Monday, August 31, 2020

BUAH HATIKU 28

 BUAH HATIKU  28

(Tien Kumalasari)


Surti tertegun.  Tapi kemudian kakinya gemetar.  Bibirnya bergetar, tubuhnya bergetar. Ingin berteriak tapi tak mampu mengeluarkan suara.

“Surti, aku minta ma’af..  aku minta ma’af ya..” laki-laki itu  berkata. Surti tak mau menatapnya. Sekilas dia sudah tahu siapa dia, dan rasa jijik mnggumpal di kerongkongannya. Ingin ia muntah,  ingin ia meludahi wajah laki-laki jahanam itu.

Tapi Surti tetap tak bisa berkata-kata, wajahnya pucat,  air mata mengambang dipelupuknya. Laki-laki itu tiba-tiba ingin turun dari motornya, tapi dilihatnya sebuah sepeda motor menuju kearahnya. Ia segera menstarter motornya dan kabur dengan secepat kilat.

Tikno turun dari sepeda motor, bingung apa yang terjadi. Dilihatnya Surti limbung, berpegang pada jeruji pagar. Tikno yang ingin mengejar laki-laki itu mengurungkan niatnya.  Ia menghampiri isterinya yang kemudian terkulai pingsan.

***

Pak Mul yang tak kalah bingung hanya mondar mandir didalam kamar, dimana Surti terbaring dengan mata tertutup.

“Ada apa sebenarnya? Siapa laki-laki itu? Apa dia yang datang beberapa hari yang lalu dan menanyakan ini rumah siapa? Ada apa? Apa maksudnya?”

“Bapak duduk saja dan tenang ya, tidak terjadi apa-apa. Biarkan Surti tersadar lebih dulu,” kata Tikno sambil menggosok-gosok tangan dan kaki Surti dengan minyak hangat, dan sesekali menciumkannya dihidung .

“Surti..  bangun Surti...”

Tikno menepuk-nepuk pipi Surti.

Pak Mul walau mau disuruh duduk, tapi kegelisahan masih tampak pada wajahnya. Siapa laki-laki itu? Mau merampok atau mencuri? Mengapa sasarannya dirumah kecil sederhana yang mungkin saja tak banyak memiliki barang berharga ?

“Mas...” tiba-tiba didengarnya Surti mengeluh. Pak Mul berdiri disamping Tikno yang masih saja mengelus tangan isterinya.

“Tenang Surti, kamu tidak apa-apa.. tenang ya.”

Tikno mengambilkan minum, lalu mengangkat kepala Surti untuk disuruhnya minum.

Surti memejamkan matanya. Bibirnya bergumam lirih.

“Untung mas segera datang..”

“Ada apa to nduk...?” tanya pak Mul yang masih saja merasa cemas..

“Orang.. jahat.. aku.. takut...”

“Tenang Surti, kamu tidak apa-apa.. orang jahat itu sudah pergi..”

“Apa dia mau merampok ?” tanya pak Mul.

“Mungkin bapak,” kata Tikno yang tiba-tiba merasa khawatir, karena lambat laun rahasia yang disimpannya rapat akhirnya akan tercium juga oleh mertuanya.

“Mengapa rumah sederhana seperti ini diincar pencuri? “

“Mungkin karena melihat Surti sendirian.”

‘Ya sudah nduk, tidak terjadi apa-apa, kok nak Tikno seperti merasa bahwa akan ada bahaya, sehingga memasang pagar besi dengan gembok besar disana.”

“Mari bapak, kita keluar dulu saja, biar Surti merasa tenang, “ ujar Tikno sambil menggandeng tangan mertuauya.

“Mas...” panggil Surti. Tikno berbalik dan mendekati Surti.

“Ada apa ? Apa dia mengatakan sesuatu?” tanya Tikno dengan berbisik, takut mertuanya mendengar.

Surti menggeleng.

“Dia hanya bilang minta ma’af.. aku jijik melihat wajahnya.. aku ketakutan mas..”

“Kamu sudah aman disini, aku akan melaporkannya pada polisi. Dia buronan dari napi yang kabur beberapa minggu yang lalu. Tenang ya, kalau kamu tidak kemana-mana sendirian, kamu akan aman. Semoga polisi segera bisa menangkapnya.”

Surti mengangguk.

***

“Ada apa mas Tikno?” tanya Indra ketika Tikno menelpon malam itu.

“Orang gila itu sekarang berkeliaran dengan sepeda motor. Saya sudah melaporkannya pada polisi.”

“Mas Tikno melihatnya dimana?”

“Tampaknya dia sudah tahu dimana Surti tinggal. Dua kali dia menyatroni rumah saya pak.”

“Darimana dia tahu rumah mas Tikno?”

“Itulah yang saya tidak mengerti pak Indra. Yang pertama Cuma ketemu bapak, tapi menanyakan rumah ini rumah siapa.  Saya sampai membuat pagar besi dan membelikan gembok besar agar tak mudah orang memasukinya. Tapi tadi dia datang lagi ketika Surti sedang ada didepan pagar, sedangkan saya dan bapak pergi membeli cat untuk pagar itu. Surti sampai pingsan ketakutan.”

“Jadi mas Tikno melihatnya?”

“Ya, tapi begitu saya datang dia kabur. Saya ingin mengejar tapi melihat Surti sudah limbung, dan jatuh pingsan begitu saya ada didekatnya.”

“Heran saya, dia bisa tahu dimana Surti berada.”

“Rupanya memang dia benar-benar penjahat yang tahu caranya menemukan sesuatu dan faham caranya kabur dari kejaran polisi.”

“Ya sudah mas, mulai sekarang harus benar-benar bisa menjaga Surti.  Jangan biarkan dia pergi kemana mana tanpa seorangpun yang menemaninya.”

“Ya pak, yang saya bingung, kalau nanti bapak bertanya siapa dia dan mengapa mengejar Surti.  Rahasia itu pasti akan terungkap.”

“Begini saja mas, daripada suatu hari tiba-tiba pak Mul tahu dan terkejut karena tidak menduganya, lebih baik mas ceritakan semuanya pelan-pelan. Toh semuanya sudah berlalu dan Surti sudah punya pelindung yang handal, yaitu mas Tikno. Pak Mul pasti tak akan begitu sedih.”

“Akan saya coba pak Indra. Terimakasih banyak.”

***

Malam itu Tikno mengajak pak Mul duduk-duduk diteras. Tikno tau bahwa pak Mul masih dipenuhi tanda tanya oleh kedatangan laki-laki misterius yang membuat Surti pingsan. Ia sedang menata kata-kata tentang kejadian yang dialami Surti beberapa bulan lalu, agar pak Mul tidak terlalu panik.

“Surti tidak apa-apa?” tanya pak Mul.

“Sudah lebih tenang pak. Dia hanya ketakutan karena sedang sendirian dirumah, tiba-tiba ada laki-laki asing yang mendekatinya.”

“Kalau itu laki-laki yang sama dengan yang ketemu aku beberapa hari yang lalu,  lalu apa sebenarnya maksudnya? Kalau ingin merampok atau mencuri, mengapa harus kedalam rumah yang sederhana dan diragukan apakah memiliki benda  berharga yang tersimpan.”

“Entah apa maksudnya bapak, tapi saya sudah melaporkannya kepada polisi. Saya berharap sekitar rumah ini akan terus diawasi.”

“Saya heran, Surti sampai pingsan begitu, apa dia mengancamnya?”

Tikno ingin sekali segera mengatakan tentang kejadian itu, tapi lagi-lagi ia kesulitan mengawali kata-katanya.

“Sesungguhnya Surti itu kan penakut, pak,”  kata Tikno sekenanya.

“Dulu waktu masih kecil dia pemberani lho..  ketika ada topeng monyet, anak-anak kecil pada takut, dia malah  mendekat dan memegang-megang monyetnya.”

“Oh ya pak?” lalu Tikno tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Mungkin besok, kalau ada waktu,  ia harus berhati-hati, menghadapi orang tua yang pastinya sangat rapuh.

“Bapak kalau ingin jalan-jalan ajak Surti ya? Supaya bapak ada temannya, dan Surti juga tidak sendirian dirumah.”

“Ya nak, dan menggembok pagar itu sangat penting.”

Tikno  mengangguk, lalu bangkit berdiri, mengajak mertuanya masuk kerumah.

“Sudah malam, bapak harus beristirahat, ya.”

***

“Tidurlah Surti, kok nggak tidur-tidur juga?”

“Mas, bagaimana kalau dia datang lagi ?”

“Aku sudah melapor ke polisi, rumah ini akan diawasi. Kalau ada orang mencurigakan pasti ditangkap. Jadi kamu tenang ya?”

“Apa yang bapak pikirkan mas? Lama-lama rahasia itu pasti akan terungkap. Aku tak ingin bapak bersedih.”

“Aku akan mengatakannya terus terang.”

“Mas akan mengatakannya?”

“Daripada dia mendengar dari orang lain, aku akan mengatakannya pelan-pelan dan hati-hati. Sedianya tadi, ketika sedang duduk berdua diteras, tapi aku kok belum menemukan kata yang pas untuk mengawalinya. “

Surti menghela nafas. Bapak pasti sedih.

“Bapak tidak akan sedih kalau kamu hidup bahagia disamping aku. Apa kamu bahagia?”

“Aku bahagia menemukanmu mas, aku merasa hidup kembali.”

Tikno memeluk isterinya.

“Jadi kamu harus kuat, demi anak kita yang ada didalam kandungan kamu.”

Surti merasa tenang dalam dekapan suaminya. Ia memejamkan matanya dan terlelap tak lama kemudian.

***

Pagi hari itu tiba-tiba Seruni datang dengan mengajak bayinya. Ia juga membawa mbak Darmi. Indra menurunkan mereka sebelum masuk kekantor.

“Kok pagarnya digembok ya ?” seru Seruni sambil memukul-mukul pintu besinya.

“Apa mereka pergi ya bu?” tanya mbak Darmi.

“Surtiiii !! Surtiii!!”

Tak lama kemudian pak Mul muncul dan mengambil kunci serta mendekati pintu dengan tergopoh-gopoh.

“Surtiii, ada bu Indra tuh,” teriaknya sambil  bergegas kedepan.

“Ternyata bu Indra.”

“Sekarang pintunya digembok ya pak Mul?”

“Iya bu, sejak ada laki-laki aneh yang tampaknya berniat jahat,” kata pak Mul yang sudah berhasil membuka gembok dan mempersilahkan  masuk, tapi kembali menggembok pagarnya, seperti pesan Tikno setiap kali mau berangkat bekerja.

Surti berdiri di teras, lalu turun menyambut bekas majikannya dengan wajah berseri.

“Bu Indra, sama siapa ?”

“Tadi bareng sama mas Indra, kangen sama kamu.”

“Saya juga kangen. Ayo silahkan masuk bu Indra.”

Seruni duduk, mengamati wajah Surti yang sedikit pucat. Indra sudah mengatakan apa yang terjadi sehingga membuat Surti pingsan.

“Kamu baik-baik saja kan Surti?”

“Iya bu. Cuma kemarin itu sempat ketakutan .”

“Saya heran dia bisa tahu tempat ini.”

“Itulah bu Indra, saya jadi terkejut dan cemas.”

“Kamu harus hati-hati. Ooh, itu sebabnya mas Tikno menggembok  pagarnya ya?”

“Iya bu. Langsung membuat pagar besi kemarin itu.”

“Bagus Surti, dan kamu jangan sampai keluar rumah sendiri. Bahkan mendekati pagar sendiripun jangan pernah.”

“Iya bu..”

“Kandungan kamu sudah semakin besar ya Sur, kata dokter Melani bagaimana? Kapan kira-kira melahirkan?”

“Kira-kira tiga bulan lagi bu..”

“Hati-hati menjaga kandungan kamu ya Sur, dan ingat, suasana hati kamu berpengaruh pada bayi yang kamu kandung, jadi jangan sedih, jangan cemas.”

“Iya.. oh ya, sebentar saya akan buatkan minum dulu.”

“Ini, sudah bapak buatkan Surti,” kata pak Mul tiba-tiba sambil membawa nampan berisi beberapa cawan teh hangat.

“Lho... pak Mul kok tiba-tiba sudah membuat minum.. terimakasih ya pak Mul.”

“Sudah biasa membuat minum, jadi ya tidak apa-apa, bu Indra. Silahkan, mbak Darmi juga. Duuh.. ini putranya tidur nyenyak sekali. Namanya siapa bu Indra?”

“Namanya Nayaka, pak Mul..”

“Wah, nama yang bagus. Artinya seorang pemimpin prajurit. Hebat.. pas dengan wajahnya yang ganteng seperti mas Indra.”

“Terimakasih pak Mul.”

“Lama tidak ketemu, tahu-tahu mas Naya sudah besar ya?” kata Surti sambil mengambil Naya dari gendongan Darmi.

“Hm.. benar-benar ganteng. Bu Indra, silahkan diminum, mbak Darmi juga..”

“Iya Surti. Itu tadi mbak Darmi membawa buah-buahan untuk kamu Surti, banyak makan sayur dan buah supaya kamu dan bayi kamu sehat.”

“Terimkasih  bu Indra.”

“Saya mau menyiram tanaman dulu bu Indra, kemarin terlupa.”

“Iya pak Mul, kasihan tanamannya, udara panas begini.”

“Saya senang bu Indra datang, apalagi bersama mas Naya ini. Saya benar-benar terhibur, seperti terlepas beban saya.”

“Surti, kamu bersama mas Tikno yang sangat melindungi kamu, rasanya tak ada yang harus kamu khawatirkan.”

“Iya bu Indra.”

“Apa pak Mul sudah diberi tahu tentang peristiwa itu?”

“Tidak.. eh.. belum. Mas Tikno juga merasa bahwa lebih baik bapak diberi tahu, tapi belum punya cukup keberanian. Katanya harus menata kata-katanya supaya bapak tidak terkejut.”

“Benar Surti. Harus hati-hati, cuma saja hal itu harus dikatakannya. Karena sepintar-pintarnya menyimpan bau, akhirnya pasti juga akan tercium. Jadi lebih baik pelan-pelan dikatakan.”

“Dulu saya berfikir, setelah saya menemukan mas Tikno, semuanya akan terkubur bersama waktu. Tapi ternyata dia muncul dan membuat hati saya resah.”

“Tapi belum tentu juga dia ingin berbuat jahat sama kamu. Siapa tahu dia hanya ingin meminta ma’af.”

“Benar bu, dia memang mengucapkan itu, tapi saya tidak sudi menatap wajahnya. Mungkin ketika itu dia akan mendekati saya, kalau saja mas Tikno tidak keburu datang.”

“Semoga semuanya akan baik-baik ya Surti.”

“Aamiin, terimakasih bu Indra. Oh ya, apakah bu Pras sudah kembali ke Surabaya?”

“Sudah Sur, sebenarnya sih ibu bilang berat, tapi kasihan bapak sendirian disana. Kalau pak Mul biar saja disini sampai anak kamu lahir.”

“Iya bu, senang ada bapak disini.”

***

Beberapa hari, bahkan bulan telah berlalu, tak ada tanda-tanda laki-laki itu berkeliaran disekitar rumah Tikno. Mungkin ia sudah merasa cukup ketika mengucapkan ‘ma’af’, atau mungkin karena sering kali beberapa polisi berkeliaran didaerah itu.

Surti merasa tenang. Tapi tetap saja dia tak berani keluar rumah sendirian. Belanjapun dia harus mengajak ayahnya, dan pak Mul senang melakukannya.

“Kota Solo ini menyenangkan ya nduk.. bapak kok kerasan tinggal lama disini.”

“Itu bukan karena kotanya pak, tapi karena bapak dekat dengan Surti.”

“Oh, iya benar,” kata pak Mul sambil tertawa.

“Kemarin itu dokter bilang kandungan kamu sudah sa’atnya? “ tiba-tiba kata pak Mul.

“Iya bapak.”

“Kamu itu menikah bulan apa, kalau bapak hitung-hitung kan seperti masih dua bulanan, kok dokter bilang  bulan depan, salah hitung ‘kali?”

“Terkadang kan perhitungan dokter itu bisa meleset,” jawab Surti sekenanya.

“Maka dari itu, tapi ya tidak apa-apa, terkadang bayi lahir lebih awal.” Dan Surti merasa lega dengan jawaban ayahnya.

“Yang penting lahir sehat dan selamat,” lanjut pak Mul.

“Do’akan ya pak,” kata Surti sambil bersandar pada bahu ayahnya.

“Orang tua itu kan do’anya selalu untuk anaknya to nduk.”

“Terimakasih bapak. Tapi apakah bapak senang punya menantu seperti mas Tikno?” tiba-tiba terbersit dihati Surti untuk berterus terang saja kepada bapaknya. Tak tahan rasanya menyimpan rahasia itu terus  menerus.

“Dia itu laki-laki baik, mencintai kamu dan sangat menganggap bapak seperti orang tuanya sendiri. Bapak bahagia, dan bersyukur atas semuanya.”

“Pak, ada yang ingin Surti katakan, tapi bapak jangan marah ya?”

“Ya, katakan saja, mengapa bapak harus marah?”

“Hidup Surti ini sangat beruntung, bisa menemukan mas Tikno yang sangat mencintai Surti.”

Pak Mul mengelus kepala Surti.

“Sebenarnya Surti ingin merahasiakan semua ini pada bapak, tapi Surti tak sampai hati melakukannya. Apapun yang terjadi, bapak harus mengetahuinya.”

“Ada apa sebenarnya, bapak jadi berdebar-debar nih.”

“Tapi bapak janji ya, jangan marah, jangan terkejut, dan jangan memarahi Surti.”

“Kamu itu lho nduk, kalau mau ngomong ya ngomong saja.. jangan kelamaan.”

Surti menata batinnya. Menghembuskan nafas panjang, lalu menggenggam tangan bapaknya erat.

“Bapak ingat kejadian beberapa bulan lalu ketika Surti dirampok?”

“Ya, tentu saja bapak ingat.”

“Sebenarnya bapak ... Surti bukan hanya dirampok.”

“Apa?”

“Penjahat itu juga... memperkosa Surti pak..” kata Surti yang kali ini diselingi isak.

Pak Mul terkejut bukan alang kepalang. Dipandanginya Surti dengan tatapan iba. Bagaimana harus marah mengetahui nasib anak semata wayangnya seperti itu?.

“Kamu... kamu...”

“Tapi Tuhan mengirimkan mas Tikno untuk Surti, dan mengambil  Surti sebagai isterinya.”

“O alah nduk.. seberat  itu penderitaanmu.” Bisik pak Mul pilu.

“Bapak tidak usah bersedih,  karena Surti sudah menemukan mas Tikno, yang bersedia mengakui bayi yang Surti kandung ini sebagai anaknya.”

Pak Mul membelalakkan matanya.

“Jadi.. jadi.. bayi yang kamu kandung ini adalah darah daging si laknat itu?” kata pak Mul sedikit berteriak.

Surti merangkul bapaknya.  Tapi tiba-tiba  Surti merasa bahwa bapaknya terkulai lemas.

“Bapaaak...!” Surti menggoyang tubuh bapaknya.

***

Besok lagi ya

46 comments:

  1. Terimakasih bu tien ..udah tayang lanjutan ny..sehat2 selalu ya bu

    ReplyDelete
  2. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, RAHF Colection,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria. Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Ungaran..
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah Buah Hatiku 28 sudah tayang..
      Matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
      Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
      Salam hangat dan salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang.

      Delete
    2. sangat menarik cerbungnya mbak Tien,sy setia menanti kelanjutannya dgn tidak sabar...smg senantiasa sehat dan bnyk rezeki yg barokah,Aamiin

      Delete
    3. Alhamdulillah... matur nuwun Mbak Tien, ceritanya semakin membuat penasaran. Lanjut.....
      Salam dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan pembaca yg setia selalu sehat dan sukses.

      Delete
    4. Alhamdulillah....
      Yang ditunggu tunggu hadir gasik...
      Matur nuwun Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.

      Delete
    5. Terimakasih lanjutan cerbungnya.
      Hanya ada 8 yang saya ketemukan untuk bahan koreksi naskah. Semoga berkenan

      Delete
    6. Alhamdulillah, terima kasih mba cerbung nya, slalu ditunggu lanjutan nya

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Wah gak nyangka. Sdh terbit. Smoga tetap sehat, waras n smangat berkarya, bu tien.

    ReplyDelete
  5. Matur nuwun mbak Tien yang cantiq, baik hati, membuat bahagia dan menghibur orang melalui cerita2 menarik ..

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah Buah Hatiku~28 sudah hadir, maturnuwun Bu Tien semoga tetap sehat ... Aamiin..

    ReplyDelete
  7. Asyiik,yang saya tunggu2 ,buah hatiku 28 sudah terbit,salam sehat Ibu Tien Kumalasari

    ReplyDelete
  8. Akhirnya Surti berani ngomong.smg pak Mul gak marah.dansi pemerkosa itu dah dranfkap polisi matur nuwun Bu tien.cerb7ngnya tambah bikin penasaran.sehat sll kagem Bu tien.penggemar setia hartiwi DS.jkrt.sugeng ndalu Bu Tien.

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah tayang cepat, makasih Bu Tien, tambah penasaran

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun.... Mbak tien. ..semakin menarik ingin berlanjut... Smg mbak tien sehat jasmani rohani ekonomi...

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun mbak Tien
    Salam sehat dari Batang

    ReplyDelete
  12. Matur nuwun Bunda untuk Cerbungnya, sehat dan semangat ya Bun.Salam dan doa kami sekeluarga buat Bunda

    ReplyDelete
  13. Bapaaaak.... 😭😭

    Semoga pak Mul tdk kenapa2..

    Selamat malam Mbak Tien dan para reader semua...
    Salam sehat dan penuh semangat dr Erlin di Serang Banten...

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah ... Matur nuwun Bu Tien, semakin penasaran ceritanya, enchi & sahabat2ku penggemar cerita Bu Tien yang bagus2. Kami group Literasi'79 Cimahi pecinta cerbung karya Bu Tien, semoga Bu Tien & keluarga selalu sehat dan dalam lindungan Allah SWT .. Aamiin Aamiin Allahumma Aamiin
    Salam sehat untuk semua pecinta serbung karya Bu Tien

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah gasik...😄terimakasih Bu Tien. Salam sehat dari Yogya. 😍

    ReplyDelete
  16. Sabar pak Mul
    Maturnuwun bu Tien,kutunggu kelanjutan critanya, salam sehat

    ReplyDelete
  17. Aduuhhh makin seru ceritanya jadi gak sabar nunggu part berikutnya...

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah yg ditunggu sdh hadir mksh mb Tien salam sehat selalu dr solo bagian selatan sendiri

    ReplyDelete
  19. Waduh Bu Tien jooos ...bisa ngolah ceria dg begitu apik..
    salam sehat dan terus berkarya...

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah episode 28 dah hadir
    Terimakasih bu Tien
    Salam sehat dari Purworejo

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah Buah Hatiku 28 sdh tayang
    Semoga Psk Mul tdk apa2
    Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu.
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  22. Mudah2an pak Mul tdk kenapa napa.Salam sehat mba Tien. Makasih

    ReplyDelete
  23. terus terang salah, ga terus terang lebih salah. sabar ya Surti

    ReplyDelete
  24. Selamat malam semuanya,terima kasih Bunda Tien,,,semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍

    ReplyDelete
  25. Alhamndulillah...
    Terimakasih mbak tien

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah seri 28 sdh tayang..waduh p Mul masih lemah jantung semoga tidak apa-apa bisa tertolong salam sehat selalu dari Ambarawa bu Tien

    ReplyDelete
  27. Smg p Mul hanya kaget bukan kena serangan jantung... Dan ketika sadar smg p Mul bs menerima bayi yg lahir tanpa dosa... Lanjut mb Tien
    ..slm seroja...

    ReplyDelete
  28. semoga sakit pa mul ga kambuh lagi
    makin seruuu cerbungnya
    mks bu Tien

    ReplyDelete
  29. Maturnuwun mbak Tien...salam sehat.

    Semoga pak Mul hny kaget saja..

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah, suwun beha.nya mbak Tien
    Bekasi hadir, salam hangat dan sehat sll
    Smg semuanya baik2 sj. Aamiin

    ReplyDelete
  31. Waduh pak mul... bu Tien pinter banget... jadi ikut stress deh...

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah. Terimakasih bu Tien. Semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  33. Semoga pak Mul tdk sampai rirawat....
    Salam mbak Tien..

    ReplyDelete
  34. Semakin seru critanya bu Tien... d tunggu slalu kelanjutannya ...Sehat slalu ya bu...Salam dr jkt...

    ReplyDelete
  35. Tidak sabar menunggu kelanjutannya ....

    ReplyDelete
  36. Trus gmn bunda tien....cepat share kelanjutannya😥😥😥🙏🙏

    ReplyDelete
  37. Episode 29 blm ditayangi ya Bu tien.makin penasaran,Mugi cepet tayang ya Bu,penggemar dah gk sabar,ha3x dari hartiwi DS jkrt.

    ReplyDelete
  38. Terima kasih b Tien bacaannya.... Semoga b Tien sehat2 selalu dan jangan lupa bahagia. Sallam hormat dr sedayu jogjakarta

    ReplyDelete
  39. Trima kasih unk cerbung buah hatiku...
    Jangan lama2 mbak Tien tayang lanjutannya, penasaran terus...
    Dr Pontianak....

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...