JANGAN BAWA CINTAKU 42
(Tien Kumalasari)
Ketika Leo pulang untuk makan di siang hari itu, dilihatnya sang isteri sedang meletakkan sebuah bungkusan nasi dan segelas teh. Tampaknya dia baru datang juga dari bepergian. Lalu Leo teringat bahwa hari ini Rina akan menemui Ika untuk meminta maaf. Ketika menatap apa yang diletakkan isterinya dimeja, Leo terkejut. Darimana Rina mendapatkannya?
“Mas, makan siang sudah siap.”
“Ibu, aku sudah cuci kaki dan tangan, juga sudah ganti baju,” teriak Dina sambil duduk di kursi makan.
“Anak pintar. Sini ibu ambilkan nasinya,” kata Rina.
“Ibu, ini bungkusan apa? Bapak tadi membelinya?” tanya Dina ketika melihat bungkusan itu.
“Bukan, ibu membawanya dari bu Yanti.”
Mata Leo terbelalak. Ia sudah tahu bahwa itu buatan Ika untuk pak Tua. Tadi dia tidak kesekolah Dian, karena hari Minggu berencana ikut bersama Dina dan isterinya. Pasti Dian tadi mencari pak tua untuk diberinya makan, dan tidak ketemu, jadi bungkusan itu dibawanya pulang. Bagaimana bisa dibawa Rina? Leo terus menatap bungkusan itu sambil duduk.
“Mas, apakah kemarin mas membeli nasi yang mas bawa itu dari seorang laki-laki tua?” tanya Rina sambil menyendokkan nasi untuk suaminya.
“Memangnya ada apa?”
“Aku tadi sudah kerumah mbak Yanti.”
“Lho.. ibu kesana mengapa tidak mengajak Dina? Dina kan kepengin ketemu mas Dian,” teriak Dina sambil cemberut.
“Ibu kan sudah janji kalau besok hari Minggu mau kesana sama Dina. Tadi itu ibu hanya mampir. Lagi-pula mas Dian nggak ada kok, kan dia sekolah, sama dengan Dina?”
“Oo.. iya..”
“Tentang nasi itu ya mas. Ternyata setiap hari mbak Yanti membawakan sebungkus nasi sama teh untuk seorang laki-laki tua didepan sekolah Dian. Hari ini Dian membawanya pulang lagi karena katanya pak tua tidak datang. Aku terkejut, kok sama dengan bungkusan yang mas bawa, lalu aku memintanya untuk aku bawa pulang.”
Leo menyendok nasinya yang sudah dibubuhinya lauk.
“Apa mungkin pak tua itu menjualnya kembali karena butuh uang ya mas?”
Leo tersedak-sedak.
“Hati-hati mas,” Rina mengangsurkan segelas minum ke depan Leo, yang kemudian meminumnya.
“Makan kok nggak pelan-pelan,”
“Kamu ngomong terus sih,” gerutu Leo sambil terus terbatuk-batuk.
“Oh, baiklah, maaf. Aku hanya ingin bercerita tentang nasi bungkus ini kok.”
“Kan ibu kemarin minta dibelikan?” sambung Dina.
“Iya, ya sudah makanlah dulu. Aku mau makan nasi bungkus ini. Hm.. ternyata enak, pantesan, mba Yanti yang masak. Dia itu benar-benar wanita yang baik. Sudah cantik, pintar, penuh kasih sayang, dia rela membawakan nasi dan minum setiap hari untuk seorang laki-laki tua yang tidak dikenalnya. Masakannya enak pula,” kata Rina sambil menyendok nasi bungkusnya.
Leo meraih gelasnya dan meneguk lagi beberapa teguk. Takut tersedak mendengar celoteh Rina.
“Ini, ca sayur dan telur ceplok. Sedap benar,” kata Rina sambil menikmati nasinya.
“Pedaskah bu?”
“Tidak, Dina mau? Haak.. sini ibu suapin..”
Dina mangap, lalu mengunyahnya, lalu mengangguk-angguk.
“Enak.. aku mau.. aku mau..”
“Mau ditambahkan ke piring Dina?”
“Mauuu…”
Leo hanya mengamati polah Rina dan anaknya yang disibukkan dengan nasi bungkus yang sebenarnya adalah ‘jatahnya’. Tapi dia juga berpikir, bagaimana kalau Rina mengulangi pertanyaannya tentang nasi yang dibawanya kemarin.
Dan itu benar-benar terjadi. Setelah makan Rina menanyakannya lagi.
“Mas kemarin itu beli sama seorang laki-laki tua?”
“Nggak tuh,” aduuh.. Leo salah menjawabnya, jadi panjang deh.
“Perempuan ?”
“Eh.. iya..” tuh kan, ada pertanyaan lagi pasti.
“Mengapa perempuan ? Bukankah Dian memberikannya kepada pak tua?”
“Mana aku tahu?”
“Berarti pak tua itu membawanya pulang, lalu isterinya menjualnya, dan dibeli sama mas.”
Leo hampir tertawa, tapi ditahannya.
“Kok senyum-senyum sih mas?”
“Lucu saja, mendengarkan kamu mengarang cerita.”
“Kira-kiranya begitu. Tapi ngomong-ngomong tadi aku sudah ketemu mbak Yanti dan minta maaf.”
“Syukurlah.”
“Aku sangat menyesal, kerasukan setan jahat.”
“Setan itu ada disetiap hati manusia. Tinggal kita bisa mengendalikannya atau tidak. Aku juga merasa salah.”
“Ya sudah, yang lalu biarlah berlalu. Aku ingin menjalani hidup dengan nyaman.”
“Besok Minggu aku ikut jalan-jalan sama Dian.”
“Lho, katanya ada rapat di kantor?”
“Nggak jadi, ikut jalan-jalan saja.”
“Iya mas, itu lebih baik, kan mas sudah lama tidak ketemu Dian?”
“Sebenarnya aku ketemu setiap hari,” kata-kata itu meluncur begitu saja.
“Apa ? Mas kesana setiap hari?”
“Nggak juga, tapi aku balik kekantor dulu ya,” kata Leo yang kemudian berdiri. Ada sesal agak kelepasan bicara yang kemudian lebih baik menghindar dulu saja. Benar kan, siapa menyimpan bangkai, lama-lama akan berbau juga.
Rina melepas suaminya sampai ke teras, dengan penuh tanda tanya.
***
“Ibu, lihat, buku bacaan yang ibu bawa tadi sangat bagus. Mas Dian baik ya?” kata Dina ketika membuka bungkusan buku-buku yang tadi diberikan Dian padanya.
“Iya, tapi itu bukan dari mas Dian.”
“Ibu tadi bilang dari mas Dian ?”
“Benar, mas Dian memberikannya, tapi itu titipan dari om Broto.”
“O iya Dina ingat. Om Broto juga baik, suka beli buku-buku untuk Dina dan mas Dian.”
“Ya sudah, bukunya boleh dibaca, setelah Dina belajar. Nggak boleh lho, baca-baca sebelum belajar, nanti ke asyikan membaca, belajarnya jadi lupa.”
“Iya bu, Dina tahu.”
“Anak pintar..”
Walau bagaimanapun, mendengar Leo ketemu Dian setiap hari masih saja mengganggu perasaan Rina. Kesana setiap hari, sampai dia tidak tahu?
“Mbak Yanti?” sapa Rina ketika mendapat akal untuk mengorek keterangan dari Ika tentang kedatangan Leo setiap hari.
“Ya, bu Rina.”
“Maaf, tadi lupa bilang. Apa ada kunci tertinggal disini ya?”
“Kunci?”
“Yaa, kunci pintu rumah, eh.. kunci almari, kemarin mas Leo yang membawa.”
“Lhoh.. bagaimana bisa bu? Leo kemarin tidak datang kemari. Bahkan sudah lama tidak kemari.”
Rina terperangah.
“Oh, ya ampun, maaf mbak.. itu.. aduh, mengapa aku jadi salah terima.. tidak.. tidak.. maksud aku.. dirumah ibu. Kok aku tadi bisa telpon mbak Yanti sih. Mas Leo bilang ke rumah ibu, kok aku bisa kacau begini sih.”
“Oo..” Ika juga bingung.
“Baik mbak, sekali lagi maaf. Sungguh aku kok bisa telpon kemari sih.”
“Nggak apa-apa kok bu.”
Rina menepuk jidatnya keras-keras. Ia merasa harus belajar dulu kalau ingin jadi detektif.
“Salah sangka aku.. aduh.. mbak Yanti bingung nggak ya? Bicaraku jadi nggak karuan begitu,” gumamnya sambil menyimpan kembali ponselnya.
***
Tapi Ika memang benar-benar bingung. Masih bingung juga ketika Risma menelponnya.
“Ika?”
“Ya mbak..”
“Sudah ada berita belum?”
“Tentang mas Baskoro? Belum tuh mbak.”
“Pengirim WA itu belum menghubungi kamu lagi ?”
“Sudah.”
“Dia bilang apa?”
“Dia bilang, mengapa WA dia saya kirimkan ke orang lain.”
“Lalu..?”
“Ya sudah, dia diam karena saya juga tidak menanggapi lagi sampai sekarang. Saya anggap dia orang aneh.”
“Benar-benar aneh. Tapi aku sedih, Baskoro belum ada kabar beritanya.”
“Mbak Risma sabar ya, barangkali dia butuh mengendapkan perasaannya. Nanti kalau sudah tenang pasti dia akan kembali menemui mbak Risma.”
“Bagaimana kamu begitu yakin ?”
“Tidak mungkin seseorang bisa melupakan saudaranya. Hanya seorang pula.”
“Semoga perkiraan kamu benar.”
“Teruslah berdo’a mbak.”
Risma diam beberapa saat. Barangkali memang dia kurang khusuk dalam berdo’a, atau memang belum saatnya Allah mengabulkannya. Tiba-tiba timbul niatnya untuk membantu Ika, agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
“Ika, maukah aku menyewakan kios yang besar, agar dagangan kamu lebih banyak, dan lebih lengkap? Barangkali ditempat yang lebih strategis? Atau.. kamu ingin beralih dagangan.. bukan lagi sayur? Sebuah butik, barangkali. Aku punya teman yang…”
“Tidak mbak..” Ika memotong pembicaraan Risma.
“Aku ingin kamu lebih baik.”
“Ini sudah cukup untuk saya mbak. Biarkan saya mencecap hasil keringat saya sendiri. Setetes apapun, lebih membahagiakan. Dan bantuan dari orang lain membuat saya berhutang.”
“Mengapa kamu bilang begitu? Aku tidak akan menghutangkan apapun. Aku memberikannya cuma-cuma.”
“Itu tidak benar mbak. Memang secara materi, bolehlah mbak Risma tidak menghutangkan apapun untuk saya. Tapi saya akan merasa berhutang budi. Dan itu lebih berat bagi saya. Karena sebuah budi itu tak ternilai. Lebih dari segunung uang.”
“Ika..” Risma terdengar mendesah.
“mBak Risma jangan memikirkan saya. Saya bahagia dan merasa tidak kekurangan.”
“Ya Tuhan, kamu benar-benar wanita yang luar biasa. Tidak salah Baskoro jatuh bangun memikirkan kamu.”
Ikapun mendesah, dengan keluh yang lebih panjang. Begitu besar perhatian orang lain kepadanya. Tapi Ika merasa bahagia dengan hidupnya dan tak kekurangan,
***
“Memikirkan apa lagi? Makan jangan sambil melamun dong,” tegur Broto ketika sedang makan bareng Risma.
“Aduuh.. banyak mas. Aku sedih mikir Baskoro. Atau mungkinkah dia sudah ada di Amerika?”
“Kamu sudah kontak orang-orang kamu disana belum?”
“Kemarin-kemarin itu sudah, katanya nggak ada yang datang. Tapi aku sudah pesan, kalau melihat Baskoro datang, aku suruh ngabarin aku. Dan nyatanya belum ngabari juga.”
“Berarti dia masih disini. Atau di Solo.”
“Kok Ika bilang belum nyambung ya. Pengirim WA gelap itu juga sudah nggak melanjutkan WA gilanya.”
“Coba mana nomor yang kemarin itu. Apa katanya kalau aku yang menghubungi dia.”
Risma mengangsurkan ponselnya setelah menunjukkan nomor kontak yang dikirimkan Ika.
Broto mencoba menelpon, tapi seperti yang dilakukan terhadap Risma, dia tak mengangkatnya.
Lalu Broto mengirimkan pesan singkat.
“Maukah anda menjawab telpon saya? Sahabat saya sedang bersedih karena kehilangan adiknya. Saya khawatir dia jatuh sakit karena kesedihannya.”
Broto menunggu, tampaknya pesan itu dibaca. Lalu terdengar denting jawabannya.
“Saya ikut prihatin.”
Broto membacanya dan dengan kecewa ditunjukkannya balasan itu kepada Risma.
Risma menghela nafas panjang. Gurat kesedihan selalu menghiasi wajahnya dari hari ke hari. Broto hanya bisa menghiburnya. Segala upaya sudah dilakukannya.
“Rupanya kita memang harus bersabar.”
***
“Ibuu.. aku sudah mandi..” teriak Dina sambil berlari-lari kecil kearah dapur.
“Anak cantik, anak pintar.. sebentar ya, ibu selesaikan dulu memasak. Katanya kamu ingin mi rebus?”
“Bukankah kita akan pergi ke tempat mas Dian dulu?”
“Itu benar, tapi kita harus sarapan dulu. Dina tungguin didepan ya.”
“Aku kedepan sama bapak saja ya..” kata Dina sambil berlari kedepan.
“Bapak, kata ibu, kita harus sarapan dulu. Ibu sedang memasak mie rebus, pake telur,” kata Dina sambil menggelendot di pangkuan ayahnya.
“Kamu kangen ya sama mas Dian?” tanya Leo.
“Kangen bapak. Nanti kita bawakan mas Dian roti ya?”
“Bilang sama ibu. Bapak nggak punya roti.”
“Ibuuu…” Dina berlari lagi ke dapur.
“Ada apa nak, ini, mie nya sudah matang. Ibu tata dulu di meja ya.”
“Nanti ibu bawakan roti untuk mas Dian bukan?”
“Nanti kita beli roti sambil jalan saja. Kemarin ibu lupa beli.”
“Oh, baiklah. Soalnya mas Dian suka roti.”
“Ya, baiklah. Sekarang Dina bilang sama bapak, sarapan sudah siap. Ibu akan menunggu disini.”
Dina berlarian kedepan.
“Bapaak, ayo kita sarapan. Kata ibu, roti untuk mas Dian beli dijalan saja. Roti kita sudah habis, ibu lupa beli.”
Leo berdiri, dan Dina menarik-nariknya agar cepat. Ia ingin segera bertemu Dian. Maklum, sudah lama tidak bersama-sama.
Ketika duduk, Rina sudah menyiapkan mie rebus di piring masing-masing.
“Hm.. baunya..sedap banget,” celetuk Dina kemayu.
“Tunggu sebentar, masih panas,” kata Leo.
“Mas, kemarin mas bilang tiap hari ketemu Dian kan?”
“Apa? Aku bilang begitu?”
“Kok mas bisa lupa sih.”
“Oh, itu, maksudku tiap hari lewat sekolahnya Dian.”
“Hmm.. “ Rina menyendok mie nya dengan cemberut.
“Sudah dingin ya bu?” tanya Dina ketika melihat ibunya mulai menyendok makanannya.
“Sudah agak dingin, pelan-pelan.”
“Enak.. enak..” Dina mencicipinya seujung sendok.”
***
Pagi itu banyak orang yang berbelanja menanyakan roti cinta yang biasanya ada. Tapi sampai siang penjual roti tidak mengirimkan barangnya.
“Rotinya libur ya, mbak Ika?” tanya seorang ibu.
“Iya tuh bu, nggak tahu nih, biasanya pagi-pagi sudah datang. Padahal anak saya pesen untuk diberikan temannya. Ee, malah nggak datang.”
“Agak siang barangkali.”
“Mungkin bu, kemarin juga tidak bilang apa-apa.”
Tapi sampai dagangan sayurnya habis, penjual roti itu benar-benar tak datang.
Ketika Dian membantu ibunya membersihkan tempat bekas berjualan, dilihatnya mobil Leo datang.
“Mas Diaaan..” Dina berteriak dari dalam mobil.
“Dinaaa.”
Dian buru-buru menyelesaikan pekerjaannya, kemudian berlari kebelakang. Ika sedang menaruh sisa dagangannya, lalu masuk ke kamar mandi.
“Ibu.. Dina sudah datang,” teriak Dian.
“Baiklah, kamu sudah siap?”
“Mau cuci tangan lagi, lalu ganti baju.”
Dina sudah berlari-lari masuk kedalam rumah.
“Tunggu didepan, aku ganti baju dulu,” kata Dian.
Ketika Dina kembai ke depan, dilihatnya ibunya sudah duduk di kursi teras.
“Mas Dian baru ganti baju,” kata Dina.
“Baiklah, kita tunggu saja dulu. Sudahlah, kamu itu lari kemana-mana ngapain sih.”
“Aku mau cerita tentang buku yang aku baca kemarin.”
“Iya, nanti kalau mas Dian selesai pasti juga akan kemari.”
“Maaf bu Rina, baru selesai berjualan, lalu mandi nih, kata Ika yang sudah muncul lebih dulu.
“Kami mau ngajakin Dian jalan-jalan mbak Yanti.”
“Baiklah, Dian sedang ganti baju tuh.”
“Aku sudah selesai..” kata Dian yang tiba-tiba muncul.
“Baiklah, ibu.. ayo berangkaaat,” pekik Dina riang.
Rina berdiri, sambil tersenyum, sementara Dina dan Dian sudah mencium tangan Ika, lalu berlari ke arah mobil.
“Anak-anak selalu tak sabar menunggu,” keluh Rina sambil berjalan mengikuti Dina dan Dian.
“Ibu didepan saja, aku sama mas Dian di belakang.”
“Ya.. ya, baiklah ibu didepan.”
Leo sudah menstarter mobilnya, lalu menjalankannya pelan, ketika tiba-tiba Dina berteriak.
“Bapak, ini punya siapa?”
“Apa sih?”
“Ada keresek berisi baju-baju kumel !”
Dian ikut melihat kearah keresek. Dan tertawa melihat Dina menutup hidung dan mulutnya.
“Bauuu..”
“Apa sih?” Rina menoleh kebelakang, sementara Leo bungkam. Aduuh, mengapa lupa membuangnya?
“Ini seperti pakaian pak tua,” Dian berteriak.
***
besok lagi ya
terimakasih bu Tien JBC #42 sudah tayang 🙏
ReplyDeleteadq kejutan apa lagi
smoga Ibu Tien Slalu sehat bersama keluarga
Salam aduhaiii dr Semarang 🤩
Selamat jeng Iyeng nomer 1
Delete“Aku akan membuatnya bahagia, Leo. Dan pada suatu hari nanti aku akan mengatakan bahwa kamu adalah ayah yang sesungguhnya.”
Alhamdulillah....
JBC 42 udah tayang
DeleteApakah yg akan terjadi nanti
Yuk kita baca bersama apa hasil nunulan bunda Tien tercintah
Sehat selalu bunda itu doaku
Makin penasaran deh,sptnya udah ada detik2 kebahagiaan di mata Ika
Kita tunggu mas Baskoro yg dpt amanah dari Leo
TPA tuh judulnya Terima Penitipan Anak
Wah yg pasti lbh seru nih
Mksh skli bunda,salam hangat selalu buat bunda dklrg
ADUHAI...ADUHAI...ADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteAduhai
ReplyDeleteHore wis tsyang
ReplyDeleteSelamat tayang JBC-42 Bu Tien.
ReplyDeleteSelamat malam para Kejora...
ReplyDeleteTerimakasih JBC 42 telah hadir ,salam hangat dr Jakarta
ReplyDeleteSalam hangat dan ADUHAI jeng Werdi.
DeleteApa kabar?
Mantap jam segini dah tayang, makasih Bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah....yg ditunggu sdh muncul...mksh bu Tien...
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC 42 telah hadir
ReplyDeleteAduhai ......
Alhamdulillah,
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien lanjutan JBC nya...
Salam sehat selalu salam aduhai
Aduhai
ReplyDeleteSiip
ReplyDeleteWis comment gasik ke 15 comment kemajuan alhamdulillah jbc 42 sdh tayang yg ditunggu tunggu
ReplyDeleteAlhamdulillah...dh tayang
ReplyDeleteMatur nuwun mbk Tien 🙏
Salam sehat dan ADUHAI selalu 💞💞💞
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Hongkong, perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Salam Kejora ☄🌟
DeleteAlhamdulillah.........
DeleteAkhirnya.....
Yang ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Bumi Nusakambangan
Aduhaai ... JBC 42 terbit ... besok bakal seru nii, Leo kudu jujur mengakui dianitu Oak Tuanya ...mbak Tien salam buat Baskoro yaa mana celoteh lucu dan segarnya buat Ika ..
DeleteAlhamdukilkah episode 42 sudah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Salam asuhai
Makasih ibu Tien....JBC 42 sdh hadir...smg ibu sehat sll,salam dari yk
ReplyDeleteAlhamdulillah,terimakasih Bunda Tien😍😍😍
ReplyDeleteAlhamdulillah JBC Eps 42 sudah nongol, terimakasih Mbak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Alhamdulillah jbc 42 sudah tayang
ReplyDeleteTak tinggal chatingan lha kok sdh tayang ....
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien ....
Salam hangat dan salam Aduhai dari malang
Hangatkah Malang, jeng Laksmie?
DeleteADUHAI dong
Matur muwun ..Mbak Tien.. JBC hadir... Wow ceritanya semakin panjang... Apa ya jawaban Leo?. Smg mbak tien sehat selalu... Aduhai
ReplyDeleteTanyakan pada rumput yang bergoyang.
DeleteADUHAI kan?
Jeng Nanik
DeleteMatur nuwun mbak tien-ku, jbc-42 sudah tayang.
ReplyDeleteTinggal menunggu Baskoro membuka diri. Semua sudah setuju , kecuali 'ya'-nya Ika yang paling penting.
Selamat berjuang Baskoro, semoga bahagia bersama tukang sayur idaman .
Salam sehat mbak Tien Kumalasari, dari sragentina selalu ADUHAI.
Buyar arep alasan opo maneh Leo, mbok bloko wae....
ReplyDeleteSelamat malam. Mantap jeng iyeng juara.
ReplyDeleteAlhamdulillah yg ditunggu udah datang.. Terimakasih bunda Tien.. salam Kejora..
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien.
ReplyDeleteCeritanya tetap seru.
Aduhaiiiii
ReplyDeleteJBC 42 telah hadir ... terima kasih mBak Tien.
Salam hangat kami dari Yogya.
#34
ReplyDeleteSelamat malam mb Tien, tx JBC 42 dah tayang. jujur mbak Tien saya agak gelo,lha batu asik2nya je tunggu sambungannya, pdhl besok libur, Yaaaa
ReplyDeleteKlo blh nawar, mbok gak libur, penake Dewe, gak usah diturutin Ding....🤫🤫🤫
Alhamdulilah termsk yg gasik bc jbc mlm ini... Kmn Baskoro? Break jualan roti krn menyiapkan ubo rampe lamaran ke mb Ika? Segeralah Baskoro.. agar mbak Risma tdk terlalu lama dirundung rasa bersalah? Smg juga mb Risma segera menjemput bahagia juga dg mas Broto... Leo smg penyamaran terbongkar tdk menjdkan perang baratayudha dg Rina.. Semoga Rina bs memahami dan menerima Leo dg segala masa lalu yg tdk mgkn terhapus... Biarlah Dian, Dina dan bakal adiknya menjd keluarga yg bahagia bak keluarga cemara.. Bgtu pula kmkn adik2 Dian dr pernikahan ibunya dg om Baskoro...mrk adalah keluarga virtual pctk kejora pagi... slm aduhai .. mbak Tien sll punya cr memikat hati pctk dg naluri putri solonya🥰🤗
ReplyDeleteMaturnuwunmbak Tien..jbc42nyaa..
ReplyDeleteWah wah...makin jelas ni penyamaran leo...akankah berterusterang..
Baskoro kemanaa kok ga muncul...lg kulak'an roti ❤ yaa..
Makin aduhai critanya mbak Tien..
Salam sehat dan aduhaiii..🙏🥰
ADUHAI
ReplyDeleteSalam aduhai ya mbak Tien, seger waras selawase.💪👍🏻🙏
ReplyDeleteMatursuwun bu Tien
ReplyDeleteSalam aduhai.sehat semua,terima kasih u bu Tien,JBC 41 hadir..
ReplyDeleteADUHAI buat jeng Yanti
DeleteAlhamdulilah terimakasih bunda... Salam aduhai penuh cinta..
ReplyDeleteMet rehat.. sehat selalu bun
Penuh cinta yang ADUHAI Afifah
DeleteAlhamdulillah JBC 42sdh tayang, suwun mbak Tien.
ReplyDeleteSalam sehat dan *aduhai* dr Bekasi. Barokalloh tuk semuanya
ADUHAI ibu Umi..
DeleteSuewun JBC42 sudah tayang alur crita nya
ReplyDeleteseru n asyik...yang selalu ditunggu oleh penggemar nya ...
Sehat srlaly mb Tien...salam aduhaiiii
Selamat malam..salam Aduhai Bunda Tien ..sehat selalu
ReplyDeleteSuwun JBC 42 sudah tayang...crita nya makin seru n tambah asyik ...yg selalu di tunggu oleh penggemar nya
ReplyDeleteSehat selsly mv Tien...salam aduhai
ADUHAI dan seru buat keng Atiek
DeleteAhai aduhai mb Tien, smg sehat sll 🙏
ReplyDeleteIiihhh aduhai buanget critanya 👍
DeleteAhaiiii ADUHAI Yangtie
DeleteMatur suwun Bu Tien JBC42 sdh tayang...sepertinya penyamaran sbg Pak Tua sdh diketahui Dian..he..he. Kita tunggu saja cerita selanjutnya salam ADUHAI buat semua pembaca cerbung JBC. Semoga semua tetap sehat ...Aamiin 🙏🙏🙏
ReplyDeleteHehee.. salam ADUHAI mas Indriyanto
DeleteSyukron Mbak Tien.
ReplyDeleteSalam Sehat dan Aduhai dari Jatiasih Pondok Gede
Sehat dan ADUHAI, Susi
DeleteSelamat Jeng Iyeng juara 1
ReplyDeleteMtnuwun bu Tien JBC 42 sfh tayang...
Sehat selalu nggih mbk...
ADUHAI Leo... Ngapain masih gk jujur?
Sugeng Dalu bu Tien, Mugi Bu Tien tansah pinaringan Rahayu Widodo nir sambekala. Aamiin.
ReplyDeleteNgaturi lembar bshan koreksi naskah:
1. “Ibu kan sudah janji kalau besok hari Minggu mau kesana sama Dian.
# “Ibu kan sudah janji kalau besok hari Minggu mau kesana sama Diba. #
2. “Aduuh.. banyak mas. Aku sedih mikir Baskoro. Atau mungkinkan dia sudah ada di Amerika?”
# “Aduuh.. banyak mas. Aku sedih mikir Baskoro. Atau mungkinkah dia sudah ada di Amerika?” #
3. “Ibuuu…” Dian berlari lagi ke dapur.
# “Ibuuu…” Dina berlari lagi ke dapur.#
4. “Ada apa nak, ini, mie nya sudah matang. Ibu tata dulu di meja ya.”
# “Ada apa nak, ini mie nya sudah matang. Ibu tata dulu di meja ya.” #
5. Dan tertawa melihat Dina mnutup hidung dan mulutnya.
# Dian tertawa melihat Dina menutup hidung dan mulutnya. #
Betul.... sepandai-pandainya menyimpan bangkai....akan tercium juga.
Ngunduh wohing pakarti.
Nuwun.. mas Kakek
DeleteAlhamdulillah suwun mbak Tien, JBC 42 sampun tayang, smoga sehat selalu injih, salam aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteSalam ADUHAI jeng Sis
DeleteAduh Leo..kamu ketahuan...
ReplyDeleteMakanya terus terang saja... Biar gak harus bohong lagi..
Saya kira rina akan mwmahami kok
Terima kasih bu Tieen .... Sehat sehat selalu nggih bu Tien
Aduh.. ADUHAI bukan, jeng Winarni
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah rahayu.....
ADUHAI lan rahayu Wo
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
Matur nuwun bunda Tien, JBC 42 telah hadir..🙏
ReplyDeleteSalam sehat selalu njih bun...dan tetep ADUHAI...😊
Alhamdulillah....akhirnya JBC 42 tayang juga,maturnuwun bu Tien
ReplyDeleteSAMI2 ADUHAI jeng Natalia
ReplyDeleteTerkadang meski hanya dongeng pengantar tidur, kemudian ada kesamaan jalan cerita, yg dapat mengingatkan pada masa lalu yg pahit dan menyakitkan.
ReplyDeleteJika bisa menerima dengan sabar dan keikhlasan, dijalani dengan penuh rasa syukur, perjuangan hidup bukan dinilai dari hasil yg didapat tetapi dari proses bagamana seseorang dapat melalui nya dengan ketaqwaan, menyadari bahwa semua yg terjadi karena Allah semata.
Betul2 Triniel sangat ADUHAI sekali
DeleteAlhamdulillah....ceritanya semakin ADUHAI...salam sehat selalu bunda tien
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI Noor
DeleteDengan berbagai alasan Leo bisa menjelaskan ke Rina masalah nasi bungkus itu.
ReplyDeleteSetelah lolos dari permasalahan nasi bungkus, tiba" Dina menemukan pakaian" kumel di mobil bapaknya
Bisakah Leo memberi alasan lagi...
Mengapa pakaian kumal itu ada di mobilnya...
Apalagi Dian sendiri juga tahu bahwa itu kok seperti pakaian p. Tua yg tiap hari ada di sekolah Dian.
Mau alasan apa lagi Leo....
Andai Rina tahu apa yg sedang dilakukan Leo marahkah dia....
Kalaupun Leo ingin selalu ketemu Dian lebih baik terus teranglah..
Mungkin Ika juga akan mengijinkan
Bagaimanapun juga leo adalah bapaknya
Ikatan darah tidak bisa dipungkiri walau tidak ada ikatan perkawinan.
Btw kemanakah Baskoro si tukang roti....
Mengapa tdk jualan hari ini...
Moga Baskoro sedang merencanakan sesuatu yg positif
Dengan pengorbanan yg sedemikian rupa demi mendapatkan hati Ika,semoga Ika bisa menerimanya
Dan semua berakhir bahagia...
Trimakasih bu Tien membayangkan Baskoro ikut meleleh hati saya.... baper nih....
Moga bu Tien Sehat" selalu
Salam aduhaii dari Bojonegoro
ADUHAI nya jangan sampai meleleh ya jeng Wiwik ?
DeleteAlhamdulilah sudah bisa mengikuti JBC 42 yg masih menanyakan tentang kresek yg lupa dibuang oleh Leo.
ReplyDeleteRisma masih gelisah dg ketidak terus terangan Baskoro.
Ku selalu sabar menunggu JBC selanjutnya.
Mtrnwn dan semoga sehat selalu dan lancar terus Bunda Tien.
Terima kasih Mbak Tien ... JBC 42 sdh tayang ... ditunggu lanjutannya ... ceritanya semakin asyiik dan penasaran ... Salam sehat n Aduhai sll ...
ReplyDeleteADUHAI jeng Enny
DeleteMatur nuwun bu Tien..alhamdulilah sudah tayang JBC 42
ReplyDeleteMugi Ibu tansah sehat...semakin penasaran..semoga di JBC 43 terjawab...
Salam aduhai dari Tangsel
Salam penasaran dan ADUHAI ibu Moedjiati
DeleteOo kamu ketahuan..
ReplyDeleteRekaman ucapan bagaikan bagian sebuah arahan suatu kisah ADUHAI..
kisah yang kalau dirangkai menunjukan kerinduan teramat dalam..
Kisah pesakitan yang merasa bersalah dimasa lalunya, seolah memohon maaf dengan membuang waktu, merenung yang justru menjadikan aneh di keseharian labil emosi ..
Perlebayan sama juga yang dilakukan sang tukang roti ..
Betapa tujuan jelas mentok pencapaian, setelah nya selesai..
selesai?!
hidup juga selesai! belum tahu pasti kan..
andaikan hidup ini diberdayakan disemangati di syukuri tentu beda..
bisa karena hidup itu pilihan nah ..
Pilkada lagi deh.. he he he he...
Pengagum kok milih pasti jelas nggak punya pandangan lain kan.. jadi pengikutnya banyak ADUHAI..
jikalau yang dikagumi punya masalah ya mesti susah mendapatkan solusi to? Itu muaranya..
saya itu siapa.. terlalu tinggi untuk menggapainya.. alasannya..
Aduhai .. tegar dan jeli dalam memilih..
Terimakasih mBak Tien JBC yang ke empat puluh dua sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sejahtera bahagia bersama keluarga tercinta..
Nanang, perlebayan itu apa sih? Hahaa.. ADUHAI deh
DeleteDuh gimana ya..
Deletegimana enggak eneg coba; merayu sampai mendayu dayu, malah bisa; malah tak tercapainya nyamber si Murni, jian enggak ngurangi masalah malah bertambah, ya sebaiknya; mengatasi masalah tanpa masalah, saking gregeten sampai pesan saja di sebar.. itukan sudah eneg nya terlalu banget, nggak ngerti deh.. mungkin kecilnya favoritnya jangan bunk jadi gedenya ray gedeg, ahk kalau aku, sudah itu sama saja ditolak setengah mateng tidak perlu lagi, masih ada sih harapan, pakai penekanan dan kiri, mbergudul(keinginan yang bertubi tubi) kudu dapet; jadi milik ku..
Asooy gebooyyy..Leo jadi bingung mau jawab apa😁
ReplyDeleteBingung.. aku bingung..
DeleteADUHAI Tita
Hampir ketauan nih Leo. Gimana selanjutnya ?? Ditunggu mba Tien . Makasih. Salam Aduhai
ReplyDeleteO ooww.. kamu ketahuan..
DeleteADUHAI jeng Sul
Pg , mb Tien . Maturnuwun ceritanya . Semakin menyenangkan . Selalu ada anak pintar . Rina sdh ingin menjadi baik lg . Leo yg tdk pandai berbohong ...pokoknya seneng bacanya. Top
ReplyDeleteSalam aduhai mb Tien . Yuli Semarang
Top markotop dan ADUHAI jeng Yuli
DeleteAssyiiiik nihc bunda...memang benar siapa menyembunyikan kebohongan pasti lama2 akan ketahuan juga..Rina kebohongannya sdh ketahuan, Leo akan ketahuan jugakah kebohongannya jadi pengemis pak Tua? Atau dia mau ngaku sendiri?apa ya jawaban Leo ke anak2nya juga Rina istrinya? Kita serahkan semua kepada bunda Tien, yang merangkai kalimat demi kalimat dengan apik hingga mampu mengaduk2 perasaan sang pembaca dengan sukses...pembaca jadi penasaran dan baper tentunta..kita tunggu kelanjutannya bunda...
ReplyDeleteMatur suwun sanget JBC 42 sdh hadir bisa jadi teman untuk sahuur..Selamat Sahuur selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang saudara menjalankannya semoga kuat dan berhasil sampai dihari kemenangan yang Fitri...
Salam sehat selalu dari bumi Arema Malang dan tak lupa selalu ADUHAI..
ADUHAI Lina.. sehat selalu
DeleteNimbrung ah....
ReplyDeleteHhmm... terus terang saja leo supaya gak ribet .. mungkin juga akan ketahuan
ReplyDeletebu tienlah yg punya cerita
Salam sehat dan aduhai
Kutunggu kelanjutannya
Terus terang dan terang terus ibu Engkas.
DeleteADUHAI deh
Baskoro...kmn kamu ? Ayo ndang njedul, lamar Ika dong 😀😀❤️❤️. Tugas kamu nanti yg menjelaskan ke Dian siapa bapaknya. Smg Dian bisa menerima dg legowo dan berbesar hati seperti ibunya. ADUHAI dehh pokoknya mb Tien...🌼🌼🌼
ReplyDeletePokoknya ADUHAI jeng Yuli
DeleteSahur sambil baca JBC 42 jadi kenyang he he he. Kemana Baskoro? Apakah dia sengaja tidak jualan roti karena akan memberi kejutan dengan nelamar Ika? Apakah penyamaran Leo terkuak setelah baju seragam kumal dikenali Dian? Kebohongan satu akan diikuti kebobongan lain, semoga jawabaneo adalah suatu kebenaran. Salam sehat dan semangat betkarya buat bu Tien. Salam aduhai,
ReplyDeleteSalam ADUHAI buat Noor...
DeleteSlmt pgii mba Tien.. Mksih cerbungnya.. Makin aduhai aja.. Smgcpt muncul baskoronya y mba.. Jgnbikin tamat krn oke cerbung ini. Slmseroja dan adubai dri skbmi🥰🥰
ReplyDeleteADUHAI Farida.
DeleteNah Leo ketahuan lagi bohongnya....nggak hati hati sih. Semoga semuanya berjalan lancar dan hubungan kekeluargaan antara keluarga Leo dan keluarga Ika semakin akrab. Kapan Baskoro dipertemukan dgn Ika....saya sabar saja menunggu cerita selanjutnya. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin. Salam sehat dari Pondok Gede....
ReplyDeleteMana ya Baskoro. ADUHAI pak Mashudi
DeleteMaturnuwun ibu Tien,jadi tambah penasaran...
ReplyDeleteSelamat berhari Minggu,sehat sll ya ibu,salam sehat nan aduhai
Selalu setia menunggu kelanjutan critanya
Salam sehat nan ADUHAI Idayati
DeleteAssalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh, Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah,,matur nuwun bu Tien JBC 42 sdh dibaca.Senangnya semua damai,,tinggal menunggu akhir CERITA
Salam ADUHAAII bu Tien 🙏🌿🌺🌿
Baiklah Mbah put. Salam ADUHAI
DeleteKesiangan baca JBC 42, ngantuk bgt habis subuhan. Bu Tien masih memperpanjang jalannya biar penasaran semua. Sabar menunggu minggu libur
ReplyDeleteTks bu Tien salam sehat selalu dr Pamulang.
Sabar ya.. jeng Handayaningsih. ADUHAI dong
DeleteTerima kasih mbak Tien ceritanya, semoga mbak Tien sehat² selalu.
ReplyDeleteSatu lagi pelajaran yg berharga dari mbak tien, JANGAN BOHONG, hidup Kita akan cape kl berbohong, krn BOHONG tdk ada ujungnya.
Nggak boleh bohong ya Andrew. Biar ADUHAI
DeleteBetul mbak Tien, hidup hrs seperti ika, santai dan disukai masyarakat. Pola hidup aduhai.
DeleteTerima kasih mbak Tien sdh menjawab koment Saya. Salam aduhai.
Kebohongan demi kebohongan Leo akhirnya terkuak sendiri dengan kata2 nya sendiri dan sikapnya yg kurang hati2. Akankah Rina selalu jengkel terhadap Leo suaminya? Ayolah, mulai lembaran baru semua. Baskoro juga... ayo buka penyamaranmu dan cepat raih Ika. Nanti kalau keduluan orang lain, baru tau rasa kamu. Patah hati lagi, mencoba bunuh diri lagi... hadeeehhhh.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien JBC 42 sudah hadir. Semoga semua berakhir happy ending. Dan semoga Mbak juga selalu sehat. Salam ADUHAI selalu dari Semarang.
Ayo.. nggak boleh buka2an lho jeng Ira. ADUHAI dong
DeleteDian malah tau itu pakaian pak tua ?
ReplyDeleteAkankah Leo berterus terang!
Salam sehat selalu mbak Tien
Terang terus dan ADUHAI pak Sastra
DeleteAlhamdulillah JBC 42 sdh hadir
ReplyDeleteAduhai...Dian tahu itu baju Pak Tua..
waah bagaimana reaksi Leo? akankah berterus terang?..
Semakin penasaran lanjutan cerita nya
Terima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Salam ADUHAI dari Bekasi
ADUHAI jeng Ting
DeleteHari ini masuk apa libur bu Tien? Tadi masuk je upacara Hardiknas..semoga JBC tidak libur..aamiin
ReplyDeleteLibur tuh. JBC libur juga ya
DeleteSaya kagum dengan katelitian mBak Tien Kumalasari. bahasanya juga bagus. Hampir tidak ada kesalahan kalimat dan ejaannya.
ReplyDeleteSekadar saran, setiap sapaan huruf pertamanya sebaiknya ditulis dengan huruf kapital. Misalnya, "Maaf, Bu Rina ...", "tidak, Pak ...", "Mari, Mas Dian ...", dan sebagainya.Ada perbedaan antara Ibu Rina dengan ibu Rina.
Baiklah UNKNOWN, terimakasih sarannya. Bagaimana kalau anda mengedit profil ana ?
DeleteADUHAI
Hayo supaya dikenal bu Tien dan para blogger lainnya, segeracefit profilmu, caranya gampang kok, sbb :
Delete1. Ketuk/klik "UNKNOWN" warna kuning profilmu.
2. Ketuk/klik EDIT PROFIL kanan atas
3. Isi BIODATAMU, masukkan fotomu (ambil dari galerimu, foto yang paling imut dan cantik/cakep.
Selanjutnya SIMPAN, selanjutnya terskhir PUBLISH.
4. Selesai dech tugasmu.
Silahkan dicoba.
# segera edit profilmu.....
Delete# terakhir PUBLISH.
Apa kabar jeng dokter Dewiyana? Kok lama nggak muncul. Salam ADUHAI ..
ReplyDeleteDiberitahukan kepada sahabat Penggemar Cerbung Tien Kumalasari (PCTK), bahwa malam ini Minggu, 2 Mei 2021 JBC_43 TIDAK TAYANG alias LIBUR.
ReplyDeleteDemikian untuk menjadi maklum.
Mtnuwum infonya Kek
DeleteSelamat beristirahat....
Minggu libur. Trims
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSelamat istirahat buat semuanya...
ReplyDeleteSelamat istirahat bunda Tien...salam sehat dan salam Aduhai
Mtnuwum infonya
ReplyDeleteSelamat istirahat buat semuanya...
Selamat istirahat bunda Tien...salam sehat dan salam Aduhai
Makasih infonya kakek Habi.. 🙏
ReplyDeleteJENG AYO SAMBUNGAN JBC YG 43 DAN SELNJUTNYA KOK BLM TAYANG.UDAH PENASARAN MBACA CERITA JENG TIEN YG BISA MENGKOYAKKOYAK PERASAAN PEMBACA
ReplyDeleteMenunggu kelanjutan kisah Ika, Baskoro, Rina, Leo dan Risma, Broto
ReplyDeleteNgintip JBC 43 barangkali tayang gasik
ReplyDeleteSalam aduhai bunda Tien, semoga sehat selalu
semoga....ngintip nya benar....salam aduhai
ReplyDeleteNunggu JBC 43 sudah 2 hari kok blom muncul juga ?
ReplyDeleteSabar... Br otw jam tayang jbcnya
ReplyDeleteWah msh blm mecungul Eps 43. Salam aduhai utk semuanya.
ReplyDeleteMenunggu mas Baskoro 😀
ReplyDeletePada nungguin ya....😊
ReplyDeleteSama.....,😀
Iya nih mbak Tien, buat pinisirin pdhl daku wis ngantuk tadi ndak tidur siang, dadi sopiré mantan pacar hehehe cu soon n salam aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteSemoga Bu Tien selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan.....Aamiin
ReplyDeleteJBC43 belum nongol
ReplyDeleteWuaduh....
ReplyDeleteSudah banyak yg ngintip
Sampai gak kebagian tempat
Sabar.....menanti...
ReplyDeleteNgantuk sdh malam nderekaken injih sedoyo night
ReplyDelete