ADA YANG MASIH TERSISA 17
(Tien Kumalasari)
“Tejo !!” hardik pak Kusumo. Tejo bangkit duduk, sedangkan Ana kemudian berdiri, ia memegang minyak kayu putih ditangannya, dan memang bau minyak kayu putih menyeruak memenuhi kamar Tejo.
“Apa yang kamu lakukan? Apa pembantumu ini tidak mengatakan bahwa Miranti akan melahirkan?”
“Ssaya sudah bilang pak,” sela Ana
“Kalau sudah mendengar bahwa isteri kamu sudah ada dirumah sakit, mengapa tidak segera berangkat?”
“Begitu datang pak Tejo bilang badannya sakit, lalu langsung tidur. Baru saja dia minta dikerokin pak, saya sudah menolaknya karena sungkan, tapi pak Tejo memarahi saya, ” sambung Ana lagi, yang kemudian setengah berlari kebelakang, ngeri mendengar suara pak Kusumo begitu keras.
“Ya bapak, Tejo masuk angin pak.”
“Seberat apa rasa sakitmu itu, sampai tidak perduli pada isteri yang mau melahirkan anak kamu?”
“Ma’af pak, badan Tejo sangat lemas tadi.”
“Lalu menyuruh pembantumu, yang masih gadis, menggosok tubuhmu, mengeroki tubuhmu didalam kamar tertutup, apa itu pantas?”
“Ma’af bapak. Sekarang sudah agak baikan, saya kerumah sakit sekarang.” Kata Tejo sambil meraih baju yang tersampir dibawah ranjangnya.
“Kamu ini benar-benar keterlaluan Tejo,” omel pak Kusumo yang terus menggelitik telinga Tejo.
“Kamu juga aneh, mengapa mematikan ponsel?”
“Tejo lupa mengecasnya pak, itu Tejo tinggalkan dimeja, belum sempat mengecas karena badan rasanya tidak enak.”
“Banyak alasan, banyak jawaban. Bapak kecewa sama kamu.”
“Ana, tolong ponselku di cas ya, aku mau kerumah sakit sama bapak.”
“Baik pak,” jawab Ana sambil menunduk.
Tejo keluar dengan langkah gontai, agar tampak seperti orang sakit, lalu mengikuti masuk kedalam mobil bapaknya.
Ana mengantar sampai keteras, tersenyum lebar ketika menemukan akal untuk mengelabui pak Kusumo. Walau tetap saja terdengar pak Kusumo marah-marah tanpa mau mendengar alasan Tejo. Ana tersenyum meraba wajahnya, dan merasa beruntung tidak lupa tadi memasang lagi tahi lalat palsunya ditempat semula.
***
Pak Kusumo membawa Tejo keruangan Miranti. Agak kaku ketika ia mendekati Miranti, yang pura-pura memejamkan matanya, lalu Tejo mengucapkan sesuatu dengan lirih.
“Syukurlah kamu melahirkan dengan selamat. Aku tidak tahu tadi.”
Pak Kusumo duduk didekat isterinya dengan wajah muram.
Tejo duduk dikursi disamping tempat tidur Miranti, tapi Miranti terus memejamkan matanya. Ia tak membukanya sedikitpun walau ia tahu Tejo masih duduk disampingnya.
“Minta ma’af kepada isteri kamu. Salah besar kamu seorang suami sama sekali tidak peduli sa’at isteri melahirkan,” kata pak Kusumo keras dan kaku.
“Aku minta ma’af,” katanya lirih, sesuai anjuran pak Kusumo, seperti murid menirukan aba-aba gurunya.
Tapi Miranti tetap memejamkan matanya. Tejo menyandarkan tubuhnya. Sebal juga disuruh menatap tubuh terbujur diam dan tanpa mempedulikan kedatangannya.
“Barangkali Tejo ingin melihat anaknya,” kata bu Kusumo.
“Dia tak akan perduli.”
“Sudah pak, jangan marah-marah lagi, kasihan nanti Miranti tidak bisa istirahat, Ayo Jo, kita lihat anakmu.
Tejo berdiri, lalu mengikuti ibunya keluar dari kamar.
“Kamu itu suka sekali membuat bapak marah,” omel bu Kusumo dalam berjalan kearah kamar bayi.
“Tejo sakit bu, pulang lalu tidur. Ketika bapak datang, Tejo lagi dikerokin Ana.”
“Itu kan perbuatan tidak pantas. Kamu laki-laki, masih muda, dan Ana seorang gadis, berada dikamar walau hanya untuk kerokan.”
“Lalu bagaimana lagi bu, adanya cuma Ana,” kata Tejo yang sekarang sudah sangat pintar berbohong dan bersandiwara.
“Apa sakit sekali sehingga tidak kuat menahannya, dan mengalahkan perhatian kamu ketika isteri mau melahirkan?”
“Badan Tejo sangat lemas, lalu makan sedikit, lalu tidur. Lalu Tejo menyuruh Ana agar mengeroki Tejo. Nyatanya kemudian Tejo sudah bisa bangun.”
Sementara itu Tejo dan bu Kusumo sudah sampai dikamar bayi. Bu Kusumo yang sudah tahu lebih dulu, menunjukkan bayi Miranti yang terlelap.
“Itu anakmu Tejo..”
Tejo menatap bayi itu, dan dadanya berdesir. Seperti mimpi rasanya ketika menyadari bahwa dia sudah punya anak. Bayi mungil yang tampan, lalu Tejo menatapnya tak berkedip.
“Ganteng kan anakmu?”
“Iya bu..”
“Kamu senang kan sekarang sudah punya anak?”
“Iya bu, Tejo senang.”
Bu Kusumo mengajak Tejo kembali kekamar Miranti, sa’at pak Winardi dan bu Winardi sudah ada disana. Pelukan haru bu Winardi dan tangis bahagia memenuhi ruangan itu. Miranti juga sangat senang melihat ibu bapaknya datang.
Tejo mendekati pak Winardi dan mencium tangannya.
“Lama tidak ketemu ya nak Tejo, ketika saya kerumah nak Tejo juga belum pulang dari kantor,” kata pak Winardi.
“Iya pak, saya selalu pulang sore.”
“Silahkan kalau mau melihat bayinya lho bu Win sama pak Win. Tejo, tolong antarkan mertua kamu keruang bayi,” kata bu Kusumo.
“Iya nak, ibu ingin melihat cucu ibu, ayo pak.. kita melihat cucu..” ajaknya kepada suaminya.
Tejo terpaksa mengantarkan kedua mertuanya.
***
Pramadi masih berada diatas mobil. Hari mulai gelap. Ia tak tahu harus berbuat apa. Mau langsung pulang juga nggak enak. Kan dia sopir. Tapi mau ikut kedalam juga sungkan, biarpun dia sudah memakai kumis palsunya. Bingung kan.. ada pak Kusumo.. ada pak Winardi..
Untunglah tiba-tiba pak Kusumo menelpon.
“Pram, kamu dimana?”
“Diparkiran bapak..”
“Ini sudah malam, kamu pulang saja. “
“Apa mobilnya saya tinggal disini saja pak?”
“Bawa pulang saja.. besok baru kamu kesini lagi.”
“Baiklah, saya pulang sekarang pak.”
Pramadi yang merasa letih lalu membawa mobilnya pulang. Lega karena Miranti ditungguin oleh keluarganya. Dan bingung antara melepas atau memakai kumis palsunya.
***
Ana menunggu sampai malam, tapi tak ada kabar dari Tejo. Ana mulai bosan. Mobil Tejo masih ada diluar. Ana bisa memasukkannya ke garasi, tapi takut nanti pak Kusumo curiga, jadi Ana membiarkannya saja. Lalu ia mengunci pintu dan masuk kekamarnya. Tejo tak mengabari apapun, mungkin karena masih ada bapak dan ibunya, atau mungkin juga mertuanya.
Sudah jam 10 malam ketika Tejo mengirim pesan singkat.
“Aku masih dirumah sakit. Bapak melarangku pulang.”
Ana merengut, dibalasnya pesan itu dengan emotikon orang marah.
“Sabar Nis, masih ada hari esok.”
“Mobilmu masih diluar, kamu bisa pulang dengan alasan harus memasukkan mobil ke garasi. Gampang kan. Tapi kamu harus naik taksi pulangnya.”
“Oh iya, kamu pintar. Baiklah. Mobil bapak ditinggal dirumah sakit, aku bisa naik mobil bapak.”
“Cepat ya, aku tunggu, aku takut sendirian dirumah.”
“Tapi aku tidak bisa lama, alasanku kan cuma memasukkan mobil ke garasi.”
“Ya sudah, tidak apa-apa. Cepat ya.”
Ana tersenyum . Baginya, apa yang dikatakannya selalu dilakukan oleh Tejo, itu sudah membuatnya senang.
Ia membuka kunci pintu depan, lalu pura-pura tidur, agar nanti ketika pulang Tejo membangunkannya.
***
Miranti tak menjawab ketika Tejo pamit mau pulang sebentar untuk memasukkan mobil ke garasi.
Hari sudah malam dan ia merasa sangat letih. Ia hanya mengirim emotikon jempol ketika sebuah pesan singkat terkirim.
“Selamat tidur bidadari..”
Miranti memejamkan matanya. Ingin ia merasa tenang, setenang wanita yang baru selesai melahirkan dengan selamat. Tapi pikirannya melayang jauh. Haruskah ia melanjutkan rumah tangga yang terasa sangat tidak nyaman ini ?”
Lalu apa setelah ia melahirkan? Melanjutkan hidupnya dengan merawat anaknya tanpa mempedulikan apa yang ada dikiri kanannya? Selama ini Pram masih selalu bisa menghiburnya, tapi tidak sampai hati dia membiarkan Pram terus menerus berkorban untuk dirinya. Pram juga harus memikirkan hidupnya.
“Ibu mengapa belum juga tidur?” tiba-tiba seorang perawat mendekatinya.
“Ya suster, ini mau tidur..”
“Ada yang ibu rasakan? Pusing, atau apa?”
“Tidak ada suster, saya baik-baik saja.”
“Tidak ada yang menunggui ibu malam ini?”
“Ada sus, baru pulang sebentar..”
“Baiklah, kalau merasa ada yang sakit, bilang ya bu.”
“Baiklah suster.”
Perawat itu berlalu, lalu Miranti memejamkan matanya. Ia tak peduli ketika menyadari bahwa Tejo pergi lama sekali. Barangkali ia mendapatkan kesempatan untuk bersenang-senang. Terserahlah.
***
Ketika pagi itu bu Kusumo datang dengan membawa banyak makanan, dilihatnya Tejo masih terlelap. Dengan gemas bu Kusumo membangunkannya. Bu Kusumo tidak tahu bahwa menjelang pagi Tejo baru kembali dari mengandangkan mobilnya digarasi rumah.
“Tejo, kok jam segini belum bangun ?”
Tejo menggeliat.. menatap ibunya yang berdiri disampingnya.
“Jam berapa kok ibu sudah sampai disini?”
“Jam sepuluh, tahu. Nggak malu sama perawat-perawat yang sudah keluar masuk merawat isteri kamu.”
Tejo bangkit, mengucek matanya.
“Tejo mau pulang dulu, mandi dan berangkat ke kantor.”
“Lho.. kok pulang begitu saja, nggak pamit sama isteri kamu?”
Tejo yang sudah hampir sampai dipintu membalikkan tubuhnya, mendekati Miranti.
“Aku mau pulang.”
Miranti tak menjawab, Tejo kemudian berlalu.
“Mir, sudah makan ya? Ini ibu bawakan makanan, roti. Itu pisang yang dibawa ibu kamu kemarin.”
“Iya bu, tadi sudah makan jatah dari rumah sakit, nanti Miranti makan oleh-oleh dari ibu.”
“Ya, kamu harus makan banyak, supaya ASI nya lancar. Anakmu juga sehat.”
“Ya ibu.”
Tak lama kemudian perawat masuk sambil membawa bayi Miranti,
“Ibu, belajar menyusui ya bu.”
Miranti tersenyum. Bayi molek itu merengek pelan, Miranti mencoba duduk.
“Pelan-pelan ya bu..”
Lalu diterimanya si bayi dan mencoba menyusuinya.
“Hm.. bagus, tampaknya ASI nya sudah keluar .. lihat, dia minum dengan lahap,” kata perawat sambil tersenyum.
“Enaknya... duuh.. minum yang banyak ya le, biar cepat besar..” kata bu Kusumo yang melihat cucunya minum dengan lahap.
Miranti mengelus kepala anaknya dengan terharu. Bayi tak berdosa ini tetap harus mendapatkan kasih sayangnya.
“Ma’af saya datang terlambat.”
Miranti memutar tubuhnya ketika melihat Pram datang. Tentu ia tak ingin orang lain melihat ketika ia sedang menyusukan anaknya.
Pram yang tidak tahu terkejut, lalu membalikkan tubuhnya bermaksud keluar. Tapu bu Kusumo memanggilnya.
“Pram, duduk disebelah sini, menghadap kesana, kan tidak akan bisa melihat Miranti sedang menyusukan bayinya.”
“Saya diluar saja dulu bu,” kata Pram yang memilih keluar.
“Baiklah, nanti saya panggil kalau sudah selesai.”
Miranti tersenyum. Begitu baiknya Pramadi, begitu menghormati perempuan.
“Kamu membutuhkan apa Mir?
“Tidak bu.. semuanya sudah cukup.”
“Adakah baju kotor yang harus dibawa pulang?”
“Tidak bu, saya sudah membayar tukang cuci disini .. supaya tidak merepotkan siapapun.”
“Ya sudah, kalau ada biar Pram membawanya pulang.”
“Tidak ada bu. Ibu jangan bolak balik kesini bu, Miranti kan sudah ada yang mengurus, yaitu pihak rumah sakit, Miranti khawatir ibu kecapekan.”
“Tidak Mir, ibu suka, apalagi kalau melihat cucu ibu iki.”
“Besok Miranti kan sudah boleh pulang.”
“Benarkah ? Syukur kalau begitu.”
“Perawat tadi bertanya, akan diberi nama siapa cucu ibu itu?”
“Lhah.. mengapa tadi tidak menanyakannya pada Tejo?”
“Lebih baik ibu atau bapak saja yang memberi nama. Mas Tejo terlalu sibuk, mana sempat memikirkan nama bayi.”
Bu Kusumo menghela nafas.
“Iya, aku heran pada suami kamu. Disini semalaman kok ya tidak berfikir tentang nama anaknya. Coba, nunggu bapakmu sebentar, katanya mau kesini.”
“Apa, ada apa.. kok nyebut-nyebut bapakmu...” tiba-tiba pak Kusumo muncul.
“Ini lho pak, cucumu belum dikasih nama. Coba.. apa bapak pernah memikirkan nama yang bagus untuk cucu kita.. so’alnya bapaknya tadi kok ya tidak berfikir tentang nama anaknya.”
“Ah, sudahlah.. jangan memikirkan Tejo. Dia itu memang laki-laki yang tidak punya tanggung jawab. Biar aku saja yang kasih nama..bagaimana kalau Abiyoga?”
“Waah.. bagaimana Mir.. bagus tuh.. bapak memberinya nama. Kamu suka nggak?”
“Bagus bapak, Miranti suka, itu kan artinya anak laki-laki yang punya kelebihan.”
“Nah, sudah selesai kan. Tidak usah menunggu-nunggu bapaknya, bapaknya mana memikirkan hal seperti itu. Sekarang mana, sudah selesai minumnya kan, sini, gendong eyang kakung,” kata pak Kusumo lalu mengambil Abi dari pangkuan ibunya.
“Wah.. enak sekali tidurnya le?”
“Iya eyang, kan sudah kenyang.”
***
Bu Winardi memenuhi janjinya, setelah Miranti pulang dari rumah sakit, mereka menginap dirumah Miranti selama tiga hari. Bahagia rasanya ketika setiap hari bisa menggendong cucu.
Yang bingung adalah Pramadi. Ketika pak Kusumo atau bu Kusumo datang, ia biasa saja, tapi ketika pak Winardi ada.. dia harus memasang kumisnya.
MIranti selalu tak bisa menahan ketawanya setiap kali melihatnya. Untunglah hanya tiga hari mereka disana, dan untungnya lagi pak Winardi membawa mobil sendiri sehingga Pram tidak harus mengantarnya pulang.
Siang hari itu Miranti ingin sekali berbelanja. Sudah sebulan umur bayinya dan ada yang ingin dibicarakan bersama Pramadi.
Setelah menyusukan bayinya, ia menitipkannya pada Ana.
“Ana, titip Abi ya, aku mau belanja sebentar saja. Kalau dia rewel dan aku belum pulang, ada stok ASI di freezer, berikan seperti biasanya.”
“Ya bu. Sekarang dia sedang tidur kan?”
“Iya, aku hanya sebentar.”
“Baiklah.”
Tapi ketika Miranti berangkat pergi, Ana masuk kekamarnya dan tidur.
Begitu pulasnya dia tertidur, sehingga tak mendengar ketika Abi menangis keras. Beberapa sa’at lamanya Abi menangis, barulah Ana terbangun. Dengan kesal dia bangkit dan berjalan kearah kamar.
“Dasar cerewet ! Kamu cerewet seperti ibu kamu ya, ayo teruslah menangis.. teruslah menangis.. bisa diam tidak.. bisa diam tidak??? Apa mau aku pukul kamu dengan ini??” dan Ana lalu mengambil sebuah guling diranjang Miranti yang nyaris dipukulkannya kearah bayi tak berdosa itu.
Tapi tiba-tiba Tejo sudah berdiri ditengah pintu, terkejut melihat Ana mau memukul bayi yang sedang menangis keras.
“Ana!! Apa kamu sudah gila ?” pekiknya.
Ana terkejut bukan alang kepalang.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah telah hadir AYMT 17.. matur nuwun mbak Tien ππ. Salam sehat bahagia selalu ..Aamiin yra.
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Makasar,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Alhamdulillah.....
DeleteSetelah melalui penantian yg panjang
Akhirnya.....
AYMT 17 sudah hadir
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Tmbh seruuuu kuy... Semangat trs Bu Tien ku sayang, salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
DeleteAlhamdulillah AYMT 17 sudah tayang gasik
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam Hormat dari Karang Tengah, Tangerang.
Trims bu tien.
ReplyDeleteWaduhh.... makin seru ceritanya.
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien, semoga senantiasa sehat2. Salam dari Bandung (Komariah Prilanawati)
Terima kasih mbak Tien ... AYMT 17 sdh tayang dan dinikmati para penggemarnya.
ReplyDeleteSalam kami dari Yogya.
duhhh gemeeesss
ReplyDeleteWadoohh..ternyata diluar dugaan ,kirain mau diusir dan dipecat tuh sitejo sama anisa...penggemar kecewa dehhh..ππ€makasih bu tien,hebat banget mempermainkan emosi pembaca.salam sehat dan bahagia selalu ibu.π
ReplyDeleteYeyy... udah tayang juga.. terima kasih Bu Tien... salam dari Semarang π
ReplyDeleteAlhamdulillah , suwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat sll dr Bekasi
Terima kasih mbak Tien ep 17 sudah tayang. Ana memang sudah gila, untung Tejo memergokinya sebelum Abi dipukul guling oleh Ana. Dasar perempuan gila. Slmt malam Mbak Tien, salam seroja dari Semarang.
ReplyDeleteSelamat si Tejo....hehe jalan cerita belok kearah lain...tp apa Tejo akhirnya sadar akan sifat Anisa yg tdk baik ketika tahu Anisa tega mau memukul anaknya...darah dagingnya...meskipun dia tidak mencintai ibunya....terserah mbak Tien mau dibawa kemana....sehat selalu mbak Tien...Situbondo menunggu kelanjutannya
ReplyDeleteNama nama tokoh yang terpasang, Miranti-Pram, Tejo-Ana, Pak/Ibu Kusumo,Pak/Ibu Winardi, dengan karakter masing-masing....harapan pembaca yang menyimak, Semoga Mbak Tien tetap menerapkan *hukum tabur-tuai* barang siapa yang menabur kebaikan akan menuai kebaikan, sebaliknya untuk yang menabur keburukan akan menuai keburukan,....mari kita ikuti terus jalan ceritanya karena sang penulis pintar bikin pembacanya penasaran ,πππ
DeleteMatur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Batang
Waduh ... baby sister matre.... mana bisa merawat kenapa tejo ngak ketahuan sekalian ya...
ReplyDeleteCept tayang nya..
ReplyDeleteMaksiih ya bu.
Salam sehat buat ibu n klg
Salam sehat dan hangat dari Kudus ... πππ
ReplyDeleteMaturnuwun bu Tien, AYMT-17 sudah hadir..π
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, salam seroja dari Magelang.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamndulillah...terimakasih mbak tien
ReplyDeletePerawat itu berlalu, lalu Miranti memejamkan matanya. Ia tak peduli ketika menyadari bahwa Pram pergi lama sekali. Barangkali ia mendapatkan kesempatan untuk bersenang-senang. Terserahlah. # bahwa Pram...... seharusnya Tejo pergi lama sekali dstnya.
ReplyDeleteMatur nuwun... Mbak tien... AYMT 17 melesat dr perkiraan sy... luar biasa.. Smg mbak tien sll sehat jasmani rohani ekonomisll berimajinasi
ReplyDeleteAlhamdulillah AYMT 17 sudah hadir
ReplyDeleteKasihan Miranti punya suami seperti itu..
Semoga ada jln keluarnya
Sikap Ana yg kasar thdp bayinya Miranti, semoga Tejo jg menjadi sadar
Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Terimakasih mb Tien
ReplyDeletePuji Tuhan, cerita tetap bikin penasaran. Wah sy salah tafsir kirain Tejo dan Ana diusir dan dipecat. Terserah Ibu Tien ajalah...
ReplyDeleteSemoga Tejo dan Ana segera bertobat.
Yustinhar Priok menunggu eps 18.
Matur nuwun.
Mikir nggak ya si Tejo.....Makasih mba Tien. Salam sehat selalu mba
ReplyDeleteSalah kira ssmua nih... bu Tien emang paling bisa. Sampai sekarang masih gak ketebak jalan ceritanya. Tapi saya tetap nitip supaya miranti pisah sama tejo dan nikah sama pram ya bu... please...
ReplyDeleteMakasih ibu cantik...π₯°
Makin seru, terimakasih, Bu Tien. Salam sehat dari Yogya. π
ReplyDeletepas nengok sdha tayang episode 17...aduk pak Kusumo Kok ya percaya dg Tejo dan Ana.... Bu Tien mwmang ok.. Sehat selalu buat bh Tien
ReplyDeleteTrimakasihbak Tien..
ReplyDeleteAymt17...duh jd ikut ga karu2an ni perasaan...bener2 ya tejo sm ana kompak "kerokan" dan "minyak kayu putih" bs mengelabuhi pak kusumo..duuuh..
Semoga yg bahagia akhirnya buat miranti..
Lanjuut mbak Tien..
Salam sehat dari bandung buat mbak Tien & keluarga.
Andai boleh memilih pasti Miranti menginginkan Pram sbg suami idamannya...tp apakah mgkn krn dia sdh mempunyai anak dr Tejo? Sadarkah Tejo dg perangai buruk Ana yg mencr kesempatan dlm situasi ini? Lanjut mb Tien apa yg terbaik utk hidup masa depan mrk ber-3? Bgtu puka utk Pram.. slm seroja
ReplyDeleteAlhamdulillah AYMT episode 17 sudah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta Aamiin
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan semuanya
Alhamdulillah.... Eps 17 sdh tayang. Semoga Bu Tien tetap sehat ... Aamiin YRA.
ReplyDeleteAlhamdulillah telah hadir AYMT 17.. matur nuwun mbak Tien ππ. Salam sehat bahagia selalu ..Aamiin yra.
ReplyDeleteReply
Deg deg an...tambah penasaran...apa ya yg akan dilakukan Tejo terhadap Ana...
ReplyDeleteSalam sehat mb Tien dr YulieSleman Sendowo
Waktu Tejo kedapatan di kamar berduaan dengan Ana.... waduh khawatir pak Kusumo pingsan.. kasihan pak Kusumo dibohongi oleh anaknya sendiri....ditambah kebohongan sipembantu palsu Ana.Semoga Miranti dan bayinya sehat. Betapa inginnya pak Kusumo dan istrinya kebahagiaan...buat keluarganya terutama untuk anak semata wayangnya.
ReplyDeleteSemoga mbak Tien tetap sehat dan semangat dalam berkarya.
Rupanya naluri seorang ayah tetap ada pada Tejo walau dia tdk suka dg Miranti....
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Kapan ya terungkapnya bhw Ana itu Anisa yg jadi pembantu palsu...di tunggu Bu Tien lanjutannya. Semoga Bu Tien sehat selalu dlm berkarya. Aamiin...
ReplyDeleteAq usir aja...
ReplyDeleteKalo saya jadi Miranti.., minta cerai terus terima cinta nya Prambudi.... wkwkwkwk.... Baper kelas berat saya,....
ReplyDeleteAda kasih sayang disana. Cinta yang tulus dari bapak dan ibu Kusumo kepada Miranti melebihi terhadap anaknya sendiri.
DeleteSelain itu juga ada rasa hutang budi terhadap bapak dan ibu Kusumo yang telah mengangat dari kebangkrutan usaha orang tuanya.
Bukannya Miranti matree, tapi bagaimana gitu ....sulit digambarkan situasinya. Ditambah lagi Pramadi pergi tanpa pesan dan tiada berita ber bulan². Miranti terjebak dalam polemik kehidupan, bagai berada dalam kotak Laberynth, tak tau harus pergi kemana, hingga ada tangan terulur mengangkatnya, yaitu tangan bapak dan ibu Kusumo.
Kebahagiaan orang tua, adalah segalanya. Maka Miranti bersedia berkorban.
Seru ....seru ....lanjut mbak Tien.. semoga tetap sehat dan semangat. Tak terkecuali buat para penggemar sekalian.
Abiyoga adalah perekat dari segalanya. Apakah Tejo akan sadar dari kekeliruan dan kesalahannya ? Bagaimana kelanjutan hidup Pramadi yang mengorbankan segalanya untuk kebahagiaan Miranti ...? Mbak Tien yang tau jawabannya dan mengatur penyelesaiannya .....
Sabar .....kita setia menanti kelanjutannya ..........
Sama , diusir saja ....kepregok lg . Miranti minta cerai dan menikah sama Pram
ReplyDeleteAduh duh tejo sutejo, kapokmu kapan...
ReplyDeleteNunggu sampe anakmu diemplok anisa yaaa
Mb Tien , bolehkah klo Pram sama Moranti aja....Biar tejo n anisa ..mrk sdh sama bobroknya . Tp gimana caranya
ReplyDeleteMiranti ..maksudnya
ReplyDeleteAndaikan Miranti dgn Pram..dan si Tejo dgn Ana ...aku mau syukuran jajan Bakso bersama keluarga π€π. πMaaf njih Mbak Tien.. sampai terbawa emosi ..
ReplyDeleteSaya diajak nggak ? ππ
DeleteSmg Tejo sadar hingga mau merubah sikapnya kpd Miranti,Sehingga bisa membahagiakan kedua ortunya jg
ReplyDeleteTokoh tokoh yang dipasang, Miranti-Pram , Tejo-Ana, Pak/Ibu Kusumo, Pak/Ibu Winardi, dengan peran dan karakter masing-masing,......yang diharapkan dari pembaca, Mbak Tien tetap terapkan hukum tabur-tuai, barang siapa menabur kebaikan akan meraih kebaikan, sebaliknya untuk yang menabur keburukan akan menerima hukumannya.....mari kita simak terus jalan ceritanya ternyata penulis pintar membuat pembacanya selalu penasaran dengan alur ceritanya...(Yoyok Ms Purworejo Jawa tengah)
ReplyDeleteTokoh tokoh yang terpasang Miranti-Pram Tejo-Ana Pak/Ibu Kusumo, Pak/Ibu Winardi dengan karakter dan perannya masing-masing, diharapkan oleh pembaca Mbak Tien tetap terapkan hukum tabur-tuai barang siapa menabur kebaikan akan meraih kebaikan dan sebaliknya untuk yang menabur keburukan akan menerima hukumannya,..... marilah kita ikuti terus alur ceritanya yang bagus ini karena sang penulis pintar membuat pembacanya selalu penasaran (Yoyok Ms Purworejo Jawa tengah ππ
ReplyDeleteKalau Miranti n Tejo ....aduh Tejo dah bejat py ?
ReplyDeleteMantul Bu Tien...suwun
ReplyDeleteSalam saking Pamulang 2
Blm hsdir episode 18...uda penasaran pengin tahu apa yg dilskukan Yejo ketika melihat Aniss yg mau mrmukul Abi....sehat selslu mbak Tien
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, sehat terus ya Bunda,, tetap semangat Aamiin πππ
ReplyDeleteAlhamdulillah AYMT 17 akhirnya terbit.
ReplyDeleteNamun ada bagian yang belum diungkap
*dengan ponsel siapa Tejo bisa mengirim pesan singkat kepada Ana dari rumah sakit ? Dan juga menerima emoticon dari Ana? Padahal ponsel Tejo ditinggal di rumah untuk di cas* .
----
"Banyak alasan, banyak jawaban. Bapak kecewa sama kamu.”
“Ana, tolong ponselku di cas ya, aku mau kerumah sakit sama bapak.”
“Baik pak,” jawab Ana sambil menunduk.