MENGAIS CINTA YANG TERSERAK 05
(Tien Kumalasari)
Suni sebenarnya sudah mengantuk. Ia menguap berkali-kali. Pak Frans yang selalu memperhatikannya, memegang tangannya.
“Ngantuk ya?”
Suni mengibaskan tangan itu. Sungguh ia tidak suka sikap laki-laki setengah tua yang tampaknya aneh menurutnya.
“Kita mampir makan dulu ya, aku lapar,” kata pak Frans.
Suni ingin menolak, tapi pak Frans sudah menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah makan.
“Aduh,, rumah makan apa ini? Begitu besar.. jual makanan apa rumah makan sebesar ini?” kata batin Suni.
“Ayo turun,” tiba-tiba pak Frans sudah membukakan pintu, dan menarik tangan Suni untuk turun.
Pak Frans membawa Suni masuk dengan menggandeng tangannya. Aduh, Suni ingin mengibaskannya, tapi pak Frans menggenggamnya erat.
Tangan Suni mulai berkeringat,
Pak Frans membawa Suni duduk disebuah bangku, memilih tempat yang agak remang.
Suni merasa asing. Dia belum pernah masuk ke sebuah rumah makan. Dikampungnya, kalau tidak sempat memasak, dia hanya beli diwarung lik Tum, beli nasi gudangan atau bothok mlandhing. Hiih.. apa saja ya jualan rumah makan segede ini? Karena heran dan takjub, Suni lupa pada rasa kesalnya atas sikap pak Frans.
“Mau makan apa?”
Suni mengangkat bahunya. Adakah tahu bacem atau gudangan daun papaya? Itu kesukaannya. Tapi Suni tak mengucapkan apapun.
“Aku mau pesan steak, kamu mau?”
“Apa itu?”
“Baiklah, kamu belum pernah kan, aku pesan sirloin steak.. dagingnya enak, agak kenyal, tapi nikmat.”
Suni hanya melihat pak Frans memanggil pelayan, mengatakan pesanannya.
“Minum apa?”
“Terserah bapak.”
Lalu Suni pun diam ketika pak Frans memesan minuman yang entah namanya apa.
Namun ketika pesanan itu datang, Suni terpana karena tak tahu bagaimana cara memakannya. Ia menatap makanan yang masih mengepulkan asap, ada segumpal daging, kentang dan sayuran. Ada pisau, sendok dan garpu dibalut tissue.
Suni merasa kesal, mengapa tukang restoran tidak mau mengiris-iriskan dagingnya sekalian dan meyuruh pembeli mengiris sendiri?
Ayo minumlah, itu hanya jus jeruk.
Suni pernah melihat di televisi, seseorang meracuni temannya dengan segelas minuman yang diberikannya. Ia hanya menatap minuman itu.
“Kamu takut? Pemilik restoran tak akan meracuni kita. Lihat aku minum,” kata Frans sambil meneguk minumannya.
Suni meraih gelasnya, karena sesungguhnya dia juga haus.
“Hm, segar.. “ gumamnya pelan. Pak Frans tersenyum.
“Ayo makanlah, begini cara makannya,” kata pak Frans sambil memegang pisau ditangan kanannya dan mengirisnya sementara garpu ditangan kirinya kemudian menusuk dagingnya lalu melahapnya.
“Ih, aneh.. susah amat,” lalu Suni mencoba menirukannya, tapi kemudian sepotong daging di piringnya melompat dan mengenai baju pak Frans.
“Auww… aduh, maaf..”
Pak Frans geleng-geleng kepala. Benar-benar gadis kampung yang sangat polos dan bodoh. Tapi pak Frans suka. Ia kemudian mengambil seiris daging dari piringnya sendiri lalu disuapkannya ke mulut Suni.
Suni geleng-geleng kepala. Ia justru menjenguk daging yang tadi melompat kebawah meja.
“Mau dipesankan lagi? Itu sudah kotor.”
“Tidak, tidak..”
“Kalau begitu makan saja ini, buka mulut kamu. Buka, kamu harus merasakannya.”
Suni membuka mulutnya, lalu mengunyahnya pelan.
“Enakkah ?”
“Enak, tapi aneh.”
“Kamu harus tahu semua makanan enak. Ini, ambil semuanya,” kata pak Frans sambil mengangsurkan piringnya.
“Tidak, aku makan kentang dan sayurannya saja, sudah, cukup,” kata Suni sambil menggoyang-goyangkan tangannya.
Pak Frans membiarkannya. Melihat dengan tersenyum ketika Suni melahap makanannya.
Saat itu sudah malam. Dan Suni benar-benar mengantuk. Ia menguap beberapa kali sementara pak Frans masih saja duduk santai.
“Saya harus mengantar kemana lagi? Bolehkah dilanjutkan besok? Saya mengantuk sekali, ini sudah malam,” kata Suni yang matanya sudah tampak sayu.
“Oh, baiklah. Aku antarkan kamu tidur.”
Suni berdiri begitu saja, dan menurut ketika pak Frans membawanya ke mobil.
Kantuk itu sungguh terasa berat, dan Suni sudah menyandarkan kepalanya sambil memejamkan mata.
“Nike.. Nike..”
Tapi Suni tak menjawab. Ia benar-benar tak bisa menahan lagi rasa kantuknya. Ia juga tak tahu ketika pak Frans menghentikan mobilnya disebuah rumah mungil, dimana ketika melihat pak Frans datang lalu seorang penjaga membukakan pintu rumah, dan dengan enteng pak Frans mengangkat tubuhnya, lalu membawanya masuk ke dalam. Penjaga hanya mengangguk hormat, tak mengatakan apapun, seperti sudah biasa melihat pak Frans membawa perempuan ke rumah itu.
Suni dimasukkannya kedalam sebuah kamar, dan diletakkan perlahan diatas pembaringan. Suni tampak menggeliat, lalu meraih guling yang kemudian didekapnya. Tidurnya benar-benar nyenyak, atau justru keenakan ditidurkan disebuah kasur yang empuk. Ia sama sekali tak sadar, sedang berada dimana dan bersama siapa.
Pak Frans meneguk air liurnya. Seperti seekor singa melihat mangsa yang terhidang dihadapannya. Ia bersyukur, malam ini ia mendapatkan yang luar biasa, lugu, bodoh dan pasti akan menuruti apa yang diinginkannya.
Pak Frans membuka kemejanya karena tiba-tiba merasa gerah, lalu dengan nyaman membaringkan tubuhnya disamping Suni.
Sebelah tangannya memeluk Suni, lalu mengacak rambutnya. Tapi tiba-tiba Suni terbangun. Sangat terkejut melihat seseorang tidur disampingnya. Ia bangkit, dan membelalakkan matanya.
“Aap..pa.. siapa kamu?” pekiknya.
“Sssh… kamu lihat baik-baik, aku pak Frans.”
“Mengapa aku ada disini, mengapa kamu tidur didekat aku?”
“Kamu tadi bilang ngantuk, lalu aku bawa kamu kerumah aku.”
“Tidak, aku mau pergi saja,” katanya sambil merosot turun dari ranjang, tapi pak Frans memegangi tangannya.
“Nike, kamu tidak boleh pergi, aku sudah membayar mahal untuk kamu.”
“Membayar apa?”
“Membayar tubuh kamu.”
“Tidak..” Suni meronta. Ia sama sekali tidak menduga akan menjadi seperti ini. Benarkah bu Susi sudah menjualnya? Laki-laki tambun ini mengatakan sudah membayar untuk tubuhnya? Merinding bulu kuduk Suni. Ia belum pernah dijamah seorang laki-lakipun.
“Nike, dengar, kamu sangat menarik bagi aku. Kamu seksi, kamu menggiurkan, kamu..”
“Lepaskan akuuu…” kali ini Suni berteriak lebih keras, dan meronta lebih ganas, karena dia kemudian memutar tubuhnya lalu menyepakkan kakinya ke arah wajah pak Frans. Ia hanya memakai celana pendek, dan dengan demikian membuat kakinya bergerak lebih leluasa, dan itu sebabnya ia bisa menyerang pak Frans.
“Betina liar kamu!! Aku tak akan melepaskan kamu !” teriak pak Frans sambil memegangi wajahnya. Ia sama sekali tak mengira akan mendapatkan perlawanan dari betina cantik lugu yang semula dikiranya akan menuruti semua kemauannya.
Suni sudah melompat turun dari ranjang dan berlari kearah pintu.
“Berhenti !!”
Pak Frans sudah melompat mendekat, tapi agak terhuyung karena tubuh tambunnya. Suni berusaha membuka pintu, tapi rupanya pintu itu terkunci.
“Celaka. Dimana tua bangka itu menyembunyikan kuncinya?” mata Suni liar mencari-cari sementara pak Frans berusaha menubruknya. Suni mendorongnya dengan sekuat tenaga, tapi pak Frans berhasil merengkuhnya erat.
“Kelinci betina liar kamu, jangan harap bisa terlepas dari tanganku.”
Suni meronta, lalu lututnya menendang sesuatu yang ada didepannya. Pak Frans berteriak kesakitan, dan cengkeramannya terlepas.
“Betina liar!! Kucing hutan !””
Suni bukan ahli berkelahi, tapi dia bukan gadis lemah. Ia suka berdandan seksi, tapi dia bukan gadis murah. Sementara pak Frans memegangi bagian tubuhnya yang terasa sakit, mata Suni mencari-cari. Haaa, diatas meja ada kunci. Pasti itu kunci kamarnya. Tapi tidak mudah mengambilnya. Kalau pak Frans tahu bahwa dia sedang mengincar kunci itu, pasti ia akan segera mengambilnya dari sana. Suni pura-pura mundur ketakutan ketika pak Frans bangkit perlahan. Suni melihat sebuah bangku kecil disudut kamar. Beratkah bangku itu? Suni beringsut mendekati bangku, mengaitnya dengan kakinya. Tidak begitu berat, Suni yakin bisa mengangkatnya. Pak Frans terhuyung mendekatinya, lalu Suni mengangkat bangku kecil itu dan melemparkannya kearah pak Frans, membuat pak Frans jatuh sambil mengaduh. Sementara pak Frans berguling-guling, Suni melompat kearah meja dan menyambar kunci yang ada di atasnya. Suni berlari kearah pintu, berusaha membukanya. Tidak mudah karena tangannya gemetar. Pak Frans beringsut mendekat sambil memegangi kepalanya.
“Jangan pergi, betina liar!”
Suni mundur, tapi kunci pintu masih digenggamnya. Ia meraih lagi bangku yang tadi dilemparkannya, lalu mengayunkannya kearah tubuh pak Frans yang bermaksud mengejarnya. Kali ini pak Frans benar-benar terjatuh. Suni melihat darah mengucur dari kepalanya. Suni tak peduli. Ia melompat kearah pintu, mengotak atiknya, dan berhasil. Suni keluar sambil membanting pintunya, lalu berlari kearah depan. Tapi sial, seorang laki-laki penjaga menghadangnya.
“Mau kemana mbak?”
“Lihat, dia.. tolong.. dia mati..,” katanya gemetar. Ia berharap kata-katanya membuat penjaga masuk kedalam karena mengkhawatirkan tuannya.
Penjaga itu memang terkejut, berlari kearah kamar dan membiarkan Suni kabur.
***
Malam sudah larut, Suni terus saja berlari. Tak tahu harus kemana. Ia tak punya uang sepeserpun, dan udara begitu dingin menusuk tulang. Lalu Suni menyesali cara dia berpakaian, yang menampakkan sebagian besar tubuhnya sehingga dia kedinginan. Rupanya rumah pak Frans jauh dari keramaian kota. Sepanjang dia berlari, tak ditemuinya seorangpun. Tak ada pula rumah dikiri kanan jalan itu. Suni mulai terengah-engah, kekuatannya hampir habis. Tiba-tiba dilihatnya sorot lampu dari arah belakang. Suni menjatuhkan dirinya, dan bersembunyi dibalik semak, karena khawatir mobil pak Frans mengejarnya. Suni diam tak bergerak, sampai mobil itu lewat. Ia berdebar, memang benar itu mobil pak Frans. Barangkali dia mengejarnya, atau mau ke rumah sakit karena kepalanya terluka.
Suni bangkit setelah mobil itu menjauh, lalu melangkah dengan lunglai.
Air mata Suni menetes disepanjang langkahnya. Sedih dan sesal melingkupi hatinya. Pakaian seksinya ternyata membawa petaka. Seorang nyonya tertarik untuk mengajaknya, dengan janji sejuta kebaikan, kesenangan. Aduhai. Suni terlena, mengira berhasil meraih mimpinya menjadi gadis kota yang menawan. Dan akan banyak pria mengaguminya. Tapi tidak, Suni tersaruk penuh luka. Ternyata nyonya cantik itu menjualnya kepada laki-laki bandot yang menjijikkan. Beruntung dia berhasil meloloskan diri. Tapi sekarang Suni benar-benar lemas. Dia kehabisan tenaga dan kedinginan, dan tubuhnya mulai menggigil. Hanya beberapa langkah kemudian, Suni terkulai lemas, lalu tubuhnya tersungkur diatas rerumputan.
***
Pagi hari itu, pak Kardi keluar dari rumahnya, bermaksud pergi kesawah. Beberapa hari ini pak Kardi merasa suntuk. Entah mengapa dia selalu memikirkan Suni. Bahkan semalam dia bermimpi buruk. Melihat Suni diterkam binatang buas.
Ia terus melangkah, sampai seseorang mengejarnya.
“Pak, mau kemana ?”
“Owalah Man, kaget aku. Ya kesawah seperti biasanya, kok pakai nanya.”
“Lha sawahnya juragan kan disana, sudah lewat, kok sampeyan bablas sampai kemari,” tegur Darman, laki-laki muda tetangga desanya.
Pak Kardi berhenti. Menoleh kekiri dan kekanan dengan bingung.
“Oh, ya ampun Man, aku ke bablasan ini.”
“Lha sampeyan itu memikirkan apa. Kok sampai nggak tahu jalan?”
“Ya inilah Man, sebenarnya aku itu sedih.”
“Kenapa sedih?”
“Memikirkan Suni itu lho Man.”
“Iya, aku dengar Suni sudah bekerja di kota, kok sedih kenapa? Kabarnya memang Suni pengin kerja dikota.”
“Tapi aku kok sedih, perasaanku nggak enak Man. Semalam aku mimpi Suni diterkam binatang buas. Aku hanya bisa berteriak-teriak, tidak bisa menolongnya. Entah bagaimana nasibnya, aku kemudian terbangun.”
“Pak, mimpi itu kan kembangnya orang tidur. Jangan dipikirkan.”
“Mimpi itu seperti sebuah firasat. Aku percaya itu,”
“Sudah, ayo saya antar bekerja saja, nanti karena sibuk kan sampeyan jadi lupa sama mimpi itu,” kata Darman sambil menggandeng lengan pak Kardi.
“Beberapa hari yang lalu, Suni datang, diantarkan sebuah mobil. Ada wanita cantik yang disebut sebagai majikannya.”
“Wah, berarti Suni bekerja di tempat orang yang baik. Buktinya mau mengantarkan Suni pulang.”
“Dia memberi aku uang banyak.”
“Tuh kan, berarti juga dia sudah mendapat pekerjaan yang enak, bisa memberi bapaknya uang banyak,”
“Man, Suni itu hanya sekolah SMP. Pekerjaan apa yang bisa menghasilkan uang begitu banyak?”
“Lho, pak Kardi ini mencurigai sesuatu ?”
“Aku takut Man.”
Darman tampak terdiam. Rupanya dia juga berpikir kearah seperti yang dipikirkan pak Kardi. Seorang berpendidikan rendah, mendapat majikan kaya dan cantik, dan uang yang banyak. Biarpun pemuda dusun tapi Darman berhasil sekolah tinggi. Setidaknya setelah lulus SMA bisa melanjutkan sampai D3. Dan sekarang sudah bekerja di kelurahan. Ia bisa berpikir jauh dan lebih matang.
“Pak, saya mendengar Suni itu calon isterinya Gunawan?”
“Siapa bilang? Suni saja yang mimpi.”
“Suni sendiri yang mengatakannya. Dan karena itu saya urung melamar dia.”
“Kamu Man? Kamu sebenarnya mau melamar Suni ?”
Darman tersipu.
“Saya mundur kalau harus bersaing dengan Gunawan.”
“Tidak. Gunawan tidak suka sama Suni. Mungkin dia sudah punya calon gadis kota. Suni sendiri yang pengin jadi isterinya. Kalau kamu benar-benar suka, aku juga mau punya menantu seperti kamu.”
Darman terdiam. Ada secercah harapan yang digenggamnya.
“Nanti kalau Suni pulang, saya akan bicara lagi.”
“Tapi saat ini sebenarnya aku ingin tahu dimana Suni bekerja,” gumam pak Kardi masih dengan nada sedih.
“Dulu kan yu Wiji yang mengajaknya. Nanti saya akan menanyakan dimana yu Wiji mengantarkan Suni.”
“O, iya benar Man. Coba kamu tanya Wiji. Dia pasti tahu dimana Suni bekerja.”
“Pak Kardi tenang saja. Biar saya mencarinya.”
“Terimakasih banyak Man.”
“Sepulang kerja saya akan langsung mencari alamat yu Wiji di kota. Orang tuanya pasti tahu. Kalau sudah jelas, saya akan menyusulnya.”
“Iya Man, katakan kalau aku memintanya pulang saja.”
“Iya pak, sudah, jangan sedih. Besok pasti saya bisa membawa Suni pulang.”
***
Tapi setelah sampai di alamat yang dikatakan Wiji, Darman tak menemukan Suni disana.
“Dia pamit tiba-tiba, katanya mau pulang karena kangen sama bapaknya,” kata majikan toko dimana dulu Suni bekerja.
“Tapi dia tidak pulang bu. Justru bapaknya menyuruh saya menjemputnya kemari.”
“Gimana anak itu. Tapi mas, ada salah seorang karyawan yang melihat, pada hari Suni pamit keluar, dilihatnya Suni menunggu ditepi jalan, lalu seorang wanita mengajaknya pergi dengan mobil.”
Darman terkesiap. Ada perasaan tak enak seperti yang dirasakan pak Kardi. Pergi bersama seorang wanita dengan mobil. Ketika itu Suni pulang bersama seorang wanita cantik yang membawa mobil, dan memberi uang banyak pada pak Kardi.
“Suni itu gadis lugu, tapi kemayu. Dia berpakaian semaunya. Bagi saya nggak masalah, asal pekerjaannya baik. Pelan-pelan sebenarnya saya ingin mengingatkan agar bisa berpakaian lebih pantas. Tapi dia keburu pergi.”
Lalu Darman pergi dengan kecewa, tapi juga dengan perasaan khawatir.
“Pasti pak Kardi akan sedih mendengar apa yang akan aku katakan,” gumamnya sambil mengendarai sepeda motornya untuk pulang.
***
Semalam, sampai pagi dan kemudian sore harinya, Suni belum bangkit juga. Tubuhnya tertutup rumput-rumput yang agak tinggi dan juga rimbun. Itu sebabnya beberapa orang lewat tak melihatnya.
Sore sudah remang, ketika seorang pengendara sepeda melintas, berboncengan dengan seorang temannya.
Saat itu Suni bangkit perlahan, duduk dengan tubuh lunglai.
Pengendara sepeda itu melihatnya.
“Eh, ada perempuan disana.”
“Eh, jangan berhenti, aku takut, Biasanya disaat seperti ini sebangsa mahluk halus muncul.”
“Itu kuntilanak?”
Lalu pengendara sepeda itu memacu sepeda motornya tanpa melihat lagi kesamping.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteMaturnuwun sudah tayang...
DeleteAlhamdulillah jeng Iin nomer 1.
DeleteSelamat ya .....
Selamat mbk I'in
DeleteJuara 1
Selamat mbak I'in juara 1
DeleteSelamat ya ...
DeleteSelamat jeng Maimun
DeleteADUHAI deh
ADUHAIIIIII ...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien, MCYT 05 sdh tayang.
Salam hormat kami dari Yogya.
ADUHAI mas Yowa
DeleteMaturnuwun sudah tayang...
ReplyDeleteJeng Iyeng apa kabar?
DeleteADUHAI deh
Salam aduhai bunda π
ReplyDeleteSalam ADUHAI jeng Wahyu
Deleteterimakasih bu Tien MCYT #5 sudah tayang
ReplyDeletesmoga Ibu Tien Slalu sehat bersama keluarga
Salam aduhaiii dr Semarang π€©,
Salam ADUHAI jeng Agustina
DeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMtnuwun mbk Tien
ADUHAI
Alhamdulillah jeng Nani yang ADUHAI
Deletemksh eyang Tien
ReplyDeleteSami2 pak Wignyo
DeleteAlhamdulillah udh tayang
ReplyDeleteADUJAI ibu Ika
DeleteAlhamdulillah.....
ReplyDeleteMCYT episode 05 sdh tayang. Matur nuwun Bu Tien.....salam SEROJA dan ADUHAI NKRI, dari mBandung.
Salam Seroja dan ADUHAI mas kakek
DeleteAlhamdulillah.. sdh tayang.. salam sehat penuh rasa Aduhaaaai utk bunda Tien sayang..❤️
ReplyDeleteSehat dan ADUHAI jeng Lily
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSalam aduhai ....
Mas Hadi ADUHAI deh
DeleteYesss. MCYT sudah terbit. ππ
ReplyDeleteYes juga Prisc
DeleteMakasih Bunda MCYT 05 dah Tayang.
ReplyDeleteSehat dan Bahagia selalu buat Bunda
Sehat bahagia dan ADUHAI mas Bambang
DeleteAlhamdulillah, terima kasih Bu Tien....begitu buka sdh panjang yg komen....
ReplyDeleteSalam sehat selalu salam aduhai
Salam sehat dan ADUHAI Prim
DeleteN
ReplyDeleteMatur nuwun mb Tien
Sami2 Kharisma
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteYerimakqsih bunfa Tien
Semoga bunda selalu srhat dan bisa menhibur
Salam ADUHAI
ADUHAI ibu Salamah
DeleteAlhamdulillah dah tayang, terima kasih bunda. Semoga sehat selalu.
ReplyDeleteSalam aduhai
Salam ADUHAI ibu Umi
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteADUHAI Niquee
DeleteCihuuyyy..
ReplyDeleteUhuii Taty
DeleteAlhamdulillah udah tayang...dalam afuhai mb Tien sehat n sukses selalu
ReplyDeleteSukses dan ADUHAI jeng Atiek
DeleteMatur suwun Bu Tien Eps 5 tayang...Salam ADUHAI semoga sehat2 selalu
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI pak Indriyanto
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna ,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Hongkong, perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Alhamdulillah.
DeleteMatur nuwun Bu Tien.
Salam Aduhai dari bumi NUSAKAMBANGAN
Salam ADUHAI pak Wedeye
DeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien.
Salam Aduhai dari Jember Jawa Timur
Salam ADUHAI pak SUJOKO
DeletePuji Tuhan, ibu Tien tetap sehat semangat shg eps 5 yg di nanti2 hadir gasik.
DeleteBersyukur Suni bisa meloloskan diri dari orang budak nafsu.
Semoga lekas mendapat pertolongan dan kembali sehat semangat menjadi orang baik2.
Menunggu lanjutnya. Matur nuwun Berkah Dalem.
Alhamdulillah, kesuwun mbakyu Tien, sampun tayang salam sehat dan aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI jeng Sis
DeleteMatur nuwun bu Tien, MCYT 5 sudah terbit...
ReplyDeleteMugi bu Tien tansah sehat..
Salam aduhai dari Tangsel
Salam sehat ADUHAI ibu Moedjiati
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien...
ReplyDeleteSudah tayang...
Salam sehat Bunda Tien..
Salam sehat ibu Sriati
DeleteADUHAI...... SERUUU
ReplyDeleteADUHAI Ferrita.
DeleteOjok sampek Suni dadi Bimbi
ReplyDelete.
Bimbi nama seorang gadis
Sederhana tapi manis
Pergi dari kampungnya
Tujuannya ke kota
Ingin hidup coba-coba
Cepatnya sesuaikan diri
Lagaknya bak peragawati
Uang ntah darimana
Segala diapun punya
Dan langsung ngetop namanya
Bimbi tak mau kenal lagi kampungnya
Bimbi tak mau kenal lagi saudara
Tahun ke masa berganti
Bimbi tak dikenal lagi
Wajah serupa Bimbi memelas pucat pasi
Menanti di jalan sepi
.
Salam sehat dari REWWIN πΏ
Nyanyi cak
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku , mcyt05 sudah tayang.
ReplyDeleteBagus juga si Suni, masih bisa menjaga diri. Cuma bagaimana ini,berjam-jam tidak sadar. Untung tidak disembunyikan gendruwo, tapi malah dikira teman si Kunti....
Kemana ni Gunawan, tidak nongol seharian. Tolong tu teman kecilmu, dalam kesulitan besar.
Akhirnya saya serahkan saja nasib Suni kepada yang membuat cerita. Tidak berani tebak tebakan.
Salam sehat mbak Tien Kumalasari, dari sragentina selalu ADUHAI.
Hii.. ada kunti..
DeleteSalam ADUHAI mas Latief..
Aduhai...
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih bu Tien mcyt 05 ya,,
ReplyDeleteSuni gadis cerdas tp lugu ,persis lagu BIMBInya Titik Puspa,,smg Suni tersadar dg kejadian itu,,hihi
Salam Sehat wal'afiat,
ADUHAAII banget πππ
ADUHAI banget Mbh put
DeleteLembar koreksi :
ReplyDelete1. Suni merasa kesal, mengapa tukang restoran tidak mau mengiris-iriskan dagingnya sekalian dan meyuruh pembeli mengiris sendiri?
# Suni merasa kesal, mengapa tukang restoran tidak mau mengiris-iriskan dagingnya sekalian dan menyuruh pembeli mengiris sendiri? #
2. “Tidak, aku makan kentang dan sayurannya saja, sudah, cukup,” kata Suni sambil mnggoyang goyangkan tangannya.
# “Tidak, aku makan kentang dan sayurannya saja, sudah, cukup,” kata Suni sambil menggoyang-goyangkan tangannya.#
3. ....dan dengan enteng pak Frans mengangkat tubuhnya, lalu membawanya masuk ke dalam.
# .....dan dengan enteng pak Frans mengangkat tubuh Suni, lalu membawanya masuk ke dalam. #
Hanya tiga yang saya ketemukan Bu.
Malam ini Suni selamat dari bahaya.. mungkinkah akan seterusnya selamat... Tergantung jari-jemari bu Tien...mau dijadikan apa Suni..
Suni oh Suni malang benar nasibmu....
ReplyDeleteJadi teringat lagunya Bimbo, Balada Gadis Desa:
Bunga manis yg tumbuh di desa
Kini mekar dan harum mewangi
Banyak kumbang yg
datang mengganggu
Dg membawa impian
Tergodalah imanmu akan hayalan
Hidup bertabur cahya di ibu kota
Tanpa do'a tulus dari orang tua
Berbekal hayalan kau berangkat jua
Tiada sadar kenyataan.......
Hayalan jauh berbeda.....
Itulah sedikit gambaran nasibnya Suni sekarang
Lebih baik pulang aja Ya Suni....
Dikampung ada yg tulus mencintaimu....
Bagaimana kelanjutan kisahnya Suni...
Besok lagi ya....
Moga bunda Tien sll dianugrahi kesehatan
Salam aduhai dari Bojonegoro.
Keng Wiwik memang ADUHAI. NYANYI.yuuk
DeleteSuni.. Suni... kasihan banget kamu. Semoga Tuhan mengirimkan penolong bagimu. Hati2lah kamu menapaki hidupmu selanjutnya. Jangan sampai terjerumus lagi dengan bujukan dan iming2 yg menyesatkan.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, MCYT 5 sudah hadir dan menghibur kami para pembaca setia Tien Kumalasari. Smoga Mbak Tien selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan. Amin.
Semoga sehat bahagia dan ADUHAI jeng Ira
DeleteMerinding saya buTien
ReplyDeleteTadinya udah sebel....banget sama suni. Tapi ternyata jempolan juga... πππaduhai lah bu Tien bikin pemeran nya. Tinggal kita di suruh meraba raba kemana ini cerita... cemungut... love you bu Tien...
ReplyDeleteLove you too jeng dokter yang ADUHAI
DeleteAyo kitah meraba2....aseeeeek tuh hi hi hi hi
DeleteRinta siapa tuh yg meraba raba...
DeleteAnanda usia brp minggu
Moga sehat2 selalu yah
Cantik pa ganteng nih
Udah bs ngintip Suni y
Eeh tau gak kl smlm Suni jadi kunti
Gpp yah yg pntg selamat dari cengkeraman si harimau jahat
Yuuk ttp kita doakan bunda Tien sehat yah biar selalu rajin dan setia menghibur kita dan ttp ADUHAI
ADUHAI bunda, jangan merinding
ReplyDeleteAlhamdulillah mksh Bu Tien salam sehat selalu dr Sukoharjo
ReplyDeleteSalam ADUHAI Ida
DeleteTrima kasih bu Tin...eps 05 ..makin seru saja...kita tunggu kelamjutan nasib suni...salam.sehat selalu
ReplyDeleteSalam sehat ibu Winarni
DeleteADUHAI
Maturnuwun ibu Tien...
ReplyDeleteSalam sehat dari yk.
Salam ADUHAI ibu Alian
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien telah menayangkan mcyt 05 ..... semoga bu tien sehat2
Selamat malam tuk semua penggemar cerbung.... salam aduuhaaaiiii
Malsm mas Arif
DeleteSuni itu memang gadis kampung yang lugu tapi dia bukan gadis murahan. Gunawan bisa menyesal nantinya.
ReplyDeleteAduhai
ReplyDeleteADUHAI juga jeng Sri
DeleteTerimakasih...matur nuwun. ..mbak tien. Smg seha( selalu bisa berkreasi menghibur kita dg cerita ini
ReplyDeleteADUHAIjeng Naniek
DeleteMakasih mbak Tien..mcyt05 nya..
ReplyDeleteDuuuh...kangen sego gudangan & bothok mlanding...π
Apalagi skrg lg kupatan..hmm..nikmat pastinya kupat+sambelgoreng tholo krecek...π€€
Semoga suni slamet...ada penolong yg tulus..dan pulang kampung aja..bapak nunggu...
Salam sehat dan aduhai sanget mbak Tien..ππ₯°
ADUHAI yang amat sangat,jeng Maria
DeleteSuni suni smg yg menemukanmu jd pahlawanmu.
ReplyDeleteSlm seroja utk mb Tien dan pctk semuaπ€
Salam ADUHAI jeng Sapti
DeleteAduhai bu Tien ..MCYT 05 hadir wah aku br baca ..ketiduran...semoga Bu Tien sehat ...Suni atau NIKe yg keblingger ma.Uang kaya ...Hahahah untung cerita jd aja geumes aja...kota o kota sangat tdk mendukung.
ReplyDeleteADUHAI jeng Yanti
DeleteSuni kunti ....
ReplyDeleteDadi bocah aja muluk" yen mimpi mduk ...
Coba ....lehmu tiba nganti gulung kuming ta ....
Untung wae Gusti paring pitulungan ...
Mula sing ngati ati ...
Mesakno bapakmu lho ....
Sugeng dalu mb Tien sayang ....
Salam Aduhai saking malang ...
Nggih, mbak Laksmi, nderek njenengan saja? Hahaaa..
DeleteADUHAI
Matur suwun Bu Tien salam sehat selalu kagem Bu Tien n kel,suksesππππππ
ReplyDeleteSehat dan ADUHAI jeng Ari
DeleteSuni...oh Suni...
ReplyDeleteNike nama kerenmu
Blum terlaksana jd Nike,moga kau ttp Suni yg Asli
Simpan tuh baju2 kurang bahan
Beranganlah yg wajar jgn terlalu muluk2
Blum saatnya kau bisa terbang tinggi
Takutnya terbawa angin puting beliung bs ter guling2
Pengorbanan jd kuntilanak tak mslh yg pntg selamat dari cengkeraman harimau kepala hitam
Bgmn nasibmu selanjutnya
Itupun terserah bunda Tien kesana arahnya ttp aj kita nantikan dgn setia
Mksh bunda,doaku sehat selalu
ADUHAI dan ADUHAI
Sugeng enjing bundaπͺπͺπͺπππ
Dan ADUHAI lagi jeng Maimun
DeleteMatur nuwun bunda Tien..MCYT05 telah terbit..
ReplyDeleteSalam sehat selalu njih bun dan tetep ADUHAI..π
Tetap ADUHAI jeng Padmasari
DeleteMaturnuwun ibu Tien,setia menanti kelanjutan critanya
ReplyDeleteSalam sehat nan aduhai..sukses selalu..
Sehat,suksed dan ADUHAI jeng Idayati
DeleteMakasih mba Tien . Salam sehat selalu mba
ReplyDeleteSehat selalu dan ADUHAI jeng Sul
DeleteSunike kamu hebat...smg peristiwa itu bs menyadarkan kamu...ternyata kehidupan kota tak seindah bayanganmu...
ReplyDeleteSalam sehat bu Tien...salam ADUHAIII
Salam sehat dan ADUHAI Yuka
DeleteSuni oh Suni jaga dirimu baik2 itu pesan Pak Kardi namun ujian pertama telah terlewati dengan bisa larinya Suni dari Frans. Mulailah melangkah yang benar Suni jangan sampai terjerumus.
ReplyDeleteAlhmadulilah bisa mengikuti MCYT 05 dengan ADUHAI. Makasih Bunda Tien semoga sehat selalu dan selalu bahagia.
Matur nuwun bu Tien..baru bisa komen pulang kerja. Alhamdulillah Suni alias Nike bisa menyelamatkan diri dari aksi Frans.. Semoga Allah sekalu melindungi dan nenjaga Suni..aamiin. Praktek prostitusi semoga bisa dibongkar lewat Suni..aamiin. Salam aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah, suwun mbak Tien. Punten baru bisa komen. Smg Suni sll dilindungi Alloh swt, aamiin.
ReplyDeleteSalam sehat sll mbak Tien, salam ADUHAI
Mba Tien.. Mksihcerbungnya.. Ksihanjg y dgn suni.. Smgdiketemukan dgn orng yg baik dan mau kembali lgi kekampungnya.. Smgaja mau dgn darmanciixii slmaduhai mba tien.. Shtsll yπ₯°π₯°
ReplyDeleteSyukurlah Suni tdk ternoda
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Selamat malam sahabat-2ku, selamat menunggu kehadiran Sini di MCYT_06....semoga Suni Nike tidak ternoda dan/atau dinodai.
ReplyDeleteItu semua "apa jare bu Tien" tak iya.
Sakalangkongggg, Bu.
Melongok longok eps.6 trnyata blm tayang...π Sehat" ya Ibu Tiiieenn....❤️
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun bun...
Mugi2 tansah wilujeng sedoyonipun...
Mudah mudahan Suni diselamatkan orang yg baik yg benar menolongnya dgn ikhlas. Bagaimana kelanjutannya... Saya tunggu saja cerita Bu Tien yg enak diikuti. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah sampai di MCYT 5.
ReplyDeleteKeluguan Suni dan kenekatannya menjadi orang kota malah berbalik menyakiti dirinya.
Salam aduhai dan semoga sehat selalu. Terima kasih mbak Tien