ADA YANG MASIH TERSISA 16
(Tien Kumalasari)
Pram setengah berlari menemui perawat yang menunggu, lalu menandatanganinya dengan tangan gemetar.
“Yang benar saja.. mengantar isteri orang yang mau melahirkan, dan sekaligus menandatangani ijin untuk operasi caesarnya,” gumam Pram sambil duduk menunggu dengan hati berdebar.
Belum lagi sebelum operasi dimulai dokter atau perawat tadi menawarkan, apakah dia akan menunggui sa’at operasi.. Astaga.. ya enggak lah. Pram beralasan nggak tega melihat darah.
“Ya Tuhan.. bagaimana kalau ada setan lewat?” pikirnya sambil tersenyum, teringat candaannya bersama Miranti beberapa bulan yang lalu.
“Baiklah ‘suami’.”
“Suami? Awas ya kalau ada setan lewat jadi beneran.”
Setengah jam kemudian barulah pak Kusumo dan bu Kusumo muncul.
“Bagaimana Pram?”
“Sudah dimulai operasinya ?” tanya pak Kusumo.
“Sudah setengah jam yang lalu pak.”
“Terimakasih ya Pram, kamu yang harus repot, kemana Tejo ini ya?”
“Sudah bapak hubungi lagi?”
“Sudah Pram, ponselnya mati. Tadi saya telpon kantor katanya dia sudah keluar.”
“Kalau keluar itu berarti pulang pak, pastinya Ana sudah memberi tahu kalau pulang,” kata bu Kusumo.
“Ibu tahu nomor kontaknya Ana?”
“Tidak tahu pak.”
“Pram tahu?”
“Tidak pak.”
“Waduh.. apa bapak kerumah dulu ya, tapi bapak ingin menunggu dia sampai lahir,” kata pak Kusumo.
“Ya sudah pak, disini dulu, biarkan saja Tejo pulang, nanti kalau Ana memberi tahu pasti dia langsung kemari.”
Bu Kusumo menelpon bu Winardi, mengabarkan bahwa Miranti mau melahirkan dan baru dioperasi.
Mereka menunggu dengan tegang.
***
“Wah, sayurnya keasinan...” teriak Tejo begitu menyuap makanannya.
“Masak sih..”
“Katanya kalau masak keasinan tandanya pengin kawin..”
Ana terkekeh genit, sambil mencubit lengan Tejo. Siang itu mereka makan semeja, bak suami isteri beneran, siapa yang mau nglarang? Tak ada orang kecuali mereka berdua.
“Seandainya kita sudah suami isteri ya Nis?”
“Iya, kelamaan.”
“Enak dan nyaman begini, nggak ada yang mengganggu dan menghalangi, semua sibuk menunggui orang mau melahirkan,” gumam Tejo.
“Bagaimana nanti kalau tiba-tiba bapak kamu datang kemari dan melihat kita sedang berduaan?”
“Iya ya, kamu kan tahu bahwa Miranti kerumah sakit, kalau aku pulang, harusnya kamu memberi tahu dan aku juga harus berangkat kerumah sakit.”
“Iya mas, kalau tidak, aku yang disalahkan, dikira tidak memberi tahu.”
“Iya sih, ya sudah, kita pikirkan nanti, yang penting aku senang bisa makan bareng dirumah seperti ini. Yang melahirkan biarlah melahirkan. Ya kan?”
Ucapan yang tidak pantas, sementara yang mau melahirkan adalah isterinya. Keduanya asyik bercanda dan bermesraan, tak peduli ketegangan sedang meliputi hati kedua orang tuanya.
***
Belum satu jam setelah operasi dimulai, sebuah lengkingan tangis bayi terdengar, bagai membelah suasana mencekam diantara yang menungguinya.
“Sudah lahir pak, cucu kita.” Bu Kusumo hampir bersorak.
“Iya benar, alhamdulillah.”
Pramadi menarik nafas lega, hampir satu jam ia juga merasa tegang.
Ketika perawat membuka pintu kamar bersalin, yang ditatapnya adalah Pramadi.
“Bapak, ini anak bapak, laki-laki pak, apakah bapak mau mengadzaninya?”
Pram kebingungan. Ada rasa sungkan terhadap pak Kusumo dan isterinya karena dia dikira bapak dari bayi itu. Ia memandangi pak Kusumo dan bu Kusumo berganti-ganti, lalu mereka bangkit dari duduk mereka. Mendekati perawat yang menggendong bayi merah yang sudah dibungkus selimut cantik berwarna biru, pilihan Miranti dan Pram ketika itu.
“Mau di adzani pak?” ulang perawat itu.
Pram kebingungan, tapi pak Kusumo mengangguk.
“Kamu bisa kan Pram? Lakukanlah saja. Tidak apa-apa,” kata pak Kusumo.
Pramadi mendekat, sedikit gemetar ketika mengumandangkan adzan ditelinga si bayi.
“Ya Tuhan.. ya Tuhan.. mengapa harus saya.. firasat apa ini ?” batin Pram dengan hati bergelora.
“Biar saya menggendongnya sebentar,” kata bu Kusumo.
Tapi bukannya menyerahkan bayi itu kepada bu Kusumo, perawat itu justru menyerahkannya kepada Pramadi.
Pramadi masih gemetar ketika menerimanya, lalu diserahkannya bayi merah itu ketangan bu Kusumo.
“Cucuku... lihat pak, gantengnya, mirip siapa ini ya pak..” kata bu Kusumo dengan bersemangat.
“Iya, Ya belum kelihatan mirip siapa bu, masih bayi begitu, mudah-mudahan mirip aku..” kata pak Kusumo sambil mengelus kepala cucunya.
“Sudah ya bu, sekarang adik bayi mau dimasukkan kekamar bayi,” kata perawat sambil meminta bayi itu lalu dibawanya kekamar bayi yang terletak tak jauh dari ruang bersalin.
“Bu, aku mau pulang dulu mencari Tejo, bagaimana anak itu, isteri melahirkan sampai tidak tahu. Kalau pulang mestinya Ana sudah memberi tahu,” gerutu pak Kusumo.
“Iya pak, bapak coba susul kerumah, ibu nungguin disini saja sampai diperbolehkan ketemu Miranti.
“Saya antar saja bapak?” Pram menawarkan.
“Tidak Pram, kamu disini saja, siapa tahu nanti Miranti memerlukan sesuatu,” kata pak Kusumo sambil berlalu.
“Nanti ibu pilihkan kamar terbaik untuk Miranti, “ pesan pak Kusumo sambil menoleh kearah isterinya.
Bu Kusumo mengangguk, lalu mengusap air mata bahagia yang meleleh dipipi tuanya.
Pramadi terharu melihat kebaikan pak Kusumo dan bu Kusumo. Begitu besar kasih sayangnya kepada Miranti, sementara suaminya sama sekali tak pernah peduli.
***
“Aaduuh.. bapak kok lama banget pulangnya...aku ingin cepat-cepat menunggui cucuku lahir lho pak,” keluh bu Winardi dengan gelisah, ketika menunggu suaminya tak kunjung datang.
“Atau jangan-jangan malah sudah lahir ini.”
Dering ponsel terdengar, bu Win segera mengangkatnya.
“Bu Win... “ sapa bu Kusumo dari seberang.
“Ya bu...”
“Cucu kita sudah lahir dengan selamat bu..”
“Oh, alhamdulillah bu... saya bahagia sekali. Ini saya sudah siap, menunggu bapak masih di kantor.. Laki-laki atau perempuan bu?”
“Laki-laki, ganteng bu.”
“Ah, syukurlah..”
“Baiklah bu, tidak usah tergesa-gesa, yang penting ibu dan bayinya selamat dan sehat.”
“Iya bu.. saya segera berangkat begitu bapaknya Miranti datang.”
“Ya bu, ini sudah mau pindah keruang rawat. Sabar ya bu, tidak usah tergesa-gesa.”
“Baiklah bu..”
Bu Win tetap saja gelisah, ngedumel sambil berjalan kedepan dan kebelakang, menunggu pak Winardi yang belum juga tampak.
Kemudian ia kebelakang, lupa bahwa harus membungkus pisang rebus yang sudah siap dimeja, lalu membawa pisang ambon yang diunduhnya dari kebun sendiri. Semuanya disiapkan diteras.
Ketika melihat mobil suaminya memasuki halaman, bu Win sudah berdiri diteras, menunggu.
“Lama banget sih pak..”
“Rapat baru selesai. Bagaimana, sudah dioperasi? Kita berangkat sekarang?”
“Iya lah pak, cucu kita sudah lahir, laki-laki pak.”
“Syukurlah, kalau begitu ayo kita berangkat sekarang.. tapi aku mau ganti baju dulu ya bu.”
***
Ketika keluar dari kamar bersalin dan dipindahkan ke ruang inap, yang pertama terlihat oleh Miranti adalah Pram, yang mendampingi bu Kusumo mengiringi brankar yang didorong oleh perawat.
Ada senyum tulus diwajah laki-laki tampan itu, lalu Miranti membalasnya dengan senyuman pula, yang tersungging dari bibir tipisnya yang masih tampak pucat.
“Bapak mana bu?” tanya Miranti ketika sudah dibaringkan dikamarnya yang nyaman.
“Bapakmu sedang mencari suami kamu. Entah kemana anak itu, sampai sekarang belum tampak batang hidungnya.
“Mungkin sibuk bu, biarkan saja.”
“Bagaimana keadaanmu, baik-baik saja?”
“Ya ibu, atas do’a ibu dan bapak.”
“Ibumu juga sudah ibu kabari, katanya menunggu bapak kamu pulang. Pasti secepatnya akan datang kemari.”
“Iya bu, terimakasih banyak.”
“Kamu ingin apa? Ibu belikan..”
“Tidak bu, tadi sudah diberi minum.”
“Baiklah, istirahat saja. Ibu menunggui kamu disitu,” kata bu Kusumo sambil menunjuk kearah sofa.
“Ibu, Miranti tidak usah ditunggui, nanti ibu kecapekan..”
“Tidak, ibu kan juga sambil menunggu bapak kamu. Pram.. duduklah disini..” kata bu Kusumo kepada Pram.
“Saya diluar saja bu..”
“Jangan Pram, nanti susah kalau mau minta tolong sama kamu. Duduklah disini, jangan sungkan.”
“Baiklah,” Pram kemudian duduk didekat bu Kusumo, melirik sekilas kearah Miranti lalu menundukkan wajahnya.
“Ibu, bukankah bapak sama ibu nanti akan datang kemari?” tanya Miranti tiba-tiba.
“Oh, iya, pasti, tadi ibu kamu sudah bersiap-siap mau berangkat.”
Pertanyaan Miranti itu seperti sebuah isyarat bagi Pram, bahwa ketika bapak ibunya datang, maka Pram tidak boleh terlihat oleh mereka.
Diam-diam Pram meraba bawah hidungnya. Hm.. harus ada kumis disini. Lalu Pram tersenyum sendiri. Ia tak membawa kumis pasangan itu, jadi lebih baik dia keluar, atau kembali membeli kumis palsu agar kalau terpaksa bertemu tetap tak bisa dikenali.
“Mau kemana Pram?” tanya bu Kusumo ketika melihat Pram berdiri.
“Mau kebelakang sebentar bu,” katanya sambil berlalu.
Miranti tersenyum lega, Pram bisa menangkap kata-katanya.
***
Diluar, Pram bingung sendiri. Kalau ia pergi membeli kumis itu, bagaimana kalau tiba-tiba bu Kusumo memanggilnya untuk melakukan sesuatu?
Pram berjalan kearah kamar bayi, melongok melalui tirai kaca, mencari dimana bayi Miranti diletakkan.
“Ini anak bapak, “ seorang perawat yang sejak tadi mengira bahwa Pram adalah bapaknya si bayi, menunjukkan kearah bayi yang tergolek agak diujung.
Pram tersenyum menatapnya. Hampir tak percaya dia telah membisikkan adzan ketelinga si ganteng mungil yang tampak terlelap.
“Kasihan nak, bapakmu tak peduli,” bisik Pram terharu.
Dan seperti mendengar kata-kata Pram, bayi itu mengerjapkan matanya, membuka mulutnya dan merengek perlahan.
“Ssst... diam sayang, tidak apa-apa, anggap saja aku bapak kamu ya..” bisik Pram lirih sambil meletakkan telapak tangannya dikaca, berharap bayi itu bisa merasakan getar suaranya. Lalu dengan heran Pram melihat bayi itu terdiam, menutup mulutnya kembali dan seakan tersenyum. Bagai teriris hati Pram melihat semua itu.
Lalu ia teringat bahwa ia harus segera pergi sebelum pak Winardi bersama isterinya datang.
Sekali lagi Pram menempelkan telapak tangannya ditirai kaca itu.
“Bapak pergi dulu ya,” lalu Pram tersenyum. Eh.. bapak..?
Pram bergegas keluar kearah parkiran.
“Dimana ya ada penjual kumis palsu? Ditempat aku beli dulu itu tempatnya agak jauh dari sini,” gumamnya.
Lalu Pram menelpon satpam kantornya.
“Ya bapak,” sapa sang satpam.
“Tolong belikan aku kumis palsu.”
Satpam itu terkejut setengah mati. Ia mengira pendengarannya keliru.
“Apa pak?”
“Ya ampun.. kamu masih muda, masa nggak dengar aku ngomong apa?”
“Ya.. saya mendengarnya seperti.. kumis palsu..”
“Ya, benar, kumis palsu.”
“Untuk bapak?”
“Ya untuk aku San, masa untuk kucing? Kucing kan sudah punya kumis sendiri?”
“Iya pak, benar. Yang bagaimana ya pak, takutnya nanti salah, kan bentuknya bermacam-macam.”
“Yang biasa saja, jangan yang seperti pak Raden, geli aku ..”
“Tapi...” sang satpam masih ragu-ragu.
“Tidak usah kebanyakan bertanya, mintalah uang kepada kasir, belikan dan antar ke rumah sakit.”
“Kerumah sakit mana pak?”
“Aduh, belikan dulu, tapi sebelum beli potoin kumisnya, kirimkan ke aku, sudah benar atau belum, kalau sudah benar nanti aku kasih tahu alamatnya.”
“Baiklah pak.” Jawab sang satpam sambil masih bertanya-tanya dalam hati. Ia mengira majikannya akan bermain drama, entah dalam acara apa.
“Cepat, nggak pakai lama ya.”
“Baik.”
Lalu Pram masuk kedalam mobil Miranti, duduk termenung disana. Merenungi hidupnya yang sangat rumit. Pura-pura jadi pengamen demi ingin ketemu Miranti, lalu menjadi sopir yang kebetulan juga sopir Miranti. Lalu harus memakai kumis palsu ketika akan bertemu dengan orang tua Miranti.
Pram geleng-geleng kepala sambil tersenyum lucu. Tapi itu tak seberapa, belum lama ini dia harus mengantar Miranti ke rumah sakit sa’at mau melahirkan, lalu menandatangani surat persetujuan operasi seakan dia adalah suami Miranti, lalu memekikkan adzan ditelinga anak Miranti, bak seorang bapak beneran.
Pram kembali menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Apa yang akan terjadi didepan sana?” gumam Pram.
“Hanya Tuhan yang tahu..” gumamnya lagi.
Lalu ia menerima kiriman gambar kumis palsu dikaca ponselnya, yang membuatnya terbahak-bahak.
“San, itu kumisnya Charlie Caplin... moh aku!!” tulisnya membalas pesan dari satpamnya.
Lalu yang kedua itupun membuat Pram tertawa ngakak.
“Jangan ini.. seperti pak Raden.. hidungku geli.”
Tiga kali sang satpam mengirimkan gambar kumis palsu baru Pram menyetujuinya.
“Cepat kirimkan kealamat yang aku kirim, aku menunggu di parkiran, masuk saja.”
Pram mengirimkan nama rumah sakit dan alamatnya, lalu menunggu sambil tersenyum-senyum sendiri.
Hatinya berdebar ketika melihat mobil memasuki area parkir. Itu mobil orang tuanya Miranti.
“Aduh, kumisku belum datang,” gumamnya, lalu ia memerosotkan badannya kebawah sehingga kepalanya tidak terlihat.
***
Pak Kusumo sedang dalam perjalanan kerumah Tejo, tapi ia menelpon kantornya lagi, barangkali Tejo sudah berada dikantornya.
Tapi sekretaris mengatakan bahwa Tejo sudah keluar sejak lama. Pak Kusumo melanjutkan perjalanannya dengan terus membawa rasa kesal kepada Tejo. Tak seharusnya sampai anaknya lahir dia tak mengetahuinya.
“Apa sebenarnya yang dilakukan anak itu? Heran aku,” gerundelnya tak habis-habis.
“Tumben-tumbenan juga ponselnya mati,” lanjutnya dengan semakin kesal.
“Tanda tangan isterinya mau dioperasi, harus Pram, mengadzani anaknya setelah lahir, Pram lagi. Bagaimana kamu itu Jo.. jadi suami kok tidak bertanggung jawab. Memang dari semula kamu tidak suka dijodohkan, tapi kenyataan bahwa Miranti isteri yang baik, yang tidak neka-neka, cantik, apa tidak bisa meluruhkan hati kamu. Kemana lagi kamu mau mencari isteri sebaik Miranti Jo, seperti apa.. Anisa..? Gadis pengerat itu? Amit-amit Jo.. jangan sampai.. jangan sampai..” pak Kusumo terus-terusan ngedumel.
Begitu mobilnya memasuki halaman rumah Tejo, dilihatnya mobil Tejo ada disana.
“Ternyata pulang, apa Ana tidak memberitahu kalau isterinya mau melahirkan? Kok masih enak-enak dirumah,” omel pak Kusumo sambil masuk kedalam rumah.
Kebetulan rumah tidak dikunci. Tak ada suara apapun. Apa Tejo tertidur ? Dibukanya kamar Tejo, dan dilihatnya Tejo terbaring dengan bertelanjang dada, sedangkan Ana ada disampingnya.
Kemarahan pak Kusumo memuncak.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah telah hadir..matur Nwn mbak Tien 🙏🙏🙏 salam sehat bahagia selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah nginceng 18.45 waktu Antapani mBandung, *AYMT_16 sdh tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien.
Alhamdulillah AYMT 16 sudah tayang gasik
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam Hormat dari Karang Tengah, Tangerang.
Terima kasih mbak Tien ... AYMT 16 sdh dpt dinikmati para penggemarnya.
ReplyDeleteSalam kami dari Yogya.
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Alhamdulillah.....
DeleteTadi sebelum isya blm ada
Sekarang sudah hadir
Matur nuwun Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Haduuuuuh ikut gregeten sm tejo... Bu Tien mmg top markotop.. Gemeeeesh deh, Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
DeleteMatur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Batang
Matur nuwun.... Mbak tien...membaca dg hati berdebar ikut tegang... luar biasa... Sehat selalu mbak tien
ReplyDeleteNah .perbuatan yg buruk akan terbongkar juga ..pasti Tejo ajan dilumat habis oleh bapaknya sendiri bikin gemes aja ceritanya nih ...trima kasih mbk Tien semoga sehat2 selalu ...salam Yayuk Klaten.
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang. Suwun mbak Tien....
ReplyDeleteSalam sehat bahagia sll dr Bekasi
Aduh tegang rasanya...kok Tejo tega amat sih sama istrinya sendiri...
ReplyDeleteWah bu Tien membuat hati dag dig dug.
Terima kasih bu Tien critanya semakin seru....
Salam sehat utk panjenengan...
Hahahaha... Oalah.... mbak Tien.kok bisa' nya Ndagel ..Kumis bikin ketawa sendiri...mosok Pram orangnya Ganteng model kumis Charly Chaplin 🤣🤣🤣
ReplyDeleteJo...Tejo kelaut aje mendingan Jo....
ReplyDelete
ReplyDeleteAlhamdulillah AYMT~16 gasik hadirnya dan semakin seru ceritanya... maturnuwun bu Tien Kumalasari, semoga panjenengan tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin YRA...
Alahamdulillah...pada incengan pertama episode 16 sdh hadir....yang bau busuk akhirnya terbongkar dwngan sendirinya syukurlah...pak Kusuma nenyaksikan dg mata kepala sendiri...apakah pak Kusumo benar2 mau memecat Tejo seperti ancamannya....matur nuwun mbak Tien....salam sehat dr Situbondo
ReplyDeleteAlhamdulillah.... udah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah tejo ketauan
Nah lo Tejo... kamu ketahuan ...
ReplyDeleteMtr nwn bu Tien ..
AYMT sdh tayang...makin seru saja
Alhamdulillah... Mtur swun..
ReplyDeleteRahayu sami pinanggih
wouw.. wouw.. wouw... bikin hati deg2an... pasti terjadi perang dunia nih. Mudah2an semua selesai dengan baik. Terima kasih Mbak Tien.. smoga sehat selalu. Salam seroja dari Semarang.
ReplyDeleteRasain ketahuan...auto dipecat deh, jadi kere ..kapoook tejo.hahaha.terimakasih bu tien cerbung yang mantul dan selalu dinanti setiap hari udah tayang.salam seroja
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu tien
.
Salam sehat selalu dari malang
Jadi ketawa sendiri sama kumis palsu
ReplyDeleteJadi ikutan gregeten aku .... Mbayangin si Tejo ...
ReplyDeleteMatur nuwun, mbak Tien.
Alhamdulillah AYMT 16 sfh muncul,mksh mb Tien
ReplyDeleteWah jadi perang Brotoyudo ini... Pak Kusumo jelas marah bukan main ...Tejo lagi leyeh2 sama Anisa.. Salam sehat buat Bu Tien dan Keluarga.🙏🙏🙏
ReplyDeleteApa yg akan terjadi.....
ReplyDeleteApakah pak. Kusumo akan pingsan...
Salam sehat selalu mbak Tien
Alhamdulillah sudah tayamg episode 16...
ReplyDeleteTerimakasih Cerbung nya ibu Tien Kutunggu kelanjutannya ceritanya bu
Deg..deg...degan...semoga Ana dipecat oleh pak Kusumo
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien
Klu dipecat p Kusumo tdk punya penghasilan apa Anisa msh mau sm Tejo? Terlalu sdh tahu istri melahirkan malah dua duaan... Smg p Kusumo memberikan sangsi pd anaknya Tejo...slm seroja mb Tien..
ReplyDeleteAlhamdulillah.... Cerbung sdh hadir lebih awal. Smoga Bu Ti3n sehat sll yaaa.... Ibu Tien memang IS THE BEST FOREVER.... SMOGA ADA PRODUSER YG AKAN MENGFILMKAN NOVEL IBU YAAAA... DOA SY dr sby Buuu......
ReplyDeleteAamiin ya robbal alamin. Semoga do'a semuanya diijabah oleh Allah swt.
DeleteAamiin...Yaa Robbal Alamiin 🤲
DeleteAamiin...
ReplyDeleteAlhamdulillah AYMT 16 sudah hadir
ReplyDeleteNah lho Tejo ketahuan..
Lucu jg Pram ini, jd ikutan ketawa.
Semakin seru dan bikin gregetan ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu.
Salam hangat dari Bekasi
ahhh biarin dimarahin tuh Tejo, jahat banget dah
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien. Salam sehat dari Cijantung.
ReplyDeleteMakasih Bu Tien..
ReplyDeleteJujur seru tambah banget bu.. penasaran jadinya..gak sabar nunggu besok..
Semoga sehat selalu ya bu..
Salam dari Nias
Ini baru Tejo asli ketahuan bapaknya.....
ReplyDeleteLanjuuuuut bu Tien sayang, sehat afiat sll dan bahagia utk bu Tien dan kelg.
Salam seroja dr yogya selatan
Terima kasih bu Tien.. diakhir cerita selalu bikin penasaran segera tahu kelanjutannya. Semoga pak Kusumo tidak pingsan
ReplyDeleteBikin tejo kapok ibu ya
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda.....lagi asyik bacanya dan penasaran ...eh masih nunggu lanjutannya.Mutusnya cerita ini yang bikin kita selalu penasaran.
ReplyDeleteMakasih Bunda.Sehat selalu dan terus berkarya
Tejo oh tejo bejadmu ketauan, sama pram aja lah yg tulus, baik, dan perhatian
ReplyDeletePuji Tuhan, ibu Tien sehat, semangat dan produktif. Hasil karyanya bikin semua pembaca penasaran. Tejo yg bejad bersama Ana yg g pakai andeng2 ketahuan itu Anisa.
ReplyDeletePak Kusumo sangat sayang pd Miranti. Mungkin saat itu juga Tejo dan Ana diusir dari rumah. Pram disuruh mendampingi dan membantu Miranti...
Semoga Tejo dan Ana cepat bertobat..
Yustinhar Priok menunggu eps 17.
Matur nuwun...
Pram menjadi sopir merangkap pengasuh baby...
ReplyDeleteMungkin juga pak Kusumo minta Pram menjadi pendamping Miranti... Ah kepo Yustinhar...
Pram menjadi sopir merangkap pengasuh baby...
ReplyDeleteMungkin juga pak Kusumo minta Pram menjadi pendamping Miranti... Ah kepo Yustinhar...
Kelakuan tejo terbongkar oleh bapaknya sendiri, rasain apa sanksi yg akan diberikan pak kusumo
ReplyDeleteTerimakasih jeng tien
Trimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteAymt16...wlpn telat buka..tengah malam tetap baca dl sblm tdr..penasaran bangeet..
Ternyata oh ternyata tejo ketahuan jahatnya sm bpknya..pecaaat..
Amiin..semoga ada produser yg membaca novelnya n mengangkat ke film..
Salam sehat mbak Tien n kelg..
Maria bandung.
Selamat mlm mbak Tien
ReplyDeleteWalau bacanya malam, tetap menjadi pengantar mau tidur. Mbak Tien memang TOP dechh... Semangat ya mbak. Salam dari Bu Lia Boyolali
Alhamdulillah sudah tayang. Makin seru. Terimakasih bu Tien. Salam seroja dari Magelang.
ReplyDeleteIya mb Tien , Tejo diusir saja mb . Biar Miranti sama Pram . Apa mgkn tejo anak pungut ya kok sifat nya lain dengan ortu yg baik
ReplyDeleteMantul alurnya... nitip bu Tien...bikin kalimat setajam silet ya buu buat tedjo n Ana...heheh...saking gemensnyaa...
ReplyDeleteSalam sehat slalu bu dr Jkt...
Bener ketahuan bpknya...haajar pak Kusumo d usir jgn sampe terlihat mata lg...lhooh kok ikutan emosi
ReplyDeleteSalam sehat mb Tien... YulieSleman Sendowo
Semoga Miranti dan Pramadi berjodoh...terimakasih, Bu Tien... Salam sehat dari Yogya. 😍
ReplyDeleteTrimksih mbak, memang MB Tien pinter memainkan emosi pembaca. Top markotop👍🏽🤩salam Seroja dari Jogja🙋🙏
ReplyDeleteHalow mbak Tien smg sehat selalu..slamet tejo lg ga main sama ana bisa nggeblak pak suryo..salam sehat dari Pejaten,Pasar Minggu
ReplyDeleteMungkinkah Pak Kusumo tdk memaafkan perbuatan Tejo yg nista itu, maaf...Bu Tien, sy penasaran nunggu lanjutannya. Semoga Ibu selalu sehat wal afiat dan dimudahkan dlm berkarya. Aamiin...Maturnuwun Bu Tien...Salam sehat dari Pondok Gede
ReplyDeleteSatu kata Buat Ibu Tien.....IS THE BEST.... LUP UUU Bu Tien, sehat sll yaa Buu... Salam dr sby
ReplyDeleteSmoga ada produser yg mau mengfilkan novelnya Bu Tien , sy jamin akan BAPER SEMUANYA.....manaaa.... yaaaa Pak Produser nya.
ReplyDeleteAamiin atas semua harap dan do'a
DeleteSalam sehat dari Jogja, dri penggemar setia
ReplyDeleteBagus bu Tien.. Nyebelin Tejo ini..hehe
ReplyDeleteSalam dr Bandung
Syukurin...bangkai kemanapun tetap tercium busuknya...hajar sj dua duanya...mksh bu tien...cerbungnya top banget
ReplyDeleteDengan mata kepalanya sendiri pak Kusumo melihat kebejadan moral Tejo, anak semata wayangnya.
DeleteMungkinkah pak Kusumo mengeksekusi ancamannya, memecat Tejo dari Perusahaan miliknya?
Tergantung kemana jari-2 lentik Bu Tien menempatkan pada deretan keyboard qwerty ya. Kita tunggu AYMT_eps17, pasti lebih mendebarkan.
Kukis kucing ... 😁😁😁
ReplyDeleteMbak Tien, dari semua cerbung mbak Tien yang pernah saya baca tamat (Sepenggal Kisah, Sekeping Cinta Menanti Rembulan, Dalam Bening Matamu, Lastri, Kembang Titipan, Cintaku Diantara Mega, Saat Hati Bicara, Lestari Punya Mimpi,Buah Hati, dan Bagai Rembulan), inilah yang paling seru. Kisah cinta unik yang mengharukan, lucu serta mendebarkan. Semakin lama tulisan mbakyu semakin bagus.
ReplyDeleteTeruslah berkarya mbakyu...luar biasa. Diusia yang sudah "sweet seventeen"mbakyu masih mampu mengaduk-aduk perasaan pembacanya.
Pokoknya aku pesan semua novel mb Tien jika sudah diterbitkan ya...
Sekarang aku baru punya 3 karena yang terbit memang 3.
Sukses selalu ya mbak Tien sayang..
Iyeng Sri Setiawati - Semarang
Harapanku, pa Kusuma melaksanakan ancamannya, pecat Tejo dari perusahaan, ceritanya akan semakin seru...... dia Luntang-lantung, sementara si pelakor dan juga pengerat menuntut terus "hak-nya" lha........ sdh menemani tidur setiap malam.
Deletesaya setujuuuuu pakai banget kakek habi😃
DeleteDugaan saya, pa kusumo pingsan.
ReplyDeleteMulai dilongok .......
ReplyDeleteSiapa tahu sdh ada
Semoga sehat dan semangat bu Tien
Met sore mbak Twin
ReplyDeleteDah longok" jebul blm terbit lanjutannya, sabar menunggu...
Sukses selalu untuk mbak Tien..
Mbak Tien sehat dan semangat..
Salam Bu Lia Biyolali
Satpol PP datang, ngamuk ternyata usulan baby sitter untuk sendiri, kalau siang tidurnya susah dibangunin, ternyata lembur
ReplyDeleteNah lhoo... Seruuu... 😀
ReplyDeleteSugeng dalu Bu Tien, aku tak ya melu antri disini. Kepingin menyaksikan pak Kusumo "duka yayah sinipi" marah yang betul-2 marah, mengusirnya dan memecat dari perusahaannya.
ReplyDeleteBetulkah demikian yang kita harapkan?? Wallohu'alam
ikutan mengintip...kemarin jam segini sudah tayang hehe
ReplyDeleteSalam sehat buat bu Tien dan fansnya
Kok belum tayang ya?
ReplyDeleteWah semakin seru nih... sayangnya belum nongol ep 17. Mbak Tien Kumalasari lanjut terus ya tulisannya. Semoga mbak Tien sehat dan bahagia selalu....agar tetap berkarya dan berkwalitas. Makassar, Imah P Abidin
ReplyDeleteSy ikutan ngintip aahhh..... he he LG apa yaaa Bu Tien ku ? Sehat sell ya Buu... Salam dr sby
ReplyDeleteNgantrinya sdh panjang yaaa
ReplyDeleteBelum muncul juga ep 17
ReplyDeleteHe.. he.. pasukan intip longak longok. Pd gak sabar pingin tau pak kusumo .... nanti ya sebentar lagi. Ikutan bu tien, besok lg ya.
ReplyDeleteSmoga ada episode tahi lalat ana lepas & terlihat pak/bu kusumo, wah bakl... mudah2an dikabulkn bu tien
ReplyDeleteDuh... epidose 17 blom nongol juga ya?
ReplyDeleteUdah keburu kepo nih Bu. Mau diapain si Tejo dan Anisa tuuhh...
Salam sehat dan tetap semangat buat Bu Tien. Supaya bisa semakin mengaduk emosi para penggemar cerbungnya.
terima kasih bunda,,,semoga bunda selalu sehat Amiin,,
ReplyDeletePerawat itu berlalu, lalu Miranti memejamkan matanya. Ia tak peduli ketika menyadari bahwa Pram pergi lama sekali. Barangkali ia mendapatkan kesempatan untuk bersenang-senang. Terserahlah.
ReplyDeleteKok Pram to bu Tien ? Seharusnya ..... bahwa Tejo pergi lama sekali ......
Terima kasih Bunda Tien, sehat terus ya Bunda ,,,Aamiin 😍😍😍
ReplyDelete