BUAH HATIKU 27
(Tien Kumalasari)
Tikno memasuki pagar rumahnya dan masih memarkir sepeda motornya di halaman. Seorang laki-laki yang tadi mengikutinya, mengawasinya sejenak, lalu pergi dari sana.
“Surti...!” Tikno memasuki rumah sambil berteriak memanggil isterinya. Surti bergegas keluar, tersenyum senang melihat suaminya datang. Diraihnya tangan Tikno, dan diciumnya seperti kebiasaan sehari-harinya ketika sang suami datang dan pergi.
“Mana bapak?”
“Masih dikamarnya, baru selesai mandi,” kata Surti sambil meminta tas yang dibawa suaminya untuk dibawa kekamarnya.
“Ini apa mas?”
“Tadi aku beli makanan, hidangkan untuk bapak, barangkali suka.”
“Waah, baunya enak.. aku taruh di piring dulu ya.”
Pak Mul sudah selesai mandi, dan berganti pakaian. Surti menunggunya duduk diruang tengah.
“Bapak, ini mas Tikno beli makanan untuk bapak.”
“Wah.. nak Tikno repot-repot nih..”
“Tidak pak, mas Tikno sering begitu, dia lewat di penjual makanan lalu mampir untuk beli sesuatu untuk cemilan.”
“Ini apa, bapak belum pernah tahu.”
“Itu disini namanya ledre bapak, bahannya dari ketan.. dilipat.. isinya pisang. Cobain deh pak.”
Pak Mul mencomot sebuah ledre.. mengecapnya dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Enak. Kelihatan seperti gosong, tapi empuk.”
“Kalau Surti suka yang ini...”
“Kalau itu bapak tahu, namanya sosis. Di Surabaya banyak.”
“Bapak suka?” tanya Tikno yang sudah muncul setelah selesai mandi.
“Suka, ledre ini rasanya unik.. bapak sudah ambil dua.”
“Dihabiskan saja kalau bapak suka.”
“Kalau yang ijo ini apa?”
“Itu dadar gulung pak, isinya enten-enten. Enten-enten itu kelapa parut yang dimasak dengan gula dan vanili, harum, enak.”
“Bapak cobain ya. Tapi nanti bapak pasti nggak doyan makan. Habisnya kekenyangan setelah makan ini semua.”
“Tidak apa-apa pak, makannya bisa agak nanti, setelah makanan yang kita makan sekarang sudah melorot kebawah.” Seloroh Tikno.
“Bapak senang sekali. Ini keluarga yang utuh. Ada suami, ada isteri, ada calon anak.”
“Dan ada bapak..” sambung Surti.
“Seandainya ibumu masih ada, pasti dia juga akan bahagia,” kata pak Mul sendu.
“Kalau ibu bisa melihatnya, pastilah ibu juga akan bahagia,” kata Surti sambil menepuk tangan bapaknya.
“Ayo bapak, dadar gulungnya masih ada,” kata Tikno untuk menghilangkan suasana sendu itu.
“Oh ya pak, kabarnya besok pak Pras akan kembali ke Surabaya,” kata Surti.
“Lho, kok bapak tidak diberi tahu? Apa bapak tidak diajak pulang ya?”
“Mungkin pak Pras ingin agar bapak puas ketemuan sama Surti, sehingga pak Pras pulang sendiri.”
“Iya, kabarnya bu Pras juga masih disini kok.”
“Kalau begitu besok pagi bapak mau kesana.”
“Iya, nanti bareng Tikno ya pak, saya antarkan kerumah pak Indra.”
“Iya nak, begitu juga boleh.”
***
Tapi masih pagi ketika itu, tiba-tiba pak Pras muncul bersama Indra. Pak Mul tergopoh-gopoh menyambut.
“Saya baru mau kesana bareng sama nak Tikno, bapak sudah sampai sini.”
“Tadi jalan-jalan sama Indra, lalu pengin tahu rumahnya Surti, jadi Indra mengantar aku kemari.”
“Bu Pras tidak ikut?”
“O, dia kalau sudah menggendong cucunya nggak bisa diganggu gugat.”
“Walaah... mari pak.. mas Indra.. silahkan masuk...”
Pak Mul sibuk mempersilahkan masuk, memintanya duduk didalam tapi pak Pras memilih duduk diteras.
“Surti... nak Tikno... ada tamu nih..” teriak pak Mul.”
“Enak rumah ini, sederhana tapi ditata apik, banyak bunga- cantik, pasti ini Surti yang menanam.”
“Biasanya perempuan memang suka bunga,” kata Indra.
“Lho.. pak Pras dan pak Indra sudah sampai disini? Sedianya bapak mau kesana bareng sama Tikno sa’at berangkat kekantor.”
“Tadi jalan-jalan sama Indra, lalu ingin melihat rumahnya Surti. Bagus ya Tikno rumahmu..”
“Waduh, ini gubug sederhana sekedar intuk berteduh dari panas dan hujan pak.”
“Ini rumah yang nyaman. Surti pintar mengatur rumah..”
“Teh hangat.. silahkan bapak..bapak..” kata Surti yang membawa nampan berisi cawan-cawan teh untuk tamu-tamunya.”
“Terima kasih Surti, senang kamu sudah hidup nyaman,” kata pak Pras sambil menghirup tehnya, diikuti Indra.
“Kabarnya pak Pras mau kembali ke Surabaya hari ini?”
“Iya, agak siang Mul, paginya masih ingin jalan-jalan disini. Tadi makan soto didaerah Gading sana, enak.. soto disini dan di Surabaya berbeda.”
“Setiap kota punya soto dengan aneka bumbu ya pak.”
“Tapi Soto Solo paling segar, tidak eneg.. kuahnya bening..”
“Apa pak Pras pulang sendiri nanti?”
“Iya Mul, pulang sendiri saja, karena masih ada yang harus aku kerjakan dan belum selesai. Ibunya Indra masih suka menimang cucunya, sedangkan kamu pasti masih kangen sama anakmu. Ya kan?”
“Iya pak, benar. Terimakasih sudah membawa saya kemari. Kalau tidak ada bapak, entah kapan saya bisa sampai dirumah anak saya.”
“Ya kalau kamu ingin bisa saja sewaktu-waktu berangkat sendiri Mul. Naik kereta tidak sampai seharian seperti kalau ke Jakarta.”
“Iya sih pak. Tapi mencari waktunya yang agak susah. Saya juga tidak bisa meninggalkan tugas dirumah bapak terlalu lama.”
“Lho.. Mul, aku kan sudah bilang, bekerja dirumahku itu semampu kamu saja. Kamu itu tidak muda lagi, dan punya penyakit darah tinggi yang sewaktu-waktu bisa kumat. Apalagi kalau terlalu capek, jadi aku tidak akan memaksa kamu untuk terus bekerja. Kerjakan yang enteng-enteng saja, dan istirahat kalau kamu lelah.”
“Terimakasih banyak pak.”
“Kamu disini lebih lama juga tidak apa-apa Mul, pasti anakmu lebih suka kalau nanti sa’at melahirkan kamu bisa menungguinya.”
“Benarkah ?” mata pak Mul berbinar karena tanpa memintanya pak Pras sudah memberinya ijin.
“Mengapa tidak Mul? Aku juga seorang ayah.”
“Terimakasih pak, terimakasih banyak,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
***
Pak Mul senang sekali karena akan lebih lama bisa berkumpul dengan anak semata wayangnya bersama suami yang tampak sangat mencintai isterinya, dan menghormati mertuanya.
Sa’at Surti memasak, pak Mul ikut merawat tanaman-tanaman yang ada dikebun kecil depan rumah. Dan bahagia itu membuatnya sehat.
Ketika pak Mul sedang membersihkan daun-daun kering dikebun, dilihatnya seorang pengendara sepeda motor berhenti didepan pagar.
Karena laki-laki itu melongok-longok kehalaman, maka pak Mul mendekatinya.
“Mau mencari siapa nak ?”
“Oh, ma’af pak.. saya hanya ingin tahu.. ini sebenarnya rumah siapa ya?”
“Ini rumah menantu saya, Tikno, sedangkan isterinya Surti, adalah anak saya. Anda kenal dengan salah satunya?”
“Oh, tidak pak.. ma’af.. mungkin saya salah. Terimakasih pak,” kata laki-laki itu sambil terus berlalu.
Pak Mul sama sekali tidak curiga, ia kembali memunguti daun-daun kering yang ada disekitar pelataran.
“Siapa bapak ?” tiba-tiba Surti melihat sebuah motor berlalu setelah berhenti didepan pagar, tapi tak jelas siapa orangnya.
“Oh, orang mencari alamat seseorang sepertinya.”
“Mencari rumah siapa pak, barangkali Surti kenal.”
“Dia sudah pergi, dan tidak mengatakan untuk mencari siapa-siapa.”
“Lha tadi dia bilang apa?“
“Cuma tanya ini rumah siapa, dan sudah saya jawab lengkap. Rumah Tikno menantu saya, dan Surti anak perempuan saya. Bapak pikir dia mengenal kamu atau suami kamu.”
Surti mengerutkan keningnya.
“Setelah itu dia bilang.. ma’af pak, mungkin saya salah... Cuma gitu lalu pergi.”
“Orang itu laki-laki?”
“Laki-laki, ada cambang diwajahnya.”
Tiba-tiba Surti merasa bulu kuduknya merinding. Ia merasa bahwa orang itu sedang mengawasi rumahnya, dan khususnya dirinya. Surti bergegas kebelakang, tak ingin menampakkan wajah cemas yang tiba-tiba membayang dimukanya.
“Ya Tuhan, mungkinkah jahanam itu? Bagaimana dia bisa tahu tempat ini? Aku jadi takut sekali, takut akan apa yang ingin dilakukannya.”
Tiba-tiba pak Mul muncul dan heran melihat Surti duduk di kursi dapur, dan wajahnya tampak pucat.
“Surti, kamu kenapa? Sakit ?”
“Oh, tidak pak.. Surti hanya kegerahan.. “
“Minumlah .. memang udara sangat panas. Tapi kok wajahmu pucat?”
“Masa sih pak? Surti tidak apa-apa. Bapak mau makan sekarang?”
“Tidak nduk, bapak cuma ingin minum, memang udara sangat panas.”
“Saya ambilkan pak.”
“Tidak usah, biar aku ambil sendiri saja..”
“Kalau bapak ingin makan, Surti sudah selesai masak kok.”
“Nanti saja, bukankah sebentar lagi suami kamu pulang?”
“Iya pak.. sudah waktunya mas Tikno pulang makan. Surti siapkan dulu makanannya dimeja ya pak.”
***
“Mas, sini sebentar, aku mau bicara..” kata Surti setelah makan siang. Ia menarik tangan suaminya kedalam kamar, tak ingin ayahnya mendengar apa yang dikatakannya.
“Ada apa? Kamu kok tampak ketakutan seperti itu?”
“Mas tau nggak, tadi ada seorang laki-laki bersepeda motor, berhenti didepan rumah.”
“Siapa dia?”
“Aku tidak tahu mas, tapi sikapnya mencurigakan. Aku masih didalam ketika bapak berbicara sama dia, dan pas aku keluar motornya sudah berlalu, aku tak sempat melihat wajahnya.”
“Mengapa dengan laki-laki itu?”
“Dia... ciri-cirinya.. seperti laki-laki jahanam itu. Dia bertanya pada bapak, ini rumah siapa, dan bapak mengatakannya, lalu dia berlalu begitu saja.”
Tikno mengerutkan alisnya.
“Mungkinkah dia?”
“Bukankah mas mengatakan bahwa dia kabur dari penjara?”
“Ya, tadinya dia menjadi sopir taksi, tapi begitu polisi menyelidiki setiap pengemudi taksi, dia keluar, dan entah berada dimana, polisi sedang memburunya. Mungkinkah dia?”
“Aku takut sekali mas, tampaknya dia sudah tahu bahwa aku ada disini.”
“Darimana ya dia bisa tahu?”
“Gimana mas, kalau mas kebetulan pergi lalu dia datang kemari?”
“Ya sudah, besok aku akan memanggil tukang, agar mengganti pitu pagar itu dari besi, dan kamu harus menutupnya dengan gembok.”
“Baiklah mas, terimakasih banyak mas.”
“Satu lagi, jangan sekali-sekali kamu keluar rumah sendiri. Kalau kamu ingin, ajaklah bapak, supaya secara tidak langsung bisa melindungi kamu.”
“Iya mas, aku juga takut kalau ketemu dia.”
“Semoga isteri dan bayiku baik-baik saja,” kata Tikno sambil mencium kening isterinya, kemudian berpamit untuk kembali ke kantor.
***
“Nak Tikno, Cuma membetulkan pagar saja mengapa harus mendatangkan orang, bapak kan bisa.” Kata pak Mul pada sore hari itu ketika Tikno pulang, sedangkan dua orang tukang sedang memasang pintu besi dan sudah hampir selesai.
“Bapak, itu dari besi, pakai mengelas segala. Kasihan kalau bapak yang mengerjakannya.”
“Iya sih, tapi sebenarnya dari kayu saja sudah bagus lho.”
“Biar kuat bapak.”
“Apa disini banyak maling?”
“Kalau dikampung sini aman bapak. Nggak apa-apa, hanya untuk coba berhati-hati saja. Lagipula pagar besi itu saya dapat dari teman, dengan harga murah, jadi nggak apa-apalah, saya beli,” kata Tikno berbohong.
“Ya sudah kalau begitu.”
“Baguskah bapak?”
“Bagus, nanti ,kalau sudah selesai biar bapak yang mengecatnya.”
“Ah, bapak.. “
“Nggak apa-apa nak, bapak itu biasa bekerja, kalau tidak mengerjakan sesuatu rasanya kok badan malah pegal semua.”
“Baiklah, besok saja mengecatnya, ini kan sudah sore.”
“Nak Tikno beli saja catnya. Biar bapak yang mengecat.”
“Bagusnya warna apa ya pak?”
“Bagaimana kalau abu-abu,?”
“Baiklah, sekarang saja Tikno belikan, disebelah sana ada toko besi yang tutupnya agak sorean.”
“Aku boleh ikut nak?”
“Cuma dekat saja kok pak.”
“Iya, biar bapak tahu. Nggak usah ganti baju kan?”
“Nggak usah, Saya juga nggak perlu ganti baju.”
Surti yang keluar rumah tiba-tiba sudah melihat suaminya dan bapaknya berboncengan keluar.
“Kemana ya bapak tadi?” tanyanya kepada salah seorang pekerja yang membenahi peralatannya.
“Sepertinya mau beli cat bu.”
“Kok tidak bilang sih, mas Tikno,” gerutu Surti’
“Tokonya dekat kok bu, tidak ada seratus meter dari sini.”
“Oh, dekat ya?”tanya Surti sambil membalikkan badan.
Tak lama kemudian Surti keluar sambil membawakan dua gelas teh panas.
“Pak, nanti sebelum pulang tehnya diminum dulu ya.”
“Ya bu, terimakasih.
Kedua pekerja itu sudah selesai mengerjakan pekerjaannya. Ia membuka dan menutup gerbang itu untuk meyakinkan bahwa pekerjaannya sudah beres.
“Cukup ya mas..” kata satunya.
“Sudah oke, kita bisa pulang. Oh ya, bu Tikno meminta kita minum tehnya dulu. Sayang kalau tidak diminum.”
“Keduanya berjalan kearah rumah setelah mengemasi semua peralatan yang dimasukkan kedalam tas besarnya.
“Semuanya sudah selesai bu.” Katanya kepada Surti yang kembali keluar, mungkin untuk melihat suaminya.
“Oh ya, terimakasih pak.”
“Ini gemboknya bu, nanti bisa dicoba.”
“Baiklah, habiskan dulu tehnya.”
“Ini sudah habis bu, kami mau pamit dulu, kalau ada yang masih kurang, biar p Tikno menghubungi saya.”
“Baiklah,” kata Surti sambil mengambil gembok dan kuncinya, sementara kedua pekerja itu juga berjalan kearah motornya lalu pergi.
Surti mendekati pintu dan mencoba menggembok pintu.
“Gemboknya besar sekali, uuh.. berat rupanya,” keluh Surti sambil berkutat mencoba gemboknya.
Tiba-tiba sebuah sepeda motor berhenti didepan pagar. Surti mengira suaminya yang datang, ternyata bukan.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah hari Minggu ini Buah Hatiku~27 tayang lebih awal banget.. Maturnuwun Bu Tien, salam sehat dari Kartasura ..π
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, RAHF Colection,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria. Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Ungaran..
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Alhamdulillah....
DeleteGak percuma longak longok
Yang ditunggu tunggu hadir gasik...
Matur nuwun Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Lhadalaaah..... pas sepi uwong lakonΓ¨ nongol... mbak Tien bisa aja bikin deg2 plaas.... Semoga tambah seru ceritanya.. yg penting happy ending πππ
DeleteDoaku senantiasa menyertai kesehatan dan kebahagiaan mbak Tien sekeluargaπ€π€
Salam sayang dr Surabaya... matur nuwun sudah disapa π€π
Alhamdulillah... matur nuwun Mbak Tien, ceritanya semakin membuat penasaran. Lanjut.....
DeleteSalam dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan pembaca yg setia selalu sehat dan sukses.
Alhamdulillah Buah Hatiku 27 sudah tayang..
DeleteMatur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dan salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang.
Alhamdulillah yg ditunggu2 sdh hadir mksh mb Tien smg sehat selalu
ReplyDeleteMatur nuwun... Mbak tien... Iseng2 buka sdh ada ep 27...salam sehat selalu jasmani rhani ekonomi
ReplyDeleteMakasih Bunda ,jangan lupa lho jaga kesehatan dan makan teratur, sukses terus dalam berkarya.Doa kami buat Bunda selalu
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien....kemarin sudah nunggu2. Wah ceritanya mengalir lancar, kadang membshagiakan, kadang mendebarkan, bikin penasaran terus. Khawatir kalau Surti diculik...karena Sardiman menginginkan bayinya....duh. Semangat menulisnya ya mbak...salam sehat dan sukses dari Iyeng Sri Setiawati di Semarang
ReplyDeleteHallo Mbak Tien, Selamat sore
ReplyDeleteAlhamdulillah Buah Hatiku 27 sdh tayang lebih awal.
Jangan2 Sardiman yg datang, duuh semoga mas Tikno segera datang...
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Terimakasih bu Tien. Semoga sehat selalu. Magelang hadir.
ReplyDeleteAlhamdulillah.. Akhirnya BH27 datang juga.. Makasih Mb Tien.. Jaga kesehatan yaa.. π
ReplyDeleteAlhamdulillah beha sdh hadir. Suwun mbak Tien
ReplyDeleteSmg sehat selalu.
Salam dr Bekasi katur mbak Tien sklg
Alhamdulillah yg ditunggu sudah hadir, semakin deg-degan euy... Terimakasih Bu Tien, salam sehat dari Yogya. π
ReplyDeleteAlhamdulillah BEHA 27 sudah tayang... mtr nwn bu Tien...sehat sehat nggih karya ibu kami nantikan
ReplyDeleteMakasih bu Tien... Semoga selalu sehat supaya bisa selalu menghibur
ReplyDeleteMbak Tien..ada yang keliru. Di rumah Tikno-Surti kok tukang yang pasang gerbang besi nyebutnya bu Indra dan pak Indra. Itu saja kireksi dari saya...maturnuwun (Iyeng Sri Setiawati, Semarang)
ReplyDeleteYa... matur nuwun korwksinya mbak Iyeng..
DeleteYa... matur nuwun korwksinya mbak Iyeng..
DeleteBu Tien, nunggunya nganti cengklungen tpi alhmdl tiap hari tiap jam ngintip di G, mbokmenawo wis tayang... Matur nuwun sanget cerbungnya. Wiwik Dwi Sudiyati, Bintaro Tangsel
DeleteAlhamdulillah akhirnya tayang..
ReplyDeleteSehat terus ya bu..
Salam dari Bekasi, cerita nya makin seru..
Next bu
Tambah bikin penasaran.....
ReplyDeleteduhh ikut khawatir
ReplyDeleteSelamat sore semuanya,,terima kasih Bunda Tien,, sehat terus yaa Bunda πππ
ReplyDeleteTerimakasih bunda...semoga sehat selalu..
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien.. setelah penasaran, jadi penasaran lagi nih bu πππ semoga sehat selalu ya bu..
ReplyDeleteSalam dari Nias.
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya
Salam sehat dari Purworejo untuk ibu Tien...
Makin penasaran mba. Salam sehat selalu mba Tien. Terima kasih
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien seri 27 sudah terbit..waduh mas Tikno sama pak Mul kok lama ya beli catnya semoga Surti tidak kenapa-kenapa
ReplyDeleteMtnuwun mbk Tien....
ReplyDeleteSalam sehat dan Semangat dr Sragen
Duuuh mendebarkan,Sardiman mau apa ya?
Jangan2 yg dtg sardiman...ups
ReplyDeleteSehat selalu mb tien
Aduh,kok habis baca cerita yg ini.hatiku deg2an ya.smg Surti bisa lebih waspada pada keadaan.laki2 itu Lo yg bikin ketakutan.nuwun Bu Tien ceritanya tambah jos.penggemar setia hartiwi DS jkrt.
ReplyDeleteAlhamndulillah....terimakasih mbak tien
ReplyDeleteAduuhhh bikin deg deg-an bund
ReplyDeleteAkhirnya muncul juga ditunggu tunggu..
ReplyDeleteMakin seruuu critanya..sebemtar tenang senang bahagia pas mau habis mak benduduk sadirman dtg...duuuh...π£
Semoga tdk terjadi apa2 dgn surti...
Salam sehat dari bandung mbak Tien..maturnuwun..lanjuut besok nggih.. π
Smg mas Tikno segera plg dan bs ketemu pria misterius...smg Surti tdk panik shg kandungannya baik2 sj ..slm seroja utk kita semua.....
ReplyDeleteMatur nuwun mb Tien BH 27 yg ditunggu sdh hadir walau setiap akhir episode deg..deg..plas penasaran dgn episode berikutnya...salam sehat dari Surabaya
ReplyDeleteSemoga Surti tdk pingsan...
ReplyDeleteSemakin penasaran dan deg2an terus... Slmt berkarya Mbak Tien... salam sehat selalu dari Semarang.
ReplyDeleteTerima kasih bun...
ReplyDeleteCerbung selalu mendebarkan ...
waduh...hati2 surtiii...
ReplyDeletejadi kebawa degdegan
Terima kasih b Tien.... Ceritanya lebih awal.
ReplyDeleteSemoga episode 28 cepat juga tayangnya... Dan semoga b Tien selalu dalam lindunganNya.... Sehat selalu.
Tuhan memberkati
Cerita ini sebenarnya datar datar saja, keadaan yang tersaji wajar tidak mengeploitasi kesedihan atau kesengsaraan tentang romantika kehidupan yang berlebihan...jadi membaca cerita ini tidak perlu kernyit di dahi....atau berandai-andai...tapi ada suri tauladan yang bisa dipetik sebagai panutan.... seperti suasana penuh cinta di keluarga Indra dan seruni....juga Surti dan Tikno...memang sampai di episode ini ada yang nengintip- ngintip untuk suatu konvlik dengan munculnya si residivis yang kabur dari penjara ....baik kita tunggu kelanjutannya.... Yoyok Purworejo Jawa tengah.
ReplyDelete