Sunday, June 28, 2020

Cintaku ada diantara mega 04

CINTAKU ADA DIANTARA MEGA  04

(Tien Kumalasari)

 

Bagas terkejut, melihat pak Suryo mendekat ke arah mejanya. Bagas segera berdiri dan menyalami.

"Kok kebetulan kamu juga ada disini Gas?"

"Iya pak, lebih suka disini, masakan Jawa semua, dan enak."

"Silahkan pak," kata Mery kemudian beranjak kebelakang,

Bagas ingin menghentikan Mery tapi sungkan sama pak Suryo yang kemudian sudah duduk didepannya bersama Kristin.

"Kamu makan apa itu Gas?"

"Saya timlo pak, tapi ada yang lainnya, itu daftar menunya ada diatas," kata Bagas sambil menunjuk kearah tulisan besar-besar berisi daftar menu dan harganya.

"Haa.. ada macam-macam.. tapi aku ingin nasi timlo saja. Kamu apa Kris?"

"Makanan murah begitu, apa enak ya?" kata Kristin sambil memoncongkan bibirnya.

"Jangan melihat harganya, rasakan dulu.. kamu sukanya kok begitu, belum belum sudah menilai."

Bagas memanggil pelayan.

"Mas, aku nasi timlo sama minumnya jeruk panas ya. Kamu apa, cepetan.."

"Aku mau nasi goreng saja. Dikasih udang. Minumnya.. es kopyor," kata Kristin tanpa menoleh kearah pelayan.

"Kamu nggak pesan lagi Gas?"

"Sudah pak, saya sudah mau kembali ke kantor."

"Lho, sebentar lagi, nemenin kami makan lah.. atau kamu mau pesan apa lagi.. gitu."

Bagas merasa tidak enak untuk menolak. 

" Bagas itu langganan kesini pa.. setiap makan siang pasti kesini."

Bagas hanya tersenyum. Sebel juga so'alnya Kristin menatapnya terus tanpa malu-malu. 

"Bagas pasti yakin kalau makan disini pasti enak, ya kan Gas?"

"Ini kan seleranya orang seperti saya pak, yang penting pas dikantong, pas dilidah."

"Nyindir ..." celetuk Kristin.

"Nggak, itu benar.. untuk apa harus makan ditempat mewah kalau di tempat biasa sudah merasa enak."

Kristin mencibir.

"Kamu harus belajar dari Bagas Kris. Kamu selamanya mau yang paling bergengsi, yang paling top, Beli barang juga begitu, bukan memilih barangnya tapi merknya. Padahal ada yang barangnya sama tapi harganya lebih murah."

Pesanan sudah datang, dan pak Suryo menarik mangkuknya dengan mata berbinar.

"Hm, baunya sedap... ini luar biasa. Salah kamu memesan nasi goreng, kamu sudah biasa memakannya, tapi ini berbeda."

Pak Suryo menyendok sedikit dan mengecap-ngecapnya di lidah.

"Wouw.. enak.. benar enak.. ada sambal kecapnya juga nih.."

Kristin tak bereaksi, ia juga segera menyantap nasi goreng pesanannya. Hm, enak, batin Kristin, tapi dia malu mengakuinya karena sebelumnya sudah merendahkannya.

Bagas tersenyum, Kristin memakannya dengan lahap. 

"Enak Kris?" tanya pak Suryo.

"Mm.. lumayan, so'alnya Kristin lagi lapar."

Bagas masih menyunggingkan senyumnya. Ia tau kalau nasi goreng buatan Mery sangat enak, tapi Kristin malu mengakuinya. Ia menghabiskannya dengan cepat karena alasan lapar. 

"Enak, boleh nambah ya, separo saja."

"Bisa dong pak,"

Bagas melambaikan  tangan kearah pelayan dan memesan lagi setengah porsi.

"Papa, tumben makan banyak.."

"Enak..Bisakah kamu memasak?"

"Ih, Katrin nggak suka memasak pa, kan sudah ada simbok."

"Harusnya yang namanya pembantu itu yang hanya membantu, kamulah yang harus mengerjakan."

Kristin tak menjawab, ia asyik menyedot es kopyornya dengan nikmat.

Diam-diam dia menyukai sikap pak Suryo. Biarpun dia orang kaya dan terpandang, tapi ia sangat rendah hati. Mengapa Kristin tak meniru sikap ayahnya?

"Pa, nanti papa langsung pulang kan?"

"Iya, mau kemana lagi?"

"Kalau begitu Kristin mau bareng Bagas saja."

"Oh, bagus kalau begitu, papa mau mampir kerumah teman dulu."

 

***

Mery duduk dibelakang warung sambil mengamati anak buahnya menata pesanan. Ada rasa aneh yang tiba-tiba merayapinya. Mengapa dia tak suka melihat kedatangan Kristin, dan lebih tak suka lagi melihat Kristin akan satu mobil dengan Bagas karena dilihatnya Gadis itu tidak mengikuti ayahnya tapi mengikuti Bagas. Ia juga melihat Kristin  menggandeng lengan Bagas, yang kemudian Bagas menghindarinya. Rasa tidak suka itu terus menghantuinya, sampai kemudian dia memutuskan untuk pulang saja.

"Ibu mau kemana?" tanya Mini pembantu setianya dan juga orang yang dipercayanya.

"Mau pulang, badanku agak kurang enak."

"Ibu kecapean barangkali."

"Iya, mungkin, tapi aku nanti juga mau mampir belanja. Tadi anak-anak memesan barang-barang habis yang harus segera dibeli."

"Kalau ibu nggak enak badan, biar saya saja yang belanja."

"Nggak apa-apa kalau cuma belanja sebentar. Tenang saja Mini."

"Baiklah, tapi ibu harus segera beristirahat."

"Iya Mini, terimakasih."

Mery berlalu, membuka pintu mobilnya dengan perasaan resah. Lalu mengendarai mobilnya juga masih dengan perasaan gundah.

"Apa yang terjadi pada diriku ini?" gumamnya pelan.

Terbayang kembali bagaimana Kristin berusaha menggandeng tangan Bagas. Terbayang bagaimana Kristin memandangi Bagas ketika duduk dihadapannya. 

"Tapi Bagas bilang bahwa dia tak suka sama dia," gumamnya lagi.

"Walau tak suka, kalau setiap hari disuguhi wajah cantik yang selalu melemparkan senyum manis memikat, sapa yang mendayu-dayu, apakah Bagas akan tetap bertahan?"

Lalu Mery merasa heran pada dirinya sendiri. Setiap kali Bagas mengatakan suka pada dirinya, Mery selalu menolaknya, tapi melihat sikap Kristin, mengapa batinnya seperti terluka? Aduhai..

"Gila kalau aku juga suka sama dia, anak kecil yang manja!" katanya sambil memukul  kemudi  mobilnya. Lalu menghela nafas panjang.

"Tapi aku suka kalau dia bermanja-manja sama aku,"

"Gila..gila.. gila !!" katanya sambil kembali memukul-mukul kemudi mobilnya, kali ini lebih keras.

***


"Selamat siang," sapa pak Suryo didepan pintu sebuah rumah.

"Selamat siang, ya ... mas Suryo? Angin apa yang membawamu sampai kemari." sambut pak Darmono dengan riang.

"Yang jelas bukan angin duduk."

Keduanya tertawa   keras.

"Ada-ada saja. Ayo silahkan duduk, masuk saja..."

"Nggak, disini saja, lebih enak, hawanya segar.. dan jangan menawari aku minum, apalagi makan, karena aku baru saja makan dan minum bersama anakmu."

"Bagas?"

"Iya, siapa lagi, memangnya kamu punya anak lain selain Bagas?"

"Ya tidak.. tapi bagaimana bisa makan bersama Bagas? Mas lagi di kantor?"

"Aku ke kantor mau ketemu Kristin, tapi Kristin mau keluar makan, ee.. kebetulan ketemu Bagas di warung timlo."

"Oh, iya.. Bagas bilang setiap hari makan disitu. Enak timlonya, kemarin aku juga dibelikan Bagas timlo ditempat langganannya itu."

"Benar enak, aku baru sekali merasakan, tapi kayaknya bakal ketagihan."

"Syukurlah. Bagas itu kan maunya makan yang murah meriah, maklum duitnya belum banyak. Bapaknya juga cuma orang pensiunan."

"Oh, itu bagus, aku suka anakmu, tidak manja, mau menjalani hidup apa adanya."

"Iya lah mas, dari kecil kan dia tau bagaimana bapaknya ini."

"Berbeda dengan Kristin. Dia itu anak tunggal, dimanja sekali sama ibunya. Tidak diajari untuk hidup sederhana, tidak diajari mengerjakan pekerjaan yang biasa wanita kerjakan. Itu sebabnya aku menyerahkan perusahaan itu biar diurus sama dia, supaya dia belajar bertanggung jawab dan bisa bersikap lebih dewasa. Aku senang dia bisa menjalankannya. Lalu aku juga membelikan satu rumah kecil untuk dia, maksudku supaya dia bisa mandiri, mengerjakan semua keperluannya sendiri. Ee.. yang ini tidak berhasil."

"Mengapa?"

"Ibunya mengirimkan pembantu untuk dia. Sama juga bohong kan?"

Pak Darmono tertawa melihat sahabatnya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum masam.

"Biarkan saja dulu, lama-lama pasti dia bisa."

"Bagaimana kalau kita besanan?" kata pak Suryo tiba-tiba.

"Apa?" pak Darmono menatap sahabatnya dengan wajah tak percaya. Kalau dia mengajak besanan, berarti menjodohkan anaknya dengan Kristin?  

"Iya, aku serius. Kristin membutuhkan suami yang seperti Bagas, bisa menjalani hidup dengan apa adanya. Ia bisa mengajarinya."

"Wah, ini perso'alan yang tidak segampang mengucapkannya. Anak sekarang mana mau di jodoh-jodohkan?

"Ya, aku tau, artinya sekarang ini kalau aku dan kamu sudah sepakat, tinggal  nanti anak-anak itu yang akan menentukan. Aku dan kamu tidak usah memaksa."

"Ooh, begitu ya?"

"Atau.. kamu keberatan punya besan seperti aku?"

"Tidak.. bukan  begitu. Kalau kamu mau punya besan seperti aku, ya ini namanya anugerah bagi aku. Bagaimana mungkin aku bisa bilang bahwa aku keberatan?"

"Terimakasih kalau begitu, kita tunggu bagaimana nanti anak-anak. Kan mereka yang menjalani."

***

Seorang laki-laki gagah dan ganteng memasuki warung Mery, lalu duduk disalah satu bangku yang kosong. Ia melongok kedalam, seperti mencari sesuatu, atau mungkin seseorang.

Seorang pelayan mendekati.

"Bapak mau pesan apa?"

"Nasi timlo,  minumnya es jeruk saja."

"Baiklah," pelayan itu berlalu.

Laki-laki itu menungu sambil membuka buka ponselnya.

Dibelakang, Mini bertanya kepada pelayan itu.

"Eh, kamu ingat tuan itu tadi?" 

"Iya bu, dua hari yang lalu dia juga makan disini."

"Kamu ingat karena dia memberi kamu uang kan?"

"Iya bu, apa bu Mery marah?"

"Tidak, pernahkah bu Mery marah sama kita? Aku cuma tertarik untuk mengetahui siapa dia. Ketika dia keluar dari warung ini beberapa hari yang lalu, bu Mery tampak mengamatinya dengan seksama. Sepertinya pernah mengenalnya."

"Nanti saya tanyakan.."

"Eh, jangan.. nggak usah, pakai mau nanya segala. Nggak sopan, tau!?'

"Iya bu."

"Ya sudah, cepat layani dia."

Basuki menikmati makan siangnya, tapi ditengah-tengah makan itu ia memanggil lagi pelayan yang tadi melayaninya.

"Ya, mau pesan apa lagi bapak?"

"Tidak pesan, cuma mau tanya, apakah nama Mery itu diambil dari nama pemiliknya?" tanyanya sambil menunjuk kearah papan nama yang terpampang diluar."

"Iya pak, pemilik warung ini bu Mery."

"Apa dia ada?"

"Kebetulan tadi sudah pulang pak, katanya nggak enak badan."

"Owh.."

"Ada pesan untuk bu Mery?"

"Tidak.. tidak ada. Ya sudah, terimakasih."

Laki-laki gagah itu menghabiskan makannya, lalu beranjak keluar warung sambil memberikan uang seratusan ribu.

"Kembaliannya untuk kamu."

"Terimakasih banyak pak," kata pelayan sambil terbungkuk-bungkuk.

 ***

Pagi hari itu Sri masih menyiapkan sarapan didapur, ketika melihat Mery sudah bangun.

"Lho, semalam katanya pusing, kok sudah bangun? Tiduran saja lagi, biar aku yang menyiapkan makan pagi, mbak," kata Sri khawatir.

"Tidak, sudah baik, pusingnya bukan sembarang pusing nih."

"O, ada sesuatu? Bocah itu mengganggu lagi?"

"Aku bingung.."

"Tampaknya mbak Mery lama-lama juga suka sama dia."

"Aku sudah merasa tua."

"mBak Mery jangan begitu. mBak Mery berhak dicintai dan mencintai. Kalau memang dia itu baik, dan sungguh-sungguh mencintai, mengapa harus menolaknya?"

Mery menghela nafas. Ia mengambil gelas lalu menuangkan minuman dingin dari dalam kulkas. Sri menarik tangannya.

"Jangan minum air dingin, masih pagi. Tuh, Sri sudah buatkan teh panas buat mbak. Masih mengebul. Ayo kita minum bersama,  pisang goreng juga ada."

"Oh, iya, bau pisang goreng, aku baru mau bertanya, bau apa ya, harum-harum wangi."

"Pisang kepok yang tiga hari lalu kita ambil dari kebun, sudah masak semuanya. Nanti mbak Mery bisa membawa untuk anak-anak warung. Aku sudah menggoreng banyak."

"Terimakasih Sri, kamu selalu baik," kata Mery sambil duduk dikursi dapur. Dimeja didepannya sudah ada teh panas dan sepiring pisang goreng. Mery menghirup tehnya perlahan.

"Mana mas Timan?"

"Masih di kamar, lagi bercanda sama Tiwi."

"Hm, menyenangkan kalau sudah punya anak."

"Benar sudah tidak pusing lagi mbak?"

"Tidak, setelah minum teh hangat buatan kamu."

"Ah, mbak Mery. Lalu bagaimana dengan Bagas?"

"Aku tidak berani memutuskan. Takut kalau dia kecewa."

"Mengapa harus kecewa? mBak Mery itu cantik, pintar masak.."

"Aku pintar masak itu kan karena belajar dari kamu Sri."

"Apapun itu, sekarang mbak Mery kan sudah bisa masak yang enaknya luar biasa. Jadi mana mungkin dia kecewa?"

"Kamu lupa Sri, aku kan sudaha tidak perawan lagi?" kata Mery sendu.

"Kalau orang itu benar-benar mencintai, ia harus bisa menerima semua kelebihan dan kekurangan kita. Pegang kata-kata saya mbak, mbak Mery itu pantas mencintai dan dicintai. Kalau memang dia cinta, tak akan ada cacat celanya yang ada dalam diri mbak Mery. Dia pasti menerimanya."

Benarlah? Tapi Mery masih ragu.

***

Siang hari itu ketika Bagas sedang berkutat dengan pekerjaannya, tiba-tiba ponselnya berdering.

"Mas Basuki?"

"Hallo Gas, lagi sibuk?"

"Nggak mas, sudah mau off  untuk istirahat makan siang."

"Bagus, ayo kita makan siang bersama."

"Dengan senang hati mas, dimana ?"

"Ada sebuah warung yang pasti kamu akan menyukainya. Aku akan kirim alamatnya."

"Baiklah mas."

"Tapi kalau kamu datang lebih dulu, kamu tungguin aku ya, aku masih akan mampir untuk suatu keperluan."

"Siap mas."

Bagas tersenyum ketika membaca pesan singkat dari Basuki. Itu Warung Timlo bu Mery, ia kan sudah hampir setiap hari kesana? Bagas akan mengatakannya, tapi diurungkannya. Ia hanya membalas..oke mas..

"Bagaas.." selalu saja Kristin memanggil namanya dengan suara yang mengejutkan. Ia baru saja memasuki ruangan.

Bagas mengangkat kepalanya.

"Nanti makan siang bareng aku ya? Aku sudah memesan tempat disebuah restoran."

"Tidak, mengapa harus memesan tempat segala sih?"

"Restoran itu selalu ramai kalau pas sa'at makan siang begini, jadi aku harus memesan tempat duduk yang nyaman supaya tidak dipakai orang lain."

"Tapi aku sudah janjian sama teman, ma'af."

"Perempuan?"

"Memangnya kenapa selalu bertanya begitu? Kalau perempuan kenapa, kalau laki-laki kenapa?"

"Cuma ingin tau."'

"Laki-laki, anaknya teman bapak, yang lama tidak ketemu."

" Aku boleh ikut?"

"Nggak boleh, ma'af," kata Bagas sambil kembali menekuni pekerjaannya.

***

Bagas sengaja datang lebih awal, supaya bisa bertemu mbak Mery nya sebelum Basuki datang. Siang itu mbak Mery menyambut Bagas dengan wajah berseri. Entah mengapa tiba-tiba perasaannya jadi lain. Sangat gembira melihat Bagas.

"Kamu akan datang bersama bos cantikmu itu lagi?" tanya Mery sambil mendahului duduk.

Bagas duduk didekatnya, lalu memegang tangan Mery dengan hangat. Mery berdebar tak menentu. Ia merasa aliran darahnya begitu cepat mengalir, berpacu dengan degup jantungnya. Tapi tiba-tiba dia sadar akan keadaannya, tak mungkin dia meladeni laki-laki muda nan menawan ini demi menurutkan hawa nafsunya. 

"Tidak, cintaku bersembunyi dibalik mega. Tak harus begini. Ini gila." kata batinnya sambil menarik tangannya agar pegangan Bagas terlepas. Namun Bagas tidak mau melepaskannya.

Sa'at itulah Basuki datang dan tegak ditengah-tengah pintu tanpa mampu melanjutkan langkahnya.

***

besok lagi ya

36 comments:

  1. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo,Ops,Kakek Habi, Anton,Hadi, Pri ,Sukarno, Giarto,Gilang, Ngatno,Hartono, Yowa, Tugiman,Dudut Bmbang Waspodo, Yustikno,Wedeye, Tauchidm,
    Yustinhar. Mastiurni,Yuyun, Jum,Sul, Umi, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini,Yowa,Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi,Wida, Rita, Sapti,Dinar, Fifi, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Bunda Rahma, Neny,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Ungaran..
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. 2:20 PM

      Alhamdulillah CDM 04 sdh tayang.. semangkin seru critanya
      Semoga Mbak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
      Aamiin Yaa Robbal Aalamiin

      Salam hangat, salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang.

      Delete

    2. Alhamdulillah CDM 04 sdh tayang..
      Matur nuwun
      Ditunggu lsnjutannya
      Semoga Ibu Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
      Aamiin Yaa Robbal Aalamiin

      Delete
    3. Matur nuwun Mbak Tien, alhamdulillah eps 4 sdh tayang semoga Mbak Tien sehat selalu dan tetap berkarya. Lanjut......

      Delete
    4. Tambah seruuu, ah memang keren mba....gimna Basuki? Kagetkah?marah?? He he he. Selalu menunggu lanjutannya. Semoga kita sehat slalu, Aamiin

      Delete
  2. Hallow bunda Rahma, Halloww Purworejo

    Salam sehat dari Solo. Trims perhatiannya.

    ReplyDelete
  3. Yaaaa....ganggu Aja Basuki, 🀭
    Terima kasih bu Tien...
    Semoga selalu sehat...πŸ€—

    ReplyDelete
  4. Lanjut terus mbak Tien.
    Sungguh CERBUNG ini dpt menjadi sarana utk "Ngrabuk yuswa, ndhangir sukma, nyenyeger salira".

    Salam hangat dari Yogya.

    ReplyDelete
  5. Assalamu'alaikum mba Tien. Trimakasih sdh disapa jg diabsen, Alhamdulillah CDAMnya sdh terbit. Salam sehat & setia sll dr Bekasi-

    ReplyDelete
  6. woww...mulai menegangkan ceritanya...lanjut bu Tien...jd ga sabar nunggunya

    ReplyDelete
  7. Hallo juga Mbak Tien, terima kasih sdh disapa..
    Alhamdulillah CADM 04 sdh tayang
    Seruu
    Salam sehat selalu dari Bekasi

    ReplyDelete
  8. makasih mba Tien...
    seperti biasa, Jambi hadir menyimaaak...
    sehat dan sukses mba Tien..
    πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘

    ReplyDelete
  9. Puji Tuhan, cdam04 sdh terbit...
    Wouw...mulai panas... cinta segi tiga...dahsyat nih kayanya...ibu Tien memang luar biasa... Yustin Har dkk menunggu candake. Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah cerbung baru ud hadir Bu Tien.....salam dari sy di Bengkulu.πŸ˜πŸ˜€

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah....ud hadir lagi cerbung nya, makasi Bu Tien. Salam sayang dari Bengkulu πŸ˜πŸ˜„πŸ˜˜

    ReplyDelete
  12. Hmm..mulai deg degan nih mba.Basuki kecewa? Mery pilih siapa ya? Serahkan ke mba Tien deh yg paling bisa mengaduk aduk perasan penggemarnya.Makasiih mba

    ReplyDelete
  13. Ya... semakin seru... Salam tahes ulales dr sby

    ReplyDelete
  14. Lanjut mb Tien akankah Basuki menjd kejam spt ketika mengincar si Sri? Stlh melihat bgmn Bagas bersama Merrynya dulu? Cadm 05 pasti makin seru.. semangat mb Tien...

    ReplyDelete
  15. Mkah mbak Tien
    Salam sehat selalu dari Batang

    ReplyDelete
  16. Yuhuiiii bru seri 4 sdh seru, ada perang.sayang, adu perhatian ... Mery cantik, baik hati smoga dpt jodoh, suami yg lbh baik .. gitu ya mbaknTien, salam sehat sejahtera, de lembah Tidar

    ReplyDelete
  17. Semoga Mbak Tien sehat selalu, salam dari Bogor..

    ReplyDelete
  18. Maturnuwun mbak tien semoga mbak tien sehat terus biar bisa menyenangkan kami semua lanjuuut

    ReplyDelete
  19. Bekasi hadiir bu.
    Terima kasih buat cerbungnya,
    Sehat selalu buat ibu n klg..

    ReplyDelete
  20. Seru bgt Bu Tien...
    Jadi penasaran..
    Salam dari Nias Bu...☺️

    ReplyDelete
  21. Trimakasih ibu Tien,salam kenal kagem ibu.

    ReplyDelete
  22. Salam kenal Bu Tien...saya Oudji dr Madiun. Sll setia mengikuti cerbung bu Tien

    ReplyDelete
  23. Jreng! Jreng....!... Ikut sesak nafas bacanya

    ReplyDelete
  24. Deg deg pyar rasane ati...
    Sehat terus mbTien biar CDaM cepat tayang episode berikutnya..
    Salam hangat Yulie Sleman Jogja

    ReplyDelete
  25. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
    Salam kenal ibu Tien
    Terimakasih Cerbung nya, dapat untuk hiburan
    Selalu setia membaca Cerbung ibu Tien
    Kutunggu episode kelima

    ReplyDelete
  26. Bagas type Oedipus Complex ya ...aduh kasihan Kristin#
    Salam sehat mbak Tien ......

    ReplyDelete
  27. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  28. Tangerang slalu hadir ☝️
    Salam sehat slalu buat buk Tien sayang πŸ™πŸ˜˜πŸ˜˜

    ReplyDelete
  29. Episode 5 mmg blm nongol ya Bu...

    ReplyDelete
  30. Mbak tien klo cinta merry dibalik mega bs cepat klihatan kan? .. hihihi

    ReplyDelete
  31. Hallo bu tien salam semoga sehat sll buuu

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...