JANGAN BAWA CINTAKU 44
(Tien Kumalasari)
Ika merasa aneh, apakah hanya kebetulan ketika dia memencet nomor lalu bersamaan dengan ponsel si tukang roti berdering? Lalu Ika mematikannya, ponsel si tukang roti pun diam. Lalu berbunyi lagi ketika Ika memencet lagi nomernya.
Bingung tak tahu harus berbuat apa, si tukang roti mengambil ponselnya dan mematikannya.
“Kamu ?” kata Ika hampir memekik.
“Kamu orang iseng yang mengirimkan pesan secara tidak tahu sopan santun? Darimana kamu mendapatkan nomor ponsel aku? Dan apa maksudmu dengan kata-kata tidak pantas yang kamu kirimkan ke ponsel aku? Aku bukan perempuan murahan yang bisa dengan gampang kamu permainkan,” lanjut Ika sengit.
Tiba-tiba si tukang roti mendekati Ika lalu menjatuhkan dirinya, bertumpu pada kedua lututnya, sambil merangkapkan kedua telapak tangannya.
“Ma’afkan aku, aku memang mencintai kamu,” bisiknya sambil masih tetap memakai helm.
Mata Ika berkilat karena kesal. Tukang roti yang baru beberapa kali ketemu, dengan lancang mengaku cinta?
“Darimana kamu mendapatkan nomor kontak aku?” dingin ucapan Ika, karena kurang suka pada sikap si tukang roti.
“Aku sudah lama tahu..”
“Apa maksud kamu ?”
Perlahan si tukang roti membuka helm nya, dan Ika hampir pingsan ketika menatap wajahnya.
“Mas Baskoro ?” katanya dengan bibir bergetar.
“Namaku Baskoro, seorang penjual roti keliling yang jatuh cinta kepada seorang penjual sayur. Kamu tidak usah mendongak terlalu tinggi untuk menerima cinta aku.”
“Ya Tuhan,” Ika berbisik lirih. Matanya mulai mengambangkan air bening. Tak tahu bagaimana perasaannya sa’at itu.
“Bisakah kamu terima cinta aku? Aku tak akan berdiri dan akan tetap begini sampai kamu menjawab perkataan aku.”
Air bening yang mengambang itu perlahan turun, seperti butiran permata meloncat dari sepasang mata indahnya.
“Mengapa kamu melakukannya mas?” suara itu kini diiringi isak perlahan.
“Demi cinta aku, akan aku lakukan apapun. Kamu mengatakan bahwa tak pantas kamu menerima aku, maka aku rela menjadi pedagang roti agar kamu tak merasa rendah diri. Terimalah cinta aku,” kata Baskoro lembut.
Yang terdengar adalah isak Ika perlahan. Baskoro memberanikan diri mengusap air mata itu dengan jemarinya.
“Aku akan mencintai kamu dan Dian. Aku akan membahagiakan kalian. Tak akan aku biarkan lagi air mata duka mengaliri pipimu.”
“Berdirilah mas.”
“Tidak, jawablah ya, atau tidak.”
“Benarkah kamu mencintai si tukang sayur yang kotor dan bau?”
“Kamu bening seperti air dari gunung. Harum seperti selaksa bunga.”
“Ya Tuhan..”
“Jawablah Yanti.”
“Berjanjilah kamu juga akan mencintai Dian seperti anak kandung kamu.”
“Aku bahkan bersumpah untuk melakukannya.”
Air mata Ika semakin deras mengalir.
“Berdirilah mas..”
“Jawab dulu..”
Apa lagi jawab yang pantas dikatakan? Baskoro begitu baik, begitu melindungi dan rela berkorban untuk cintanya. Baskoro juga tampan menawan, dan Ika tak bisa menyembunyikan rasa kagum dan getar jantungnya setiap kali melihat senyumnya.
“Jawab, atau aku tak akan berdiri disini selamanya. Ya, atau tidak.”
Ika mengangguk pelan.
“Jawab dengan kata-kata, bahwa kamu juga mencintai aku.”
“Ya..”
“Ya apa..?”
“Aku menerima cinta kamu,” kata Ika malu-malu, sambil menunduk. Baskoro ingin menari karena bahagia. Ia mengembangkan kedua tangannya, bermaksud memeluk Ika, tapi Ika menggoyang-goyangkan tangannya.
“Maaf, belum boleh ya?” kata Baskoro sambil berdiri.
“Ayo kita jalan-jalan.”
“Apa?”
“Jalan-jalan, seperti sepasang remaja yang sedang jatuh cinta,” kata Baskoro seenaknya.
“Tidak, baru saja ada berita memprihatinkan.”
“Berita apa?”
“mBak Risma dirawat dirumah sakit.”
Baskoro terkejut.
“Sakit apa?”
“Memikirkan kamu. Segera telpon dia lalu pergilah ke Jakarta.”
“Ya Tuhan, ampunilah aku,” kata Baskoro yang kemudian mengambil ponselnya dan menelpon kakaknya.
“Tidak diangkat..”
“Mas Broto saja. mBak Risma mungkin tidak mengaktifkan ponselnya.”
Dan memang benar ketika menelpon Broto kemudian Baskoro bisa berbicara dengannya.
“Jadi ini benar kamu Bas?”
“Benar mas, maaf ya.”
“Keterlaluan kamu Bas, kamu mempermainkan kakak kamu, dan membuatnya benar-benar sakit.”
“Maaf mas, sekarang juga aku mau berangkat ke Jakarta. Katakan pada mbak Risma bahwa aku masih hidup.”
“Sembarangan sih. Ya sudah, kami tunggu.”
Baskoro menutup ponselnya lalu menghela nafas panjang.
“Ya sudah, sayang, aku pamit dulu, mau berangkat ke Jakarta sekarang. Kamu mau ikut?”
Dipanggil sayang membuat Ika salah tingkah.
“Mau nggak?”
“Nggak lah, Dian kan sekolah, aku titip salam saja untuk mbak Risma, semoga segera pulih setelah ketemu adiknya yang nakal ini.”
“Aku memang nakal. Tunggu ya sa’atnya aku bisa lebih nakal lagi buat kamu,” katanya sambil membalikkan tubuh, setelah sebelumnya meninggalkan senyuman dan cium jauh.
Ika benar-benar tertawa melihat ulah Baskoro yang selalu kocak.
“Heii, rotinya bagaimana ?” teriak Ika ketika Baskoro sudah naik keatas motornya.
“Biarin disitu. Jual besok pagi dan sebagian untuk Dian. Bayarnya aku tagih kalau aku sudah pulang dari Jakarta,” teriaknya sambil menstarter motornya dan melaju meninggalkan halaman.
Senyum Ika mengembang. Bahagiakah dia? Iya lah, bohong kalau enggak. Tiba-tiba seorang pengeran berkuda berlutut dihadapannya dan menyatakan cinta.
“Hidupku hanya mengalir, mengikuti kemana akan bermuara. Tapi kali ini tampaknya aku benar-benar jatuh cinta,” gumamnya sambil memungut roti yang masih terserak diatas meja,
Ika juga geleng-geleng kepala, menyadari seorang pengusaha kaya rela berjualan roti keliling, bercapek dan berpanas ria, demi sebuah cinta. Alangkah indahnya.
***
“Heiii… berhenti..!!” teriak Leo yang sudah hampir sampai dirumah Ika, dan melihat si tukang roti lewat.
Tukang roti berbalik, mendekati mobil Leo dan berhenti tepat disamping Leo yang juga memberhentikan mobilnya.
“Kamu buru-buru pergi, rupanya punya rencana datang kemari ketika semua pada pergi hah?”
“Tahu aja kamu. Dengar aku sedang berbahagia, sekaligus sedih.”
“Kenapa?”
“Kapan-kapan aku beritahu, aku sedang buru-buru,” kata Baskoro sambil memutar motornya dan kembali memacunya menjauh.
“Ada apa sih mas?”
“Itu kan penjual roti Cinta,” celetuk Dian.
Leo hanya tertawa, lalu menjalankan mobilnya dan berhenti beberapa puluh meter didepan, persis di pagar rumah Ika.
“Mas nggak turun ?”
“Nggak usah, kamu saja.”
“Terimakasih om,” Dian tak pernah lupa mencium tangan Leo. Dengan lembut Leo mengacak rambut Dian.
“Jangan lupa belanjaan kamu, Dian,” kata Rina mengingatkan.
Rina mengikuti kedua anak yang sudah lebih dulu berjalan masuk. Ketika itu Ika sedang memungut roti yang sebagian terserak di lantai, dimasukkan kedalam sebuah kotak plastik besar. Rina teringat, tadi di tukang roti berbincang sebentar dengan suaminya.
“Roti untuk dijual ya mbak?” tanya Rina.
“Oh, sampai tidak tahu ada bu Rina. Iya, baru saja datang.”
“Roti untuk dagang besok pagi ?”
“Iya, bu Rina.”
“Waah, rotinya banyak,” teriak Dian.
“Dian, coba ambil keresek yang bersih. Kita bawakan untuk Dina beberapa bungkus ya.”
Dian segera berlari ke belakang.
“Aku suka.. aku suka,. “
“Dinaa…” tegur ibunya.
“Nggak apa-apa bu Rina, memang Dian ingin memberi roti ini untuk Dina, sedianya tadi pagi, tapi hari ini datangnya sore.”
“Ini bu, plastiknya. Dina suka coklat kan?” tanya Dian.
“Iya, aku coklat.. yang banyak..”
“Eeh.. kok yang banyak..” tegur Rina.
“Nggak apa-apa bu, biar saja. Ayo Dina, ambil saja. Berapa Dina mau.”
“Dua.. eh.. tiga..”
“Baiklah. Ini.. untuk Dina semua.”
“Terimakasih bu Yanti. Mas Dian aku pulang dulu,” kata Dina setelah mencium tangan Ika dan melambaikan tangannya pada Dian.
***
“Ini kok Dian dapat belanjaan banyak banget..” kata Ika setelah Dian selesai mandi.
“Iya bu, om Leo beli untuk Dina sama Dian.”
“Ini kok ada hem besar? Punya om Leo terbawa oleh kamu nak.”
“Bukan bu, itu om Leo beli untuk diberikan pak tua.”
“Bagus sekali, ini mahal.”
“Iya, Dian sudah mengingatkan, om Leo nekat membelikan.”
“Ini apa.. iih.. baju kotor punya siapa?”
“Ibu, pak tua kemarin tidak datang kesekolah. Tampaknya kemarinnya dia menjual nasi yang Dian berikan, berikut baju yang dipakainya.”
“Apa ? Dijual ?”
“Kebetulan om Leo yang membelinya.”
“Haa? Lalu..”
Nggak tahu bagaimana, om Leo membelinya dari seseorang, mungkin isteri pak tua.”
“Mengapa dijual ya? Apa dia nggak butuh makan? Kasihan sekali.”
“Makanya kemarin dia tidak datang ke sekolah Dian, barangkali dia nggak punya baju bu. Karenanya baju ini Dian bawa pulang, mau Dian cuci. Besok kalau Dian sekolah, baju yang baru ini mau Dian berikan. Semoga saja dia datang.”
Ika mengelus kepala anaknya. Trenyuh mendengar Dian begitu peduli kepada orang lain.
“Baiklah, anak baik, besok ibu bawakan lagi nasi dan minum seperti biasanya. Semoga besok pak tua akan datang ya.”
“Iya bu.”
“Sekarang kamu belajar dulu, baju pak tua akan ibu rendam dulu dengan air sabun, supaya besok kalau dicuci bisa benar-benar bersih.”
“Terimakasih ibu.”
***
Ketika Dian selesai mandi di pagi hari itu, ia mencari ember dimana ibunya merendam pakaian pak tua. Tapi ternyata rendaman itu sudah tidak ada. Ketika ia melongok ke tempat jemuran, dilihatnya baju pak tua sudah dijemur disana. Tampak bersih dan tidak bau. Dian tersenyum. Besok pak tua akan mendapatkan lagi baju lamanya dalam keadaan bersih dan wangi.
Dian bersiap ke sekolah dengan membawa bekalnya sendiri, nasi dan minum jatah pak tua, serta baju baru yang dibelikan Leo kemarin siang.
Dian berangkat setelah mengunci pintu rumah dan menggelar taplak plastik dimeja, di mana ibunya biasa berjualan, agar nanti kalau ibunya datang dari pasar tinggal menata dagangannya dengan rapi.
Hari itu entah mengapa Dian mengayuh sepedanya dengan semangat. Harapannya hanya satu, semoga pak tua akan datang didepan sekolahnya.
***
Tiga pelajaran pada jam-jam awal telah usai. Dentang bel tanda istirahat tiba. Dian seperti terbang mengambil bungkusan nasi dan baju yang akan diberikan pak tua. Ia berdiri ditengah pintu halaman masuk sekolah. Matanya mencari-cari. Sedikit kecewa karena tak melihat lagi pak tua ditempat biasanya.
“Dimana ya rumah pak tua itu? Apakah dia benar-benar tak punya baju sehingga tidak keluar dari rumahnya?” hanya itu yang dipikirkan Dian.
Ia melongok kekanan dan kekiri, bahkan keseberang jalan. Pak tua tetap tak tampak batang hidungnya. Entah mengapa, Dian merasa sangat sedih. Seperti ada yang hilang daripadanya. Suara riuh rendah teman-teman sekolahnya yang asyik bermain, tak tampak ramai. Ia merasa sepi. Lalu dengan langkah gontai Dian kembali memasuki halaman.
Namun tiba-tiba Dian mendengar suara ketukan tongkat dengan irama yang dikenalnya. Dian ingin bersorak karena ketika menoleh kebelakang, dilihatnya pak tua itu datang, hanya dengan celana pendek, tanpa baju. Air mata Dian hampir tumpah. Pak tua benar-benar tak punya baju. Seperti biasa wajah tuanya tak pernah tampak, karena selalu mengenakan caping yang sangat lebar. kecuali jalannya yang tertatih, yang menandakan bahwa dia memang sudah tua. Lalu pak tua duduk dibawah pohon, seperti biasanya.
Dian bergegas menghampiri.
“Pak tua, saya membawakan baju untuk pak tua,” kata Dian sambil membuka bungkusannya. Dian membuang label yang tergantung di leher baju itu, lalu mengulurkannya pada pak tua. Ketika Dian ingin membantu mengenakannya, pak tua itu menggoyang-goyangkan tangannya.
“Biar aku pakai sendiri,” katanya setengah berbisik.
Dian membantu membuka kancing satu persatu, lalu pak tua mengenakan baju itu.
“Nah, sekarang pak tua punya baju. Ini makan dan minum untuk pak tua. Dimakan ya, jangan dijual,” pesan Dian sebelum meninggalkan pak tua.
Pak tua mengangguk dan menahan senyumnya. Diacaknya kepala Dian dengan lembut, dan seperti biasa Dian meggenggam erat tangan pak tua, sebelum kemudian berlari masuk kehalaman.
***
Ketika pulang makan siang itu, Rina terkejut melihat Leo pulang dengan memakai baju biru muda bergaris, yang kemarin diminta Dian untuk diberikan kepada pak tua.
Leo tersenyum melihat Rina menatapnya heran.
“Lihat bu, bapak membeli lagi baju pak tua,” teriak Dina.
Leo mengedipkan sebelah matanya kearah isterinya. Rina kemudian ingat cerita suaminya tentang pak tua yang sebenarnya adalah dirinya.
Tanpa banyak berkata Rina menggandeng Dina masuk kedalam, lalu menyiapkan makan siang untuk suami dan anaknya.
“Jadi kamu tadi kesekolah Dian lagi?” tanya Rina berbisik, ketika Dina sedang mengganti bajunya.
Leo mengangguk sambil duduk di kursi makan.
“Supaya Dian tidak kecewa ketika tidak melihat pak tua, sementara dia sudah membawakan baju baru untuknya.”
“Kapan semua ini berakhir mas?”
“Tenang saja, semua pasti ada ujungnya. Yang penting kita sudah melewati hari-hari yang sulit. Melewati kesalahan dan dosa aku, kesalahan kamu, dan banyak hal yang semuanya harus kita lupakan.”
“Baiklah.”
Keduanya saling tatap, dan berjanji akan menciptakan ketenangan dalam hidup mereka di hari-hari yang akan datang.
***
Dian makan dengan lahap siang itu, sambil berceloteh tentang pak tua yang hadir dengan celana pendek tanpa baju. Ika menutup mulutnya karena heran dan juga merasa kasihan.
“Jadi pak tua itu benar-benar telah menjual bajunya?”
“Iya bu, begitu Dian berikan baju yang tadi, langsung dipakainya.”
“Syukurlah. Itu baju butut yang kemarin kamu bawa, sudah ibu setlika. Besok bisa kamu berikan lagi. Dan ibu juga sudah membelikan lagi hem untuk pak tua, di pasar pagi tadi. Tapi bukan hem mahal yang seperti kamu bawa kemarin.”
“Oh ya bu? Tidak apa-apa bu, pak tua pasti akan menerimanya dengan senang hati.”
“Iya nak. Berbagi itu indah bukan? Bukan hanya yang diberi yang merasa senang, tapi kita yang memberinya juga pasti akan merasa senang dan bahagia lho.”
“Iya ibu..”
Ika sedang membersihkan meja setelah mereka makan, dan Dian sedang mencuci piring bekas, ketika didengarnya seseorang mengetuk pintu.
Dian berlari kedepan, dan terkejut melihat siapa yang datang.
“Om Leo ?”
Bukannya mempersilahkan tamunya duduk, Dian malah berlari ke belakang.
“Ibu.. ibu.. dengar, pak tua menjual baju pemberian Dian itu lagi.”
“Apa? Bagaimana kamu tahu?”
“Ayo bu, lihatlah kedepan.”
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah
ReplyDeleteSelamat mbk Alian.... Juara 1
DeleteSelamat mbak Alian juara 1
DeleteMksh ibu Uti Nani,makasih ibu Wiwik Suharti....salam sehat dari Yk
DeleteAkhirnya Baskoro berterus terang kpd Ika bhw tukang roti cinta adl dirinya.. yg sangat mencintai Ika. Ika juga dg senang menerima pernyataan cinta Baskoro.
DeleteAlhamdulillah JBC 44 dah tayang.
ReplyDeleteTrimakasih b. Tien. Aduhaii
Jbc44 tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC 45 tayang
DeleteYuk kita baca bersama,kita ttp penasaran stlh *oo kamu ketahuan*
Apa pula stlh *jangan ada dusta di antara kita*
Tentunya akan lbh seru dan seru nih
Doaku bunda Tien sehat selalu moga akan ttp rajin bikin kita2 happy dgn baca cerbungnya yg makin ADUHAI dan ADUHAI
Salam manis dan sayang dari Jogja
Kok JBC_45 Jeng Iin? Ndisiki kersa... mikir wae durung apa maneh mulai ngetik...... hahahaha
DeleteWkwkwk kok bs mlengse y kakek hihihi
DeleteKdg2 ndleyo sithek rapopo main kira2 Ben tmbh rame
Baru buka pg mlh jd ngekek
Smlm tuh udah sambal ngantuk2 bgtu lht loh udah bnyk koment
Blum ada persiapan lgsg ngetik aj
Pntg ADUHAI kakek Habi dan bunda Tien juga sehat selalu
Alhamdulilah mulai terbuka suatu kebenaran yg baik terima kasih bu Tien salam sehat dari veni palembang
DeleteAlhamdulilah JBC 44 telah hadir
ReplyDeleteHorre, sudah tayang edisi 44
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien biar cepet pingin tahu nasibnya Baskoro....
ReplyDeleteMatur suwun sampun tayang .
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC 44 dah hadir
DeleteMatr nuwn Bunda Tien
Mugi tansah pinaringan sehat Bunda.Aamiin...
Salam Aduhai dr surabaya
Terimakasih bu Tien, pas ngintip JBC 44 tayang. salam aduhai
ReplyDeleteMaturnuwun JBC sampun tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah yg fitunggu sdh hadir.. thanks bunda Tien.. salam Aduhai..
ReplyDeleteMalaaaammmm...
ReplyDeleteAduhaai .. terimakasih bisa baca JBC sbelum boboo .. salam sehat bahagia mbak Tien
ReplyDeleteSiip
ReplyDeleteNo15 maning commentxa
ReplyDeletesuwun JBV 44 udah terbit
ReplyDeleteTQ
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang maturnuwun mbak tien yang punya aduhay...
ReplyDeleteSalam sehat aduhay....
Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien....yg di tunggu2 akhirnya datang juga.....
ReplyDeleteSalam sehat salam aduhai dari Depok
Alhamdulillah JBC 44 sudah tanyang...alur crita nya makin seru n penasaran mb Tien ...sukses selalu salam aduhaiii
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Hongkong, perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Wuaduh telat lagi.....
DeleteAlhamdulillah.........
Akhirnya.....
Yang ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Bumi Nusakambangan
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas ... Kuota teks sdh habis ya, bu tien.
DeleteSleman, puworejo n boyolali bisa di hapus, dobel.
Trimakasih Bu....
DeleteTerimakasih bu Tien.... JBC_44 sdh tayang....
DeleteSalam Aduhai dari Bandung.
1. Rina teringat, tadi di tukang roti berbincang sebentar dengan suaminya.
Delete# Rina teringat, tadi si tukang roti berbincang sebentar dengan suaminya. #
2. “Ini bu, plastiknya. Dian suka coklat kan?” tanya Dian.
# “Ini bu, plastiknya. Dina suka coklat kan?” tanya Dian. #
Hanya dua bu yang saya dapatkan. Selamat malam selamat beristirahat.
Siiip
ReplyDeleteYaah. Keduluan ..
DeleteNumero Uno....yeeeiiii
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC~44 sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem Bu Tien..
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang 😍
ReplyDeleteSemoga ibu Tien sehat selalu 🤗🥰
BUDIJANTO
ReplyDeleteTrrima kasih bu Tien.. JBC 44 ... Tayang lebih awal... Satu demi.satu akan terurai... Baskoro..leo dan
ReplyDeleteKebahagiaan akan mewarnai kehidupan mereka semua leo rina dina ika dian baskoro risma dan broto...
Selamat malam...
ReplyDeleteSalam sehat dari Kediri 🙏🙏🙏
ADUHAI...🌼🌼🌼
Maturswun bu Tien
ReplyDeleteAduuuuhhhh ....
ReplyDeleteAku mau komen apa yaaaa....
Yang jelas .....
ADUHAI bu Tien .....
Selalu sehat dalam kasih Tuhan ...
Assalamu'alaikum
ReplyDeletewarrahmatullahi
wabarakatuh
Alhamdulillah JBC 44 ,sdh hadir,,penasaran walau Mata ngantuk ,,tetep ingin Tau ,,,akhirnya ika mengiyakan cinta Baskoro
Matur nuwun bu Tien,,Salam Aduhaaii,,Makin penasaran
Heii...!! unknown yg komen di JBC 42 .... komen lagi dong...
ReplyDeleteBarakallah Bu Tien ...
ReplyDeleteSemoga selalu sehat dan bahagia
Tetap setia dengan aduhainya .. walau blm bisa menjadi pembaca yg pertama
ReplyDeleteAlhamdulillah yg ditunggu sdh hadir mksh Bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC 44 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu
Salam Aduhai dari Bekasi
Trm ksh mb Tien jbc 44 sdh tayang..
ReplyDeleteBaskoro sdh membuka penyamarannya dan bhkn sdh dpt kata *ya* dr Ika..
Smg sepulangnya dr Jkt segera menghalalkan Ika .. Leo juga sdh berdamai dg Rina.. tinggal mb Risma menunggu giliran menerima mas Broto sbg teman hidup menghbskan wkt yg msh tersisa...begitu Aduhai mb Tien menata hati pr pctk agak ikut larut dg alur crt... Ditunggu kehadiran nya jbc 45 esok hari. Slm seroja utk mb Tien dan para pctk semua🤗
Salam sehat dari kota Kretek, Kudus.
ReplyDeleteTetep ADUHAI critanya ...,
Alhamdulillah, bacaan sebelum tidur JBC 44 sudah tayang. Bu Tien ini pinter ya buat cerita yang bikin pembaca baper. Baskoro si tukang roti yang akhirnya ketahuan dan berterus terang menunjukkan jati diri dan cintanya, sehingga saya sebagai pembaca seperti muda kembali seakan akan dapat ucapan cinta dari keksih ehm...jadi remeber not not. Kemudian Leoyang datang dengan baju baru yang dibeli untuk pak Tua..wah nakal juga bu Tien kalau buat cerita. Saya yang baca jadi geli lho bu membayangkan Leo datang dengan baju baru dan Dian yang lugu menatap Leo yang dikira beli bajunya pak TUa.Ika tentunya yang cerdas akan dapat mencerna apa yang sebetulnya terjadi. Semoga keterbukaan Leo tidak mengecewakan Dian dan Ika, sehingga semua akan berjalan lancar dan ketenangan dapat tercipta. aamiin. Salam buat bu Tien yang selalu semangat berkarya yang aduhai dan bikin baper yang baca.
ReplyDeleteMatur nuwun mb Tien...🙏🙏🙏
ReplyDeleteSalam ADUHAIIIIII ...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien atas hadirnya JBC 44.
Salam hangat kami dari Yogya.
Alhamdulillah JBC Eps 44 sudah tayang, terima kasih mbak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalM sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Horeee akhirnya Ika menerima isi hati mas Bas yang begitu tulus
ReplyDeleteAkhirnya Baskoro berterus terang kpd Ika bhw si tukang roti cinta adl dirinya demi cintanya kpd Ika. Ika dg senang hati menerima pernyataan cinta Baskoro.
ReplyDeleteMatur nuwun... Mbak Tien ...JBC 44 hadir penuh
ReplyDeletekata2 puitis mesra sekali kata2 bersayap Sang Pujangga Mbak Tien Kumalasari.Jadi baper Semoha mbak Tien sehat jasmani rohani ekonomi selalu berkreasi terbang tinggi. Aduhai
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteKok komen aku hilang lg ya?
ReplyDeleteSalam Aduhai buat bunda Tien sayang🙏😘
JBC 44.
ReplyDeletePenyamaran Baskoro akhirnya berakhir dengan bahagia. Tapi sedih mendengar kakaknya sakit karena ulahnya. Leo sampai kapan menyamar jadi pak tua?
Salam sehat dan salam aduhai .... semoga sehat dan terima kasih mbak Tien.
Alhamdulillah.. aduh senangnya.. terimakasih mbak Tien..🙏🙏
ReplyDeleteMatur nuwun mbak tien-ku, jbc-44nya telah hadir.
ReplyDeleteBaca dulu baru comment.
Sudah terbuka, sudah diterima, sudah cocok tentunya. Mau apa lagi... ya tidak perlu besar-besaran. Cukup sederhana, disaksikan sahabat dan saudara, mengingat masih dalam masa pandemi...he he he.
By the way... cerbung berikutnya apa ya mbak author, mungkin dapat diberi bocoran sedikit.
Salam sehat mbak Tien, dari sragentina selalu ADUHAI.
Alhamdulillah JBC 44 SDH tayang matur suwun Bu Tien. Sepertinya cerita tentang Pak Tua juga akan berakhir dengan lancar...ADUHAI. Dan berita bahagia akan segera datang tentunya dari Jakarta setelah Baskoro ketemu Risma..ADUHAI..ADUHAI..ADUHAI.😊😊😊😊😊😊😊😊
ReplyDeleteAlhamdulillah..... terima kasih bu tien
ReplyDeleteJbc 44 sdh tayang, baskoro sdh menemukan cintanya, leo + rina sdh tidak ada dusta diantara ke2nya
Broto + risma sdh begitu dekat, hanya nunggu hari baik saja ..... apa betul ya (terserah bu tien lah)
Kita tunggu episode berikutnya saja
Semoga bu tien selalu sehat2
Selamat malam . .. selamat beristirahat
Hehehe... lucu juga nya.. pa tua...
ReplyDeleteMudah”an gak cepet tua kacian ade menunggu d dlm perut ingin melihat papa ganteng
Makasih bunda cerbungnya
Salam aduhaaiiii & sehat... kutunggu selanjutnya
Sugeng dalu mb Tien ,maturnuwun ceritanya bagus ..Baskoro sudah menyatakan cintanya n diterima. Semoga Dian n Ika jg tidak mempermasalkan pak tua n menerima Leo sebagai ayah Dian . Dian tdk merasa dibohongi . Top markotop mb Tien ini .
ReplyDeleteSalam Aduhai ...Yuli Semarang
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah rahayu....
Jiaah .....Baskoro kena OTT......
ReplyDeleteApakah masih mau mengelak ?
Bila dua hati sudah terpaut
Jangan harap camar ke laut
Maksud hati jadi tukang roti biar butut
Apa daya kalau dipisah nyawa bisa tercabut
Aduhai ........
🙏🙏
ADUHAI sekali pertemuan antara Baskoro & Ika, hampir mendrewes lho ini bundaa Tien..🤭
ReplyDeletebtw matur nuwun atas hadirnya JBC44..
Sehat selalu njih bun..tetap ADUHAI..🙏
lucuuu
ReplyDeleteAssalamualaikum WrWb...
ReplyDeleteAlhamdulillah, terimakasih bu Tien
Baru selesai baca nih...ditunggu kanjutannya...��
Salam sehat...salam ADUHAI...
dari Lampung Utara
Makasiih mbak Tien...jbc44nyaa...
ReplyDeleteSemua ADUHAIIII....
Baskoro udh buka jati diri..
Pak tua jg akan buka diri didpn ika
Tapiii...
Apakah dian akan mengetahuinya??
Hanya mbak Tien yg tauuu..😊👍
Besok lagiiiii....
Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..🙏🥰
Terimakasih mBak Tien JBC yang ke empat puluh empat sudah tayang.
ReplyDeleteSehat sehat selalu doaku, sejahtera bahagia bersama keluarga tercinta
Makasih Bunda untuk JBC 44, yg selalu ditunggu kita semua.
ReplyDeleteSemoga Bunda selalu sehat wal'afiat tak kurang suatu apa.
Bahagia bersama keluarga tercinta.Salam ADUHAI.....🙏🙏🙏🙏🙏
JBC 44 Hadir ..Alhamdulillah .sehat selalu Aamiin
ReplyDeleteYa sudah, sayang,aku pamit dulu mau brangkat keJakarta sekarang...
ReplyDeleteSo sweet banget.... Baskoro dah berani bilang sayang ke Ika...
Ika wanita yg baik beruntung Baskoro mendapatkannya.
Baik hatinya sopan tutur kata serta perilakunya.
Bahkan ketika Baskoro ingin memeluknya, Ika menghindar meski cinta sudah diterima.
Baskoro berjanji akan membahagiakannya dan Dian anaknya.
Sudah saatnya Ika meraih kebahagiaan.
Leo pun bahagia bila Ika berjodoh dg Baskoro, bahkan Leo sdh sempatn menitipkan Dian pada Baskoro.
Semoga Ika dan Baskoro diberi kelancaran sampai ke pelaminan.
Btw bila lancar jlnnya, sepertinya dah mendekati ending nggih bunda...
Semoga semua menemukan kebahagiaan bersama pasangannya masing".
Begitu juga Broto yg selalu setia mendampingi Risma disaat Risma membutuhkan seseorang yg bisa menguatkannya disaat kehilangan adiknya.
Sekarang sdh tidak ada main rahasia"an
Semua sdh terungkap mulai dari p. tua yg di sekolah Dian
Juga mas ganteng si tukang roti.
Juga kisah cintanya Broto dan Risma yg sempat tertunda, smg segra tiba saatnya....
Sekarang mau dibawa kemana rumah tangga Leo - Rina...
Tentunya ndak akan kemana krn leo sdh tdk mengejar Ika lagi, Leo sdh bahagia karena Baskoro tahu bahwa Dian adalah anaknya....
Slamat malam bunda Tien...
Smg bunda sehat selalu.
Salam aduhaii dari Bojonegoro
Suwit suwiit mbak Wik
DeleteMmmmmmmmmm.....
DeleteMb Wik romantis banget....
Aduhai.......
Mmmmmmmmmm.....
DeleteMb Wik romantis banget....
Aduhai.......
Suwit.. jeng Wiwik dan jeng Laksmie, ADUHAI
DeleteSelamat malam mb.Tien, terimakasih JBC 44sdh hadir.aduhai semaki seru saja.
ReplyDeleteSemoga mbak Tien tetap sehat, dapat melayani dg karya2nya. Salam aduhai. . .
AlhamdulillahJBC 44 sdh datang. Suwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dan semangat sll nggih mbak Tien.
Salam a d u h a i sll 😙😙
Salam ADUHAI ibu Umi
DeleteUuuuhuiii...cinta situkang roti sdh di terima si cantik penjual sayur..duuh ikut bahagia jeng Ika semoga lancar semuanya sampai ke pelaminan...Si Leo datang pakai baku biru nya pak tua? Waah...kejutan apalagi ini bunda Tien..bikin baper dan penasaran ...kami serahkan kembali ke bunda Tien yang begitu piawai merangkai kalimat demi kalimat sehingga menjadi alur cerita yang apik dan tentu saja nganen i...pingin tiap hari baca kisah selanjutnya dengan tidak sabar hehehe...terima kasih bunda Tien JBC 44 sdh hadir dengan maniss...salam sehat selalu dari bumi Arema Malang dan tetap selalu ADUHAI
ReplyDeleteUhuiii.. ADUHAI Lina
DeleteKok kayaknya udh mau berakhir nih mb. Tien? Jangan ah, bikin Dian dan Dina dewasa serta adiknya dina lahir ya
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien ... JBC 44 sdh tayang ... makin asyiik aja ceritanya ... Salam sehat & Aduhai selalu ...
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien JBC 44 sdh tayang,
ReplyDeleteSehat selalu bunda Tien... Salam aduhaiiii
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulilah ..JBC 44 sudah ada
ReplyDeleteMatur nuwun sanget....pesam moral yang sangat bagus tentang kepedulian kepada orang yang susah....
Mugi Ibu tansah sehat
Salam aduhai..Tangsel
ADUHAI dan sehat, ibu Moedjiati
DeleteJBC 44 sdh hadir..... smg Ika dan Baskoro menemukan cinta sejatinya smp akhir hayatnya..
ReplyDeleteSmg mb Tien sehat sll...
Salam aduhay..... Met malam 🙏
Salam terindah kagem Bu Tien,sehat selalu🙏🙏💐❤
ReplyDeleteSalam paling ADUHAI buat Ari
DeleteSemoga semua berakhir dg kebahagiaan. Makasih mba Tien. Salam Aduhai mba
ReplyDeleteADUHAI jeng Sul
DeleteCeritanya bagus banget... ditunggu edisi 75 besok pagi, sebrlum sahur baca dulu.. salam sehat dari tebing tinggi
ReplyDeleteLompatnya jauh nian bang dari 44 lgsg 75🤣🤣🤣
DeleteNamanya lompat jauh, ADUHAI jeng Maimun
DeleteSalam lompat yang ADUHAI pak Djoko..
DeleteSlmt pgii dan makasih mba tien jbc ke 44..aduuh jgn tamat dlu y mba.. Lgiseru2 nya jdi msh penasaran. Slmseroja dan aduhai dari farida sukabumi🥰🥰
ReplyDeleteMau berapa lagi.. hayoo..
DeleteADUHAI dong Farida
Duhh Dian...baik bangett sihh...🤗
ReplyDeleteSemoga happy ending semuanya😉
Utk bu Tien...semoga sll sehaat😘
Sehat dan ADUHAI Ritawati
DeleteCerita yang tidak muluk...tapi berkelas karena disajikan dalam situasi keseharian, wajar...logis...ada pesan moral...ada pendidikan adab santun ...dan yang sangat penting dalam alur cerita tidak lepas dari pengakuan keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa Alloh SWT. Ada kelebihan yang lain daripenulisnya Mbak Tien Kumalasari dari dialog komunikasi para pemerannya pembaca bisa tahu pribadi dan watak tokohnya...tingkat kecerdasan nya....
ReplyDeleteSalam aduhai bu tien....tambAh seru ceritanya tp kamyaknya jg udah mendekati ending ini...semoga aja ada çrita seseon ke 2 nya yuhuuù
ReplyDeleteAlhamdulillah jbc 44 tayang
ReplyDeleteSalam aduhai
Hongkong
ADUHAI Hongkong.. maukah sertakan nama?
DeleteDian dan Dina anak yg polos, lucu, pintar, tdk egois dan senang berbagi untuk kepentingan orang lain. Itu semua hasil pendidikan, pengajaran orang tuanya masing masing. Semoga menjadi anak anak yg sholih dan sholihah. Aamiin. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya tdk terasa sdh episode 44 mengalir begitu indah dan enak diikuti. Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin serta karyanya menjadi amal ibadah yg berpahala. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAamiin dan ADUHAI, pak Mashudi
DeleteAduhai...aduhai ceritanya
ReplyDeleteDibuat geli oleh ulah LEO dan Baskoro
He..he..he
Smg bu Tin sll sehat dan bikin cerita lagi yg menghibur
ADUHAI Herlin
DeleteNampaknya ini akhir dari perjalanan pak Tua, sanggupkah Ika menerima kenyataan melihat Leo membuka tabir pak tua?
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Met malam mbak tien. Terima kasih sdh dihibur dgn cerbung bermutu, ttg kehidupan sehari hari, tanpa ada pamer kemewahan. Semoga mbak Tien sehat² selalu. Amin.
ReplyDeleteJempooolll.. 👍👍👍
ReplyDeletemantab..,sambil nunggu JBC45..salam aduhai
ReplyDeleteBlm muncul juga JBC 45🤲🤲
ReplyDeleteMbak Tien maunya puanjaaang.. Xiixiibgmn sutradara aja.. Ygpenting semuanya bahagia dan lanjutannya nanti Dian dan Dina dewasa punya pasangan yg baik.. Eeeetpi gmn dutradara yg lbh tahu.. Pokoknyapenonton akan sll mengikuti alur cerita cerbungnya.. Matursuwun loh mba Tien.. Sugeng dalu.., 🥰🥰
ReplyDeleteDah setengah sepuluh mlm.. Ngintipterus blm muncul jbc25😀😀
ReplyDeleteNunggu JBC 45 , rasanya mau tidur kok belum sreg kalo blm baca JBC.
ReplyDeleteSabar menunggu Bunda🤩🤩🤩🤩