteSalam sehat sll...
ADUHAI bangeeettt.... sugeng istirahat njih mb Tien.... π
ADUHAI banget Yangtie
DeleteAlhamdulillah Eps 07 SDH tayang...matur sembah nuwun Bu Tien..Salam ADUHAI & SEHAT SELALU..πππ
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI pak Indriyanto
DeleteTerima kasih Mbak Tien , MCYT 07 sdh tayang ... tadinya mau balapan comment no. 1 ... tapi ketinggalan lagi ... Selamat Bu I'in Maimun ... Salam seroja dan Aduhai Mbak Tien n PCTK ...
ReplyDeleteSeroja sab ADUHAI jeng Enny
DeleteAlhamdulillah MCYT Eps 07 sudah tayang, matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Sugeng ndalu mbak Tien sayang...salam ADUHAI sekali....
ReplyDeleteAduhai sekali mbak Tiennn...
ReplyDeleteADUHAI jeng Anie
DeleteKok suami yessy angkuh ya kan dia dri orang biasa kok jafi ujub tanda tanda terjadi konflik nih di keluarga
ReplyDeleteKonflik yang ADUHAI pak Muhajir
DeleteMaturnuwun , mb Tien ...MCYT sampun gasik . Semoga Suni sungguh2 menjadi gadis baik .
ReplyDeleteSalam aduhai , mb Tien .
Yuli Semarang
Sehat dan ADUHAI jeng Yuli
DeleteTerima kasih mbak Tien
ReplyDeletehttp://tienkumalasari22.blogspot.com/2021/05/mengais-cinta-yang-terserak-07_15.html?m=1
ReplyDeleteSelamat tayang MCYT-07 yang aduhai.
Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg MCYT hadir gasik.
ReplyDeleteSuni sebenarnya anak baik, hanya pemahaman ttg orang yg menarik hati pernah keliru.
Semoga bisa kembali jadi anak baik dan benar. Bersyukurlah Suni sdh bernasib baik, mendapat majikan yg baik.
Menunggu lanjutnya. Sumonggo kerso ibu Tien. Matur nuwun.
ADUHAI Yustinhar
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, mcyt07 sudah tayang.
ReplyDeleteAwas loh Anto, tidak perlu benci, nanti jadi ben-ci (benar"cinta).
Gimana pak Kardi ...kacian mikir anaknya. Untung ada pak carik yg baik , tapi pakai pamrih apa tidak yaaa...
Dari awal sy mikir yang jadi lakon Suni, bener gak ya.
Sudah, ikuti saja ceritanya dari pada salah.
Salam sehat mbak Tien Kumalasari, dari sragentina selalu ADUHAI.
ADUHAI mas Latief
DeleteAlhamdulillah sdh tayang,mksh Bu Tien salam sehat selalu
ReplyDeleteSalam ADUHAI selalu jeng Ida
DeleteAlhamdulillah MCYT 07 udah Hadir ..Oala pak Kadir pingsan ..yaa Suni oo Suni ..Gunawan yg silau dgn gemerlap n wanita yg cantik ...ooo ala ternyata nyata ma Khayal ampir sama...semoga bu Tien selalu sehat yaaa ..Aamiin
ReplyDeleteADUHAI jeng Yanti
DeleteTerima kasih mbak Tien cerbungnya.
ReplyDeleteSalam Sehat2 dan sejahtera.
Sehat sejahtera dan ADUHAI Andrew
DeleteMatursuwun Bu Tien
ReplyDeleteMatur nuwun..
ReplyDeleteSalam sehat dari REWWIN πΏ
Salam ADUHSI cak
DeleteRinto mana ya.. kangen celotehmu nih
ReplyDeleteADUHAI deh
Njih Bunda,, masih di laut πππ
DeleteπΆπΆπΆπΆ
DeleteSunny.. Sunny..
Apakabarmu kabarku baik baik saja
Sunny.. Sunny..
Begitu banyak cerita tak habis tentangmu
Sunny.. Sunny..
Salamku untukmu dari hati yang terdalam.....
Sunny.............
πΆπΆπΆπΆ
Bunda,, lagu yang cocok buat cerbung MENGAIS CINTA YANG TERSERAK ,apa ya,, ??? nanti saya bikin videonya,,,
DeleteAyo teman2,,semua penggemar Cerbung Bunda Tien Kumalasari,, monggo balapan komen ,, dan komen di sertai nama blog yaa,semoga terpilih komen yang di reply oleh Bunda Tien,, nanti ada piagamnya lho,, dan di bikin video bersama Bunda Tien, buat kenang2an,,asik kaaaan, di tunggu yaaa,terima kasih ,salam aduhai ....
DeleteHaloooo...pa kabar cah ayu ????
DeleteAyu rada ganteng,jeng In.
DeleteTuh, Rinto minta lagu apa yang cocok. Jeng In kan pinter nyanyi
Rinto.. bagaimana kalau BINTANG KEHIDUPAN, Punya Niki Ardila?
DeleteNIKE ardila kayak sunike.
DeleteKalo niki itu astria. Nicky persisnya, dgn panggung sandiwara lagunya.
Kayaknya bu tien ngefans, ya. Aduhai ...
Rinta punya anak lg? Babaran setau aku, melahirkan. Kalo betul, slamat, deh.
DeleteAlhamdulillah MCYT 07 sudah tayang...trm.kasih bu Tien...
ReplyDeleteHaduh salut dech sama bu Tien... Bisa merangkai kata menjadi sebuah alur cerita yg sangat apik....
Salam swhat selalu
ADUHAI jeng WINARNI
DeleteMatur nuwun... Mbak tien... Smg mbak tien sehat selalu...
ReplyDeleteSehat selalu juga jeng Nanik. Dan ADUHAI
Delete1. Trmksh mb Tien mcyt07 sdh tayang... Syg Suni tdk jd keluar
ReplyDelete.. tdk tahu klu yg menolongnya adalah anak bosnya mas Gunawan. Jgn2 nti malah Rudi tertarik dg Suni krn merasa tdk dipercaya bpknya Yessita?
2. Kasihan Yessita tdk materialistis tp suaminya krisis kepercayaan shg awal timbul konflik internal
3. Smg Yessita bs tegar dan berusaha meyakinkan mas Antonya ala bisa krn biasa jgn kecil hati Gunawan bs jd mentor yg baik
4. Bgmn crt mcyt selanjutnya hanya mb Tien yg tahu alurnya... Ditunggu smp bsk mlmπ€ slm seroja utk mb Tien dan para pctk..tdk lupa di salam aduhai... Sblm ke pulau kapuk
ADUHAI juga jeng Sapti..
DeleteMakasih mba Tien. Salam aduhai. Sehat selalu mba.
ReplyDeleteSehat dan selalu ADUHAI jeng Sul
DeleteSuni mengapa kamu keras kepala
ReplyDeleteMengapa kamu nekat mau menata hidupmu dulu di kota
Padahal bapakmu sakit sampai tak sadarkan diri karena memikirkanmu.
Kamu malah bertahan di rmh Yessyta
Padahal suami Yessyta membencimu
Sepertinya suami Yessyta ini orangnya mudah tersinggung
Yessyta harus lebih sabar menghadapinya
Harusnya bersyukur bisa memperistri Yessyta
Orangnya baik,pinter dan bisa mengangkat derajatnya
Bahagiakah Yessyta dengan pernikahannya....
Sepertinya lambat laun ada badai yg mengancamnya....
Apakah Suni dan Rudianto merupakan ancaman bagi Yessyta??
Simak terus episode" selanjutnya.
Trimakasih bunda Tien
Salam sehat dan aduhai dari Bojonegoro.
ADUHAI selalu ya jeng Wiwik
DeleteAduhai....sebenarnya smmua situai seakan bersinggungan...namun karena piawainya mbak Tien sang pemilik lakon jadi tidak saling bertemu...inilah yang bikin pembaca selalu penasaran akan apa yg terjadi selanjutnya....maturnuwun mbak Tien....salam aduhai dan sehat selalu dari Situbondo
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteSalam ADUHAI jeng In..
DeleteJeng In memang ADUHAI
DeleteMatur suwun bunda MCYT7 sdh hadir
ReplyDeleteAkankah ada konflik dalam rumah tangga Yessy n Anto dengan kehadiran Suni diantara mereka?
Monggo bunda Tien kami selalu menanti kelanjutan MCYT yang selalu membuat penasaran para pembaca dan penggandrung PCTK yang ADUHAI
Salam sehat selalu bunda dan tentu saja selalu ADUHAI
ADUHAI selalu Lina
DeleteAnto agak aneh cara menanggapi rencana pak Murti .
ReplyDeleteApakah Anto punya rencana yg terselubung?
Salam sehat selalu mbak Tien
Alhamdulillah, ADUHAI msh bisa.menikmati cerita mbak Tien .. makasih, salam seroja dr lembah Tidar
ReplyDeleteSeroja Pri.
DeleteADUHAI kan?
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteSehat wal'afiat semua ya bu Tien
Matur nuwun MCYT 07 hadir,,
Suni sdh senang rupanya,,,apalagi kl Gunawan masuk rumah Yessy,,tambah Aduhaaii,,,
Salam ADUHAAII bu Tien,π€πΏπΌπΏ
Wa'alaikum salam Mbh put.
DeleteADUHAI selalu
Alhamdulillah ......
ReplyDeleteTerimakasih kasih bu tien, semoga bu tien sehat2 selalu
Sehat dan ADUHAI
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBeberapa hari nda bisa komen rupanya terkunci ,alhamdulilah hari ini sdh bisa ,aduhai bunda Tien ,tetap sehat dan terus berkarya ,tuk menghibur panggemar2 nya ,di tunggu tayangnya MCYT 8
ReplyDeleteADUHAI jeng Werdi
DeleteAlhamdulillah jeng Wedi.
ReplyDeleteADUHAI deh
Matur nuwun bunda Tien..MCYT07 telah hadir..ππ
ReplyDeleteSelalu ADUHAI kagem bunda Tien...π
ADUHAI Padmasari
ReplyDeleteAlhamdulillah, baru selese baca MCYT 07
ReplyDeleteNuwun bu Tien, sll setia nunggu cerita selanjutnya...
Salam hangat, sehat, dan ADUHAI ..π
Salam hangat dan ADUHAI Yuka
ReplyDeleteAlhamdulillah, sudah terbit cebung baru MCYT, makasih mba Tien
ReplyDeleteTerbitnya malam, jam brp yaπ
Alhamdulillah baru sempet di MCYT 07,
ReplyDeleteMksh bunda Tien, apa kabar mas? Smoga cepet kembali sehat injih, wassalam dari Cibubur
ADUHAI
Aamiin suwun Bu Tien ,salam sehat bahagia selaluππππππ
ReplyDeleteNgintip MCYT 08 Sugeng Dalu jeng Tien mugi tansah pinaringan Rahayu. Saking Gusti ingkang murbeng dumadi
ReplyDeleteMenunggu kelanjutan cerita. Semoga Suni alias Nike segera pulang menengok bapaknya yang sakit. Ditunggu bu Tien kelanjutannya. Salamsehat dan semangat berkarys yang aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT 07 dah tayang. InsyaAllah sebentar lagi 08 juga tayang. Ya kan bu Tien. Salam seroja bu.
ReplyDeleteSelamat malam.... Terimakasih utk cerbung 07nya
ReplyDeleteMenunggu MCYT 08, semoga Bu Tien sehat selalu, agar bisa tetap berkarya, aamiin yraπ€²π
ReplyDeleteDuuuh...mbak Tieen...
ReplyDeleteSmlm udh komen kok ga ada yaaa...hilang kemanaaa...
Direwangi ngantuk2..lakok ilang..π€¦♀️
Nggak ngecek lagi..
Maafkan daku mbak Tien..
Tp seru mcyt 07...nunggu 08 nii..
Salam sehat dan aduhaiii...mbak Tien..ππ₯°
Mbak Tien..
ReplyDeleteKenapa dibwh komen sy tertulis Reply Delete ya...sedangkan teman2 yg lain hny Reply saja...wah gaptek nii...π€¦♀️
Reply maksudnya menanggapi
DeleteDelete = menghapus
Arrinya kita bisa mereply tulisan kita juga bisa mendeletenya.
Sedangkan org lain hanya bisa menanggapi tulisan kita tapi gak bisa menghapus...
Salam sehat πΏ
Sudah lewat jam 10 malam, tapi MCT-8 belum tayang. Semoga mbak Tien sehat² saja.
ReplyDeleteKu menanti kehadiranmu. Sabar menunggu. Semoga Bunda Tien sehat selalu
ReplyDeleteKenapa njih yg lainnya setelah coment terulis Reply namun punyanya Reply delete. Dan tdk bisa terpublish.
ReplyDeleteMCYT 7
ReplyDeleteMeskipun Suni masih dicurigai dan tidak disenangi oleh suami Yessy. Tapi Suni sangat menghormati Yessy. Salam sehat dan trima kasih mbak Tien
Alhamdulillah, suwun mbak Tien
ReplyDeleteSemoga Suni bisa secara kebetulan atau apa, ketemu dgn Gunawan, shg Anto tahu bahwa Suni orang baik baik. Maturnuwun Bu Tien, tdk terasa sdh episode 07, semoga Bu Tien dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun ....
Mugi2 tansah wilujeng sedoyonipun...
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun ....
Mugi2 tansah wilujeng sedoyonipun...