JANGAN BAWA CINTAKU 20
(Tien Kumalasari)
Ika masih menatap wanita setengah tua yang masih tampak ‘perkasa’ itu dengan pandangan sedikit ciut. Mata wanita itu tampak garang, memandanginya dengan tatapan marah.
“Kamu siapa?” tanya wanita itu.
“Saya Ika bu.. begitu orang memanggil saya. Ada apa ya bu?”
“Ada apa.. ada apa.. kamu itu nggak sadar telah melakukan kesalahan ya?”
“Saya… salah apa bu?” kata Ika yang mencoba memberanikan diri karena wanita itu seperti mengajaknya bertarung.
“Salah apa? Kamu itu telah merebut lahan aku. Lahan tempat aku mencari uang.”
“Oh, ma’af. Saya hanya berusaha berjualan, dan tidak bermaksud merebut lahan ibu.”
“Kenyataannya kamu merebutnya. Aku berjualan dari ujung sana sampai kemari, nggak ada yang beli. Katanya sudah beli sama kamu. Enak ya merebut rejeki orang.”
“Jadi.. saya .. salah? Ma’af bu, saya sebenarnya hanya sekedar berjualan. Tidak bermaksud merebut apapun. Kalau ibu keberatan, saya akan mencari lahan lain untuk berjualan.”
“Bagus. Dan jangan sekali-sekali kembali lagi kemari kalau tidak ingin berurusan denganku. Mengerti?”
Hati Ika mencelos. Perempuan setengah baya ini benar benar seperti preman, pakai mengancam segala. Tapi Ika seorang wanita yang memiliki pekerti halus, menurutnya rejeki adalah jatah yang sudah diberikan olehNya, dan dia tidak takut kehilangan lahan yang baru dibabatnya.
“Baiklah bu, saya minta ma’af,” kata Ika sambil menstarter motornya.
Tapi tiba-tiba didengarnya sebuah tepukan tangan dan panggilan dari arah belakang Ika.
“mBaaak… mbaaak..! Sini dulu, ada yang terlupa !”
Ika menoleh, tapi wanita setengah baya itu memelototinya.
“Biar aku saja,” katanya sambil membalikkan motornya kearah seorang ibu yang tadi berteriak memanggil.
Ika menjalankan motornya, pergi, dan masih didengarnya ibu itu meneriakinya.
“mbaaak.. mbak.. gimana sih.”
Si ibu menggerutu ketika Ika tidak memenuhi panggilannya, lalu dilihatnya penjual sayur satunya mendekat.
“Butuh apa bu, saya masih punya semuanya, lengkap.. kap.. kap..”
“Wah, kamu itu kalau datang kesiangan. mBaknya yang tadi, sayuranya bagus-bagus, kemarin kamu memberi aku bayam yang tengahnya sudah layu.”
“Ya ampun bu.. saya kan tinggal ambil dari pasar, mana tahu ada yang layu,” kata penjual sayur membela diri.
Kalau membeli sayur kan harus dilihat, kalau jelek jangan asal dibeli.”
“Ya sudah bu, saya datang untuk memenuhi kebutuhan ibu, kok ibu malah memarahi saya. Ini butuh apa?”
“Aku cuma mau nambah kemiri sama kangkung. Tadi punyanya mbaknya itu bagus-bagus, aku lupa mengambil. Dan lagi aku tadi bayarnya kurang dua ribu, aku baru masuk mengambil uang, dia sudah pergi.”
“Ah, cuma dua ribu saja. Mana.. dia sudah pergi. Ini bu, punya saya juga bagus. Nih.. saya pilihkan. Kemirinya mau berapa, yang satu ons atau yang eceran, ini sebungkus seribu.”
“Yang seribu saja, kangkungnya ini sudah agak layu..”
“Ya ampun bu.. milih yang bawah, ini.. lihat, masih segar.”
“Yang agak layu ditaruh diatas, kalau sayur sisa kemarin ya jangan dijual lagi, kasihan pembeli. Ya sudah, ini saja,” kata si ibu dengan wajah tak puas.
Penjual sayur mengomel panjang pendek ketika si ibu masuk kembali kerumah.
“Cuma beli sedikit saja, komentarnya panjang seperti sepur. Ini gara-gara perempuan bernama Ika tadi. Biasanya orang beli juga tidak cerewet, sekarang karena ada dia, punyaku jadi kelihatan buruk. Awas kalau besok masih jualan lagi di daerah sini,” omelnya sambil menstarter sepeda motornya dan pergi.
***
Ika kembali kerumah dengan wajah sedih. Rupanya dia telah membuat penjual sayur yang lain marah-marah. Lalu harus kemana lagi dia menjajakan dagangannya?
“Masa aku harus berhenti sampai disini ? Mundur karena takut merebut lahan orang? Tidak, aku harus mencobanya ditempat lain.”
Ia memasukkan sayur yang tersisa kedalam kulkas, Besok ia akan memasaknya dan membungkusinya sebagai masakan matang.
“Ah ya, Dian belum kembali ya, pasti masih nanti sore. Aku mau memasak dulu baru akan berstirahat.”
Tapi dalam memasak itu Ika kembali dibayangi rasa bingung. Kalau Rina mengajak bicara lagi tentang Leo, dia harus menjawab apa.
“Duuh, ini amat menyiksa. Gimana… gimana.. gimana…”
Ika memegangi lagi kepalanya yang serasa berdenyut.
Betapa ia amat mencintai Leo, tapi betapa dia juga amat membencinya. Perasaan itu bercampur aduk memenuhi dadanya.
“Aku belum siap menikah, lagi pula orang tuaku akan murka..”
Ucapan itu terngiang kembali ditelinganya, mengiris jantungnya. Enak dan enteng diucapkannya, tak peduli bahwa ucapan itu mengoyak perasaannya yang sudah terluka.
“Benci… benciii… benciiiii…”
Ika berteriak histeris.
Lalu tak sadar ia membubuhkan lagi garam kedalam sayur yang tadi sudah diberinya garam, lalu ia mengecap-ngecapnya sambil meringis ketika mencicipinya.
“Yaa.. keasinan..masa harus dibuang? Sayang dong,” lalu diambilnya dua butir kentang, dikupasnya lalu dimasukkannya kedalam sayur itu untuk mengurangi rasa asinnya.
Ika ingin istirahat setelah selesai memasak, tapi pikirannya belum tenang juga.
***
Rina sudah datang kembali dari rumah, membuat tim untuk suaminya dan sup sayur yang dimasaknya sampai lunak.
“Sekarang mas makan dulu.”
“Itu apa..”
“Ini nasi, aku masak sup juga tadi. Sup sayur, ini sehat,” kata Rina sambil menyiapkan nasi dan sayurnya ke piring.
Tapi begitu disuapkan, Leo berteriak.
“Nggak mau, masa nasi lembek begini?” kata Leo sambil berusaha memuntahkan makanannya.
“Mas, awas ya, kalau sampai dimuntahkan, aku mau bilang ke dokternya, supaya mas lebih lama tinggal disini.”
Leo menelan nasi yang sudah masuk ke mulutnya dengan kesal, kemudian membalikkan tubuhnya membelakanginya.
“Itu bukan bubur, tapi nasi tim, supaya lebih empuk.”
“Aku bukan bayi..”
“Mas itu sakit. Perut kamu terluka, tidak bisa mencerna makanan kasar dan keras,. Menurut atau tidak, kalau tidak aku mau pulang saja, nggak peduli mas mau apa.”
“Katakan tentang Ika.”
“Tidak.. dan tidak, sebelum mas sembuh. Huh, seperti anak kecil saja. Apalagi kalau mas tidak menurut, aku tak akan mengatakannya.”
Leo benar-benar seperti anak kecil. Rina melayaninya dengan wajah muram. Menyuapkan makanan yang hanya masuk ke mulut beberapa sendok, itupun sambil dengan dahi mengernyit karena merasa tidak suka. Rina tak lagi mengatakan sesuatu. Setiap kali dipandangnya wajah pucat itu, rasa iba selalu memenuhi dadanya. Bagaimanapun Leo adalah suaminya, dan sangat dicintainya.
Ketika mencuci piring bekas makanan itu, tak urung menitik juga air matanya. Rasa lelah menggayutinya.
Kemudian dia duduk di sofa, sampai sa’atnya sore tiba, dia teringat harus menjemput Dian, seperti janjinya pada Ika.
Setelah mengganti baju suaminya, Rina membungkus semua pakaian kotor.
“Kamu mau pulang?”
“Ya, mencuci semua pakaian kamu dan menjemput Dian,” lalu Rina terkejut karena kelepasan bicara.
“Apa katamu? Menjemput Dian dimana ?”
“Bukan, aku salah, maksudku Dina, dan bukan menjemput, tapi menjenguk dirumah ibu.”
Leo tak menjawab, tapi disebutnya nama Dian, biar salah ucap sekalipun, membuatnya teringat kembali pada Ika.
“Benarkah Rina salah ucap? Jangan-jangan mereka sudah sering ketemuan. Tapi tahukah Rina sejauh mana hubungan aku sama Ika?” kata batin Leo.
***
Rina menuju ke mobilnya, kepalanya terasa berdenyut, pusingnya bukan alang kepalang. Ia masuk ke mobil, lalu mencari obat gosok dari dalam tasnya. Beruntung dia membawanya. Digosoknya pelipisnya, juga tengkuknya.
Setelah agak tenang dan pusingnya berkurang, ia menstarter mobilnya, tapi belum sampai dia menjalankannya, tiba-tiba seseorang mengetuk kaca mobilnya. Rina membukanya.
“Bas ?”
“Kamu sakit? Bau minyak angin nih,.”
“Sedikit pusing, agak berkurang.”
“Kalau lagi sakit, jangan mengendarai mobil sendiri. Kamu mau kemana ?”
“Aku mau pulang, mencuci baju, lalu ke rumah ibu.”
“Turun, aku saja yang menyetir.”
“Tapi aku akan lama Bas, menurunkan cucian, mengambil baju lagi untuk ganti, lalu aku mau ke rumah ibu, mengantarkan anak sahabat aku, baru aku kembali ke rumah sakit.”
“Aku antarkan kamu sampai ke ujung dunia sekalipun. Ayo menurut, kamu pucat sekali.”
“Tapi Bas..”
“Jangan takut, aku tak akan mengganggu kamu. Kamu tidak percaya sama aku? Kamu tidak akan kuat mengendarai mobil, atau kamu akan membahayakan diri kamu sendiri?”
Rina terpaksa menurut. Ketika turun dari mobil untuk naik kesisi sebelahnya, ia merasa tubuhnya sedikit terhuyung. Baskoro menatapnya khawatir. Ia mendekat dan menuntun Rina sampai naik ke jok sebelahnya.
Disepanjang perjalanan kerumah Rina menyandarkan kepalanya. Baskoro sangat khawatir.
“Kamu sudah makan?” Rina menggeleng.
“Gimana sih kamu, merawat orang sakit, tapi kamu lupa memikirkan diri kamu sendiri, ayo kita makan dulu,” kata Baskoro tanpa menunggu jawaban Rina lalu menghentikan begitu saja mobilnya didepan sebuah rumah makan. Lalu ia membukakan pintu untuk Rina dan menuntun Rina menuju kedalam rumah makan itu. Ia menurut ketika Baskoro mendudukkannya di kursi, lalu memesan teh panas terlebih dulu.
“Kamu mau makan apa?”
“Entahlah,” jawab Rina lemas.
“Sup saja ya, biar segar. Enak kalau badan lagi kurang sehat lalu makan makanan panas.”
Rina hanya mengangguk. Batas kekuatannya hampir tumbang. Menahan lelah lahir batin, sampai melupakan kesehatannya sendiri. Memang benar, ia lupa makan dan minum, perhatiannya hanya tercurah pada suaminya.
“Kamu melupakan kesehatan kamu sendiri. Semuanya kamu yang memikirkan. Tak adakah orang yang bisa menolong kamu? Saudara atau siapa?”
“Aku dan Leo tidak punya saudara. Leo tidak punya orang tua, aku hanya punya ibu, yang sekarang aku menitipkan Dina disana.”
“Barangkali anak buah suami kamu. Orang kantor yang sekiranya bisa membantu. Salah satu OB, atau apa. Kamu tidak punya pembantu? Pikirkanlah, jangan kamu menanganinya sendiri Rina.”
“Ya, akan aku pikirkan. Aku tidak punya pembantu.”
“Teh panas kamu minum dulu, lalu makanlah.”
“Rina meneguk teh panasnya, sedikit demi sedikit. Keringat mengucur membasahi dahinya.”
Baskoro mengulurkan tissue dan Rina mengelapnya sendiri.
Untunglah ada Baskoro, kalau tidak, barangkali Rina akan pingsan dijalan.
“Terimakasih Bas.”
“Aku tak tega melihat kamu sakit, apalagi menderita.”
“Tidak, jangan pikirkan, aku akan baik-baik saja.”
“Makanlah nasi dan supnya, aku temani.”
Rina menyendok makanannya, dan Baskoro melihat tangan itu gemetar. Trenyuh melihatnya.
“Kamu harus istirahat dirumah.”
“Bagaimana suami aku?”
“Kamu bisa minta tolong seseorang. Cobalah menelpon ke kantor. Atau salah satu OB .. atau aku akan minta salah satu perawat untuk menjaga lebih, karena kamu juga sakit? Aku akan bicara nanti.”
“Iya, nanti aku pikirkan.”
Rina sudah beberapa sendok memasukkan makanan ke mulutnya, tapi tiba-tiba dia merasa mual.”
“Aduuh.. aku mau ke toilet dulu,” Rina berdiri dan bergegas ke belakang. Ia memuntahkan semua isi perutnya.
Rina keluar dari toilet dengan nafas tersengal, dan dilihatnya Baskoro menunggunya diluar pintu.
“Bagaimana ?”
“Agak lega, tapi perutku kosong.”
Baskoro menuntunnya kembali ke mejanya.
“Minum lagi teh panasnya, dan lanjutkan makannya. Mau aku suapin ?”
“Tidak, biar aku sendiri.”
Rina mengeluarkan lagi obat gosoknya dan menggosokkannya lagi di pelipis dan tengkuknya.
Lalu diteguknya lagi teh digelas yang masih panas.
“Lebih baikan ?”
Rina mengangguk.
“Kamu masuk angin karena terlambat makan.”
“Iya benar,” katanya sambil menyendok lagi nasinya. Tapi hanya tiga sendok. Rina menghentikannya.
“Kok sudah? Kamu mau makanan yang lain?”
“Tidak, aku pulang saja dulu, itu baju kotor suami aku…harus..”
“Masukkan saja ke laundry. Gampang kan? Sekarang kemana? Tidak usah pulang untuk mencuci baju sendiri. Biarpun kamu memakai mesin cuci, kamu masih harus mengurusnya. Kalau masuk ke laundry, begitu keluar sudah rapi dan wangi. Iya kan ?”
Rina mengangguk. Baskoro benar, ia harus menjemput Dian dan mengantarkannya ke ibunya, kemudian pulang dan tidur sebentar.”
“Sekarang ke rumah ibu kan? Nanti sambil jalan memasukkan baju-baju kotor itu di laundry manapun. Mereka bisa mengantarkannya kalau sudah oke.”
Rina mengangguk. Tubuhnya agak terasa ringan.
Ketika Baskoro turun untuk memasukkan baju kotor ke sebuah laundry, ia juga membeli makanan yang kebetulan ada didekat situ, lalu diberikannya pada Rina yang menunggu di mobil. Baskoro melarangnya turun karena Rina masih tampak pucat.
“Ini, ada makanan, bisa untuk cemilan barangkali kamu nggak sempat makan. Ada arem-arem, itu kan bisa untuk pengganti nasi. Atau kukis, atau apa lagi nih, pokoknya macam-macam.”
“Bas, kamu kok begitu repotnya memikirkan aku.”
“Iya lah, mana tega aku melihat kamu kelaparan begitu. Nanti aku akan bicara sama perawat rumah sakit agar ada yang menjaga suami kamu siang malam. Jadi kamu tidak perlu sangat mengkhawatirkannya. Kalaupun kamu ingin kesana, kamu tidak perlu khawatir apapun.”
“Terimakasih Bas.”
Tapi ketika sampai dirumah ibunya, Rina terpaksa turun. Ia tak ingin Dina melihatnya seperti orang sakit. Ia turun dan kebetulan melihat Dian sudah rapi. Ia hanya berpamit kepada ibunya bahwa harus buru-buru mengantarkan Dian, ibunya mengerti tapi Dina agak keberatan Dian ikut ibunya pulang. Ia merengut ketika Dian menyalaminya.
“Dina, lain kali aku akan kemari lagi. Ya.”
“Bener ya, nggak pake lama!” kata Dina masih dengan wajah cemberut.
“Iya Dina lain kali mas Dian akan kemari lagi. Kalau tidak pulang-pulang, nanti ibunya mencarinya. Kan pamitnya cuma sehari?”
Dina melambaikan tangannya juga ketika Dian sudah masuk ke mobil bersama ibunya. Baskoro tidak ikut turun dan memberhentikan mobilnya diluar pagar, khawatir ibunya memarahinya karena dia sedang bersama Baskoro. Ibunya tidak harus tahu bahwa dia sedang tidak enak badan, sehingga Baskoro yang kebetulan datang terpaksa dibiarkan mengantarkannya. Ketika dia turun pun sebenarnya ia melangkah dengan berat karena badannya terasa sangat lemas. Itu sebabnya dia buru-buru pamit pada ibunya. Beruntung karena ibunya tak memperhatikan wajah pucatnya karena sedang memegangi tangan Dina.
***
Ika berdebar ketika melihat mobil Rina berhenti didepan rumahnya. Rupanya ia melewati jalan dari arah berlawanan yang lebih lebar sehingga mobilnya bisa masuk, seperti ketika menjemput Dian. Ia belum mempersiapkan jawaban karena belum tahu harus menjawab apa. Ia harus bicara dulu sama Rina, bahwa ia tak ingin masuk kedalam kehidupannya, dan ingin pergi jauh dari Leo.
“Kalau nanti bu Rina mendesak atau memaksa, baiklah, aku akan menemui Leo dan mengatakan semuanya, agar Leo puas dan Bu Rina tidak kecewa,” kata hati Ika pada akhirnya.
Ika berdiri didepan teras, menyambut Dian yang diikuti Rina berjalan menuju kearahnya. Namun Ika terkejut melihat wajah Rina pucat sekali, dan jalannya agak limbung.
“Bu Rina..”
“mBak Yanti, saya hanya akan mengantarkan Dian, terimakasih telah…..”
Dan Rina tiba-tiba roboh dan jatuh ke tanah. Ika memekik keras, memburu Rina yang diam tak bergerak.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah
ReplyDeleteSelamat Jeng dokter Juara 1
DeleteSelamat bu dokter juara 1
DeleteSelamat dok, dalam episode_20 ini Anda berhasil menduduki komrnt tercepat....
DeleteSelamat malam Bu Tien, terima kasih sdh tayang sebelum pkl 22.00 wib.
Selamat buat jeng dokter..
DeleteSalam ADUHAI deh..
terimakasih bu Tien JBC #20 sudah hadir ...makin seru bu ..
Deletesmoga ada rejeki buat mba ika ...di daerah yg baru ...
😍 mba Rina yg sabar yaa menghadapi mas Leo yg spt anak abg labil....
smoga baskoro mendpt pendamping sebaik Rina ...
smoga Ibu Tien Slalu sehat bersama keluarga
Salam aduhaiii dr Semarang 🤩
Alhamdulillah JBC 20 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, semoga sehat selalu
Salam Aduhai dari Bekasi
Alhamdulillah
ReplyDeleteJuara 1....
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien, jbc30
ReplyDeleteMaaf, jbc 20
DeleteRina jadi ikut sakit, apa kira" Ika menggantikan yg merawat Leo ya...terus Baskoro merawat Rina, wah...bisa CLBK dua pasang.
DeleteBroto tidak kunjung datang juga, bisa terlupakan loh.
Ika tentu jadi sadar, mencari rejeki tidak semudah yang dibayangkan. Baru lahan berjualan saja sudah harus berurusan dengan penghuni lama. Kalau menyadari itu tentu akan berfikir, lebih menyenangkan kalau punya suami yang dapat memberi nafkah, menanggung biaya hidup keluarganya.
Kalau kembali dengan Leo, seneng tuh..si Rinta Anastasia.
Salam sehat mbak Tien Kumalasari dari sragentina selalu Aduhaiiii, ADUHAIIII...
Terimakasih mBak Tien JBC yang ke dua puluh sudah muncul.
ReplyDeleteSehat sehat selalu doaku.
Memulai baik usahanya maupun masalah yang mengganggu ketenangan hati nya tukang sayur yang cantik
Ternyata dua duanya jadi sakit, aduh Rina Rina merawat orang setres malah ikut seteep, gimana tidak badan sama hati kayak dicuci, lha ini dia; si sopir kehilangan penumpang, mana ini nggak balik balik argonya jalan terus nich?!
DeleteSopir tembak lagi ..
TKS Bu Tien BJC-20 sdh hadir.
ReplyDeleteAlhamdulillah.....terimakasih Bundaa Tien...sehat sll😍😍
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam Aduhaiiii....
Salam sehat selalu
Makasih buingit Bun Tien, JBC-20 dah terbit/tayang.
ReplyDeleteSalam aduhai, sayang, dan seroja kami dari Boyolali tuk Bun Tien sklg di Solo dan juga bagi pr sedulur selawase anggota PCTK yg hueboh di manapun berada.
Semoga sukses semuanya, aamiin YRA.
🙏👍🙏
Matur nuwun Mbak Tien, semakin penasaran, lanjut.....
ReplyDeleteSemoga mbak Tien selalu sehat dan tetap berkarya.
Matur nuwun mas Ngatno
DeleteSalam ADUHAI
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Banten, Purwodadi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Betapa ia amat mencintai Leo, tapi betapa dia juga amat membencinya. Perasaan itu bercampur aduk memenuhi dadanya.
DeleteTuh kaaaann masih cintrong ,,, ngaku ajaahh,,,ih gemes gemes gemeeeessss
Terus..... Besok Ika yg jagain Leo di rumah sakit,,,, horeeeee
Lope lope lopeeeeeeee
💖💖💖💖💖
mkasih bundaaaaa dtggu klnjutannya y bunda. slm sehat dri skohrjo
DeleteYaa.. keasinan..masa harus dibuang? Sayang dong,” lalu diambilnya dua butir kentang, dikupasnya lalu dimasukkannya kedalam sayur itu untuk mengurangi rasa asinnya
DeleteAku baru tau sekarang mbk
Yang di tunggu2 udah muncul JBC 20
ReplyDeleteADUHAI
Mksh bunda Tien,sehat selalu moga Allah beri kemudahan dan kelancaran dlm menulis cerbung buat nyenengin para penggemar setianya
Di bela2in ngantuk ttp menunggu krn selalu penasaran dgn cerita yg makin seru bikin dag dig dug aj
Ttp setia menanti dan menanti
Salam hangat dari Jogja tak lupa sungkem kagem bunda Tien 😍😍😍
Matur nuwun jeng In..
DeleteSalam ADUHAI..
suwun mb Tien JBC20 telah terbit
ReplyDeleteAlhamdulilah yg selalu dinanti muncul. Terimakasih bunda .. sehat selalu. Aamiin
ReplyDeleteSalam aduhaiiii...
ReplyDeletebu Tien....sehat selalu
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien ADUHAI Kumalasari... JBC #20 sudah hadir.
Semoga mbak Tien selalu sehat dan tetap semangat..
Salam sehat dari Sidoarjo...
Alhamdulilah... matur nuwun Bu Tien...
ReplyDeleteBarakallaah...
Salam sehat selalu dari kota apel.
Salam kenal semua bpk ibu..
Asyik. Sudah datang.
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien.🙏
Alhamdulillah JBC Eps 20 sudah tayang, matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Trimakasihmbak Tien jbs 20nya..
ReplyDeleteDuuh kasihan rina..
Jd sebel jg sm leo tuh..
Salam sehat n aduhai mbak Tien..
Matur nuwun bu Tien....
ReplyDeleteSalam sehat selalu..
(Lina Yogya)
Matr nuwn Bunda Tien
ReplyDeleteMatur nuwun... Mbak tien... Semoga sehat selalu dan selalu semangat menghibur lewat goresan kata
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunfa Tien cerbungnya
Semoga bunda selalu sehat aamiin
Salam sehat dan hangat dari Purworejo
Salam s
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunfa Tien cerbungnya
Semoga bunda selalu sehat aamiin
Salam sehat dan hangat dari Purworejo
Maturnuwun bunda Tien, JBC20 telah hadir.
ReplyDeleteSalam sehat dari kota Malang.
tidak lupa tetep ADUHAI njih bun..🙏
Puji Tuhan ibu Tien selalu sehat, semangat dan produktip shg JBC 20 hadir dgn tetap bikin penasaran kami para penggandrungnya.
ReplyDeleteMungkin ibu Rina lagi mulai hamil, sering pusing, mual bahkan muntah, pucat bahkan tdk suka berdandan,tdk suka bedakan bahkan sekarang sampai pingsan. Mungkin adik Dina nanti cowok..
Sumonggo lajengipun dalem nderek ibu Tien. Matur nuwun..
Trm kasih bu Tien JBC 20 telah hadir... Sehat dan semnagat buat bu Tien
ReplyDeleteSemoga mbak Tien sehat dan semangat. Terima kasih JBC 20
ReplyDeleteYaaah komennya ketinggalan terus hehehe
ReplyDeleteDugaan saya, baskoro hanya katalisator dlm hubungan rina leo dan ika. Endingnya adalah leo tetap dgn rina yg aduhai, ika dgn broto dan baskoro balik ke amrik dgn hati yg patah utk kedua kalinya.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien, Salam sehat selalu utk mbak Tien.
Terimakasih bu Tien, JBC 20 telah hadir ..Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah eps 20 terbit dan ternyata Rina juga sakit sampai pingsan di rumah Ika. Kita tunggu saja kelanjutannya. Apakah Rina juga di masukkan kerumah sakit sama Baskoro... Tentu saja Bu Tien yang tahu... Salam sehat dan ADUHAI untuk Bu Tien.
ReplyDeleteTerima kasihjbc 20 nya .Semoga Rina segera tertangani..salam sehat dansemangat buat bu Tien
ReplyDeleteMet malam Bunda.
ReplyDeleteTerima kasih JBC 20 nya.Sukses selalu .Met istirahat dan salam Aduhai buat Bunda
Maturnuwun bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, suwun mbak Tien. Smg mbak tien sklg tetap sehat dan semangat, sll dlm lindungan Alloh sebhanahu wa ta'ala, Aamiin
ReplyDeleteAwas ya kalau dimuntahkan ...
ReplyDeleteMas itu sakit ....
Kalau tidak menurut aku tinggal pulang ....
Wwwwkkkkkkkk....
Mirip aku ....
Saat suami sakit gak mau nurut serta sulit makannya ....
Selalu tak ancam kayak rina ...
Kasihan banget rina ....
Meghafapi suami yang super egois dan mau menang sendiri ...
Ika ....
Kamu punya hati kan ....
Jangan mau yaaa kalau disuruh menjaga leo yang menyebalkan itu ...
Kalau kamu mau merawat leo ...
Aduuuhh ika ....kamu benar benar gak punya hati ....
Menolehlah kemasa lalumu gimana egoisnya leo yang mencampakkanmu kecomberan ....
Kasihan rina ....
Hatinya terluka juga karena leo ....
Leo ....leo ....leo ....kamu jahat kamu sadis telah melukai hati rina ....
Ika.....
Cepetan tilpun mas broto ....
Setujui tawaran mas broto yang mau mengajakmu ke jakarta ....
Beres sudah ...
Kamu dicintai broto dan ksmu juga terbebas dari ancaman tukang sayur yang preman itu....
Ika ...
Ingat pesanku ...jangan mau menemui leo ...
Apalagi merawatnya ...
Kasihan rina ...
Ahaaa....ADUHAI deh
DeleteRintaaaaa......
ReplyDeleteAku berdoa dengan sepenuh hati ...
Supaya ika gak mau jagain leo ....
Biar perawat atau OB kantornya leo aja yang jagain dirumah sakit ...
Biar tambah stres si leo ...
Ika yang menjaga rina ...
Rina dan ika ....
Dua wanita yang hatinya didakiti oleh leo ...
Leo jahat ....jahat ...dan jahat tingkat dewa
Alhamdulillah, nuwun mbak Tien
ReplyDeleteMaturnuwun ibu Tien....,kutunggu selalu...salam hangat utk ibu skeluarga,semoga selalu sehat dan bahagia
ReplyDeleteRina pingsan... Semoga segera sadar dan sehat kembali, setelah dirawat Ika. Penasaran lanjutan ceritanya bagaimana... Saya tunggu saja dgn sabar. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteRina tiba" roboh dan jatuh ke tanah.
ReplyDeleteIka memekik keras,memburu Rina yg diam tak bergerak.
Rina jelas terlalu capek, capek badan juga capek batinnya. Istri sebaik Rina harus menderita karena sikap Leo.Disakiti seperti apapun kalau suami lagi sakit tetap tidak tega.Tapi kalau Rina sendiri tumbang lalu siapa yg harus merawat Leo, keduanya tak punya keluarga disini.
Bagaimana kalau Ika yg merawat Leo....
Wauw... pasti langsung sembuh.
Tapi apakah Ika bersedia....
Bagaimanapun Ika harus segera ketemu Leo dan mengatakan semua apa yg dialaminya selama ini.
Kebenaran harus segera diungkap,pun Ika harus segara menetapkan pilihan juga harus menyadarinya bahwa berjuang hidup sendiri untuk membesarkan anak itu merupakan pilihan yg sulit.
Sementara Rina sendiri berada dipersimpangan,antara Leo suaminya yg memikirkan perempuan lain dan Baskoro yg menawarkan cinta baru sesi kedua.
Akankah Rina tertarik..
Tidak semudah itu, Rina tipe istri yg setia pada suami dan keluarga walau badai telah menerjangnya.
Meski ibarat gelas kaca yg sudah retak sulit diperbaiki kembali.
Bagaimana nasib rumah tangganya kelak....
Kita ikuti terus yuk... episode" selanjutnya.
Semoga bunda Tien selalu diberikan kesehatan.
Salam aduhai dari Bojonegoro.
Aamiin. Aduhai jeng Wiwik
DeleteTerimakasih bunda Tien.
DeleteAlhamdulillah .... pagi2 sarapannya jbc 20 ..... aduuuhhh rina sakit nih .... trus yang nungguin leo siapa ya ?
ReplyDeleteWaahhh ika saja ....sebab sementara dia blm punya wilayah untuk jualan .....
Kalau ika yg nungguin mesti leo senang n cepet sembuh ..... apa begitu ya bu tien
Terserah bu tien sajalah bagaimana baiknya
Yg penting semoga bu tien sehat2 selalu
Buat semua penggemar cerbung, selamat pagi, selamat beraktifitas semoga lancar n sukses .... aamiin yra
Assalamu'alaikum
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien 🙏
ReplyDeleteKonentar paling belakang 😊 trimakasih Ibu Tien 😇
ReplyDeleteMatur nuwun.
ReplyDeleteMatur nuwun. Bbrp hari lagi kita mau kedatangan TAMU AGUNG mudah2an semua sehat selalu.
ReplyDeleteWah.. jangan2 Rina hamil nih. Semoga aja.. biar Dina punya adik lagi. Untuk Ika.. yg sabar ya.. sulit bgt hidupmu. Kasihan kamu Ika.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien utk JBC 20. Ditunggu kelanjutannya. Smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja yg aduhai selalu dari Semarang.
Akhirnya Rina terpaksa dirawat juga...
ReplyDeleteBagaimana dengan Leo
Siapa yg menfurusnya... ?
Salam sehat selalu mbak Tien
Terimakasih mb.Tien sudah hadir JBC 20, semoga mb.Tien selalu sehat.
ReplyDeleteBuat sahabat-2ku Penggemar Cerbung Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSesuai Informasi yang saya peroleh dari sumber yang dapat dipercaya, malam ini JBC_21 LIBUR.
Selamat tidur lebih awal ya, malam ini tidak ada BALAPAN adu cepat komentar awal.
[20:27, 4/4/2021] Djoko Budi Santoso: Bu Tien Sugeng dalu..... tayang punapa libur bu JBC_21 ??
[20:28, 4/4/2021] Tien Kumalasari: Libur njih.. saya baru pulang dari Boyolali. Tilik putu.. 🙏
[20:29, 4/4/2021] Djoko Budi Santoso: Owh ngaten...... monggo" yen bade aso salira. tak woro-woro di WAG_PCTK malam ini JBC_21 LIBUR
Mksih infonya Kek
DeleteBerhubung libur monggo sare mawon.
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah rahayu...
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSuwun kek infonipun 🙏
ReplyDeleteAlhamdullilah mba Tien dgn munculnya cerbung JBC.. Slmseroja dr skbmi.. Muuaahh
ReplyDeleteSabar menanti n menunggu
ReplyDeleteAlhamdulilah.. terimakasih bunda tien..
ReplyDeleteKami setia menanti kelanjutannya cerbung JBC.. Salam aduhai.. Semoga sehat selalu
Hari ini gak libur lagi to Mbak Tien?
ReplyDeleteMasih Sabar Menanti
ReplyDeleteKok kayak nama Bis
Apa Rumah Makan Padang ?
ReplyDeleteSabar menanti kelanjutan cerbungnya.salsm aduhai dari Noor Aini Yogyakarta
ReplyDeleteBlm juga tayang JBC 21... salam Aduhai u Bu Tien dan pengemar Semuanya😴😴😴
ReplyDeleteAku merindu tanpa batas waktuuu
ReplyDeleteSetia menunggu
ReplyDeleteTrims jeng Tien JBC 21 sdh tayang ..salam Aduhaiii dr Sleman
ReplyDeleteMasih bl hadirkah JBC 21. Masih menunggu hadir Mu
ReplyDeleteMasih bl hadirkah JBC 21 sampai saat ini........
ReplyDeleteDi eps.4 disebut bahwa orangtua dan saudara2 Leo akan datang bertamu ke rumah Rina, sampai Ika merasa "iri", tapi di eps.20 disebut bahwa Leo sudah tidak punya keluarga yg bisa dimintai tolong untuk bantu jagain di RS, gimana nih mbak Tien alurnya ga konsisten. Mau diedit yg bagian mana baiknya ya?
ReplyDelete