Saturday, June 27, 2020

CINTAKU ADA DIANTARA MEGA 02

CINTAKU ADA DIANTARA MEGA  02

(Tien Kumalasari)

 

"Wah.. pesan mendadak begini kalau jadi keterusan bisa repot aku.." gumam Mery.

"Nggak apa-apa mbak, kan cuma tamu sepuluh.. aku bantu, masak dirumah saja, bukankah  untuk makan siang?"

"Iya sih.. tapi harus diingatkan nih orang, kali ini sepuluh.. lain kali limapuluh, apa nggak repot.. Eh tunggu, nih kirim alamat..  ooh.. alamat kantor.. diminta jam duabelas.. timlo dan kelengkapannya dilengkapi lauk pauk, plus buah dan.. oh.. ada makanan lain dari catering lain juga rupanya...  Yaah, buahnya minta mas Timan saja.. "

"Baru datang jeruk sama semangka mbak.. seger itu.."

"Hm... ini pemaksaan, tapi ya sudah.. aku sudah bilang sanggup."

"Iya mbak, besok aku yang masak deh.. "

"Tiwi bagaimana ?"

"Tiwi sudah besar, nggak nakal kok.. asalkan dia kenyang, dikasih mainan.. beres."

"Aku akan belanja pagi-pagi. Biarpun pesen hanya sepuluh porsi, tapi ini langganan baru, jangan sampai mengecewakan."

"Bener mbak.. siapa tau nanti bisa menjadi langganan.."

Besok jam sebelas aku juga bisa pulang dulu, supaya bisa ikut membantu mengantarkan pesanan," kata Timan menimpali.

"Tidak usah mas, cuma sedikit, mobilku saja cukup, nanti aku minta salah seorang karyawan membantu menurunkan dan mengatur disana, katanya untuk prasmanan." 

"Ya sudah, tapi kalau butuh bantuan jangan sungkan lho mbak."

"Iya mas.. "

 

***

 

"Tilpun siapa malam-malam?" tanya pak Darmono.

"Dari Kristin, besok ada tamu, katanya mau ketemuan direstoran.. tapi akhirnya minta di kantor saja. Kristin ribut nyuruh anak buahnya memesan masakan, salah satunya Bagas usul timlo."

"Oh, enak itu timlo, dimakan anget-anget gitu. Jadi ingat, besok simbok tak suruh masak timlo saja."

"Nggak usah pak, besok Bagas saja yang belikan. Ada warung timlo langganan Bagas yang gini pak," kata Bagas sambil mengacungkan jempolnya.

"Oh ya, ya sudah nggak apa-apa, tapi kamu kan ada acara di kantor, nanti bapak harus nunggu sampai jam berapa?"

"Akan Bagas suruh kirim kerumah, pokoknya bapak tenang saja."

"Baiklah kalau begitu, makan siangnya nunggu kiriman saja."

Bagas membuka ponselnya dan mengirim pesan singkat.

"Beres bapak, besok pasti dikirim kerumah."

"Itu yang kamu pesan untuk kantor kamu juga?"

"Iya, bukan Bagas yang pesan, Bagas suruh orang kantor yang pesan. Tapi itu langganan Bagas, dan dijamin tidak mengecewakan.

"Ya sudah, kamu baik-baik ya kerjanya, jangan berfikir untuk resign, pekerjaan itu harus ditekuni.  Pada awalnya mungkin terasa tidak enak, tapi lama-lama kamu akan terbiasa dan bisa menjalaninya dengan baik."

Bagas tak menjawab. Yang membuat tidak kerasan bukan pekerjaannya, tapi ia  tak ingin berdebat dengan ayahnya. Ia bertekat akan mencari pekerjaan baru dulu, baru resign dan baru akan bilang pada ayahnya.

 

***

 

Mery sudah selesai menata makanan yang dipesan dimeja yang sudah ditunjukkan. Ia juga sudah menerima pembayaran, dua kali lipat dari harga yang ditulisnya dinota. Tidak apa-apa, itu sudah dijanjikan ketika pesan, dan memang harganya berbeda karena pesannya sangat mendadak. Sekarang ada satu pesanan lagi kesebuah rumah. Ia tidak tau kalau pesanan itu untuk ayahnya Bagas.

Mery hampir menaiki mobilnya ketika sebuah suara mengejutkannya.

"Hallo, mbak cantik.."

"Ya ampuun... Bagas?"

"Iya, aku yang menyuruh pesan ketempat mbak Mery. "

"Kamu bekerja disini ?"

"Iya, syukurlah mbak Mery mengirim lebih awal. Sebentar lagi tamu kami datang."

"Terimakasih , semoga tidak mengecewakan."

"Tidaklah, aku percaya sama mbakku yang cantik ini."

"Ya sudah, aku pamit dulu... sekali lagi terimakasih ya."

"Nanti dulu, kenapa buru-buru?"

"Bagas, aku kan harus ke warung? Ini juga masih mampir ada lagi satu pesanan untuk rumah, nggak apa-apa, walau cuma dua porsi, sekalian jalan so'alnya."

"Bagas !!" suara teriakan itu membuat Bagas menoleh, dilihatnya Kristin melambaikan tangannya dari arah depan kantor."

"Hm, lihat tuh.. bos sudah ribut baru ditinggal sebentar saja."

"Oh.. itu.. cantik dan sexy..  seneng dong."

"Hihh, mbak Mery kan sudah tau aku nggak suka sama dia."

"Bagaaas !" Kristin berteriak lagi.

"Ya sudah, aku pergi dulu ya.."

"Aku nanti kesana mbak !" 

Mery menaiki mobilnya dan berlalu, Bagas menatapnya sampai mobil itu hilang dibalik pagar kantornya.

Baru kemudian Bagas membalikkan tubuhnya mendekati Kristin.

"Kamu kenal sama dia?"

"Ya kenal, kan dia yang punya warung timlo. Barusan dia menata diruang makan."

"Cantik, masih muda."

"Iya, cantik." kata Bagas sambil tersenyum senang, lalu berjalan masuk beriringan dengan sang bos cantik.

"Kalau pemilik warung wajahnya cantik, pasti warungnya ramai didatangi banyak orang," kata Kristin sambil berjalan kearah ruang kantornya.

"Nggak juga. yang penting bukan wajahnya, tapi masakannya. Disana memang enak, sekali-sekali mbak boleh mencoba."

"Makan diwarung ?" kata Kristin sambil menyipitkan matanya. Bagi pengusaha kaya, makan diwarung sungguh memalukan.

"Memangnya kenapa?"

"Nggak pernah terpikirkan aku makan diwarung."

"Iya, mbak seringnya makan direstoran mewah.." kata Bagas sambil terus berjalan kearah belakang. Dia ingin melihat sekali lagi tatanan diruang makan, karena tak lama lagi tamu-tamunya datang, lalu meeting setelahnya.

 

***

 

"Selamat siang," Mery mengucapkan salam begitu sampai didepan pintu  rumah keluarga Darmono. 

Seorang perempuan setengah tua keluar.

"Ya.. selamat siang," sapa mbok Sumi.

"Mau mengantarkan pesanan," kata Mery, lalu pembantunya menyerahkan rantang berisi timlo dan lauk pauk.

"Oh baiklah."

"Ini ibu?" tanya Mery yang mengira mbok Sumi pemilik rumah. Maklum, simbok ini  tampak bersih dan berpakaian rapi.

Simbok menutup mulutnya dan tertawa.

"Bukan, ibu sudah duapuluh tahun lebih meninggal. Saya ini pembantu mbak."

"Oh, ma'af."

"Oh, ini timlo?" kata pak Darmono yang tiba-tiba muncul.

"Iya pak."

"Bawa kebelakang mbok, aku sudah menunggu dari tadi."

Simbok membawa rantang itu kebelakang.

"Berapa saya harus bayar?"

"Nanti mau dibayar di warung, kata yang pesan."

"Oh, anak saya Bagas pastinya. Terimakasih banyak."

Mery tertegun. Jadi yang pesan Bagas? Dan ini orang tua Bagas. Keterlaluan anak itu, tidak mau berterus terang kalau ini untuk bapaknya, kata Mery dalam hati.

Ketika dalam perjalanan ke warung Mery terus berfikir tentang Bagas. Ia sangat suka pada Mery. Padahal dia jauh lebih muda dari Mery. Dan berkali-kali diingatkan tentang usia, Bagas tak mau peduli. Tapi Mery menganggapnya itu seperti sebuah permainan. Apakah karena Bagas tak lagi mempunyai ibu sehingga menyukai seorang gadis yang lebih tua darinya? Itu bisa saja terjadi. Bagas hanya ingin  menemukan sosok seorang ibu. Pantaslah kalau dia selalu manja setiap kali ada didepannya. Rasa kasihan kemudian menghinggapi perasaan Mery. Sudah duapuluh tahun lebih ibunya meninggal dan kasih sayang seorang ibu tak pernah didapatkannya.

 

***

 

Setelah acara makan siang itu hampir semua tamu yang datang memuji timlo yang disajikan. Bahkan beberapa tamu minta nomor kontaknya, yang dengan senang hati Bagas memberikannya.

Pertemuan itu baru berakhir setelah jam tiga. 

Bagas sedang bersiap untuk pulang ketika tiba-tiba Kristin mendekatinya.

"Bagas, nanti aku pulangnya ikut kamu ya."

"Memangnya mobil mbak Kristin kemana ?"

"Agak rewel, tadi aku suruh membawa ke bengkel."

"Tapi aku ada perlu.. nanti mbak kelamaan."

"Tidak, kemanapun kamu mau pergi, aku ikut."

Bagas merasa tidak enak, padahal dia janji mau mampir ke warungnya mbak Mery. Bagaimana kalau keburu tutup? Tapi sebenarnya Bagas kesal. Kalau Kristin mau, dia bisa saja meminta agar ayahnya menyuruh menjemput. Ada beberapa sopir perusahaan juga. Tampaknya memang Kristin ingin pulang bareng dirinya.

"Nggak apa-apa kan Gas?"

"Baiklah, aku antar mbak Kristin dulu saja."

"Terimakasih Bagas.." Kristin tampak gembira.

Kristin membenahi meja kerjanya, ketika telpon dimejanya berdering.

"Hallo.."

"Kris.. papa dengar mobil kamu dibengkel?" suara pak Suryo dari seberang.

"Iya pa.. sudah tadi siang, tampaknya belum siap juga."

"Biar papa suruhan menjemput kamu."

"Tidak pa, tidak usah dijemput, Kristin mau bareng Bagas saja."

"Kamu merepotkan orang."

"Tidak pa, Bagas mau kok."

Bagas yang mendengar Kristin menolak dijemput jadi bertambah kesal. Wajahnya muram ketika ia mulai mengangkat tas kerjanya dan bersiap keluar dari ruangannya.

"Eit.. sudah dulu pa, Bagas sudah menunggu."

Kristin menutup telponnya dan bergegas menyusul Bagas yang sudah membuka pintu ruangan. Dengan santai Kristin melingkarkan tangannya dilengan Bagas, tapi dengan halus Bagas melepaskannya.

"Bagas kok gitu.." rengut Kristin.

"Nggak enak dilihat karyawan lain. Nanti dikira kita ada apa-apa."

"Memangnya kenapa kalau ada apa-apa?"

"Jangan begitu mbak, aku jadi nggak enak..," kata Bagas yang melangkah lebih cepat, membuat Kristin sedikit tertinggal karena sepatu dengan hak tinggi membuatnya tak bisa berjalan cepat.

"Bagaas, tungguiin..."

Bagas tak mengacuhkannya, ia bahkan mengambil ponselnya, berlagak sedang menelpon seseorang.

"Bagas.." agak tersengal Kristin mengejarnya.

***

Perempatan didepan itu belok kiri, dan sampailah dirumah Kristin, tapi tiba-tiba Kristin berteriak.

"Aduh Gas, ada yang lupa..."

Bagas menoleh kearah Kristin.

"Kunci ketinggalan di kantor."

"Apa?"

"Kunci rumah Gas, aku nggak bisa masuk dong."

Kristin memang tinggal berpisah dengan orang tuanya. Ia tinggal dirumah mungil tapi indah agar bisa belajar hidup mandiri. Ayahnya yang menyuruh. Hanya ada pembantu yang datang pagi dan pulang ketika sore harinya.

"Apa maksud mbak? Kita harus kembali ke kantor lagi?"

"Iya Gas, tolonglah.. please..please...jam segini pasti pembantuku sudah pulang, dia membawa kunci sendiri." kata Kristin sambil merangkapkan kedua tangannya.

Bagas benar-benar kesal, wajahnya gelap seperti langit tertutup mendung. Seandainya Kristin bukan atasannya pasti dia sudah menurunkannya dijalan.

"Tadi ketika mau pulang papa menelpon, dan kamu sudah mau keluar ruang, aku tergesa-gesa dan kunci tertinggal dimeja."

"Mengapa kunci rumah bisa tertinggal dimeja kantor?" sesal Bagas, agak ketus.

"Iya, soalnya kan jadi satu dengan kunci laci mejaku."

Bagas terpaksa memutar mobilnya untuk kembali. Jarak ke kantor sekitar tiga kilometer, dan mereka terpaksa kembali.

Kristin tersenyum senang, tak peduli pada wajah Bagas yang gelap dan mengemudikan mobil dengan kencang.

"Wouww.. kamu jagoan  ngebut juga ya Gas, hebat, aku suka. Tapi hati-hati, jalanan rame, aku sih suka kalau kita mati berdua," kata Kristin seenaknya.

Bagas tak menjawab. Ia hanya teringat mbak Mery. Ia akan menyesal kalau nanti sesampai disana lalu warungnya sudah tutup. 

 Begitu sampai di kantor Bagas hanya menunggu diluar. Tak sabar Bagas menelpon mbak Mery.

"Hallo mbak.."

"Hallo, ini siapa ya?" jawab Mery, dia tak tau nomor kontak Bagas karena tak pernah menanyakannya. Itu pula sebabnya ketika Bagas mengirim pesan singkat agar mengirim timlo untuk ayahnya dia juga nggak tau bahwa itu orang tua Bagas.

"Masa nggak ingat suaraku sih?"

"Bagas ya? Ada apa?"

"Sudah tutupkah ?"

"Hampir, ini lagi siap-siap."

"Aduuh, tungguin aku dong."

"Kamu itu ngapain, daganganku sudah habis."

"Nggak apa-apa, cuma pengin ketemu mbak Mery saja."

"Bagas, jangan seperti anak kecil."

"Tuh kan, pasti bilang begitu deh."

"Kamu juga nggak bilang kalau yang harus dikirim kerumah itu untuk ayah kamu."

Bagas tertawa.

"Kejutan, biar mbak Mery kenal sama calon mertua," kata Bagas seenaknya.

"Bagas!!"  kata Mery setengah berteriak mendengar Bagas menyebut bahwa ayahnya adalah calon mertuanya.

Tiba-tiba pintu mobil dibuka, dan Kristin sudah duduk disampingnya.

"Sudah selesai, ayuk.."

"Ya sudah, aku kesitu besok saja..."

Bagas menutup ponselnya dan menjalankan mobilnya. Wajah yang ketika mengangkat ponsel tampak cerah, kembali muram begitu Kristin duduk disampingnya.

"Menelpon siapa?"

"Ada..." jawab Bagas.

Lalu Bagas kembali memacu mobilnya. Ia harus segera melemparkan sang bos cantik kerumahnya.

Begitu sampai dirumah, Bagas segera meminta Kristin untuk turun, karena dilihatnya gadis itu belum juga bergerak untuk membuka pintu untuk keluar.

"Kita sudah sampai kan?" kata Bagas tanpa memandang kearah samping.

"Ya, ada lagi satu permintaan, maukah besok pagi nyamperin aku sa'at berangkat ke kantor?"

Bagas terkejut. Rumahnya tidak searah, mengapa harus nyamperin? Tapi harus ada cara untuk menolak, dan Bagas menemukannya.

"Ma'af mbak, besok aku tidak naik mobil."

"Kenapa? "

"Mobilnya mau dipakai bapak."

Kristin terdiam. Tapi kata-kata berikutnya justru membuat Bagas lebih kesal lagi.

"Kalau begitu besok aku saja yang nyamperin kamu, aku mau pinjam mobil papa saja." kata Kristin sambil turun, tanpa memberi kesempatan kepada Bagas untuk menolaknya.

Bagas memukul setir mobilnya dengan keras, sebelum kemudian memacunya pulang.

"Gadis gila!" umpatnya.

 

***

Hari masih pagi ketika Bagas meminta ayahnya menemani jalan-jalan pagi. Bukan jalan sih, karena mereka mengendarai mobil juga. Bagas ingin menghindari Kristin kalau sampai benar-benar nyamperin kerumah ketika berangkat kerja.

"Kemana kita Gas?"

"Putar-putar kota pak, udara pagi itu segar kan?"

"Tumben. Biasanya kamu bangun siang, bahkan tidak pernah tau kalau papa setiap pagi jalan-jalan muter kampung sendiri."

"Iya ?"

"Kamu bangun siang, papa sebelum subuh sudah bangun."

Bagas tertawa.

"Bapak mau makan cabuk rambak ?"

"Haa.. itu makanan yang sudah lama bapak tidak makan. Mau dong."

"Baiklah, tapi nanti makannya duduk di tikar, sambil bersila, dan tempat makannya adalah pincuk."

"Bagas, bapak itu sejak masih muda sudah sering jajan ditempat begitu. Sudah tau kalau cabuk rambak enaknya dimakan diatas pincuk, lalu ada kerupuk karak yang sedikit gosong.."

"Iya, tapi kalau makan bersama Bagas ditempat begitu kan belum pernah?"

Bagas menghentikan mobilnya dijalan Coyudan. 

"Lho, itu sudah ada pembelinya. Penjualnya sudah tua, dulu aku sama ibumu suka jajan disitu," kata pak Darmono sambil keluar dari mobil.

Sudah ada seorang laki-laki duduk diatas tikar itu, yang kemudian mengangguk kearah mereka.

"Silahkan pak."

Tiba-tiba pak Darmono berteriak.

"Lho, kamu Basuki kan ?"

***

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 


35 comments:

  1. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo,Ops,Kakek Habi, Anton,Hadi, Pri ,Sukarno, Giarto,Gilang, Ngatno,Hartono, Yowa, Tugiman,Dudut Bmbang Waspodo, Yustikno,Wedeye, Tauchidm,
    Yustinhar. Mastiurni,Yuyun, Jum,Sul, Umi, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini,Yowa,Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi,Wida, Rita, Sapti,Dinar, Fifi, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Bunda Rahma, Neny,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Ungaran..
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Matur nuwun Mbak Tien, salam sejahtera dari Pangkalpinang semoga sehat selalu dan terus berkarya. Lanjut....

      Delete
    2. Halloooow juga mbak Tien..... makasiiih matur nuwun sapaannya🤗😚
      Semoga sehat wal afiat ....doaku selalu mbaak👐👐
      Salam sayang dr Surabaya 😍😍

      Delete
    3. Haaalooo ...met malam (saat saya baca seri 2) mbak Tien, selamat Malam Mingguan, semoga sehat sejahtera bahagia selalu .. Lembah Tidar Magelang, hadiir

      Delete
    4. Hallo juga mba, nah Mas Timan deh muncul....lanjut. Salam sehat selalu

      Delete
  2. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo,Ops,Kakek Habi, Anton,Hadi, Pri ,Sukarno, Giarto,Gilang, Ngatno,Hartono, Yowa, Tugiman,Dudut Bmbang Waspodo, Yustikno,Wedeye, Tauchidm,
    Yustinhar. Mastiurni,Yuyun, Jum,Sul, Umi, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini,Yowa,Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi,Wida, Rita, Sapti,Dinar, Fifi, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Bunda Rahma, Neny,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Ungaran..
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, trimakasih Bu Tien semoga Basuki kembali brsm mery drpd sm bagas yg msh brondong.. Semoga jg Basuki sdh sadar sehingga tdk ada dendam sm mery atopun timan bahkan pak Darmono... Hehe hny berharap semua terserah sm Bu Tien yg jago bikin org penasaran.. Salam sehat dan bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
  3. Matur nuwun mbak Tien
    Salam sehat dari Batang

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah episode 2 sudah tayang. Pas habis salat subuh... Wah ternyata Bagas yang pesan timlo. Saya kira Basuki..pesen hanya untuk bisa ketemu Mery... Ternyata keliru ya... Tapi asyik juga nih Darmono ketemu Basuki... Lanjut mbak Tien... Salam sehat selalu... Semoga walaupun weekend tetap tayang ya...

    ReplyDelete
  5. Semakin seruu nih mba Tien.Ada dua pesaing yg mendambakan Mery . Terima kasih mba Tien . Sehat dan semangat selalu mba

    ReplyDelete
  6. Terima kasih Nbwk Tien. Akhirnya yang ditunggu sampai pukul 23.45 WIB kemarin hadir pagi ini.
    Sehat, semangat, dan sukses ya Mbak. Aamiin.

    ReplyDelete
  7. Alhamndulillah.... Bisa baca episode 2, pada nunggu sampai malam baru terbit esok paginya, malah nambahin penasaran mbak Tien. Tebakanku ternyata salah, kukira Basuki yg pesan timlonnya.
    Makasih mbak Tien..

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun Mbk Tien...

    Selamat pagi,salam sehat dan semangat dr Sragen

    ReplyDelete
  9. Selamat pagi bu Tien , smga sekel sllu sehat , matur nuwun eps 02 nya.

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah CDM 02 sdh tayang..seru
    Semoga Mbak Tien sehat selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah Cintaku ada di antara mega sdh bisa dinikmati. Terima kasih ibu Tien....

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah CDM 02 sdh tayang..seru
    Semoga Mbak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin Yaa Robbal Aalamiin

    Salam hangat, salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang.

    ReplyDelete
  13. Puji Tuhan, ceritanya semakin bikin gemes. Ibu Tien sungguh luar biasa.
    Yustin Har dkk selalu menunggu sambungannya. Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah, matursuwun mba Tien sdh disapa dan diabsen. Salam sehat sll dr Bekasi

    ReplyDelete
  15. Cintaku Ada Diantara Mega, luar biasa.
    Sekaligus bisa promosi Timlo, Cabuk Rambak dan kerupuk gendar, yang kini semakin menghilang. Sukses mbak Tien, inspirasi untuk membuka gerai Timlo di TangSel he he he
    Salam sehat ....semoga mbak Tien senantiasa sehat .....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh mas Hadi.. Asisten Apoteker jualan.timlo.. siip.. ada dosisnya nggak sehari berapa mangkok?

      Delete
    2. Boleh mas Hadi.. Asisten Apoteker jualan.timlo.. siip.. ada dosisnya nggak sehari berapa mangkok?

      Delete
  16. Mantap part 2 sdh muncul tks mba Tien,terus semangattt,salam sehat2 selalu.

    ReplyDelete
  17. Hatur nuhun mba Tien *CADM* part 2 sdh terbit.
    Semakin joss ide2 nya
    Terus semangat unt berkarya
    Tuhan memberkati👍👍🙏🙏

    ReplyDelete
  18. Makasih ceritanya bu Tien...
    Semoga selalu sehat 🤗

    ReplyDelete
  19. Mantap... Salam tahes ulales

    ReplyDelete
  20. CADM02 sdh hadir... Kok p Darmono kenal Basuki jgn2 dl mitra bisnisnya? Wah bakal ramai ini antara Basuki dan Bagas... memperebutkan Merry... Lanjut mb Tien

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah sdh tayang...kmren bolak balik dilihat blom ada...
    Makasih mbak Tien...ceritanya bikin penisilin ..hehehee

    ReplyDelete
  22. Saya lupa, sebelumnya ada cerita soal Darmono gak ya? Siapa ya?

    ReplyDelete
  23. Hallo jg bu tien salam hangat dari sidoarjo buuu

    ReplyDelete
  24. Hallo jg bu tien salam hangat dari sidoarjo buuu

    ReplyDelete
  25. Hello Bu Tien saya suka sama cerita Nya

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...