Tuesday, September 29, 2020

BAGAI REMBULAN 25

BAGAI REMBULAN  25

(Tien Kumalasari)

 

 Mobil itu terus melaju, dan Dayu merasa heran, karena salon yang dimaksud sudah lewat.

“Lho, dimana salonnya? Bukan itu tadi?”

“O.. disana mbak.. agak kesana.”

“Mengapa Liando ke salon dulu? Masa dia tidak membawa jas ketika ke kantor?”

“Saya nggak tahu mbak, mungkin ketinggalan.”

“Aneh.. dia itu sudah rencana mau datang mengapa tidak disiapkan sejak awal?”

“Itulah.. pak Liando..”

“Lho.. kok jauh banget ini?” tiba-tiba Dayu merasa curiga. Mobil itu semakin jauh meninggalkan kampus..

“Kemana kita?”

“Sudahlah mbak, jangan bawel.”

Dayu terkejut melihat perubahan sikap orang yang duduk disampingnya. Ia menoleh, dan melihat orang itu melepas jas yang tadi dipakainya. Bau apak tercium olehnya. Dayu mulai curiga, melihat senyum menyeringai dari lelaki disampingnya. Senyum dengan deretan gigi kuning karena endapan nikotin. Bulu kuduk Dayu meremang.

“Tolong, saya turun disini saja,” kata Dayu bergetar.

“Lho.. turun bagaimana, kita belum sampai kok turun."

Hati Dayu menciut. Dia sadar sedang berada ditangan orang-orang jahat. Tangannya meraih tombol kunci pintu, tentu saja tak berhasil.

“Mana bisa kamu membuka pintunya cantik, itu kan dikunci dari depan. Sudahlah, jangan rewel, menurut saja. Seseorang sedang menunggu disana.”

“Tolong biarkan aku turun...”

“Nanti kita akan turun kalau sudah sampai. Sudahlah diam.”

“Toloooong....” Tolooooong..” Dayu berteriak-teriak sekeras kerasnya sambil memukul-mukul kaca jendela.

“Hahahahaaaa...” laki-laki disampingnya tertawa gelak. Tawa itu  terdengar seperti merobek isi dadanya.

“Ya Tuhan... Toloooong...” Dayu terus berteriak.

“Hahaa... teruslah memanggil Tuhanmu, cantik... aku yakin dia pun tak akan bisa mendengar teriakanmu.

“Tolooong... “ Dayu mulai menangis, tangannya yang memukul-mukul kaca jendela mulai terasa sakit. Dan tawa laki-laki disampingnya terasa semakin mengiris.

“Diam cantik..” kata laki-laki itu sambil memegang lengannya.

Dayu mengibaskannya dengan jijik. Lalu dia mengambil ponselnya. Ia harus mengabari Liando. Tapi baru saja dia mengeluarkan ponselnya, laki-laki itu merebutnya.

“Eitt.. jangan coba-coba menghubungi siapapun cantik, diam dan tenanglah, nanti kamu akan senang setibanya disana.”

“Mana ponselkuuuuu !”

“Jangan berteriak, lihat, ponselmu sudah mati,” kata si penjahat yang sudah mengambil simcard dari ponsel Dayu dan membuangnya.

“Tolooong... turunkan aku.. tolonglaaah..” Dayu meratap-ratap.. tapi tak seorangpun perduli.

Dayu mencoba meraih kedepan, mencengkeram pengemudi mobil itu.

“Tolong hentikan..”

“Heeiii.. jangan mengganggu pengemudi, kalau kita jatuh ke jurang bagaimana?” kata laki-laki disampingnya sambil kembali menarik lengan Dayu.

Dayu mulai putus asa.

“Ya Tuhan... tolonglah hambamu ini..” ratapnya.

***

Mobil Aliando memasuki halaman auditorium. Matanya mencari-cari, apakah Dayu menunggunya disuatu tempat.

“Dimana Dayu menunggu aku? Kok nggak kelihatan ?”

Aliando memarkir mobilnya, turun sambil terus mencari-cari..

“Apa dia sudah masuk ?”

Karena diluar tak ada, Aliandopun masuk. Diatas panggung acara wisuda sudah dimulai.

“Karena ingin melihat kakaknya diwisuda, maka Dayu pasti memilih masuk lebih dulu,” pikir Liando.

Ia terus melangkah kearah depan. Dideretan depan ia melihat Indra, Seruni, Tikno dan Surti, lalu Yayi dan Susan juga ada. Tapi ia tak melihat Dayu.

Ada kursi kosong disebelah Yayi, dia duduk disitu.

“Eh, Liando? Mana Dayu?” tanya Yayi, dan mereka semua menoleh kearah Liando. Pertanyaan itu mengejutkan Liando.

“Dia belum masuk ?”

“Kami sedang menunggu.”

“Apa tidak bareng sama kamu?” tanya Indra.

“Tidak pak, Dayu berangkat duluan, pak Karjo saya suruh nganter,  takutnya  nggak keburu bisa menyaksikan sa’at kakaknya diwisuda, so’alnya saya masih ada urusan dikantor, sebentar. Tapi kok dia belum sampai disini ?”

“Kok aneh, barangkali agak dibelakang, coba cari,” saran Indra.

“Pak Karjo saja ditanya, Dayu sudah diantar belum?” usul Susan.

Liando berdiri dan melangkah keluar. Ia harus bertanya pada pak Karjo, tapi didalam kan suaranya berisik, jadi dia harus keluar.

“Hallo, pak Karjo?”

“Ya mas , saya sudah dirumah. Ibu mau belanja sama simbok.”

“Tadi pak Karjo sudah mengantar Dayu?”

“Sudah mas, mas telpon langsung saya berangkat.”

“Turun dimana dia?”

“Didepan auditorium mas.”

“Dia langsung masuk ?”

“Saya tidak tahu mas, ketika saya pergi, mbak Dayu masih berdiri didepan, sepertinya menunggu mas Liando.

“Oh, ya sudah pak, terimakasih.”

Liando menutup ponselnya dengan rasa cemas. Kok tidak ada ya. Lalu ia dengan nekat mendekat kearah MC, tapi mikrofon sedang dipergunakan untuk acara wisuda. Liando berjalan mondar mandir kearah depan dan belakang, berharap seandainya Dayu duduk disuatu tempat maka pasti bisa melihat dia. Tapi tak ada yang memanggil namanya, dan tak tampak yang dicarinya.

Melihat Liando mondar mandir, Indra berdiri menghampiri. Liando keluar lagi. Ada penerima tamu yang menghadapi meja dengan buku tamu, Liando bertanya.

“Adakah tadi Dayu sudah masuk?”

“Dayu ?”

“Anandayu..”

“Lho, bukankah tadi dijemput sama seseorang?” kata salah seorang yang kebetulan melihat ketika Dayu dijemput.

“Apa?” Liando terkejut.

“Dijemput? Siapa?”

“Tadi ada seseorang naik mobil, katanya karyawan mas Liando. Dia bilang disuruh menjemput Dayu.”

“Lho.. kok Dayu mau? Sementara saya memintanya menunggu disini ?”

“Katanya ditunggu di salon, supaya bisa datang bareng, gitu.”

Liando merasa lemas, ia terduduk dikursi yang ada didekat situ. Indra yang mendengarkan percakapan itu ikut-ikutan cemas.

“Apakah sebaiknya lapor polisi?”

“Saya bingung pak,” kata Liando lemas.

“Ayo aku antar melapor saja. Eh mbak, mobilnya tadi mobil apa?”

“Warna hitam pak, tapi jangan tanya nomornya, kan kami sambil menerima tamu jadi nggak sempat mencatat. Lagi pula kami tidak mencurigai apapun."

***

Liando merasa jiwanya melayang-layang. Barangkali kalau tubuh itu tidak kokoh pasti sudah terjatuh ditanah.  Indra memegang bahunya.

“Liando, kamu harus kuat. Kita akan terus berusaha,” kata Indra yang terus menuntun Liando kearah mobil. Indra tak ingin merusak kebahagiaan mereka yang ada didalam, karenanya ia tak ingin mengatakan apapun sa’at mengantar Liando kekantor polisi.

Tapi Seruni yang tiba-tiba ditinggalkan Indra merasakan sesuatu yang tak enak.

“Pasti sesuatu telah terjadi. Sejak tadi Dayu tak kelihatan,” pikir Seruni.

“Ada apa bu?” tanya Yayi.

“Nggak tahu ibu, tiba-tiba bapak mengikuti Liando dan sekarang entah pergi kemana.”

Gempita bahagia memecah suasana siang itu. Membuat ruang ber AC tetap terasa pengap. Para wisudawan sudah menghambur turun, mencari orang tua dan orang-orang yang dicintainya.

Adit bersimpuh, merangkul kaki bapak dan ibunya sambil menitikkan air mata haru. Tikno menariknya berdiri, memeluknya erat, demikian juga Surti. Sementara itu Naya yang bersimpuh dihadapan ibunya, mencari-cari.

“Dimana bapak?”

Seruni menarik tangan Naya, yang kemudian disambut pelukan pula oleh Susan.

“Selamat ya sayang,” bisik Susan.

“Terimakasih, mana bapak ?”

“Mungkin dibelakang, sebentar .. nanti pasti kembali,” kata Seruni yang sebenarnya juga tak yakin akan kata-katanya sendiri, karena sudah terlalu lama Indra pergi bersama Liando, sementara Dayu tak kelihatan sejak awal mereka datang.

“Selamat, mas Adit..” Kata Yayi..

“Terimakasih, cinta.”

“Mana Dayu ?”

“Itulah, sejak tadi kami juga mencari cari. Malah bapak ikut menghilang bersama Liando.” Kata Yayi.

Ketika acara berfoto bersama, suasana kehilangan Dayu masih belum terasa.  Mereka masih mengira Dayu pergi bersama Liando. Tapi ketika kemudian Indra juga lama tak kembali, kepanikan mulai tampak pada wajah-wajah mereka.

“Kemana sih bapak?”

“Tadi keluar bersama Liando. Sepertinya Liando mencari Dayu tanpa hasil.”

Wajah Surti sudah pucat pasi oleh rasa khawatir. Tikno menuntunnya agar duduk, lalu mengambilkannya segelas minuman dari hidangan yang disediakan.

Seruni mempersilahkan semuanya makan dulu, sementara dia menelpon suaminya.

“Dimana sih mas, kok tiba-tiba menghilang.”

“Acara sudah selesai ?” tanya Indra dari seberang.

“Sudah, tapi kami semua bingung mencari mas dan Dayu.”

“Itulah, tadi Liando mencari Dayu, yang sudah diantar pak Karjo sopirnya kerena Liando terlambat datang. Liando meminta agar Dayu menunggu, tapi dia tak ada. Kata penerima tamu didepan, Dayu dijemput oleh seseorang yang mengaku karyawannya Liando. Dia bilang Liando sedang menunggu Dayu di salon.

“Ya Tuhanku.. sekarang belum ketemu?”

“Belum, kami sedang melaporkannya ke kantor polisi setempat.”

“Aduh, bagaimana ini, semua panik.”

“Aku juga tak bisa meninggalkan Liando, dia sangat shock, aku terus mendampinginya.”

“Ya mas, sekarang sedang pada makan, aku akan membawa mereka pulang kerumah saja ya?”

“Ya, aku segera menyusul.”

 Naya dan Susan mendekati Seruni.

“Bagaimana bu?”

“Tampaknya Dayu diculik.”

“Apa?” teriak keduanya bersamaan.

“Penculiknya mengaku anak buahnya Liando yang  disuruh menjemput Liando di salon.”

“Lalu bagaimana bu? Kasihan Dayu, dibawa kemana dia?”

“Bapak dan Liando sedang melaporkannya ke polisi.”

“Jangan-jangan ini ulah mama sama Anjas.”

“Addduh.. mama kamu tuh,,” omel Seruni, membuat hati Susan semakin tak enak.

“Naya, ayo ikut aku kerumah mama, semoga belum terlambat.”

Susan menarik tangan Naya, yang segera mengambil mobilnya lalu dipacunya kerumah Lusi.

***

“Sedih aku mikirin mama.. kenapa nggak mau berhenti.. terus saja membuat susah orang lain.”

“Jangan dulu mengumpat mama, Susan.. belum tentu itu perbuatan mama kamu.”

“Naya, kamu belum tahu mama aku..”

“Ya sudah, kita buktikan saja dulu..”

“Hati kamu terlalu baik Naya, itulah sebabnya walau aku lebih tua dari kamu, tapi aku sangat mencintai kamu. Aku ingin kamu bisa membimbing aku dalam melangkah, karena aku berangkat dari dunia yang kotor.”

“Susan...”

“Itu benar.”

Mobil Naya segera sampai dirumah Lusi, tapi rumah itu tampak terkunci. Susan turun, dan membuka pintu rumah, karena diantara Susan, Anjas dan mamanya, masing-masing memiliki kunci rumah yang sama, sehingga setiap pulang entah dari mana tidak perlu berteriak kedalam minta dibukakan pintu.

Tapi rumah itu kosong. Naya mengikutinya dari belakang.

“Kosong.. dan seperti sudah berhari-hari tidak ditinggali.”

“Benar, bisakah kamu menghubungi mama atau kakak kamu, barangkali bisa mengatakan sesuatu?”

“Tidak mungkin bisa, pasti mereka sudah berganti nomor, dan aku hampir yakin memang merekalah pelakunya.”

“Mengapa harus Dayu ?”

“Karena Dayu, maka Aliando menolak aku. Jadi mama sangat membenci Dayu.”

“Apa kamu tidak membencinya?”

“Tidak, Dayu anak baik, dan aku tidak suka sama Liando.”

Keduanya keluar dari rumah itu karena tak menemukan apapun.

“Kemana kira-kira mereka?”

“Mana aku tahu?”

Tapi Susan juga mencoba menghubungi mama dan kakaknya.

“Tuh kan, nomornya mati. Pasti sudah ganti pula.,”

“Dua-duanya?”

“Dua-duanya.”

Keduanya pergi dengan kecewa. Tapi Susan merasa sangat tidak enak. Ia hampir yakin kalau mamanya atau Anjas berperan dalam kejadian itu.

“Kamana kita?” tanya Naya.

“Aku tidak tahu harus mencari kemana. Kalau dia melakukannya, dia pasti bersembunyi disuatu tempat yang tak seorangpun bisa menduganya.”

“Bagaimana ini..”

“Aku berharap Tuhan segera memperingatkan mama, entah seperti apa ujud dari peringatan itu.”

***

“Kemana ini.. mau dibawa kemana aku?” teriak Dayu tak henti-hentinya.

“Diam, kalau tidak aku perkosa kamu disini juga.”

Dayu terkesiap. Kata-kata itu membuat perutnya mual. Hatinya semakin miris.

“Toloooong..!” teriaknya lagi.

“Diam ! Kita hampir sampai. Jangan takut aku memperkosamu yang pertama kali, aku hanyalah anak buah, pasti akan mendapat sisa-sisanya,” kata-kata itu membuat pengemudi mobil ikut tertawa terkekeh.

Dayu merasa dunianya sudah selesai.

” Kalau benar mereka akan melakukannya, lebih baik aku mati.” Kata Dayu dalam hati. Sekarang Dayu benar-benar lemas. Mobil itu memasuki sebuah halaman yang ditumbuhi banyak pohon-pohon besar, sehingga sebuah rumah seperti tersembunyi dibaliknya.

Ketika mobil itu berhenti, Dayu tetap duduk ditempatnya, tapi laki-laki itu menarik tangannya kuat-kuat. Dayu meronta-ronta, tapi apa dayanya?

Mereka melemparkannya kedalam rumah dan membuat Dayu tersungkur dilantai. Tiba-tiba dari dalam rumah muncul dua orang. Anjas dan Lusi, dengan penampilan yang berbeda.  Anjas dengan rambut gondrong yang diikat kebelakang, dan Lusi dengan potongan rambut cepak seperti laki-laki, dan berwarna kecoklatan. Kemarahan Dayu memuncak. Matanya menatap Anjas dan Lusi berganti-ganti, dengan amarah yang menyala-nyala. Tapi hatinya menjadi kecut, manakala disadari bahwa dirinya hanya sendirian ditempat itu.

“Kalian boleh pergi dan jangan datang kalau aku tidak memanggilmu!” perintah Anjas yang kemudian membuat laki-laki yang bersama Dayu beserta pengemudi mobil itu pergi.

Ketika keluar dari halaman, dilihatnya seorang laki-laki tua sedang berjongkok.

“Pengemudi mobil membuka kacanya dan berteriak.

“Hei.. ngapain kamu ??”

“Oh.. ini.. sepeda motor.. ngadat..”

Bawa saja pergi dari sini, jangan jongkok disitu!” kata pengemudi mobil dan berlalu.

Mata laki-laki tua itu berkilat.

***

Anjas menutup pintu rumah dan menguncinya.

“Mama, calon permaisuriku sudah dandan dengan sangat cantik bukan?” tanya Anjas sambil cengar cengir lalu mengelus rambut Dayu. Dayu menghindar.

“Jauhkan tangan kotormu dariku, berandal!” hardik Dayu.

“Ya ampun, cantik.. kamu bisa galak rupanya? Apa kamu tahu, bahwa kamu akan terus berada disini selama menurut, atau kamu aku habisi kalau tidak menurut?” kata Lusi sambil mengelus pipi Dayu.

“Aku tidak mengira, perempuan secantik kamu ternyata memiliki hati yang busuk seperti kotoran !” umpat Dayu. Sekarang Dayu tak bisa melawan, itu pasti, jadi Dayu sudah memilih kematian daripada terhina dengan kelakuan Anjas yang tidak bermoral.

“Cantik, bukankah kamu berdandan cantik karena sudah tahu bahwa akan menjadi pengantin aku?”

Dan tanpa diduga Anjas segera membopong tubuh Dayu, lalu membawanya masuk kekamar dan melemparkannya keatas ranjang.

Air mata Dayu mulai menitik.

“Ini adalah akhir hidupku. Dayu mencari-cari, dan ingat ada tusuk konde dihiasan rambutnya. Ia mencabutnya dan menggenggamnya erat ditangannya.

Ia bangkit dari ranjang dan melawan sejadi jadinya.

“Heiii.. ya ampuun... kamu seperti kuda binal ya.. mama.. tolong pegangi dia mamaa” teriak Anjas.

***

Besok lagi ya.

 

 

56 comments:

  1. MTR Nwn mbak Tien...salam sehat bahagia saking Temanggung 🙏🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Matur nuwun Mbak Tien yg selalu berusaha memuaskan penggemar. Lanjut....
      Salam dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan pembaca yg budiman sehat dan sukses selalu.

      Delete
    2. Author..., tolong selamat Dayu agar tidak.terjadi sesuatu yg buruk pada dirinya.

      Delete
  2. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya,
    Sastra, Wo Joyo,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Ema, Erna, Anastasia Suryaningsih,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Jombang,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah BAGAI REMBULAN 25 sudah hadir gasik.
      Matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
      Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
      Salam hangat dan salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang, juga untuk sahabat-sahabat Kojora Pagi

      Delete
    2. Semoga ayah kandung Adit yg menyelamatkan Dayu nggih Bu Tien, trimakasih Bu Tien ikut ndredek bacanya, Bu Tien mmg hebaaaat tenaan. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
  3. Matur nuwun mbak Tien. Dag dig dug jadinya
    Salam sehat dari Batang

    ReplyDelete
  4. Tks bu Tien, telah menghibur kami semua dengan cerbungnya,smg senantiasa sehat bu Tien...🙏

    ReplyDelete
  5. Maturnuwun mbak Tien...
    Aduuuh...bikin deg2an ini. Semoga pak tua itu adalah Sardiman dan bisa menolong Dayu...hu..hu..hu...

    Iyeng Sri Setiawati,Semarang

    ReplyDelete
  6. mbak tien pinter mengaduk perasaan pembaca ....
    terimakasih mba ...

    ReplyDelete
  7. makin dibuat penasaran..trimakasih mbak Tien yang baik...

    ReplyDelete
  8. Hatur nuhun cerita bersambung nya Bu..
    Seruuu...
    Salam dari Bandung, Semoga Bu Tien senantiasa sehat2..
    (Komariah Prilanawati)

    ReplyDelete
  9. Bunda Tien, hati ikut miris....semoga ada seseorang yg menolong...

    Siapapun itu, lindungilah Dayu dari Anjas yg sdh kerasukan setan..

    ReplyDelete
  10. Alhamndulillah....terimakasih mbak tien

    ReplyDelete
  11. Mtnuwum mbk Tien....
    Mg2 Polisi segera datang
    Salam sehat mbk Tien

    ReplyDelete
  12. Tegang sekali ...semoga kakek tua tidak bisa menyelamatkan Dayu...jangan samape dayu menglami nasib spt ibunya ...mtr nwn Bu Tien ...sehat kami tunggu cerita selanjutnya

    ReplyDelete
  13. Selamat malam Mbak Tien
    Alhamdulillah Bagai Rembulan 25 sdh tayang
    Laki2 tua itu sepertinya pak Sardiman yg akan menolong Dayu.
    Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah BR 25 sdh hadir mksh mb Tien salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  15. Luar biasa alurnya cantik bngtz....
    Jd ga sbr pngn tau kelanjutannya...

    ReplyDelete
  16. Waduh... ikut emosi...Matur nuwun mbak tien...semoga sehat selalu jasmani rohani ekonomi berimajinasi mengolah cerita ini

    ReplyDelete
  17. Akankah sardiman berakhir di sini dlm upaya menyelamtkn dayu? Smoga bu tien merangkai cerita jadi bersanding dgn lusi mengisi hari2 dgn bertobat, berlaku baik.

    ReplyDelete
  18. aduuhh semakin penasaran dan menegangkan .selalu ditunggu lanjutannya bu tien.salam seroja.

    ReplyDelete
  19. Deg2 nih ,semoga Dayu bisa ditolong pak tua yg punya motor butut sp dia tdk lain pasti Sardiman,tambah seru nih mbak Tien,terima kasih cerbungnya yg bikin penasaran pengin cpt2 ganti hari haaa.Salam sehat2 mbak Tien dr Tegal.

    ReplyDelete
  20. Selamat malam Bu Tien , semoga sekel sllu sehat , mtr nuwun BR 25 nya . salam.

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah Bagai Rembulan dah hadir dag.. Dig.duk jadinya
    Semoga kakek tua bisa menolong nya..
    Atau menberi tahu pada Adit...
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya...
    Salam sehat dan hangat dari Purworejo

    ReplyDelete
  22. T'kasih Mbak Tien...seru ceritanya bikin penasaran. Besok tayangnya lebih awal yah jrn sy pingin cepet baca lanjutan ceritanya.
    Salam dari kota hujan.

    ReplyDelete
  23. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah, suwun mbak Tien
    Ya Alloh... Dayu, smg ada yg menolongnya
    Dr Bekasi salam sehat sll tuk semuanya

    ReplyDelete
  25. Selamat malam mbak Tien..
    Trimakasih BR25..

    Sepanjang membaca tegang..miris..dheg2an..
    Bener ulah lusi n anaknya..duuh..apa ganjarannya nanti org sejahat itu..😠😈😬..
    Semoga dayu selamat..

    Salam sehat dari bandung.

    ReplyDelete
  26. Halow mbak Tien smg sehat selalu..kasih pelajaran sj Lusi dn anjas yg mbuat mrk menyesal selamanya dan tobat. Jgn sampe pengalaman buruk surti terulang. Salam sehat dari Pejaten,Pasar Minggu

    ReplyDelete
  27. Bikin tegaaang... Semoga dayu selamat😢

    ReplyDelete
  28. Aduh... tangan ku sampai dingin... kasian dayu...

    ReplyDelete
  29. Dayu terkesiap. Kata-kata ibu membuat perutnya mual. Hatinya semakin miris.

    Dayu terkesiap. Kata-kata itu membuat perutnya mual. Hatinya semakin miris.

    ---ibu, harusnya itu----

    Salam sehat mbak Tien dan sahabat penggemar karya mbak Tien dimanapun berada.
    Salam dari Tangerang Selatan ....!

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah BR~25 sudah hadir dan semakin bikin penasaran..
    Maturnuwun bu Tien..

    ReplyDelete
  31. Terimakasih,setelah terasa lama menunggu hadirnya episode 25 Bagai Rembulan. Selamat malsm

    ReplyDelete
  32. Smg laki2vyg motornya mohok adalah sardiman yg akan membahtu membebaskan dayu dr snhas.. jgn smp nasib sama dg surti yg kehilangan keesi iannya krn dioerkosa. Sng kusah lkama tdk terulang pd anak gadisnya... Dan lusi serta anjas menetima hukuman yg setimpal...

    ReplyDelete
  33. Semakin mencekam.....
    Semoga Dayu bisa terselamatkan..
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah sudah tayang. Terimakasih bu Tien. Salam seroja dari Magelang.

    ReplyDelete
  35. Bener2 bajingan tu Anjas n lusi.smg kakek2 itu sempet bertindak.mksh Bu tien.hatiku deg2an Lo .dari penggemar setiamu hartiwu DS ke jkrt

    ReplyDelete
  36. Matur nuwun bu Tien.
    Salam sehat dr Mataram.

    ReplyDelete
  37. Lusiiii... 😠 terimakasih, Bu Tien... Salam sehat dari Yogya. 😍

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah... Mtur nuwun bun...
    Salam sehat...

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah... Mtur nuwun bun...
    Salam sehat...

    ReplyDelete
  40. Wouw.. wouw.. wouw... bikin deg2an... smoga Dayu selamat dan Anjas serta Lusi diganjar masuk penjara... biar kapok mereka. Ditunggu lanjutannya Mbak Tien.. matur suwun.. salam seroja dari Semarang.

    ReplyDelete
  41. Ya Allah .... merinding bacanya

    ReplyDelete
  42. Bagaimana ini......?
    Maturnuwun bu Tien,semoga sehat dan penuh inspirasi

    ReplyDelete
  43. Sehat wal'afiat jasmani dan rohani selalu bersama keluarga, mba' Tien...
    Barokallahu fiik...

    ReplyDelete
  44. Dayu baik, selalu dilindungi Tuhan. Orang tua bermotor yg selalu menolong, sdh siap juga. Puji Tuhan ibu Tien sehat dan semangat... Yustinhar dkk Priok menunggu lanjutnya semoga Dayu selamat, Anjas dan mamanya segera bertobat...

    ReplyDelete
  45. Dayu baik, selalu dilindungi Tuhan. Orang tua bermotor yg selalu menolong, sdh siap juga. Puji Tuhan ibu Tien sehat dan semangat... Yustinhar dkk Priok menunggu lanjutnya semoga Dayu selamat, Anjas dan mamanya segera bertobat...

    ReplyDelete
  46. MbTieeen... bikin tegang dag Dig duh...
    Dahulu hrs kuat d berani...
    Lanjuttt mbTien..

    Salam.sehat Yulie SlemanSendowo

    ReplyDelete
  47. Author..., tolong selamat Dayu agar tidak.terjadi sesuatu yg buruk pada dirinya.

    ReplyDelete
  48. Dayu hampir bernasib sm dg ibunya dahulu....tp malah pemerkosa ibunya yg sdh tobat yg akan menolongnya....trima mbak Tien...salam sehat dr situbondo

    ReplyDelete
  49. Selamat malam, terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...