JANGAN BAWA CINTAKU 43
(Tien Kumalasari)
“Iih.. mas Diaaan.. jangan dibuka-buka lagiii… bauuu…” teriak Dina sambil menutup mulut dan hidungnya.
“Ada apa sih, kok ribut?” Rina menoleh kebelakang, belum tahu apa yang diributkan.
“Ini bu, ada baju bauuuu..” Dina masih berteriak.
“Baju apa sih mas?” Rina menatap suaminya yang masih saja menyetir tanpa mengatakan sesuatu.
Leo bingung antara harus berterus terang atau berbohong lagi. Tapi bohong yang bagaimana yang bisa dia katakan sekarang? Apalagi ketika mendengar Dian berteriak mengatakan bahwa dia mengenali baju itu.
“Aku tidak bohong, ini baju pak tua,” Dian mengulangnya.
“Pak Tua siapa sih Dian ?” tanya Rina penasaran.
“Itu bu.. pak tua yang setiap hari Dian bawakan makanan.”
“Kok bajunya bisa sampai didalam mobil kamu mas? Kamu selain membeli nasi bungkusnya juga membeli baju bututnya?”
Dan Leo seperti menemukan jawaban yang tepat untuk penemuan yang menghebohkan itu.
“Yaah, aku hanya kasihan saja.”
“Jadi karena kasihan, mas membeli baju bututnya sama makanannya? Berapa mas bayar untuk semua itu?”
“Tidak usah menanyakan berapanya. Sudahlah.”
“Jadi bapak membeli baju bau ini ya pak?” tanya Dina yang mendengar apa yang dikatakan bapaknya.
“O, pantaslah kemarin pak tua tidak ada didepan sekolah Dian. Apa karena tidak punya baju lagi?” tanya Dian penuh iba.
“Ya, mungkin juga.”
“Dimana ya rumah pak tua itu? Kalau saya tahu, akan saya beri dia baju yang baru. Ibu pasti mau membelikannya,” kata Dian lagi.
“Aneh ..” gumam Rina.
“Sudahlah, jangan diributkan lagi.”
“Baju itu harus dibuang saja, bauu sih..” teriak Dina.
“Jangan dibuang, biar nanti aku bawa pulang lalu aku cuci. Besok kalau ketemu pak tua akan aku berikan lagi baju ini. Aku juga akan minta agar ibu membelikan baju yang baru untuk pak tua.”
Leo hampir menitikkan air mata mendengar ucapan Dian. Alangkah mulia hati si kecil ini. Begitu peduli pada orang yang tak punya. Leo harus berterimakasih pada Ika, yang telah mendidik anaknya dengan pelajaran yang sangat indah.
“Sangat aneh ya, pengemis menjual baju dan nasinya. Apa uangnya akan dibelikan makanan yang murah? Sehingga dia punya sisa uang untuk keperluan lainnya?” kata Rina yang tak bisa membayangkan kejadian itu.
“Sudahlah, jangan lagi bicara tentang baju itu.”
“Mas Dian, ikat kereseknya dengan erat-erat, supaya baunya nggak tersebar keluar,” kata Dina.
“Iih, Dina nggak boleh begitu. Kita harus mengasihani semua orang yang tak punya. Jangan mentang-mentang bajunya bau lalu kamu memperlihatkan rasa jijik begitu.”
“Tapi benar bau kan?”
“Nggak bau-bau amat. Hanya memang tidak wangi seperti baju kamu,” kata Dian sambil mengikat bungkusan itu lebih erat.
Leo kembali menangkap sebuah pelajaran indah dari apa yang diucapkan Dian. Lalu terbersit dalam pikirannya, bahwa nanti dia akan mengatakan semuanya kepada Rina. Sungguh menyiksa menyimpan kebohongan. Kalau ketahuan bukan saja dia akan merasa bingung, tapi juga malu.
***
Leo mengajak Rina dan anak-anak belanja. Belanja untuk keperluan dapur Rina, dan apa yang diinginkan Dina. Walaupun Dian tak mau meminta apapun, tapi Leo dan Rina memaksanya untuk membelikan. Ada baju dan mainan.
“Om, bagaimana kalau baju Dian yang om belikan itu ditukar dengan baju untuk pak tua saja?” tiba-tiba kata Dian. Leo terbelalak. Rina juga kemudian menatap Dian tak berkedip.
“Dian, begini saja. Baju ini tetap untuk Dian, sedangkan untuk pak tua ayo kita pilihkan lagi mana yang bagus,” kata Leo sambil menarik tangan Dian, agar memilih baju untuk pak tua.
“Ayo, yang mana.. Dian dong yang memilih..” kata Leo ketika mereka sampai di counter baju-baju pria dewasa.
“Ini bagus, tapi mahal. Nggak usah yang mahal-mahal om, pak tua itu kan orang yang sederhana. Jadi dengan baju sederhana saja dia pasti juga sudah senang.”
“Tidak apa-apa, biar pak tua senang karena kamu yang memilihkannya. Ini kah? Yang biru muda, garis-garis biru tua?”
Dian mengangguk ragu-ragu.
“Iya bukan?” kata Leo tertawa melihat keraguan dimata Dian.
“Kalau om suka.. terserah om saja.”
“Bagus, anak baik, ayo kita bawa baju ini ke kasir,” kata Leo sambil menarik lengan Dian, diajaknya ke kasir, sekalian membayar semua belanjaan.
“Mas, nanti kalau dijual lagi sama pak tua, bagaimana ?” Rina berbisik ditelinga suaminya.
“Biarkan saja. Barang sudah kita berikan, jadi mau dijual atau dibuang terserah dia,” kata Leo sambil membayarnya.
***
Siang itu mereka makan dengan riang. Dian merasa sedang berada diantara keluarga yang utuh seperti lainnya. Ada bapak, ada ibu, ada adik. Alangkah bahagianya seandainya itu benar-benar terjadi. Dan ternyata itulah impian Dian yang lama dipendamnya, dan tak berani diungkapkannya secara gamblang kepada ibunya. Diam-diam juga, Dian tahu bahwa ibunya memendam sesuatu yang disimpannya rapat-rapat, dan sesuatu itu adalah hal yang menyedihkan.
“Hayo.. Dian, makan nggak boleh sambil melamun,” tegur Rina.
Dian memeletkan lidahnya, lalu melanjutkan menyendok makanannya.
“Nanti kita akan memesan lauk untuk kamu bawa pulang ya, jadi bukan hanya kita yang makan enak siang ini,” lanjut Rina.
Dian hanya mengangguk.
“Aku kok ya nggak kepikiran mengajak ibu kamu ya Dian, habisnya tadi Dina pengin cepat-cepat pergi saja.”
“Besok lain kali kita ajak saja dia,” sambung Leo.
“Ibu nggak akan suka pergi-pergi,” kata Dian.
“Siapa tahu lain kali dia mau,” kata Rina.
Acara makan siang itu masih dilanjutkan untuk jalan-jalan, entah kemana. Tampaknya Leo belum puas menikmati kebersamaannya bersama Dian.
“Bapak.. setelah ini kita ke taman ya,” rengek Dina.
“Apa kamu belum capek nak?” tanya Rina.
“Belum, Dina masih ingin main disana.”
“Baiklah, sekarang kita ke taman ya.”
“Horeee..” Dina bersorak sambil menggandeng tangan Dian untuk lebih dulu naik keatas mobil.
***
Kedua anak asyik bermain, tapi Leo memilih duduk disebuah bangku, karena melihat Rina tampak letih.
“Kamu capek?”
“Tidak mas, senang melihat anak-anak begitu gembira.”
“Baiklah, kita duduk-duduk saja disini ya, udara sore sangat nyaman.”
Tiba-tiba Leo melihat sesuatu. Tukang roti yang dikenalnya melintas.
“Rotiiii !!” teriak Leo.
“Iih, mas.. belum kenyang juga ya, masih ingin roti?”
Tapi Leo tidak menjawab. Dia berdiri lalu mendekati si tukang roti yang sudah berhenti, lalu dengan tangannya, Leo menyuruh agar si tukang roti berhenti di pinggir jalan saja.
“Masih jualan roti juga?” sapa Leo.
“Biarkan saja dulu.”
“Belum berani berterus terang sama dia?”
Tukang roti itu menggeleng.
“Aku mau curhat nih,” kata Leo sambil duduk diatas batu besar yang kebetulan ada di pinggir jalan itu.
“Curhat apaan? Aku lihat kalian tampak gembira, dan bahagia. Sudah dapat jawaban dari isteri kamu tentang siapa yang memfitnah Yanti?”
“Mengapa kamu tak mau bilang saja bahwa itu kelakuan Rina?”
“Kamu harus tahu sendiri. Aku bukan tukang adu domba.”
“Dia sudah ketemu Ika dan meminta ma’af. Itu sebabnya aku bisa dengan nyaman mengajak dia jalan-jalan bersama anak-anak.”
“Berarti kisah pak tua akan berakhir?”
“Itulah Bas. Kisah pak tua masih menjadi misteri bagi isteri aku. Dulu caping lebar itu ketahuan oleh Dina ketika melihatnya ada didalam mobil. Lalu baju bekas dipakai pak tua, tadi ditemukan Dina pula, aku bingung mau jawab apa. Memang aku teledor, lupa membuangnya.”
“Hahaa… itu ada lagunya, o..o.. kamu ketahuan…” kata tukang roti sambil berdendang, lalu tertawa terbahak.
“Jangan gila kamu. Orang bingung malah diketawain.”
“Begitu ketahuan kan kamu harus siap jawaban. Kamu jawab apa?”
“Kebetulan kemarin Rina membawa bungkusan nasi yang biasanya diberikan Dian untuk pak tua. Karena pak tua tidak ada, bungkusan itu dibawanya pulang. Nah, ketika itu Rina kebetulan ada disana, sementara kemarinnya tuh aku sudah ketahuan membawa bungkusan serupa dari Dian yang belum sempat aku makan. Rina pasti bertanya kan waktu itu, nah aku jawab itu aku beli dari orang jualan. Kok keesokan harinya dia tahu itu dari Ika yang membekali anaknya untuk pak tua. Bingung kan.”
“Benar, kalau itu benar-benar bikin bingung. Ribet, ketahuan demi ketahuan, duuh.. ya sudah aku pergi dulu,” kata si tukang roti.
“Eeit.. disuruh dengar curhat aku malah mau kabur, gimana sih?”
“Baiklah, lalu apa jawabmu?”
“Aku bilang saja nggak tahu. Lalu Rina punya kesimpulan yang membuat aku hampir tertawa. Mungkin pak tua itu memberikan nasinya kepada isterinya, lalu oleh isterinya dijual sama kamu.”
Baskoro benar-benar ngakak.
“Nah, ketika Dina menemukan baju butut itu, aku nggak usah menjawabnya, Rina sudah mengambil kesimpulan sendiri. Jadi isteri pak tua itu bukan hanya menjual nasi bungkusnya, tapi juga menjual baju suaminya?”
Ketawa Baskoro belum habis juga.
“Sekarang ini aku merasa tertekan. Kebohongan ini sangat membuat aku tersiksa juga.”
“Kalau begitu kamu harus berterus terang. Memang kebohongan itu amat menyiksa.”
“Berterus terang ya?”
“Iya. Kalau kamu tak ingin menimpali kebohongan demi kebohongan yang akhirnya juga akan terkuak,” kata Baskoro si tukang roti sambil naik keatas kendaraannya.
“Oh ya, masih ada sisa empat roti, nih, “ katanya sambil meraih roti di keranjang dan dimasukkan kedalam keresek.
“Kenapa buru-buru sih?”
“Mau tahu aja urusan anak muda,” kata Baskoro sambil menstater sepeda motornya, dan berlalu.
Leo membawa keresek itu dan kembali ke bangku di mana isterinya masih duduk, menatapnya dengan heran.
“Mas kok kelihatan kenal sekali sih sama penjual roti itu?”
“Iya, dia biasa berjualan di kantor, rotinya enak. Nih,” kata Leo sambil memberikan keresek itu. Nah kan, kok jadi dia bohong lagi.
“Ini seperti roti yang ada didalam keresek yang kamu beli dari isteri pak tua itu lho mas. Memang enak sih.”
“Ya namanya orang jualan, dimana-mana juga ada,” kata Leo sambil duduk disamping isterinya.
“Rin, aku akan mengatakan sesuatu.”
“Apa tuh ?”
“Tapi kamu nggak boleh kesal, nggak boleh marah.”
“Kelihatannya serius.”
“Sangat serius. Ini sebuah kebohongan. Mirip cerita di buku anak-anak.”
Rina menatap suaminya tak berkedip.
“Tentang apa nih?”
“Tentang pak tua..”
“Pak tua yang setiap hari diberi makan oleh mbak Yanti melalui Dian?”
Leo mengangguk.
“Gimana cerita pak tua itu, kelihatannya heboh..”
“Sangat heboh, karena pak tua itu adalah aku.”
Rina membulatkan matanya. Menatap suaminya yang mengucapkannya dengan sungguh-sungguh,
“Memang benar, setiap saat istirahat sekolah aku berada didepan sekolah Dian dengan memakai baju lusuh dan caping lebar. Lalu karena kasihan maka setiap hari Dian memberikan aku makan dan minum. Tadinya aku hanya menatapnya saja dari kejauhan, dan awalnya Dian memang tak melakukan apa-apa. Tapi besok harinya dia memberikan bekal makannya untuk aku. Dan hari-hari selanjutnya dia minta kepada ibunya untuk memberi makan pak tua setiap hari.”
“Mas Leo..?” Rina masih terbelalak.
“Maafkan aku Rina. Ketika kamu segan saat Dina mengajak kamu kerumah Dian, aku sangat rindu melihat anakku. Kamu sudah tahu kan dia memang anakku..?”
“Ya Tuhan, lalu kamu melakukan hal yang sangat dramatis itu?”
“Maaf Rina, aku tidak berterus terang sama kamu. Tapi mulai sekarang semua kebohongan itu aku harus menghapusnya. Jangan ada dusta diantara kita.”
Rina tersenyum, teringat sebaris syair dalam sebuah lagu.
“Masih ada lagi sebuah rahasia,” lanjut Leo.
“Apa tuh?”
“Tapi belum sa’atnya aku katakan sama kamu.”
“Katanya jangan ada dusta diantara kita.”
“Itu bukan diantara kita. Itu tentang orang lain.”
***
Hari sudah sore. Ika sudah selesai bersih-bersih rumah dan mandi. Ia duduk di teras, menunggu kedatangan Dian.
“Sudah sore kok belum pulang sih. Kemana saja mereka?”
Ika berkali-kali melongok kejalan, tapi belum ada tanda-tanda ada mobil berhenti disana. Ika ingin menelpon Rina, tapi merasa kurang enak.
“Nanti aku dikira nggak percaya sama mereka. Tapi kan sudah saatnya Dian mandi lalu belajar,” gumam Ika sambil berdiri, karena mendengar ponselnya berdering. Tumben Broto menelpon.
“Hallo..”
“mBak Ika ya?
“Iya, mas Broto? Tumben mas, ada apa?”
“Cuma mau memberi kabar, bahwa Risma saat ini ada dirumah sakit.”
“Apa ? mBak Risma sakit? Sakit apa?” kata Ika terkejut.
“Mungkin karena terlalu memikirkan Baskoro. Dia sudah berusaha sekuat tenaga dan semampunya, tapi belum juga berhasil.”
“Kasihan sekali mas, kapan mbak Risma masuk rumah sakit?”
“Baru siang tadi. Sehabis makan siang, dia bilang pusing, lalu pingsan. Aku melarikannya ke rumah sakit.”
“Kata dokter, penyakitnya apa?”
“Tidak ditemukan adanya penyakit tertentu. Dugaan sementara adalah karena stress. Kasihan aku melihat wajahnya pucat dan tak bersemangat.”
“Aduh, bagaimana ya mas, kalau dekat, aku pasti akan menjenguknya dan menghiburnya. Tapi ini di Jakarta, aku bingung.”
“Tidak apa-apa mbak Ika, aku hanya mengabari saja. Barangkali Baskoro menghubungi mbak Ika, tolong katakan berita ini.”
“Iya mas, pasti. Dan aku hanya bisa berdo’a agar mbak Risma segera pulih.”
“Terimakasih mbak Ika.”
Ketika menutup ponselnya, Ika merasa sedih. Ikut sedih karena seorang kakak kehilangan adiknya selama berbulan-bulan, tak jelas dimana keberadaannya.
Tiba-tiba Ika teringat pengirim pesan yang sangat misterius itu. Dugaannya, dia adalah Baskoro. Tapi benarkah Baskoro? Ika ingin menghubunginya, tapi ragu-ragu. Bagaimana kalau bukan?
“Ah, biar saja salah, siapa tahu benar,” gumam Ika.
Lalu ia meraih ponselnya lagi, membuka nomor tak jelas yang membuatnya kesal. Ia sudah mau menuliskan sebuah pesan, atau menelponnya saja, ketika tiba-tiba sebuah sepeda motor masuk.
Ika terbelalak. Si tukang roti? Mengapa sore hari baru datang? Ika berdiri menyambutnya di teras.
“Maaf mbak Ika, tadi pagi tidak mengirim roti kemari, karena kehabisan di jalan,” katanya sambil turun dari atas sepeda motornya.
“Oh, kehabisan ya? Pagi-pagi sudah habis?
“Iya. Ada ibu-ibu yang memborong hampir semua roti dagangan saya, sehingga tinggal beberapa bungkus saja. Jadi saya tidak kemari.”
“Nggak apa-apa kok mas. Tadi juga banyak ibu-ibu menanyakan, dan anak saya juga pesan, katanya mau diberikan temannya, tapi tidak apa-apa, besok saja kalau masih ada.”
“Ini saya membawakan yang baru mbak, masih hangat.”
“Masih hangat?”
“Iya, baru keluar dari oven dan langsung dibungkus, saya membawanya kemari, supaya besok tidak kehabisan.”
“Oh, baiklah.”
“mBak Ika mau berapa bungkus?” tanyanya tanpa membuka helmnya.
“Limapuluh juga nggak apa-apa mas, tolong taruh di meja situ saja ya, Saya ambilkan uangnya,” kata Ika sambil beranjak ke belakang untuk mengambil uang.
Tukang roti itu masih menghitung dan menata roti di meja yang ditunjuk Ika. Limapuluh bukan jumlah sedikit, jadi agak lama tukang roti itu menghitungnya.
“Saya mau menelpon teman saya dulu mas, ada yang penting. Silahkan semuanya di taruh di meja saja.”
Ika duduk di kursi lain, agak jauh dari meja di mana tukang roti itu menata rotinya. Ika menghubungi nomor telpon yang diharapkan ada hubungannya dengan Baskoro. Dengan ragu ia memencet nomor tersebut.
Tapi alangkah terkejutnya ketika ponsel tukang roti yang ada didalam sakunya itu berdering.
Dua-duanya saling pandang dengan terkejut.
***
Besok lagi ya
Asyik
ReplyDeleteJuara 1 Jeng dokter.... Selamat ya
DeleteSelamat Bu fokter syantikkkk
DeleteJuara 1 Senin, 3 Mei 2021
Horeee..Jbc 43. Maturnuwun mbak Tien
DeleteYang barengan 22.00, adalah:
Delete1. dr. Dewiyana
2. Kakek Habi
3. Iyeng Santoso
4. Triniel
5. Uti Nani
6. Wiwiek Suharti
7. Werdi Kaboel
8. Laksmie
9. Budijanto
10. Atiek
Ada 10 0rang pembalap yang masuk finish nyaris bareng beda" tipis.
Disusul 22.01
1. By. Aliran T
2. Sis Hakim
3. Arinto Temanggung
4. Muhajir Hadi
5. Sriati
6.
Waduh cerita makin heboh. Leo sudah berterys terang kpd Rina bhw tokoh Pak Tua adl dirinya. Nah skrg giliran Baskoro bakal ketahuan bhw si tukang roti cibta adl Baskoro sendiri.
Delete
ReplyDelete_"Bauuu..”_
_“Apa sih?” Rina menoleh kebelakang, sementara Leo bungkam. Aduuh, mengapa lupa membuangnya?_
_“Ini seperti pakaian pak tua,” Dian berteriak. (JBC_42)_
Alhamdulillah....
JBC_43 sdh tayang..
Selamat malam bu Tien, terimakasih.
Salam Aduhai.
Horeee..Jbc 43. Maturnuwun mbak Tien
ReplyDeleteMatur nuwun mbk Tien
ReplyDeleteTrimakaaih JBC 43 dah tayang.
ReplyDeleteAduhaii
JBC 43 hadir tuk kt semua ,terimakasih bunda Tien ,salam aduhai dr Jakarta
ReplyDeleteAkhirnya
ReplyDeleteSelamat tayang JBC-43 Bu Tien.
ReplyDeletealhamdulilah
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien...JBC 43 sdh hadir...salam sehat
ReplyDeleteAlhamdulilah yg di tunggu uda tayang (43) veni palembang
DeleteAkhirnya tayang juga JBC 43 suwun sugeng dalu, salam aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteMatur suwun
ReplyDeleteAlhamdulillah jbc 43 tayang siiiip
ReplyDeleteSelamat malam...
ReplyDeleteTelat..telat lagi hik..hik..
Salam kejora..salam Aduhaiiii
Bunda Tien..
Alhamdulila bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulilah JBC 43 sudah tayang..
ReplyDeleteMatur nuwun Ibu Tien..mugi tansah sehat..
Salam aduhai dari Tangsel
Aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah ... matur nuwun Mbak Tien,penasarannya biar tdk terbawa mimpi Aduhai ... Sehat selalu nggih😘
ReplyDeleteSuwun mbTien...JBC 43 sudah tayang asyik n makin seru...bikin penasaran...salam aduhai
ReplyDeleteMakasih Mbak Tien
ReplyDeletemksh
ReplyDeletesalam sehat dari Batang
Alahmdulillah....aduahai yg ditunggu dateng jg,siap2 baper penuh cinta😘😘😘😘Terimakasih Bunda Tien sehat sll,semangat...❤️❤️❤️
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang JBC43 mb Tien .... smg sehat sll
ReplyDeleteSalam aduhai...
Aduuhh berdebar hatiku pasti Baskoro jg berdebar krn ketahuan yng krm pesan adalah ms Babas horeee....
DeleteTrima kasih...
ReplyDeleteSeneng banget udah tayang nie 😍
ReplyDeleteTerima kasih ibu Tien 🥰🙏
Selamat malam....
ReplyDeleteGk ikut balapan...sg penting hadir hehe.. salam sehat dan penuh semangat mb Tien... ADUHAI selalu dari Kediri 🌼🌼🌼
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Hongkong, perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Matur nuwun Ibu Tien
DeleteWhuuaaaaa Aduhaaaao haii haiii haiiii ...
DeleteOo.oo kamu ketahuan tukang roti sama Ika ternyata nomor telepon yg mengirim pesan adalah tukang roti...he..he. Ayo Baskoro segera kamu terus terang pada Ika mumpung ada kesempatan...kita tunggu lanjutannya Bu Tien...Salam ADUHAI... Ini sepertinya sdh dekat berakhirnya cerbung JBC semoga Bu Tie tetap sehat dan tetap berkarya terus..🙏🙏👍👍
DeleteBaiklah mas Indriyanto.
DeleteADUHAI
Alhamdulilah JBC 43 sudah terbit..
ReplyDelete.tukang roti ketemu tukang sayur...selanjutnya..Ibu Tien yang sudah punya petanya...kita tunggu...agar semua meraih mimpinya
Matur nuwun bu Tien..mugi tansah sehat
Salam aduhai dari Tangsel
Salam sehat njih ADUHAI ibu Moedjiati
DeleteAduhai banget saat telepon berdering keduanya saling berpandangan. Oo kamu ketauan, jualan roti, taunya nyamar
ReplyDeleteJeng dokter memang ADUHAI
DeleteSalam ADUHAIIIIII ...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien atas hadirnya JBC 43.
Salam hangat kami dari Yogya.
ADUHAI mas Yowa
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMaturnuwun b. Tien.
Salam aduhai....
Terima kasih mbak Tien. Semakin seru ini.
ReplyDeleteADUHAI dan seru jeng Dewi
DeleteHa ha ha
ReplyDeleteMbak Tien ini orangnya lucu. 😀
Iya sih. Lawak nih.
DeleteADUHAI, siapa anda?
Makasiii mbak Tien jbc 43nya..
ReplyDeleteAkhirnya muncul jg..intip2 teruus...😊🥰
Nah loooo...kamu ketahuan...👏👏👏
Aduhai bangeeet mbak Tien..makin jelaaas...👍😊
Salam sehat dan aduhai mbak Tien..🙏🥰
ADUHAI jeng Maria
DeleteAlhmdulillah jbc 43 dah hadir, mksh bu tien...sehat selalu njih bu
ReplyDeleteADUHAI Eko
DeleteADUHAAIIII
ReplyDeleteSalam sehat,mbak Tien.
Bikin penasaran aja critanya...
Salam penasaran dan ADUHAI Purwani
DeleteO o ....
ReplyDeleteBaskoro ketahuan ....
Tilpunnya bunyi ....
Di depan Ika .....
Asik asik ...
Aduhai ....
Laksmie..ADUHAI dan asik
DeleteOk.....fix, ketahuan deh akhirnya, tukang roti ketemu Ika,
ReplyDeleteAyo Bu, segera pertemukan keduanya dalam bahagia...
Terimakasih cerita nya yang selalu penuh kejutan, mantul Bu Tien.👍👍
Salam aduhai dari Bandung, semoga Bu Tien selalu sehat.
ADUHAI Komariah
Deletewadooooh seru, mendebarkan, terharu juga, syukran bude...
ReplyDeletePetir memang ADUHAI
DeleteAlhamdulillah.. BBC 43 sdh muncul..
ReplyDeleteSehat teeus bu tiens..
Jbc maksdnya.. Maapkeun
ReplyDeleteJbc 43 tayang .. inikah jln pertemuan antara tkg sayur dan tkg roti utk bersatu? Ayolah Baskoro sdh wktnya membuka diri utk hati yg sdh saling merindu. Rina dan Leo sdh saling terbuka.. tdk ada dusta diantara kita... Tinggal rahasia tkg roti yg msh jd pr Leo. Mas Broto juga sdh ikhlas melepas Ika/ mb Yanti... Smg sakitnya mb Risma menambah mudahnya jln antara Baskoro dan Ika...tp spt kata mb Tien... Besok lg ya... Slm seroja utk mb Tien yg semakin ADUHAI dg gaya putri Solonya mengaduk-aduk pikiran pctk agar setia menanti jbc 44🥰🤗
ReplyDeleteJeng Sapti, kiain mengaduk sayur.
DeleteADUHAI bukan?
Maturnuwun Bu Tien IBC 43 sudah tayang.
ReplyDeleteCeritanya makin seru, satu2 terkuak.... jadi penasaran.
ADUHAI, jeng Yuni penasaran
DeleteAkirnya si Tukang roti ketahuan nih hp nya berdering ,akankan si Tukang roti membuka jati dirinya kl dia Baskoro?
ReplyDeleteHanya mbak Tien sj yg tahu haaa.
Salam Aduhaii mbak Tien dari Tegal.
Deringnya ADUHAI bukan jeng Neni
DeleteAkhirnyaaa... ketahuan deh tukang roti itu yg sdh mengirim pesan misterius ke ika..
ReplyDeleteTerimakasih bunda tien.. JBC 43 sdh tayang..
Tambah penasaran.. bsk disambung lg.. hehe
Salam aduhaaii.. Semoga bunda Tien tetap sehat & bugar.. Aamiin..
Drama hampir usai, tersisa kisah tukang roti dan bakul sayur yg cantik, yg sempat membuat pelanggan lama nya merasa iri karena seperti kalah pamor dengan seorang bakul sayur.
ReplyDeleteOo... kamu ketauan😀😀
ReplyDeleteAlhamdulillah, suwun mbak Tien JBC43nya
Salam sehat semangat sll dr Bekasi
Selalu aduhai mbak Tien😍
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerinakasih bunda Tien
Salam aduhai
Aduhai ... Terima kasih Mbak Tien ... JBC 43 Yg di tunggu2 sdh hadir rupanya ... baca dulu ya ... Salam sehat & sukses selalu .
ReplyDeleteSemangat mbak Tien.. aku suka ..aku suka.. salam ADUHAIII...
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC Eps 43 sudah tayang, terimakasih mbak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Matur nuwun mbak tien-ku, jbc-43 sudah hadir.
ReplyDeleteBaskoro segera saja berterus terang, sudah ada restu dari semua pihak.
Tampaknya tidak ada lagi rintangan jadi cerbung ini sudah hampir selesai.
Salam sehat mbak Tien Kumalasari, dari sragentina selalu ADUHAI.
Selalu ADUHAI mss Latief
DeleteTerima kasih, thank you, matur nuwun...
DeleteWilujeng Aso Salira , benjing enjing makarya Malih,
Jangan tamat dulu, dian dan dina belum ada kisahnya.
DeleteMatur nuwun.... Mbak tien... Smg sehat selalu
ReplyDeleteSehat dan ADUHAI jeng Nanik
DeleteSemakin aduhai ... Makasih mba Tien. Salam hangat selalu mba
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah rahayu.....
Rahayu Wo.
DeleteADUHAI kan
ADUHAI yang hangat jeng Sul
ReplyDeleteAlhamdulilah yg ditunggu telah hadir JBC 43. Kalau jodoh tak akan kemana. Akan berterus terangkah penjual roti alias Baskoro pada M Ika untuk menyatakan cintanya ......
ReplyDeleteAduhai hp kok berdering jg ....
Terimakasih M Tien semoga sehat selalu yg sudah di 10 hari terakhir penghujung Romadhon 1442 H yang selalu semangat dan terus berkarya.
ADUHAI dan semangat ibu Rochmah
DeleteWaah angkat jempol untuk leo, mau berterus terang ke Rina mengenai pak tua...bagaimana dengan Baskoro apa dia juga mau menbongkar identitas tukang roti ke ika?..kita serahkan semua kembali ke bunda Tien
ReplyDeleteSemakin seru bunda Tien...tidak sabar menunggu kisah lanjutannya..kami selalu menunggu..
Salam sehat selalu dari bumi Arema Malang ..dan salam ADUHAI..banget..
Salam sejuk Malang. Dan ADUHAI jeng Lina
DeleteInggih bunda dan Malang selalu ADUHAI
DeleteHa ha ha akhirnya kedok baskoro ketahuan apa jadinya ya dengan ika
ReplyDeleteLanjut jeng tien.
Salam sehat
Mas Anton, selamat datang kembali.
DeleteSemoga segera pulih dan ADUHAI
oooo kamu ketauan ....Baskoro ....smua misteri sdh terungkap
ReplyDeleteseru Bu Tien...
terima kaish banyak smoga Ibu n kel slalu sehat ..
slama aduhaiii dr Senarang
Salam ADUHAI jeng AGUSTINA
DeleteAyo dong Baskoro, cepat berterus terang agar semua menjadi jelas. Kakakmu juga sakit karena memikirkan kamu. Ayo jangan sampai semuanya terlambat.
ReplyDeleteLeo sudah berani berterus terang, ayo gantian kamu, buka topengmu.
Terima kasih Mbak Tien JBC 43 sudah hadir, smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam ADUHAI selalu dari Semarang.
Terang terus ding jeng Ira.
DeleteADUHAI
Alhamdulillah ..JBC 42 sdh hadir..salam sehat u bu Tien dan semua..
ReplyDeleteMaaf JBC 43 sambil ngantuk bangun krn lapar.he he he salam Aduhai yaa u bu Tien
DeleteKebohongan demi kebohongan akhirnya terungkap, jangan ada dusta diantara kalian....
ReplyDeleteAbah memang ADUHAI
DeleteDitunggu sampai ketiduran, bangun² eh koment.nya dah 75.
ReplyDeleteAduhai mb.Tien, tx berat toh JBC 43 SDH tayang, salam sehat selalu ya, salam aduhai dari Yogya.
Nah ketahuan deh Baskoro sama Ika, ayo buruan cerita Ika klo mb.risma masuk rumah sakit, aduhai mb.Tien, masih ditunggu besok.salamsehat penuh aduhai
ReplyDeleteBaiklah Mbah Tt
DeleteYang penting ADUHAI
Eaaaa Baskoro kamu ketahuan to..makanya terus terang saja ...seperti Leo, mbak yanti tidak marah kok ..hehe
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien...JBC 43. Salam sehat dan Aduhai
Sehat dan ADUHAI jeng Winarni
DeleteWooow bener2 seru bikin segera baca lanjutanya.....matur suwun bu tien sugeng ndalu. Salam aduhay. .
ReplyDeleteSeru dan ADUHAI, Bu Sri
DeleteMakasih Bunda JBC 43 nya.Sukses selalu buat Bunda.Sehat dan bahagia
ReplyDeletedan met malam dan met istirahat.
Salam ADUHAI....
Mas Bambang, salam ADUHAI
DeleteMaturnuwun b. Tien
ReplyDeleteSemoga sehat selalu, dan terus berkarya.
Salam aduhai...
Matur nuwun salam ADUHAI Sri
DeleteWow.....terimakasih mbak Tien kehadirannya....
ReplyDeleteWah kejutan didepan mata...
Salam sehat dari cilacap....
Illohw.. ADUHAI kan ?
DeleteMasyaa Allah 😇
ReplyDeleteBu Tien koq bs banget ya bikin ceritanya sangat aduhaii😍
Semoga sehat selalu ibu
Ayo kamu bisa.
DeleteADUHAI yuk.. Tita
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHhmmm ... ketahuan nih bohongnya
ReplyDeleteTerus teranglah... dan tancap gas...
Jadilah ayah sambung dian lanjuuuttt
Makasih bunda salam aduhai
Terang teruslah. Biar ADUHAI
DeleteAduhai..makin seru
ReplyDeleteMakin penasaran dengan cerita lanjutannya.
Suka dengan karakter baskoro..
Matur nuwun bu Tin.
Aku juga suka..
DeleteADUHAI deh
Ternyata dering itu yang bikin penasaran.. adakah dia teman counter roti cinta yang berusaha dihubungi ngumpet dikantong celana si tukang roti? untuk menyampaikan pesan; hari ini kakak Risma masuk rumah sakit.
ReplyDeleteMencatut nama Leo sebagai sang pemberi amanat untuk meyakinkan agar Yanti mau menerimanya. Jadi tukang catut deh.
"Sst.. tidak boleh gitu, ayo jenguk kakakmu dulu itu yang penting, saudara tinggal satu kok tega lho.." ..ADUHAI.. emak emak kalau nasehatin anak.
Heleh heleh.. repote ngadepi prawan sunthi anak-anak siji; olehe mubeng-mubeng nganti kemeng.. amboy..
Terimakasih mBak Tien JBC yang ke empat puluh tiga sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sejahtera bahagia bersama keluarga tercinta
Salam sehat dan ADUHAI, Nanang
DeletePangestunipun mBak Tien;
DeleteSalam sehat dan ADUHAI selalu Gusti tansah paring berkah
Sugeng enjang , mb Tien . Aduh seneng banget ceritanya semakin aduhai .....pinter banget mengolah alur cerita . Salam aduhai mb Tien . Yuli Semarang
ReplyDeleteSalam ADUHAI Yuli
DeleteADUHAI...alamat ketahuan ni Baskoro..😉
ReplyDeletehyo kamu ketahuan....ach kaya lagu saja.
Matur nuwun bunda Tien JBC43 sudah hadir.
🙏🙏
Salam sehat selalu njih bun..ADUHAI senangnya hatiku...😍
Asyikk...ayo Baskoro, angkat tilpunnya dan berterus-terang lah sama Ika. Dan ajak Ika ke JKT menemui mb Risma . ADUHAI bangetlah... mb Tien memang 👍👍👍👍👍
ReplyDeleteYuli memang ADUHAI banget deh
DeleteAlhamdulillah JBC 43 melengkapi menu sahur, apalagi Leo sudah berterus terang kepada Rina siapa pak tua.Nah telpun dari Ika ke pengirim pesan misterius ternyata berbunyi dan ...apakah akan terbuka kedok Baskoro sebagai tukang roti? Semoga..aamiin. Salam aehat, semangat berkarya. Ika dan Baskoro besok tentunya jadi aduhai...
ReplyDeleteSemangat dan ADUHAI Noor
DeleteHaha....dering telpon berbunyi di saku tukang roti ketika Ika menelpon ke nomor misterius untuk mengabarkan bahwa Risma sakit....
ReplyDeletePenyamaran demi penyamaran mulai terbuka...pak tua bercaping lebar dengan baju lusuh dan bau...akhirnya Leo mengaku kepada Rina
Banyak pelajaran yang bisa kita dapat dari tulisan mbak Tien....bahwa didikan dari seorang ibu sangat berpengaruh membentuk karakter seorang anak...Dian tumbuh menjadi anak dengan hati yang penuh welas asih....
Aduhai....apakah perjalanan cinta tukang sayur dan pedagang roti sudah sampai diujung menuju bahagia...
Terimakasih mbak Tien...salam sehat dari Situbondo
Salam sehat dan ADUHAI dari Solo jeng In
DeleteMaturnuwun ibu Tien....
ReplyDeleteTanpa susah membuka,sdh terbuka sendiri samaran si tkg roti,woo keren,aduhai.....
Met puasa ibu Tien dan semua penggemar,setia menunggu selalu
ADUHAI.. Idayati
DeleteOooh... Kamu katauan..
ReplyDeleteLuar biasa ,bu Tien dalam merangkai kata kata..
Terima kasih ibuuu.. Sehat selalu yaa..
Salam Aduhai..
Putri.. kamu ketahuan
DeleteADUHAI deh
O... O... kamu ketahuan....
ReplyDeleteDah hampir ending kayaknya nih...
Leo ketahuan sama si Rina kalau dialah sebenarnya p. tua itu.
Baskoro ketahuan si Ika ketika telponnya berdering..
Banyak pelajaran berharga yg dicontohkan oleh bu Tien di cerbung ini, sll ada kata" anak manis,anak pinter
Juga sikap terpuji Dian pun juga perkataannya
Saat Dina seolah olah jijik lihat baju p. tua Dian mengingatkan ndak boleh bersikap seperti ini
Juga sikap Dian yg ingin sll membantu p. tua.
Leo bangga sama Ika yg telah mendidik Dian menjadi anak yg bisa membanggakan orang tua.
Smg keinginan Dian tercapai bahwa Dian ingin mempunyai seorang ayah..
Apa lagi saat diajak jalan Leo Dian seperti mempunyai kluarga yg utuh ada ayah ada ibu ada adik.
Tapi keinginan itu hanya dipendam di dlm hati karena Dian takut menyakiti hati ibunya.
Moga Ika bisa berjodoh dg Baskoro,dg begitu keinginan Dian mempunyai seorang ayah akan terwujud.
Sejatinya Leo juga sdh bilang ke Baskoro bahwa dia menitipkan anaknya ke Baskoro....
Trimakasih bunda Tien, smg bunda Tien sll dianugrahi kesehatan..
Salam aduhaii dari Bojonegoro.
Wauw.. ADUHAI jeng Wiwik
DeleteAlhamdulillah Ika akhirnya tahu dan langsung ketemu siapa tukang roti itu sebenarnya....ternyata Baskoro. Mudah2an Ika tdk malu untuk menyampaikan berita dari Broto tentang Risma yg sdng sakit kpd si tukang roti...Maturnuwun Bu Tien yg telah begitu apik dan menarik menyusun kata dlm alur ceritanya, shg selalu membuat penasaran. Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon, sehat wal afiat. Aamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAamiin. Psk Mashudi ADUHAI
DeleteSlmt pgii mba Tien.. Smgsht sll y . Sybc JBC ini sabgat seneng banget.. Ceritaakhir2 ini sangat bikin gelutik hatiqu.. Akhiirnyasang sutradara akan membuka siapa tukang roti sebenarnya ke ika tkng sayuur.. Hehehe.. Hayoomba Tien sy tgu jbc selanjutnya bgmn reaksi mb ika/mb yanti.. Slmseroja da dan aduhaaii y mba Tien.. Muuaahh👍👍🙏🙏🥰🥰
ReplyDeleteGelitik yang ADUHAI Farida
DeleteAssalamualaikum...Lampung Utara hadir
ReplyDeleteJBC 43 dibaca sambil makan sahur...
Makasih bu Tien, ceritanya selalu dinanti... dan sll dihati👍👍👍
Salam ADUHAI...🙏
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,sehat wal'afiat semua ya bu Tien,
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC 43 hadir,Matur nuwun,,
Makin seru n penasaran,,,,mantab 🤩🤩🤩
Salam ADUHAAII,,, ditunggu
Jazaakillahu khairan bu Tien
Aamiin.. Mbah put..
DeleteADUHAI deh..
Alhamdulillah akhirnya mulai terkuak smw
ReplyDeleteOo kamu ketahuan...
Baju pak tua yg bau tengik🤭
Topi butut pak tua,nasi bungkus,air minum
Tukang roti,yg mulai terbuka berterus terang dan dgn akrabnya dgn Leo
Sptnya udah ada detik2 menuju jln yg lurus
Jangan ada dusta di antara kita
Nada panggil udah bunyi di kantong tukang roti
Seru...seru dan makin seru deh
Ya Allah bunda Tien bnr2 deh bikin kita penasaran
Doaku bunda ttp sehat selalu,begitu mulianya hati menghibur para penggemar setianya
Kita tunggu JBC 44 yg makin heboh
Salam hangat dari Jogja
ADUHAI ADUHAI ADUHAI
Ya Allah berikan Berkah dan Rahmad utk bunda Tien seklrg
Aamiin Ya Rabbal Alamin
Aamiin, jeng Maimun.
DeleteADUHAI.
ADUHAI.. ADUHAI..
Rupanya bahtera kecil Mbak Ika sudah melaju ke teluk, tujuan bersandar di dermaga pelabuhan damai, Ika layak mendapatkan sosok pria tampan yang menjadi suaminya yang juga menyayangi anaknya Dian, Leo dan Rina rumah tangganya tetap utuh dan bahagia, Broto berjodoh dengan Risma karena memang hati pernah bertautan. .... ceritanya bagus, ditunggu karya selanjutnya. Yoyok,Ms. Purworejo 👍
ReplyDeleteLama nggak komen.. Yoyok Ms. Eh emang pernah ya. Kok lupa. Habisnya ada nama mirip2 gitu.
DeleteADUHAI .
koq hari minggu tidak tayang sih... nungguin sampai sahur juga tidak tayang. memang setiap minggu off ya... salam kenal dari tebing tinggi sumatera utara
ReplyDeleteHaloww... Djoko..
ReplyDeleteIya sih. Istirahat boleh dong. Salam ADUHAI dari Solo
JBC 43.
ReplyDeleteSekali bohong ...besok bohong untuk menutupi bohong kemarin. Sampai kapan bohong nya..?
Ika coba menelpon si pengirim sms misterius ...tapibmengapa telpon tukang roti yang berdering.
Mungkin sudah saatnya mengakhiri kisah si tukang roti.
Salam seha5 dan terima kasih mbak Tien.
Salam aduhai.
Ibu Imah memang ADUHAI
DeleteOh oh kamu ketahuan.bas dodolan roti....piye arep selak opo bas yg tau hanya bu tien...salam aduhai bu tien
ReplyDeleteSuparmia.. salam ADUHAI
DeleteAlhamdulillah JBC 43 sdh hadir
ReplyDeleteSelamat siang Bu Tien..
Aduhai... Aduhai..
Leo sdh berterus terang ke Rina
Baskoro terkejut ada telp dari Ika duuh..
Semakin seru dan bikin penasaran lanjutan ceritanya..
Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu
Salam Aduhai dari Bekasi
Salam sehat Aduhai Jeng Ting
DeleteMbak Tiiiiieeenn.. Farida Inkiriwang.. DariSukabumi g ke absen.. Syhadir mba tien.. Ciixiixii😭😭😭😭
ReplyDeleteMasak siih?
DeleteSaya absen deh. Tapi sebetulnya sudah ada lho. Farida saja.
DeleteADUHAI
Terima kasih mbak Tien, salam sehat² selalu.
ReplyDeleteMbak tien paling bisa nih membuat saya ketawa sendiri membaca 2 kalimat terakhir.
Mudah²an dicertakan juga perjalanan dian dan dina. Terima kasih.
Hehee.. oke Andrew.. biar besar dulu ya..sekarang ADUHAI lah
DeleteAkankah Baskoro mengangkat ponselnya?
ReplyDeleteSudah saatnya kah mereka bertemu!
Salam sehat selalu mbak Tien
Wow.. sdh bererot yg komen, tmn2 spt nya pd nungguin ya.. sy tinggal nonton mas Al dan mba Andin.. ketinggalan deh sy.. salam Aduhai bunda Tien sayang..🙏❤️
ReplyDeleteBagus sekali cara menceritakanya Ndak bosan dan selalu penasaran utk menunggu terusanya. Terima kasih utk mbak Tien
ReplyDeleteOh iya mba Tien maaf y.. Hbs banyak bc nya n kecil2.. Maklummba dah tuwir jdi matanya dah rabun.. Hhhhbbbb.. Sorriy mba tien sayang🙏🙏💋💋
ReplyDeleteSejatinya Leo baik dan bertanggungjawab.
ReplyDeleteKesalahan terbesar Leo adalah :
Berbuat mabuk yang berakibat terjadi pelanggaran susila terhadap Ika
Serta Leo lebih memilih rasa ketakutan dihardik oleh ayahnya (orang tua) saat Ika meminta pertanggungjawaban
Dan itu sangat menyakiti Ika lahir batin.