Monday, May 31, 2021

MENGAIAS CINTA YANG TERSERAK 14

 MENGAIS CINTA YANG TERSERAK  14

(Tien Kumalasari)

 

“Suniii…” Suni terkejut karena panggilan itu begitu keras. Ia keluar dari kamarnya dan melihat sang tuan berdiri sambil berkacak pinggang.

“Ambilkan kopor kecil didalam gudang, bersihkan dan masukkan barang-barang ini,” katanya tanpa nada manis sedikitpun.

Suni melakuksn apa yang dikatakan sang tuan. Ia melangkah ke arah gudang yang letaknya disebelah dapur. Ia melongok-longok mencari kopor kecil, lalu ia melihat bahwa kopor kecil itu terletak diatas almari. Suni keluar untuk mengambil kursi, supaya bisa mengambil kopor itu.

“Suniiii !!”

“Ya pak.. sebentar, baru mau diambil,” jawab Suni sambil naik keatas kursi.

“Kelamaan banget sih !” omelnya sambil melongok kearah gudang.

“Ini pak, letaknya diatas almari itu. Saya harus naik ke atas kursi,” katanya sambil menarik kopor yang dimaksud.  Tapi Suni salah meletakkan kursinya. Sebelah kaki kursi terletak diatas tumpukan karpet sehingga membuatnya tidak seimbang, jadi ketika Suni turun sambil membawa kopor itu, kursi tersebut jatuh miring, dan tentu saja membawa tubuh Suni yang masih berdiri sambil membawa kopor itu.

Gubragg !

“Anto kembali melongok kedalam gudang,  bukannya membantu Suni bangun, dia menarik kopor yang tertindih tubuhnya begitu saja.

“Auuww “ pekiknya.

“Bodoh !!”

Lalu Anto berlalu sambil membawa kopor, meninggalkan Suni yang mengaduh karena pinggangnya terantuk tumpukan kardus.

“Adduh…” rintihnya sambil berusaha bangun.

Suni berdiri sambil mengelus pinggangnya.

“Orang gila !!” desisnya perlahan.

Suni membawa kursinya keluar dari gudang sambil memegang pinggangnya yang terasa nyeri.

“Sabun sama pasta gigi ! Ambilkan !!” teriak Anto lagi begitu melihat Suni muncul di dapur.

Suni melangkah menuju almari tempat menyimpan stok sabun lalu mengambil sepotong sabun mandi, sebuah sikat gigi dan pastanya sekalian. Tertatih Suni menyerahkan barang-barang itu dan menyerahkannya pada sang tuan.

“Masukkan sekalian !”

Suni memasukkannya kedalam kopor, tapi dia tak melihat handuk didalamnya.

“Pak, handuknya belum?”

“Ya ambilkan! Yang pembantu itu kamu, bukan aku,” hardiknya.

Suni menghela nafas kesal.

“Dia memang bukan manusia,” bisiknya dalam hati.

Ia mengambil selembar handuk dari dalam almari, lalu memasukkannya ke dalam kopor, sebelum serigala kelaparan itu menghardiknya lagi. Ia juga sekalian menutupnya. Tapi ketika mau menyerahkan kopor itu, ponsel Anto berdering.

“Ya sayangku… iya.. benar.. ah… nggak bisa kayaknya.. aku kan harus ke rumah sakit.. Ini.. isteriku minta dikirim baju ganti.. benar.. ah.. kamu sukanya menggoda ya. Besok kan masih ada waktu. Sabar lah, iya.. iya.. ini mau kerumah sakit sekarang.. aduuh… malam-malam jangan menggoda ya. Okey..O iya lah, mobil itu aku ingat, katanya besok mau dikirim. Kamu tenang saja, sudah ya,..mmuaachh.”

Suni kan tidak tuli, jarak sang tuan ketika menelpon hanya terhalang pintu. Telinganya mendengar dengan jelas isi percakapan itu. Ingin dia mengangkat gagang sapu yang ada dibalik pintu untuk di pukulkannya ke wajah tampan yang berhati busuk itu.

Suni meninggalkan kopor yang sudah ditutup itu ditempatnya, lalu dia bergegas pergi ke belakang.

“Suniiii…” serigala itu menggeram lagi. Suni keluar dari kamar.

“Ya pak.”

‘Bawa kopornya kedepan… “ hardiknya tanpa belas.

Suni tak menjawab. Ia langsung menarik kopornya kedepan, dan memasukkannya kedalam mobil begitu Anto membukanya.

Tanpa mengucapkan apapun, Anto membalikkan mobilnya dan keluar dari halaman. Suni merasa lega setelah rasa gerah menderanya sejak kedatangan sang tuan.

“Memang dia bukan manusia,” gumamnya sambil mengelus pinggangnya yang terasa nyeri, kemudian mengunci pintu rumah dan masuk. Ia menuju ke almari obat, mencari minyak gosok, lalu mengulaskannya di pinggangnya yang terasa nyeri.

“Aduuh, ternyata sampai biru begini,” keluh Suni sambil menggosok luka memarnya, dan tentu saja sambil menahan sakit.

Tapi dalam mengelus luka memarnya itu, kembali terngiang suara sang tuan ketika bertelpon sebelum pergi.

“Sudah semakin jelas, pak Anto itu suami yang nggak beres.  Heran aku, bu Yessy kok ya tidak merasa bahwa suaminya main perempuan diluaran. Masih dibelikan mobil pula. Dan tadi orang yang menelpon itu juga menanyakannya. Aduuh bu, dalam saat ibu prihatin ketika bapaknya sakit, suami ibu tega ada main dibelakang ibu. Apa aku harus mengatakannya ya. Tapi nanti bu Yessy bertambah sedih. Kan bapaknya lagi sakit, dan tampaknya parah. Rasanya kok nggak tahan aku mendengar celotehnya saat bertelpon,” gumam Suni sambil membaringkan tubuhnya.

***

“Mas, sini mas,” sapa Yessy ketika melihat suaminya memasuki ruangan.

“Bagaimana keadaan bapak?” tanyanya sambil menampakkan wajah memelas.

“Ya itulah mas, belum bisa bergerak dan berbicara,” kata Yessy sedih.

Anto merengkuh bahu isterinya dan menepuk-nepuk punggungnya.

“Sabar ya, bapak akan segera sembuh,” bisiknya ditelinga sang isteri.

Yessy menitikkan air mata, berterimakasih karena suaminya memperhatikannya.

“Terimakasih ya mas,”

“Tidak usah berterimakasih,  itu kan sudah menjadi kewajibanku,” katanya sambil mengelus kepala isterinya.

“Mas sudah bawakan pesananku? Aku ingin mandi, badanku lengket, seharian tidak mandi."

“Sudah, semuanya ada didalam kopor itu.”

“Kalau begitu mas tunggu dulu disini, aku mau mandi.”

“Baiklah. Bapak sudah tidur ?”

“Tampaknya tidur, biarkan saja dulu,” kata Yessy sambil membuka kopor, mengambil handuk dan perlengkapan mandinya, serta baju ganti yang dibawanya semua ke kamar mandi.

Anto masih duduk di sofa tunggu. Sebenarnya ia tak berani menjenguk pak Murti, tapi agak lega ketika isterinya mengatakan bahwa pak Murti belum bisa bicara. Walau begitu masih ada rasa khawatir kalau dia bisa mengatakan sesuatu tentang pertemuan mereka siang tadi. Tapi dari jauh dilihatnya pak Murti memejamkan matanya. Pelan Anto berdiri, dan melangkah mendekat sambil berjingkat.

Pak Murti memang memejamkan matanya. Selang oksigen masih tersambung pada hidung dan mulutnya. Anto menatapnya.

“Jangan sampai kamu mengatakan apapun tentang pertemuan kita dirumah makan,” desisnya pelan dengan geram.

Tapi tanpa diduga, mata pak Murti terbuka. Anto mundur selangkah dengan rasa terkejut. Tampaknya pak Murti mendengarkan apa yang diucapkannya. Ditatapnya mata pak Murti yang menyala seakan menyemburkan api. Dada Anto bergetar. Tatapan mata itu kelihatan sangat menyimpan amarah, ia mundur beberapa langkah dan kembali duduk. Entah mengapa tatapan bapak mertuanya membuatnya bergidik ngeri. Anto mengatur nafasnya.

Ketika Yessyta keluar dari kamar mandi, tanpa sengaja ia menoleh kearah ayahnya dan melihat nafas ayahnya tersengal-sengal. Yessyta panik, kemudian berteriak memanggil perawat.

“Susteeeer…!”

Suster datang dengan cepat, lalu menghubungi dokter.

Yessyta terduduk di sofa sambil menangis, ketika dokter manangani bapaknya. Anto dengan lembut mengelus punggungnya.

“Kenapa bapak.. kenapa tiba-tiba begitu ?”

“Aku dari tadi duduk disini, karena mengira bapak sedang tidur.”

Beberapa saat lamanya kemudian, dokter mendekat, Yessy menatapnya penuh pertanyaan.

“Keadaannya sudah stabil. Perawat jaga akan selalu mengontrolnya.”

“Terimakasih dokter,” kata Yessyta lega. Ia melirik kearah ayahnya dan melihat ayahnya telah lebih tenang.

“Jangan sampai dia merasa kesal atau marah. Jangan terlalu banyak orang mendekat, apalagi berkata-kata yang tidak penting, atau jangan sampai ada orang yang tidak disukainya,” pesan dokter itu lagi sebelum kemudian pergi.

Yessy melirik kearah suaminya. Mungkinkah bapaknya melihat suaminya? Bukankah bapaknya tidak suka pada suaminya? Itukah penyebabnya?

“Mas tadi mendekati bapak kah?”

“Tidak.. tidak.. sama sekali tidak..” kata Anto sambil menggoyang-goyangkan tangannya.

Yessy kemudian berdiri dan mendekat kearah ayahnya. Dilihatnya ayahnya memejamkan mata. Yessy mengelus tangannya lembut, lalu menciuminya pelan. Yessy agak lega karena tampaknya ayahnya tertidur lelap.

Yessy menoleh ketika Anto memanggilnya lirih.

“Apa?” katanya pelan, sambil mendekat.

“Aku pulang dulu saja ya.”

“Pulang? Mas nggak mau menemani aku dulu disini?”

“Maaf Yessy, besok aku kan harus berangkat pagi-pagi, ada meeting setengah jam sebelum jam kerja, jadi lebih baik aku tidur dirumah saja. Apa kamu takut tidur sendirian disini?”

“Bukan takut, hanya kalau ada temannya kan aku lebih tenang.”

“Bapak sudah tidur tenang, kamu kan juga harus istirahat.”

“Ya mas, baiklah, mas pulang saja. Suni sudah mas beri tahu kalau aku ada dirumah sakit nungguin bapak kan?”

“Sudah.”

“Baiklah, mas pulang saja, kalau bisa aku juga mau segera tidur.”

“Kalau ada apa-apa kabari aku ya?” kata Anto setelah mencium kening isterinya. Manis ya?

Yessyta duduk di sofa sambil terus mengawasi ayahnya.             

“Belum tidur Yes ?” Yessy terkejut, Gunawan muncul dari balik pintu sambil menenteng tas. Yessyta lupa bahwa Gunawan tadi mengambil baju ganti ayahnya ke rumah.

“Maaf aku agak lama. Tadi mampir pulang, mandi.”

“Tidak apa-apa. Bapak juga masih tidur.”

“ Keadaannya stabil?”

“Tadi sempat membuat aku ketakutan.  Nggak tahu kenapa tiba-tiba bapak tampak terengah-engah, apakah karena melihat mas Anto ya. Bapak kan tidak suka pada mas Anto.”

“Ya aku tahu, baru saja dia keluar kan?”

“Mas ketemu ?”

“Tidak, hanya melihat dia keluar saja. Tapi apa tadi suami kamu mendekati bapak?”

“Tadi kan aku mandi, setelah mas Anto membawakan aku ganti. Ketika aku keluar, melihat bapak tiba-tiba nafasnya tersengal-sengal, aku berteriak, lalu dokterpun datang. Sekarang sudah tenang.”

“Apakah mungkin suami kamu mendekati bapak dan bapak melihatnya?”

“Dia bilang tidak sih..”

“Dia bilang tidak, huh.. Yessy tidak tahu bahwa suaminya bisa saja bohong karena takut dituduh jadi penyebab terengah-engahnya pak Murti,” kata batin Gunawan.

“Aku merasa agak tenang setelah kamu datang mas.”

“Syukurlah, oh ya, aku bawakan makan untuk kamu. Kamu kan belum makan sejak siang?” kata Gunawan sambil memberikan bungkusan nasi kepada Yessyta, dan juga beberapa botol minuman.

“Ah, iya mas, sampai nggak merasa lapar. Baiklah, terimakasih mas. Ayo kita makan, mas Gunawan pastinya juga lapar.”

Keduanya menyantap makanan yang dibawa oleh Gunawan. Sekedar mengisi perut agar tidak merasa lemas.

“Suami kamu tidak menemani kamu tidur disini?”

“Tidak, katanya besok harus masuk kantor pagi-pagi.”

“Oh..Baiklah, aku saja nanti tidur disini. Tapi tidak didalam, diluar saja.” kata Gunawan buru-buru, takut Yessyta merasa tidak nyaman kalau dirinya ikut tidur didalam.

“Kalau diluar apa tidak dingin sih mas.”

“Tidak, aku membawa jacket. Jangan memikirkan aku, kamu tidurlah dengan nyaman. Tapi kalau ada apa-apa, telpon aku. Aku tidur diluar.”

“Maaf ya mas, merepotkan kamu.”

“Sudah, jangan memikirkan apapun. Aku bukan orang lain lho.”

“Iya benar,” kata Yessyta sambil tersenyum.

Tapi diam-diam Yessyta membandingkan sifat Gunawan dan suaminya. Memang jauh berbeda. Gunawan penuh perhatian, rela meninggalkan apapun ketika melihat ayahnya sakit. Tapi Anto lebih memikirkan pekerjaannya. Tak peduli walau isterinya sedih sendirian dirumah sakit. Lalu teringat olehnya ketika nafas bapaknya tiba-tiba tersengal-sengal, dan dokter mengatakan bahwa bapaknya tak boleh merasa kesal, atau jangan dekat orang yang mungkin tidak disukainya. Mungkin ia lebih baik melarang suaminya datang ke rumah sakit selama bapaknya belum pulih.

Yessy menghabiskan sebungkus nasi gudeg yang dibelikan Gunawan. Rupanya ia benar-benar lapar. Ketika ayahnya tampak tenang, rasa lapar itu benar-benar terasa.

“Berapa lama ya bapak harus dirawat?”

“Semoga tidak lama, bapak akan segera pulih.”

“Terimakasih ya mas, kamu selalu menguatkan aku,” kata Yessyta sambil memasukkan bungkusan bekas nasi mereka kedalam keresek.

“Ini minumnya,” Gunawan mengambilkan sebotol minuman yang baru dibelinya.

“Mas beli banyak..”

“Masukkan saja kedalam kulkas, kan sewaktu-waktu kamu butuh minum.”

Yessyta menatap wajah Gunawan dengan penuh rasa terimakasih. Dan wajah tampan itupun sedang menatap Yessyta dengan iba. Ia melihat wajah Yessyta sedikit pucat. Ia tak akan membiarkan wanita yang dicintainya itu sendirian. Ia akan selalu ada untuknya.

“Aku sangat menyayangi kamu Yessyta, jangan sampai ada yang menyakiti dirimu,” gumamnya dalam hati sambil terus memandangi wajah Yessyta.

“Mas, mengapa menatapku seperti itu?”

Gunawan terkejut. Ia dengan cepat mengalihkan pandangan matanya kearah lain. Tapi Yessyta menangkap pandangan Gunawan seperti ada sesuatu yang aneh. Dengan heran Yessyta juga menyadari bahwa dirinya berdebar menerima tatapan itu.

“Maaf..”

“Mas terlalu banyak mengucapkan maaf. Harusnya aku yang minta maaf karena telah menyusahkan mas.”

Gunawan kembali menatap Yessyta setelah bisa menata batinnya.

“Aku merasa bahwa beban kamu adalah beban aku juga, jadi jangan merasa telah menyusahkan aku. Yang membuat aku susah adalah sakitnya bapak. Susah, sedih, prihatin,” kata Gunawan sambil menerawang kearah langit-langit kamar.”

“Semoga bapak segera sembuh..” bisik Yessyta.

“Aamiin.”

“Besok aku mau pulang sebentar, bisakah mas menunggui bapak selama aku pulang? Aku akan meminta pembantu aku agar ikut menunggui bapak disini, sehingga mas bisa meninggalkannya untuk urusan kantor. Kalau bapak bisa ditinggal, aku bisa meninggalkan pembantu aku disini.”

“Baiklah, tidak apa-apa. Aku akan menunggu sampai kamu kembali.”

***

“Ya ampun bu, saya sungguh ikut prihatin. Kenapa bapak sampai sakit begitu?”

“Iya Suni, bapak memang punya penyakit jantung. Tapi selama ini sangat terawat, dan hampir tidak ada keluhan. Aku terkejut ketika mendengar kabar bahwa bapak pingsan saat makan dirumah makan.”

“Mungkin bapak sedang banyak pikiran, atau sedang sedih. Saya pernah mendengar, katanya orang sakit jantung tidak boleh sedih, tidak boleh marah dan tertekan.”

”Iya benar, mungkin bapak sedang tertekan.”

“Orang yang tidak kekurangan, apa ya yang di pikirkan?”

“Suni, namanya orang hidup pastilah banyak yang difikirkan. Oh ya Suni, maukah nanti kamu ikut aku ke rumah sakit? Aku tidak tega meninggalkan bapak sendirian, jadi barangkali aku butuh ke kantor, walau sebentar, aku tenang kalau ada kamu.”

“Ya bu, nggak apa-apa, kalau perlu saya bawa baju ganti juga supaya tidak bolak-balik pulang.”

“Terimakasih Suni, aku kan juga butuh ditemani. Kalau ada kamu barangkali aku merasa tidak sendirian.”

“Iya bu. Lalu pak Anto kan karena sendirian bisa makan di luar, saya tidak harus memasak kan bu?”

“Iya, berhubung keadaannya sedang seperti ini, aku akan meminta mas Anto agar bisa memikirkan dirinya sendiri. Toh akhir-akhir ini juga dia jarang makan dirumah. Tapi walau begitu nanti aku bicara dulu sama dia, karena melayani suami itu kan juga kewajiban aku.”

“Baik bu, saya akan bersiap-siap dulu.”

“Nanti kita akan belanja dulu, baru ke rumah sakit ya Suni.”

“Baik bu.”

Ketika Suni bersiap-siap, Yessyta menelpon Anto.

“Ada apa?”

“Mas, untuk sementara Suni akan aku ajak ke rumah sakit, biar ada yang menjaga bapak, ketika aku sedang ada keperluan di kantor. Apa mas keberatan?”

“Oh, tidak, mengapa aku keberatan? Bawa saja Suni, aku kan bisa sarapan dan makan siang di kantor. Makan malam juga tidak sulit. Sudah jangan memikirkan aku dulu, yang penting bapak ada yang merawat.”

“Baiklah mas, terimakasih dan maaf ya mas. Semoga ini hanya untuk beberapa hari saja.”

“Tidak usah minta maaf, pikirkan sakitnya bapak. Suni pasti bisa membantu kamu selama harus bolak-balik ke rumah sakit, aku bukan anak kecil yang harus dirawat dan diawasi kan?”

“Iya mas.”

“Eh, tunggu, kata kamu mobil akan dikirim hari ini?”

“Iya benar, tapi aku kan minta supaya dikirim ke kantor. Nanti mas bisa menukarkannya kalau sudah datang.”

“Oh, baiklah, kabari aku kalau sudah datang ya.”

“Ya mas, pasti.”

Hebat ya Anto, dalam keadaan isterinya sedang prihatin, masih sempat-sempatnya menanyakan mobil. Tapi tampaknya Yessyta kurang peka terhadap sikap suaminya yang aneh itu.

***

Di supermarket Yessyta membelikan ponsel untuk Suni. Bukan yang terlalu mahal sih, tapi cukup untuk saling mengabari kalau ada apa-apa.

“Ibu, sesungguhnya saya mau beli sendiri kalau saya punya uang nanti. Malah sekarang ibu membelikan untuk saya.”

Tidak apa-apa Suni. Itu perlu untuk komunikasi. Kalau kamu tidak punya ponsel, bagaimana bisa tahu kabar ini dan itu?”

“Iya bu, kemarin saya bingung ketika ibu tidak pulang sampai malam, ingin bertanya pada siapa, saya tidak tahu.”

“Apa pak Anto tidak memberi-tahu kamu?”

“Tidak sama sekali bu, saya tahu kalau bapak sakit, ketika pak Anto sedang menelpon seseorang.”

“Seseorang itu siapa?”

“Mana saya tahu bu. Pokoknya mengabarkan kalau bapak sakit, dan dirawat dirumah sakit, gitu.”

“O, itu kan aku juga menelpon pak Anto.”

Suni mengangkat bahunya. Ia ingin mengatakan tentang pak Anto yang bertelpon dengan seseorang yang aneh, tapi diurungkannya.

“Suni ini nomornya sudah aku daftarkan, dan nomorku juga sudah ada disitu. Jadi kalau ada apa-apa kamu bisa menghubungi aku.”

“Baiklah bu, terimakasih ya bu. Besok kalau punya uang saya juga ingin beli untuk bapak, supaya saya bisa bicara dengan bapak.”

“Oh iya, aku jadi ingat, bukankah hari MInggu ini kamu sebenarnya mau pulang kampung?”

“Tidak usah buru-buru bu, besok saja kalau bapak sudah sembuh.”

“Ya sudah Suni, terimakasih banyak kamu bisa mengerti keadaan aku.”

“Tentu saja saya mengerti bu.”

“Sekarang aku sudah selesai belanja. Itu semua keperluan bapak. Kamu tunggu aku di pintu keluar ya, aku akan memanggil taksi, tapi ada yang terlupa. Aku harus beli pampers untuk bapak,” kata Yessy sambil bergegas masuk kembali.

Beberapa saat Yessy membeli pampers itu, dan agak lama karena di kasir harus mengantri. Yessyta  bergegas keluar karena taksi yang dipesannya pasti sudah menunggu. Tapi ketika dilobby supermarket itu ia tak melihat Suni. Bungkusan belanjaan yang tadi dititipkannya tergeletak begitu saja ditangga beserta bungkusan baju Suni yang tadi disiapkannya.

Yessyta melihat ke kiri dan ke kanan.

“Suniiii !”

Tak ada jawaban. Suni lenyap bagai ditelan bumi.

***

Besok lagi ya.

 

119 comments:

  1. Terima kasih mbak Tien MCYT 14 yg dinantikan sejak kemarin, malam ini telah tayang.

    Salam ADUHAIIIIII dari Yogya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat dimas Yowa, juara 1.

      _Anto tak sadar, Suni memperhatikan semua gerak geriknya. Ia kemudian tahu ayahnya Yessy sakit strooke, tak bisa mengatakan apa-apa. Dan itu membuat Anto gembira. “Dasar laki-laki busuk,” umpatnya. (MCYT_13)_


      Alhamdulillah......
      MCYT_14 sdh tayang.
      Matur nuwun, bu Tien.
      Sugeng Dalu, salam Aduhai......

      Yuk teman-2...kita baca bareng lanjutan Anto & Indri.....
      ngapain mereka???

      Delete
    2. Alhamdulillah semoga penjenengan mbak Tien sehat² dg karya yg aduhai, ditunggu banyak penggemar dari usia muda pe seusia diatas 70. Maturnuwun ditunggu karya² nya yg aduhai medebarkan

      Delete
  2. Alhamdulillah...sudah tayang MCYT 14
    Maturnuwun mbk Tien
    Mugi tansah pinaringan sehat.Aamiin
    ADUHAI

    ReplyDelete
  3. Selamat tayang MCYT-14
    Bu Tien, semoga sehat selalu.
    Salam *Aduhai*

    ReplyDelete
  4. Terimakasih.... Mbak Tien... Semoga sehat selalu dan Aduhai

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah.. dah muncul
    Selamat malam
    Salam sehat dari Rewwin 🌿

    ReplyDelete
  6. Matursuwon bunda tien salam aduhai

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah, maturnuwun sanget mbakyuuu🙏🙏

    ReplyDelete
  8. Terima kasih mbak Tien. Belum dibaca, tapi pasti seru, krn ingin tahu pa murti strook nya parah atau tdk.

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah ,sehari prei ,akhirnya mlm ini tayang MCYT 14 ,terimakasih bunda Tien

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah
    Terimakasih Bu Tien...

    ReplyDelete
  11. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna ,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lembar koreksiku:

      1. “Tidak usah berterimakasih< itu kan sudah menjadi kewajibanku,” Katanya sambil mengelus kepala isterinya.
      # “Tidak usah berterimakasih itu kan sudah menjadi kewajibanku,” Katanya sambil mengelus kepala isterinya.#

      2. ....kata Gunawan sambil memberikan bungkusan nasi kepada Yessyta, dan juga beberapa potol minuman.
      # ..... kata Gunawan sambil memberikan bungkusan nasi kepada Yessyta, dan juga beberapa botol minuman.#


      3. "Tenu saja saya mengerti bu.”
      # "Tentu saja saya mengerti bu.”#

      Monggo Bu ada 3 bahan koreksinya.

      Delete
    2. Alhamdulillah.........

      Akhirnya.....
      Yang ditunggu tunggu sudah hadir
      Matur nuwun sanget Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Bumi Nusakambangan
      .

      Delete
  12. Alhamdulillah dah tayang..
    Matur nuwun bu tien..

    ReplyDelete
  13. Hore hore sdh tayang tak tunggu sejak tadi,,Semoga jeng Tien selalu sehat ,,salam Aduhai dari Surabaya komen ku kok ilang terus

    ReplyDelete
  14. Matur nuwun Bu Tien.
    MCYT_14 sdh ditayangkan rada mubdur saja biasane....ora papa.....sing penting wis dikeparengake sowan Ong blogspot njenengan, melu maca lan melu ngoreksi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. MCYT 14 tayang Alhamdulillah
      Yuuk kita baca bersama,bgmn dgn si munafik Anto

      Bergembira ria di atas penderitaan org lain bersama Indri manusia gak tau diri

      Suni...Suni knp kau tak mau blg ma Yessyta biar sklian tau bgmn belangnya Anto

      Kl Gunawan yg blg juga jd dilema tar di kira manfaatin Yessyta

      Hadeeh kok bnr2 penisirin bingitz deh

      Harapanku Gunawan jadian ma Yessyta
      Suni sama Darman

      Tp itu nanti2 aj deh,kita tunggu likaliku kehidupan mereka dulu

      Yg pntg doaku selalu buat bunda Tien sehat2 aj

      Mksh bunda yg telah setia menghibur kita2

      Salam sayangkuh dari Jogja,ttp sehat dan selalu
      ADUHAI

      Delete
  15. Matur suwun bu tien. Sugeng ndalu salam aduhay n sehat.selalu

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah ,MCYT 14 hadir , terima kasih Bu Tien ,sehat selalu dan semangat ,Aamiin salam Àduhai👍👍❤

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah.. yg ditunggu sdh masuk.. Terimakasih bunda Tien sayang.. salam sehat prnuh Aduhaaaai..❤️😘

    ReplyDelete
  18. Walah kemana Suni ini ya...jangan²? ah jangan ah...😅

    Matur nuwun bunda Tien...ADUHAI selalu kagem bunda Tièn...🙏

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah MCYT 14 sdh hadir
    Kemana Suni ya?
    Semskin penasarsn ceritanya
    Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu
    Salam ADUHAI dari Bekasi

    ReplyDelete
  20. Aduhaiii Suni kemana ya tuh anak bikin deg2an sj,eh besok lagi tambah penasaran nih mbak Tien heeee,heee,
    Salam aduhaiii mbak Tien dari Tegal.

    ReplyDelete
  21. Bungkusan belanjaan digeletakan begitu saja oleh Suni ,jangan jangan Suni lg mengintai majikannya yang sedang bermain hati dgn Indri ,yuuk kita tunggu kelanjutan ceritanya besok malam ,terimakasih bunda sudah membuat pembacanya penasaran

    ReplyDelete
  22. Suni hilang kemana nih? Jadi seperti cerita detektif aja bu Tien. Makin aduhai aja penasaran nya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehee.. ADUHAI jeng dokter, ini cerita campur2..

      Delete
  23. Alhamdulillah... Aduhai sekali... Semoga sehat selalu mbak Tien...

    Wah Suni hilang??? Kemana ya dia?

    ReplyDelete
  24. Tanyakan pada rumput yang bergoyang ibu Mahmudah. Pasti ADUHAI

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah MCYT Eps 14 sudah tayang, matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
    Salam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

    ReplyDelete
  26. alhamdulilah MCYT dah tayang.

    Matur nuwun sanget Bunda Tien.

    Semoga Bunda selalu sehat dan aku tunggu

    Kelanjutannya.

    Salam ADUHAI dari Klaten.

    ReplyDelete
  27. Terima kasih Mbak Tien, semakin bikin deg"an saja apa yang terjadi pada Suni. Postingannya terlalu malam yang sdh sepuh seperti saya repot juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang lebih repot penulisnya dong Abah. Kan bisa baca pagi harinya buat abah
      ADUHAI

      Delete
    2. Saya menulis tidak tergantung waktu kapan harus tayang tapi kapan saya bisa menulis. Begitu ya abah
      Semoga abah tetap ADUHAI.

      Delete
    3. Maaf Mbak Tien cuma penasaran, yang penting Mbak Tien tetap sehat dan semangat... Do'a kami semua buat Mbak Tien....

      Delete
  28. Terimakasih mb. Tien MCYT 14 sdh tayang.salam aduhai selalu, semoga mb.tien sehat selalu.ahai,.

    ReplyDelete
  29. Matur nuwun mbak Tien-ku, mcyt14 sudah tayang.
    Saya kira Suni segera ketemu Gunawan di rumah sakit, eee...malah gak jelas kemana, dimana. Yang tahu cuma sang dalang tentunya.
    Mobil baru segera dikirim ya, asyik bisa ikut nebeng jalan jalan.
    Salam sehat mbak Tien Kumalasari, dari sragentina selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  30. Suni hilang?Jangan-jangan ketemu sama wanita yang dulu mau menjerumuskan dirinya...salam aduhai bu Tien sehat selalu..aamiin

    ReplyDelete
  31. Makasih Bunda untuk MCYT 14, Sehat selalu dan tetap semangat dalam berkarya.Sukses buat Bunda.
    Met malam dan met istirahat.
    SALAM ADUHAI....

    ReplyDelete
  32. Waduh Suni hilang kemana ya??? Matur suwun Eps 14 sdh tayang salam sehat selalu Bu Tien...tambah ADUHAI ini ceritanya..😂😂😂

    ReplyDelete
  33. Alhamdulilah MCYT 14 sudah hadir.
    Suni kemanakah kau sudah mau ketemu Gunawan di Rumah Sakit kok malah menghilang. Semoga Suni tdk diculik atau diajak orang jahat..
    Jadi Yesy jg biar bisa lega. Suni bersama Gunawan semoga bisa membuka kebobrokannya Anto sblm mobil baru dipakai untuk berkencan sama Indri.
    Dan Yesy bisa membuka mata sama suaminya yg ternyata n ternyata pembohong.
    Pak Murti semoga bisa berbicara lagi. lebih kuat sebagai saksi apa yg direncanakan Anto.
    Matur nuwun Bunda Tien. Sehat selalu dan ADUHAI.

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah MCYT 14 sdh hadir, suwun mbak Tin
    Salam sehat sll...aduhai😍

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah
    Terimakasih versungnya bunda Tien
    Semoha bunda selslu sehat
    Salanfsehat fan ADUHAI

    ReplyDelete
  36. Uhuuui MCYT 14 sdh bisa dibaca ... salam ADUHAI.mbak Tien

    ReplyDelete
  37. Suniii....
    Tak ada jawaban. Suni lenyap bagai ditelan bumi.
    Ya ampunnn.... siapa ya yg tega membawa Suni...
    Di culikkah.... lalu siapa yg melakukannya....
    Apakah Anto si buaya darat itu pelakunya....
    Atau Frans si bandot tua yg msh dendam pada Suni...
    Atau bu Susi si mucikari itu pelakunya.....
    Tidak ada yg tahu....
    Beban berat bagi Yessyta...
    Disaat bersamaan hrs memikirkan berbagai permasalahan.
    Kasihan Yessyta, disaat ada yg benar" tulus mencintai tapi Yessyta malah jatuh ke tangan buaya.......
    Berharap agar segera ada titik terang kemana hilangnya suni, juga apa penyebab sakitnya p. Murti
    Bu Tien emang pandai mengaruk hati pembacanya.
    Moga bu Tien sehat sll salam anduhaii dari bojnegoro

    ReplyDelete
  38. Makasiih mbak Tien mcyt14nya...

    Duuuh..ngantuk2 baca dl eh jd melek..krn suni menghilang...kemana kamu suuuuniiii...kasihan bu yessyta...

    Gemreget jg sm anto tuuuh...haduuuh...jd org ga ada perikemanusiaan..dasar wong lg kedanan...mugo2 kesandung gunung...sebeel...

    Maaf mbak Tien..esmosis tingkat tinggi niiii...

    Waah..besok libur lagi yaaa...

    Salam sehat dan aduhaiiii mbak Tien..🙏🥰⚘

    ReplyDelete
  39. Mcyt 14 sdh tayang... Trmksh mb Tien.. bacaan yg sll ditunggu... Eps 14 Suni tiba2 menghilang jgn2 krn melihat p Anto sdg bersama Indri shg berusaha mengikuti? Pasti yg tahu hanya mb Tien persisnya kmn Suni pergi? Sll ditunggu eps selanjutnya🤗

    ReplyDelete
  40. Gemesh gemesh gemesh
    Selalu bikin gemesh aja ulah si Anto, pengennya tuh ya tak pentokin sm pintu biar tobat...

    Eh ini Suni tetiba menghilang, aduh kemana kamu Suni. Masak iya ditarik paksa sm wanita cantik yg dl ngajak keluar dr kerja ditoko, atw dibawa kabur sm sihidung belang ya...

    Bunda Tien emang jagonya mengulik hati pembaca nie,,, sehat2 selalu nggeh bundaQ sayang...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gemees.. gemeees..gemeeeessss
      ADUHAI IBU Wahyu

      Delete
  41. Yah semoga Suni enggak ketangkap barongzai; yang nggak jadi makan angpao malah diminta ganti rugi.. hehh ..ada ada saja, mudah mudahan lihat yu Wiji lalu nyusul, ah enggak seru; melihat Anto saja yang baru bawa gandengan; dan bercita cita punya kenek dua, biar parkirnya lebih safe, kalau ketemu Gunawan; kan lagi nungguin juragan di RS, jadi kemungkinan kecil, ya deh terserah lah ngilang kemana.
    Yesita kan cinta mati, asal sang pangeran masih balik kerumah, dan sudah bekerja dengan baik lhoo, gimana seeh pokoknya merasa sudah pakai pasword sebagai seorang istri udah.. selesai..

    Terimakasih Bu Tien MCYT yang ke empat belas sudah tayang,
    sehat sehat selalu doaku, sejahtera bahagia bersama keluarga tercinta

    ReplyDelete
  42. Kemana ya Suni. Makasih mba Tien . Sehat selalu mba. Salam aduhai

    ReplyDelete
  43. Hmmm...semalam tepar karena obat, baca Suninya pagi.
    Tuh kan..Anto itu sontoloyo bener, gak punya perasaan sama sekali. Semoga Yessyta kuat menghadapi kegilaan Anto.
    Suni, ayo..katakanlah yang kau ketahui sebelum semuanya bertambah parah dan terlambat. Kemana kamu Suni? Ketemu yu Wijikah?
    Mbak Tien memang paling ahli bikin pembacanya kebat-kebit.
    Duuuuh...
    Ditunggu lanjutannya...rasanya pingin ngruwes Anto gemblung !
    Salam kangen dari Semarang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oooh...jangan-jangan Suni ngumpet karena ketemu perempuan cantik mucikarinya dulu itu, atau malah ketemu Frans...hiiii...idiiih sereeem. Kebat-kebit hatiku mbak Tien...

      Delete
    2. Kalau kelap kelip tuh bintang dilangit. Kalau kebat kebit hatinya jeng Iyeng

      Delete
    3. Bener jeng Iyeng, lha kok pada.
      1. Ngilangnya Suni ketemu Gunawan ?gak mungkin lha wong dia lagi di RS nungguin pak Murti.
      2. Ketemu yu Wiji, yen ketemu yu Wiji mestinya tetap di loby sambil menunggu Yessy.
      3. Melihat Susi simucikari....trus ngumpet ke toilet, barang-2 belanjaan ditinggal begitu saja...yang paling menegangkan, jika Suni ditangkap dan dibawa pergi si Frans hidung belang....waduhhh

      Terserah sutradara....Moh berandai-andai takut salah.
      Mengikuti alur cerita bu Tien saja pasti enakeun.......
      Salam aduhai Bu Tien....

      Delete
  44. Lha dalah Suni ngilang...ngikuti siapa ya..ngikuti anto sama Indri terus memfoto mereka hehehhee ngarang dewe ...ngapunten bunda Tien..perlu di buka itu mata batin dan perasaan yessyta biar lebih peka...kok yo gak merasa gitu lho punya suami selingkuh hadeww di tendang saja itu suami dipecat jadi suami gak usah pakai lama, toh ada gunawan hehehehe geemeesss...
    Monggo bunda dilanjut..semakin baper ini gak sabar nunggu lanjutan nya yang ADUHAI
    Semoga Bunda selalu sehat, dan tetap selalu ADUHAI ..

    ReplyDelete
  45. ADUHAI ....
    Salam sehat, mbak Tien.

    ReplyDelete
  46. Pg , mb Tien n pg smua ....wah cerita asyik . Sikere munggah bale kemlinthi . Anto n Indri semoga kena batunya. Yessy kasihan kamu , jd inget Miranti . Gunawan yg baik , Suni yg hrsnya criwis . Km kemana ....semoga pak Murti sehat ya , mb Tien .
    Salam aduhai .....Yuli Semarang

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah .... terima kasih bu tien
    Pagi2 sdh dapat sarapan mcyt 14
    Kemanakah suni menghilang ?
    Dibawa orang yg berniat jahat ataukah ketemu tetangganya dari kampung ?

    Kita tunggu episode berikutnya ..... yg tahu ya bu tien

    Selamat pagi, selamat beraktifitas
    Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan pada kita semuanya

    Salam aduhaaaiiii selalu

    ReplyDelete
  48. Pak Murti tampak terengah engah saat Yessyta selesai mandi Sebelumnya Anto berjalan pelan namun saat itu pak Murti membuka matanya dan melihat Anto. Lalu terdengar suara Anto meskipun seperti berbisik tapi mungkin terdengar jelas apa yang keluar daro mulut Anto.
    Suni memang lebih baik membantu Yessyta menjaga pak Murti di Rumah sakit, meringankan beban Yessyta.
    Salam sehat bahagia. Terima lasih mbak Tien. Aduhai MCYT 14

    ReplyDelete
  49. Suwun Ning Tien.
    Penasaran nunggu episode2 yg tayang..sehat selalu dan Aduhai.dari Surabata

    ReplyDelete
  50. Selamat pagi bu Tien...trm.kasih MCYT 14 ... Makin jd gregetan saja dgn tingkahnya Anto...
    Dan Sunni kemana ya jangan diculik oleh b
    Ibu yg mau menjualnya dulu ... Aduh jangan sampai Suni jatuh lg ke tangan mereka....

    ReplyDelete
  51. Jangan sampai Suni di culik Anto atau orang suruhan Anto atau mucikari yg pernah menjual Suni... Semoga Suni sgr ada yg menyelamatkan... Maturnuwun Bu Tien ceritanya yg semakin menarik dan membuat deg degan pembacanya. Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  52. Semoga Suni tdk diculik
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  53. Assalamualaikum wrwb...sugeng enjang bu Tien...monggo sarapan rumiyin, kaliyan maos MCYT 14, dados tambah kraos lezatos...🤭😊😊😊👍
    Waduuuh Suninya kok hilang, apa dia ketemu yu Marni/Darman? tp knp barang2 bawaannya ditinggal begitu saja. Apa ketemu nyonya cantik/pak Frans, tp knp mau diajak toh dia tau 2 org itu jahat.
    Smg ketemu siapapun, Suni baik2 saja. Tp kasian dg Yessy, klw sampai Suni benar2 hilang. Kayaknya Suni belum mau dipertemukan dgn mas Gun...mungkiiin...
    Hehehe ..smg nti malem ga libur...ga sabar nunggu lanjutannya...
    Salam hangat juga ADUHAI...

    ReplyDelete
  54. Waduh masak suni ditangkep si Mucikari atau si bandot itu mbak Tien..?

    ReplyDelete
  55. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun...
    Mugi2 tansah wilujeng sedoyonipun....

    ReplyDelete
  56. Alhamdulillah ... matur nuwun Mbak Tien ,semoga selalu diparingi sehat Aamiin.
    Tambah penasaran ,tidak bisa ditebak .. semoga happy end .. salam Sehat Aduhhai dari Jatiasih Pondok Gede.

    ReplyDelete
  57. Yahuiii.....MCYT 14 sdh hadir nih.....

    Jangan"Suni hilang krn bertemu dng mucikari dan uang yng sdh diberikannya hasil dr pemberian si bandot tua akan diperhitungkan...... Duhkasian amat nasib si Suni....

    Yessyta sabar yaa... suamimu lg uedan sama Indri temen kantornya....

    Se pandai"menyimpan bangkai yng busuk akhirnya nanti akan tercium jg baunya...

    Salam sehal sll mb Tien.... ADUHAI BANGET......

    ReplyDelete
  58. Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

    Alhamdulillah MCYT 14 hadir, terima kasih bu Tien

    Gemes n Aduhaaii bacanya,,,Anto msh kasmaran dg indri ,,,Suni blm boleh ketemu Gunawan,eh malah hilang ,,,terus jadi bingung yg Baca,,,hehe

    Salam sehat wal'afiat n Aduhaaii bu Tien,,,👍👍👍

    ReplyDelete
  59. Sehat wa afiat dan ADUHAI Mbah put

    ReplyDelete
  60. Matur nuwun MCYT 14 sudah hadir. Saya baca sambil gregeten sama yang namanya Anto. Pak Murti sebaiknya tidak dijenguk Anto, nanti emosi sehingga dapat berakibat buruk. Kasihan Yessyta ditipu suami yang tukang prot, matre, tidak punya hati, ngapusi dan lain lain pokoknya. Semoga nanti Yossyta segera melihat dengan mata dan kepala sendiri bagaimana kelakuan suaminya. aamiin. Suni dimana ya bu Tien..wah jadi deg degan sendiri. salam katur bu Tien semoga sehat selalu dan senantiasa menghasilkan karya yang aduhai

    ReplyDelete
  61. Aduhai. Mbak Tien lama sya ga ikutan nimbrung, smg mbak Tien sll sehat.
    Opa doyo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mulai sekarang harus nimbrung terus ya Opa. ADUHAI

      Delete
  62. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat semangat dan produktip shg MCYT 14 hadir dgn tetap bikin penasaran penggandrungnya.

    Suni hilang mungkin diculik Frans bandot yg gagal menodai kesuciannya, bahkan sangat dendam krn ulah Suni yg mengamuk sampai melukainya saat melindungi diri.
    Anto dan Indri kapan mau kembali sadar menjadi insan yg baik? Haruskah menunggu nasibmu yg mengerikan,karma krn ulahmu sendiri.
    Semoga bpk Murti sehat kembali, Yessyta kuat dlm cobaan hidupnya dan Gunawan tetap jadi orang baik yg siap mendampingi kel Murti..

    Sumonggo kerso ibu Tien lanjutnya... Bikin emosi dan banyak pesan moral yg bagus... Matur nuwun..

    ReplyDelete
  63. Sugeng dalu bu Tien
    Malam ini perlu ditemani
    Apa libur?
    Semoga tetap sehat dan semangat
    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  64. Mksh bunda Tien MCYT 15 udah tayang

    Kemana Suni menghilang yah


    Aduh jd penasaran lg nih,apakah di seret si mucikari atau ketemu yu Wiji

    Hadeeh bgmn nih klnjtannya
    Moga pak Murti segera membaik

    ADUHAI

    ReplyDelete
  65. Maaf telat comennya mba Tien.. Ygpenting mba Tien tetap sehat dan semangat sll berkarya.. Slmseroja dan tetap aduhai unk mba Tienqu.. 🥰🥰🥰

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...