MENGAIS CINTA YANG TERSERAK 06
(Tien Kumalasari)
Suni melambaikan tangannya dengan lunglai.
“Toloong..” ia merasa sudah berteriak, tapi suaranya tersekat di tenggorokan.
Tubuhnya benar-benar lunglai. Sejak semalam kedinginan dan seharian tergolek lemas tanpa makan. Lalu terbayanglah wajah tua ayahnya. Seperti tak rela ketika dia berpamit pergi. Seperti tak percaya ketika dia memberikan segepok uang. Apakah ayahnya sudah merasa bahwa dia akan masuk kedalam perangkap singa perempuan berwajah cantik? Ayahnya tak merasa senang ketika wajah cantik dibelakang kemudi mengangguk kepadanya. Naluri seorang ayah lebih tajam. Dia yang bodoh karena silau mendengar iming-iming setinggi langit, dan akhirnya apa? Dia seperti sebatang ilalang yang terkulai gersang. Siapa yang peduli? Ia bahkan dikira kuntilanak. Lambaian tangannya membuat orang ketakutan.
“Ya Tuhan…”
Suni tiba-tiba mengingat Tuhan.
Akankah ia ingin kembali kepada ayahnya? Tidak. Ia tak ingin ayahnya bersedih mendengar kegagalannya. Memang benar dia bisa menyelamatkan diri dari cengkeraman si bandot tambun itu, tapi ayahnya pasti justru akan memarahinya.
Suni bangkit perlahan. Ia belum ingin mati. Ia melangkah terhuyung. Terkadang berpegangan pada pokok kayu yang kebetulan ditemuinya. Lalu ia menyesali cara dia berpakaian. Ia kembali kedinginan. Hari mulai gelap. Beberapa kendaraan melintas, tapi siapa peduli pada langkah kaki lunglai yang penuh papa dan derita?
“Beri aku baju.. beri aku baju..” bisiknya lirih.
Tangan Suni bersedakap, tapi udara yang mulai dingin tak mampu menyingkir dari tubuhnya. Tapi Suni benar-benar tak ingin menyerah. Dia terus melangkah dan melangkah.
“Kemana aku harus pergi?”
Suni bingung sendiri. Ia harus kemana. Ia tak tahu jalan. Ingin kembali kepada majikan tokonya saja dia tak tahu alamatnya dimana. Ingin mencari tetangga desanya yang mencarikan pekerjaan saja juga tak tahu dimana alamatnya.
“Baju.. aku butuh baju.. yu Wiji.. dimana kamu yu.. hanya kamu yang aku kenal dikota ini, tapi aku tak tahu kamu ada dimana.”
Suni terus melangkah.
“Ya Tuhan.. tolonglah aku.. sungguh aku bertobat..” bisiknya berkali-kali.
Dan Suni tetap melangkah sambil terhuyung-huyung.
Tiba-tiba sebuah cahaya lampu menyorot kearahnya. Sebuah mobil mendekat. Suni melambaikan tangannya. Tapi hanya sekilas. Tiba-tiba dia takut itu mobilnya pak Frans. Atau barangkali tak ada yang akan peduli karena mengira dia kuntilanak.
Tapi beberapa puluh meter didepannya, mobil itu berhenti.
Suni berdebar ketika seseorang turun dari mobil.
“Ya Tuhan, seorang laki-laki.”
Suni ketakutan. Laki-laki melihat perempuan sendirian dimalam hari, pastilah laki-laki iseng atau mesum yang ingin mengganggu. Kalau sampai dia dianiaya atau mau diperkosa, ia tak lagi punya kekuatan untuk melawan. Dan perasaan itu membuatnya luruh, dan jatuh tertelungkup.
Laki-laki itu semakin mendekat.
“Ya Tuhan, apa dia mati?” teriaknya.
Seorang lagi keluar dari mobil itu. Tapi dia perempuan. Ia mendekat.
“Ada apa mas?”
“Perempuan ini tiba-tiba jatuh pingsan. Aku kira mati, dia masih hidup.”
“Kasihan mas, ayo angkat dia ke mobil.”
Sepasang laki-laki muda dan perempuan itu adalah pengantin baru yang mau pulang dari berbulan madu diluar kota. Mereka Yessyta dan Rudianto.
Anto mengangkat tubuh Suni yang terkulai, dan menidurkannya di jok belakang.
“Baju.. beri aku baju..”
Tiba-tiba Suni berbisik lirih.
“Tunggu mas, rupanya dia kedinginan. Aku mau ambil baju aku di bagasi.”
Yessy turun, suaminya membantu membuka bagasi, lalu Yessy mengambil sebuah baju yang hangat, yang kemudian diselimutkan ke tubuh Suni.
Suni merasa hangat, tapi dia masih menggigil.
“Kita bawa dia pulang?” tanya Anto.
“Pulang dulu saja mas, tampaknya dia hanya kedinginan.”
“Pakaiannya kayak begitu, tentu saja kedinginan. Sepertinya dia perempuan nggak bener.”
Suni mendengar apa yang dikatakan laki-laki penolongnya, tapi dia tak kuasa bicara. Dalam hati ia menjerit.
“Aku perempuan baik-baik.”
Setelah menikah, Yessy dan Anto tinggal dirumah yang terpisah dengan ayahnya. Pak Murti yang memintanya setelah menyiapkan rumah baru bagi mereka.
“Kita sudah sampai, apa kamu bisa berjalan?” tanya Yessy.
Suni bangkit. Ia bersyukur ada yang menolongnya.
“Semoga dia orang baik,” pikir Suni.
Perlahan ia bangkit, sambil masih memegangi pakaian yang tadi diselimutkan pada tubuhnya.
“Terimakasih.. ini.. dimana?” tanya Suni, ia ingat sebuah rumah dimana pak Frans membawanya.
“Bisa jalan? Ini rumah aku.” Kata Yessy.
Suni turun. Ada rasa curiga ketika ia dibawa lagi ke sebuah rumah. Ia ingat pak Frans yang hampir saja merenggut kesuciannya.
“Ini rumahku, itu tadi suami aku,” kata Yessy yang melihat tatapan curiga dari orang yang ditolongnya.
“Kamu butuh pertolongan. Turunlah,” lanjut Yessy
Suni melangkahkan kakinya untuk turun.
Yessy memapahnya karena Suni masih terhuyung.
Ia membawanya ke sebuah kamar agak dibelakang, yang sudah dibukakan Anto.
“Tidurlah, akan aku buatkan kamu minuman hangat,” kata Yessy lagi.
Suni menatap Anto yang berdiri ditengah pintu. Rasa curiga itu masih ada.
“Ini suami aku, jangan takut,” kata Yessy sambil beranjak keluar, lalu menarik suaminya pergi agar orang yang ditolongnya tidak takut. Ia belum tahu apa yang terjadi, tapi Yessy merasa gadis itu tampak seperti orang ketakutan.
Ketika Yessy kembali kekamar dimana Suni berbaring, dilihatnya gadis itu sudah mengenakan baju yang tadi diselimutkan ditubuhnya. Yessy membiarkannya. Ia mengulurkan segelas teh panas.
“Minumlah. Kamu bisa bangun?”
Suni bangkit, menerima segelas teh panas dan meminumnya habis.
“Maaf, bajunya saya pakai,” katanya lirih.
“Tidak apa-apa. Pakai saja.”
“Saya lapar..” katanya tanpa malu.
“Ah ya, tapi maaf, aku baru bepergian selama beberapa hari. Aku hanya punya roti,” kata Yessy sambil keluar.
Suni merasa badannya lebih enak. Ia membuang semua baju yang semula dipakainya, disamping tempat tidur. Baju yang hampir menimbulkan petaka dalam hidupnya.
Yessy masuk sambil membawa beberapa bungkus roti coklat.
“Makanlah.”
Lalu Yessy duduk disampingnya. Iapun curiga karena Suni adalah orang asing yang baru dilihatnya, lalu ditolongnya karena iba dan rasa iba itu mengalahkan kecurigaannya.
“Apa yang terjadi?”
Suni mengunyah rotinya pelan.
“Saya hampir diperkosa,” katanya lirih, lalu air matanya tampak mengambang.
Yessy membelalakkan matanya.
“Bolehkah saya minta beberapa baju? Saya akan bekerja disini untuk membayar semua ini. Saya tak punya apa-apa. Hanya baju yang saya pakai itu. Saya akan membuangnya. Baju yang hampir membuat saya celaka.”
“Sebenarnya kamu siapa?”
“Saya hanya gadis desa yang bodoh.”
“Siapa nama kamu?”
“Nike…”
“Nike ?” tanya Yessy heran karena ada seorang gadis desa bernama Nike.
“Eh.. Suni..” kata Suni meralat ucapannya.
“Tadinya saya seorang pembantu disebuah toko pakaian.”
“Hampir diperkosa majikan laki-laki kamu?”
“Tidak. Seorang nyonya mengajak saya agar mengikuti dia.”
Yessy hampir mengerti di awal cerita Suni.
Lalu Suni menceritakan semuanya sambil menangis. Tentang kebodohannya. Tentang keinginannya menjadi gadis kota, lalu hampir saja diperkosa.
“Ya ampun, Suni, seorang gadis kota tidak semuanya harus memakai pakaian minim. Kamu lihat aku, aku berpakaian rapat, tertutup. Apakah aku tampak buruk ?”
“Tidak. Cantik.”
“Jangan kamu kira seorang gadis itu menarik karena caranya berpakaian.”
“Iya bu, saya mengaku salah. Kejadian yang sangat mengerikan itu membuat saya sadar. Sekarang ijinkanlah saya menjadi pembantu disini. Tapi saya mohon, berilah saya baju-baju, yang bekas saja, yang tidak ibu pakai lagi, yang penting masih bisa dipakai,” kata Suni tanpa malu.
“Aku akan bicara dulu sama suami aku ya. Aku mau, tapi aku harus membicarakannya juga dengan suami aku. Sekarang, kalau kamu sudah merasa kuat, mandilah. Bersihkan diri kamu, aku akan memberikan baju lain yang lebih bersih. Aku tunjukkan kamar mandinya tapi aku ambilkan dulu bajunya.
***
“Kamu percaya sama apa yang dikatakannya?” tanya Anto yang masih mencurigai Suni sebagai gadis yang tidak benar.
“Tampaknya dia baik kok mas, dia sudah menceritakan semuanya, yang tadi aku ceritakan sama mas juga.”
“Itu kan kata dia.”
“Mas jangan gitu dong mas, dia benar-benar pantas dikasihani. Dia mau menjadi pembantu disini. Kalau itu benar, kan bisa meringankan beban aku, sementara kita bekerja, dia bisa membereskan rumah.”
“Beres dan ludes, maksud kamu?”
“Mas. Kok jahat banget sih.”
“Yessy, kita tidak harus begitu gampang percaya kepada orang yang baru saja kita temui. Dia bilang mau diperkosa, mana buktinya? Lagian dia berpakaian tidak pantas begitu, pasti suka lah semua laki-laki. Tadinya aku mau membawanya ke rumah sakit saja.”
“Bu, saya mau pergi saja,” tiba-tiba Suni muncul setelah mendengar perbincangan Yessy dan suaminya.
“Suni, ini sudah malam, kamu mau pergi kemana?”
“Saya tidak tahu, saya berhutang baju ibu, kalau saya sudah mendapat pekerjaan, saya akan menggantinya,” katanya lirih.
“Jangan Suni, tetaplah disini.”
“Tidak bu, saya orang miskin, pasti tidak gampang orang mempercayai saya. Jangan-jangan nanti saya akan mencuri disini, apakah ibu tidak takut?”
“Tidak, kamu tampak masih letih, beristirahatlah dulu.”
“Biarkan saya pergi,” kata Suni sambil beranjak keluar rumah.
“Jangan Suni, suami aku tidak percaya itu wajar karena baru sekali ini ketemu. Masuklah kembali ke kamar kamu,” kata Yessy sambil menarik tangan Suni, dituntunnya kembali masuk ke kamar.
Entah mengapa, Yessy merasa iba.
“Kamu masih pucat. Istirahatlah. Besok kita bicara lagi,” kata Yessy menenangkan Suni.
Suni menurut. Ada rasa sakit hati kepada suami wanita cantik itu, tapi mungkin benar. Dia tidak tahu siapa dirinya.
“Akan aku tunjukkan bahwa aku bukan orang jahat,” kata batin Suni.
“Oh ya, panggil saya ibu Yessy, suamiku itu pak Anto,” kata Yessy sebelum keluar dari kamar.
Suni mengangguk pelan, lalu ia membaringkan tubuhnya yang memang terasa sakit semua. Benar kata Yessy, ia masih pucat dan sangat lelah.
“Kamu kunci pintu kamarnya dari luar?” kata Anton lagi.
“Ssst, tidak. Akan kelihatan nanti, apakah dia orang jahat, ataukah orang yang patut dikasihani. “
***
“Gimana Di, sudah ada kabar tentang anakmu?” tanya pak Marto ketika mengunjungi pak Kardi, ayahnya Suni.
“Belum kang, aku sudah minta tolong Darman, tapi kok dia belum ngabari.”
“Darman carik kelurahan itu?”
“Iya kang. Dia sendiri yang menawarkan mau mencari Suni di kota.”
“Mungkin belum ada waktu, karena masih sibuk.”
“Aku tidak bisa tidur karena memikirkannya kang. Pikiranku yang enggak-enggak saja.”
“Jangan memikirkan yang tidak-tidak Di, pikirkanlah bahwa anakmu baik-baik saja. Nanti kamu jadi sakit kalau keberatan mikir.”
“Maunya ya begitu kang, tapi namanya juga orang tua. Anakku cuma dia kang,” kata pak Kardi dengan mata berkaca-kaca.
“Iya benar, tapi ingat juga kesehatan kamu.”
“Coba aku telpon Gunawan sekarang ya Di, barangkali bisa membantu,”
“Iya kang, siapa tahu Gunawan sudah ketemu Suni.”
“Ya pak, tumben malam-malam menelpon? Ada kabar apa?” jawab Gunawan ketika ayahnya menelpon.
“Kabar baik Gun. Tapi ini aku lagi dirumah bapaknya Suni.”
“Oh, kenapa lik Kardi? Sakit?”
“Tidak sakit raganya, mungkin hatinya.”
“Gimana sih pak?”
“Dia memikirkan Suni.”
“Suni kan sudah bekerja di kota sih pak?”
“Kamu tahu?”
“Saya pernah ketemu. Dia bekerja disebuah toko pakaian.”
“Tuh, Di.. nih, Gunawan bilang bahwa Suni bekerja di sebuah toko pakaian.”
“Le, Gunawan?” sapa pak Kardi ketika pak Marto menyerahkan ponselnya.
“Iya lik.. “
“Kamu pernah ketemu Suni ?”
“Pernah sekali lik, dia bekerja disebuah toko pakaian.”
“Oh, syukurlah. Bagaimana keadaannya?’
“Baik-baik saja tampaknya, tapi sebenarnya saya kok menyayangkan, mengapa harus bekerja di kota? Disini kan dekat dengan orang tua, dan bisa membantu jualan di pasar.”
“Susah dikasih tahu Gun, coba nanti kamu temui dia, suruh pulang, bapaknya kangen, gitu ya le.”
“Iya lik, baiklah, besok saya sempatkan menemui dia lagi.”
“Terimakasih banyak ya le.”
Pak Kardi merasa lega, karena Gunawan mengatakan bahwa pernah bertemu Suni dan keadaannya baik-baik saja.
***
Namun pagi hari itu, Darman menemui pak Kardi dengan wajah yang tidak begitu cerah. Sepertinya ragu-ragu mengatakan berita yang dibawanya.
“Man, waduh.. aku itu menunggu-nunggu kabar dari kamu. Kok tidak segera menemui aku, apa kamu sangat sibuk?”
“Tidak pak.. hanya saja..”
“Ya sudah, semalam aku sudah dapat kabar dari Gunawan tentang tempat dimana Suni bekerja.”
“O, Gunawan sudah ketemu Suni?”
“Sudah Man, kata Gunawan, Suni bekerja disebuah toko pakaian.”
“Tap..tapi..”
“Aku sudah berpesan sama Gunawan, agar meminta Suni supaya segera pulang saja. Nggak enak jauh dari anak perempuanku Man.”
Darman tampak ragu mengatakannya. Ia sudah pergi ke toko pakaian itu dan sudah mendapat keterangan bahwa Suni sudah tidak bekerja disana.
“Jadi kalau kamu memang belum sempat ya tidak apa-apa Man, aku justru merasa nggak enak merepotkan kamu.”
“Bukan begitu pak. Saya sudah pergi ke toko pakaian itu.”
“Owalaah, kamu juga sudah kesana? Ketemu Suni juga?”
“Tidak pak..”
“Kenapa? Majikannya melarang kamu menemuinya? Gunawan bisa ketemu kok.”
“Saya…”
“Ya sudah, tidak apa-apa Man, semoga Gunawan bisa membujuknya pulang.”
“Bukan begitu pak, pemilik toko itu mengatakan bahwa Suni sudah keluar dari sana.”
“Keluar itu maksudnya apa?”
“Dia tadinya pamit ingin pulang saja karena kangen sama bapaknya. Sudah hampir dua mingguan yang lalu.”
“Apa?” pak Kardi benar-benar terkejut.
“Lalu dia bekerja dimana? Kamu sudah tahu? Nyatanya kan dia tidak pulang?”
“Kata salah seorang pegawai toko itu, saat dia pamit, dia dijemput oleh seorang wanita mengendarai mobil.”
“Aap..pa?”
“Saya belum mengatakannya pada pak Kardi, karena ragu-ragu. Saya takut pak Kardi akan kecewa, karena saya tidak tahu kemana wanita itu membawa Suni pergi. Mungkin wanita itu yang mengantarkan Suni pulang dan memberi pak Kardi sejumlah uang.”
Pak Kardi tak mampu menjawab apapun juga. Ia merasa benar-benar telah kehilangan anaknya. Darman urung pergi ketika tiba-tiba pak Kardi roboh tak sadarkan diri.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah......
ReplyDeleteMCYT_06 sdh tayang.
Terimakasih bu Tie.
Salam ADUHAI dari Bandung.
Selamat Kek Juara 1
DeleteAlhamdulillah......
MCYT06 sdh tayang.
Terimakasih bu Tien.
Salam ADUHAI selalu
ADUHAI jeng Nani
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteAduhai....dan Aduhai....aku meri lho....salamku ora dijawab....merga apa aku gawene usil ya ...golek-2 sing luput....gawene nggriseni....
DeleteNgih napa nggih bu Tien?
Salam SEROJA...ADUHAI NKRI.
Selamat kakek Habi juara 1
DeleteAlhamdulillah MCYT 06 udah tayang
ReplyDeleteMksh bunda Tien telah bnyk menghibur kita
Bgmn nasib Suni kunti kampung
Hadeeh tau deh,bgmn bunda mw bikin kita2 penisirin bingitz
Yuuk kita baca bersama asyeeek
Tetaplah ADUHAI
Asyik...
ReplyDeleteADUHAIIIIII ...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien atas ditayangkannya MCYT 06.
Salam hormat kami dari Yogya.
terimakasih bu Tien MCYT #6 sudah tayang
ReplyDeletesmoga Ibu Tien Slalu sehat bersama keluarga
Salam aduhaiii dr Semarang π€©,
Sugeng dalu...maturnuwun mbakTien...
ReplyDeleteπ
ReplyDeleteAduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT dudah tayang
ReplyDeleteSalam aduhai mb Tien
Selamat tayang *MCYT-06*
ReplyDeleteSalam Aduhai bu Tien.
Matur nuwun Bu Tien ....ora sida ngantuk...lha tugase wis tayang.. lanjut koreksi....sambil menikmati ceritanya
ReplyDeleteSelamat malam...alhamdulillah MCYT-#6 sudah terbit.
ReplyDeleteMatur nuwun b Tien, Salam sehat dari REWWIN πΏ
Alhamdulillah,suwun bu Tien
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna ,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Hongkong, perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Selamat malam Ibu...
DeleteAlhamdulillah
DeleteMatur nuwun bu Tien
Semoga SELALU SEHAT
Dan TETAP SEMANGAT
salam ADUHAI dari Bumi Nusakambangan
Alhamdulillah MCYT tayangnya lancar banget.
ReplyDeleteSehat dan tetap semangat ya Bunda.
Bahagia selalu bersama keluarga tercinta.
Sugeng istirahat Bunda biar paginya fresh kembali
Matur nuwun dan ADUHSI mas Bambang
DeleteApa Suni jadi pagar makan tanaman ya? Hmmm ... mau di amuk emak emak nih...
ReplyDeleteHii.. takuuut...diamuk emak2 nih..
DeleteADUHAI jeng dokter
No20 comment cuman lewat 5 menit hehehe
ReplyDeleteN
ReplyDeleteTerima kasih mb Tien
Bintang utama nya yg mana nih, Yessy, Suni atau Gunawan?
ReplyDeleteBintang sama Aina mbak Niel πππ
DeleteHahaa.. kata bu In, Bintang sama Aina.
DeleteADUHAI bukan, jeng Niel
Halloo juga mbak Tien..
ReplyDeleteSugeng dalu..
Makasiih mcyt 06nya...
Duuuh..kasian pak kardi..
Suni sdh ditangan org baik hny msh ada kecurigaan...niat suni baik..akn membuktikan bhw dia tdk jahat..
Semoga suni baik2 aja..dan segra pulang kampung nemuin bpknya..
Tunggu besok lagii..
Salam sehat dan aduhai mbak Tien..ππ₯°πΉ
Salam sehat selalu ADUHAI jeng Maria
DeleteJalan cerita mulai nyambung....Suni ditolong oleh Yessyta dan Rudianto...maturnuwun mbak Tien memang aduhai...salam sehat dr Situbondo
ReplyDeleteSalam ADUHAI jeng In
DeleteDan nanti Suni bisa ketemu Gunawan
DeleteTrmksh mb Tien mcyt06 sdh tayang.. smg Yessi di kntr sempat crt klu menolong gadis bernama Suni dan Gunawan mendengarnya.. sekalipun Gunawan blm tertarik pd Suni paling tdk Suni berada ditangan yg aman. Slm seroja utk mb Tien dan pctkπ€
ReplyDeleteGitu ya? ADUHAI deh jeng Sapti
DeleteMatursuwun bu tien MCYT 6.tayang. salam aduhay selalu...
ReplyDeleteSelalu ADUHAI JENG Sri
DeleteMalam semua..bu Tien MCYT 06 hadir pasti seru. Alhamdulillah..semoga bu Tien sehat salamm Aduhai
ReplyDeleteSalam sehat ADUHAI jeng Yanti
DeleteAduhai pak Kardi pingsan mendengar berita Suni dibawa ibu cantik naik mobil.
ReplyDeleteSebetulnya Suni sdh dekat dng Gunawan karena ada di rumah anak bos Gunawan tp karena mbak Tien pinter banget mengaduk aduk cerita jd bikin pembaca penasaran nih.
Tks mbak Tien,salam Aduhai dari Tegal.
Semangat sehat slalu kagem Bu Tien n kel ,πππππ
ReplyDeleteMatur nuwun Dimdim
DeleteADUHAI
ADUK zatau ADUHAI sih.. mirip..hehee jeng Neny
ReplyDeleteSemakin seru.. Makasih mba Tien. Salam Aduhai
ReplyDeleteSeru dan ADUHAI jeng Sul
DeleteAlhamdulillah sudah tayang
ReplyDeleteMaturnuwun mba tien
Lembar koreksiku:
ReplyDelete1. Perlahan ia bangkit, sambil masih memagangi pakaian yang tadi diselimutkan pada tubuhnya.
# Perlahan ia bangkit, sambil masih memegangi pakaian yang tadi diselimutkan pada tubuhnya. #
2. Yessy masuk sambil membawa beberap bungkus roti coklat.
# Yessy masuk sambil membawa beberapa bungkus roti coklat. #
3. “Ya sudah, semalam aku sudah dapat kabar dari Gunawan tentang tempat diumana Suni bekerja.”
# “Ya sudah, semalam aku sudah dapat kabar dari Gunawan tentang tempat dimana Suni bekerja.” #
4. Susah hampir dua minggunan yang lalu.”
# Sudah hampir dua minggunan yang lalu.” #
Pak Kardi tak mampu menjawab apapun juga. Ia merasa benar-benar telah kehilangan anaknya. Darman urung pergi ketika tiba-tiba pak Kardi roboh tak sadarkan diri......
Waduh...pak Kardi semaput....
Lannjoooott, Bu.
Salam Aduhai.
Matur nuwun mbak Tien-ku, mcyt06 sudah tayang.
ReplyDeleteUntung Suni ketemu Yessi, ditolong dan diberi pakaian dan makanan. Mungkin terus menjadi pembantu ...Suni pembantu cantik, jangan-jangan Anto ngiler setelah beberapa lama bergaul .
Terus Gunawan bagaimana, Darman gimana juga....
Dari prolog pertama kali, mungkin justru inilah langkah pertama yang akan membuat Yessi salah langkah.
Ah... sudahlah, tidak usah nebak-nebak, takut salah.
Salam sehat mbak Tien Kumalasari, dari sragentina selalu ADUHAI.
Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg MCYT 06 hadir cantik ...
ReplyDeleteSemoga Gunawan serius mencari keberadaan Suni di kota tetmasuk cerita kpd Yessy dan Anto, yg akhirnya ditemukan dlm keadaan sehat dan baik.
Kayanya sdh ada aroma sesuai judul MCYT dgn liku2 yg menegangkan ttp juga syarat dgn pesan moral.
Kayanya eps ini hanya sak dulit ya...
Menunggu lanjutnya. Monggo nderek mawon. Matur nuwun Berkah Dalem.
Nanti ditambah sak sendok deh.
DeleteADUHAI Yustinhar
Cerita Suni memasuki babak baru dalam lingkaran Yessi, Anto dan Gunawan.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
Semoga bu tien sehat2 selalu
Selamat malam
Salam aduhai
Terimakasih. .mbak Tien....sdh tayang episode tentang Suni... Smg Mbak Tien sehat selalu salam Aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun bun...
Mugi2 tansah wilujeng sedoyonipun...
Terima kasih Mbak Tien , MCYT 06 sdh Taysng n sdh dibaca ... ditunggu lanjutannya ... Salam sehat & Aduhai Mbak Tien .
ReplyDeleteEps 6 sdh tayang dan Suni terselamatkan di tangan Yessy. Moga2 bisa ketemu Gunawan lagi atau tergantung Bu Tien saja mau diketemukan siapa yang penting ADUHAI... Salam sehat selalu buat Bu Tien.πππ
ReplyDeleteTerima kasih MCYT nya
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Alhamdulillah MCYT Eps 06 sudah tayang, matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
ADUHAI mas Dudut
DeleteSalam sehat, hangat jg ADUHAI bu Tien..
ReplyDeleteAlhamdulillah mbaca MCYT 06 bs gasik, biasane baru sempet siang2.
Kasian p.Kardi mikirin Suni sampe pingsan2, smg Suni baik2 saja di cerita selanjutnya...Makasih bu Tien...π
Assalamualaikum wr wb.. Slmtpgii mba Tien.. Trimaksih cerbungnya.. Untung suni masih terselamatkan dan ktmu sm org baik.. Ituanaknya bosnya gunawan.. Smgsaja g liar lgi kmn2 suninya.. Slmseroja dan yetap aduhai mba tienπ₯°π₯°
ReplyDeleteADUHAI dan Seroja Farida
DeleteAlhamdulillah...... MCYT 06 sdh menyapa penggemarnya....
ReplyDeleteSmg mb Tien selalu diberi kesehatan dan bahagia lahir batin
Salam ADUHAI sll....
Aamiin dan ADUHAI buat Yangtie
Delete
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb......
Semalam sy ngantuk bingiiits bunda.. jd baru baca hbs shubuh ini.. wah jd makin berlembang ya bun ceritanya Suni.. smg Yessy bs cpt cerita ke Gunawan agar Gunawan segera memberi kbr ke ayahnya Suni di kampung.. ok salam sehat dan tetep Aduhai utk bunda Tien.. ❤️π
Kabarnya pasti ADUHAI jeng Lily
DeleteSlamet...slamet...suni selamat dari bandot tua...kasihan bapaknya memikirkan suni...apakah suni akan benar2 jadi wanita baik2 ataukah akan berperan menggoda Anto suami Yessy...kami serahkan semua kepada bunda kita tersayang yang piawai mengolah kalimat demi kalimat menjadi cerita yang apiik dan ADUHAI...salam sehat selalu bunda dari bumi Arema Malang dan tatap selalu ADUHAI....
ReplyDeleteTetap ADUHAI buat jeng Lina
DeleteSemoga pak Kardi baik baik saja
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh, Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
ReplyDeleteMatur nuwun MCYT 06 nya,,,jgn pergi Suni,,,nnt kamu ketemu Gunawan,,hihi
Salam ADUHAAII,,bu Tien ππΏπΌπΏ
Salam ADUHAI juga Mbh put
DeleteYg saya khawatirkan itu kalau Suni ndak tahan uji lalu tergoda dg suaminya Yessy...
ReplyDeleteKan di prolog disebutkan ( Yessy,bagaimanapun kamu harus menerima dia di rmh ini. Dia juga istri aku)
Jangan" yg dimaksud itu Suni.....
Suni bapakmu sampai tak sadarkan diri lho mendengar cerita ttg kamu dari Darman....
Ahh.... menduga duga aja, terserah bu Tien aja.
Terimakasih bunda...
Sehat selalu nggih...
Salam aduhaii dari Bojonegoro
Sehat dan ADUHAI jeng Wiwik
DeleteMaturnuwun mbak.Tien sayang...kisah menarik Suni - Yessyta sudah muncul lagi. Baru beberapa episode awal sudah seru. Suni yang lugu dan sangat naif, khas orang dusun yang mudah percaya pada orang sekalipun baru dikenal, Suni yang mendamba keindahan kehidupan modern, bertemu dengan Yessyta yang baik hati dan sedang dibutakan oleh cinta pada suaminya. Akankah Suni bertemu dengan bapaknya dan orang-orang lugu dari dusunnya?
ReplyDeleteMelalui cerita ini mbak Tien kembali menanamkan value indahnya hubungan tulus dalam keluarga, kejujuran dan tampil apa adanya serta menghindari kepalsuan.
Saya sudah merasakan value yang dituangkan mbak Tien dengan sangat indah ini.
Maturnuwun mbakyu...semoga sehat dan bshagia selalu, menampilkan karya bermutu.
Salam kangen dari Semarang
Kangen sekali sampai ADUHAI jeng Iyeng
DeleteSugeng enjing mb Tien..sehat terus njih, matur nuwun mcyt 6 π
ReplyDeleteHai..hai...aduhaiii...πππ
Hai.. hai.. ADUHAI jeng Yuli
ReplyDeleteAlhamdulillah Suni alias Nike selamat berkat Yessy dan Anto..Semoga menjadi pelajaran yang berharga untuk ke depannya. Bu Tien memang pinter dalam mengaduk aduk perasaan pembaca. Terima kasih bu .yang telah membuat cerita yang begitu aduhai..sampai deg degan
ReplyDeleteDeg2an sampai ADUHAI ibu Noor
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien utk MCYT 6... smoga Suni baik2 bekerja di Yessy dan Anto bisa menerima dengan hati ikhlas.
ReplyDeleteSmoga Mbak Tien selalu sehat ya Mbak. Salam ADUHAI selalu dari Semarang.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSelamat sore ,,ndherek pitepangan saya penggemar cerbung nya jeng Tien. Sejak tahun 2018 tapi baru kali ini koment
ReplyDeleteNdalu2 lg bisa baca MCYT 06 dr pagi buka2 kok tdk muncul di layar pdhl sdh hampir 24 j. Mtrnwn Bunda Tien semoga lancar terus dan sehat selalu.
ReplyDeleteNdalu2 lg bisa baca MCYT 06 dr pagi buka2 kok tdk muncul di layar pdhl sdh hampir 24 j. Mtrnwn Bunda Tien semoga lancar terus dan sehat selalu.
ReplyDeleteSelamat pagi mb Tien, nunggu MCYT belum nongol ketiduran, baru pagi baca, semoga Suni ketemu Gunawan, dan bapaknya. Aduhai senengnya p. Kardi.
ReplyDeleteSalam aduhai dari Yogya.
Selamat siang bu Tien
ReplyDeleteTerimakasih ya bu Tien, MCYT 07 sudah tayang...
semakin seru ya bu...
salam aduhaaai dari Tangsel
MCYT6.
ReplyDeleteSemoga Suni bisa membuktikan kepada sipenolongnya bahwa dirinya adalah orang baik baik.
Trima kasih mbak Tien