Sunday, May 3, 2020

KEMBANG TITIPAN 16

KEMBANG TITIPAN  16

(Tien Kumalasari)


Sri membuang muka ketika Basuki menatapnya dengan mata penuh gairah. Mata itu selalu menjijikkan. Basuki mendekati Mery, lalu membisikkan sesuatu. 

"Ya aku tau. Kamu harus bersabar," kata Mery dengan wajah kurang senang. Entah mengapa setelah berbincang dengan Sri perasaannya menjadi lain. Ia merasa bahwa sesungguhnya ia tak memiliki apa-apa. Ia hanyalah sepotong daging dan tulang yang memiliki nyawa tapi tak punya rasa.

"Mengapa wajahmu cemberut?" kata Basuki sambil mengelus pipi Mery.

"Aku letih, pergilah.."

"Ayo ikutlah kekamarku," ajak Basuki sambil menarik tangan Mery, tapi Mery melepaskannya.

"Aku sudah bilang letih, aku ingin segera tidur."

"Baiklah."

"Pergilah.."

"Aku menyerahkan semuanya kepadamu," bisik Basuki ditelinga Mery.

Mery hanya mengangguk, lalu membiarkan Basuki keluar lagi tanpa mengucapkan apapun .

"Kamu tidurlah, ini sudah malam," kata Mery.

Sri tak bergerak. Mana mungkin ia berani tidur? Bagaimana kalau ketika dia tidur lalu Basuki masuk dan melakukan sesuatu yang buruk terhadap dirinya?

"Tidurlah, aku akan menjagamu."

"Menjaga aku?"

"Percayalah, Basuki tak akan datang malam ini."

Malam ini, bagaimana dengan besok, pagi, siang, atau malamnya? Sri bergidik. Diam-diam dicarinya akal agar bisa keluar dari tempat ini. Tapi bagaimana ?

Mery menutupkan kembali jendela yang tadi terbuka, karena angin begitu kencang, membuat gorden tipis yang menyelimuti jendela itu melambai-lambai.

"Tidurlah.." lalu Mery merebahkan begitu saja tubuhnya disofa panjang.

"Tidurlah diranjang, bukankah ranjang itu terlalu besar untuk aku sendirian? Lagipula mana bisa aku tidur.. " kata Sri.

"Tidur saja, jangan membuat dirimu kelelahan."

Sri memang sangat lelah, tapi mana bisa dia tidur? 

"Bagaimana  keadaan mas Timan, simbah.. pasti mereka bingung karena aku menghilang."

Mery menatap Sri dari tempat duduknya disofa. Mata bening itu berlinangan air mata. Pasti ia sedih sekali. Bagaimana rasanya sedih? Mery selalu merasa  apa yang diinginkannya pasti terlaksana. Ia tidak kekurangan apapun. Ia tak pernah sedih, apalagi mengeluarkan air mata. Yang ada hanyalah rasa kesal dan marah apabila Basuki mengecewakannya.Bagaimana sih caranya mengeluarkan air mata? Seperti linglung Mery mengerjap-ngerjapkan matanya, berharap akan ada air mata yang keluar, tapi tak bisa. Mery sama sekali tak mengerti, bahwa air mata ada hubungannya dengan emosi jiwa, Kegembiraan yang meluap, atau kesedihan yang mengiris, bisa membuat orang menangis. 

"Sri.."

Sri menatap Mery yang masih berbaring disofa panjang. Ia mengusap air matanya dengan ujung bajunya.

Mery mengulurkan tissue.

"Kamu sedih ?"

Sri tak menjawab. Wanita cantik dihadapannya seperti tidak mengerti, bahwa dipisahkan dari orang-orang yang dikasihi  pasti membuat hati merasa sedih. Ia melakukan apa saja semaunya, tanpa peduli bagaimana perasaan orang.

"Tidurlah, besok aku akan menceritakan sesuatu." 

"Mana bisa saya tidur?"

Sri menatap kearah pintu. Tatapan itu menyiratkan sebuah kekhawatiran.Mery tau, Sri takut Basuki tiba-tiba masuk.

"Dia tidak akan datang malam ini, mungkin besok.." kata Mery sambil memejamkan matanya.

Mungkin besok ? Sri ingin menjerit sekeras-kerasnya. Bagaimana caranya bisa keluar dari sini? Sri berjingkat menuju pintu, ia memutar gerendel pintu itu dan berusaha membukanya. Tapi tak bisa.

"Kalau kamu keluar, bisa-bisa ketemu Basuki, dan dilahapnya kamu mentah-mentah." kata Mery tiba-tiba.

Sri surut dengan hati bergidik. Kata-kata Mery sangat membuatnya ngeri.

"Mau mencoba? Aku bisa membukanya dari sini kok."

Mencoba? Lalu bertemu Basuki dijalan? Aduuh, bisa mati berdiri dia.

"Basuki sangat tergila -gila sama kamu. Dia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan kamu."

"Ya Tuhan.. tidak.. " Sri terduduk lagi disofa.

"Lebih baik kamu tidur, tenang saja. Malam ini kamu bisa tidur dengan nyenyak. Basuki sedang punya permainan baru."

Permainan baru? Sri tidak mengerti, ia hanya meraba-raba. Apakah ada perempuan lain yang menjadi mangsanya?

"Tapi dia akan terus mengejar kamu, karena kamu sulit ditundukkan, tidak gampang menyerah seperti yang lainnya."

Meremang bulu kuduk Sri mendengarnya. 

"Mas Timaaan, tolong aku...." bisiknya lirih, penuh ketakutan. 

Mery membuka matanya, kemudian bangkit dan duduk sambil membenahi rambut sebahunya yang acak-acakan.

"Kamu nggak mau tidur?"

"Saya nggak akan bisa tidur.." 

Mery menghela nafas. Ternyata dia juga sama, nggak bisa tidur walau mata terpejam. 

"Aku mau pulang, tolong mbak.. "  rintih Sri.

"Sri, ketika kamu sudah masuk kemari, susah untuk bisa keluar lagi. Rumah ini berada jauh diluar kota. Tak seorangpun tau ini rumah siapa. Dan kalaupun kamu keluar, kamu tak akan tau arah kemana yang bisa membawa kamu pulang."

"Ya Tuhan.... tolonglah hambamu ini..."

Tiba-tiba Mery merasa, Sri selalu menyebut Tuhan-nya. Dan itu sesuatu yang tidak dimengertinya. 

"Mengapa kamu selalu menyebut Tuhan?"

"Dalam sedih dan suka, saya selalu menyebutNya. Semoga Dia mendengar jeritku, dan menolongku."

"Dulu aku seorang yang sebatang kara. Bapak dan ibuku sudah meninggal sejak aku masih kanak-kanak, lalu aku tinggal disebuah panti asuhan. Ketika aku menjadi gadis remaja, aku bertemu seorang priya yang menurutku sangat ganteng dan menarik. Pertemuan itu terjadi ketika aku sedang berjalan sendirian sehabis belanja, lalu sebuah mobil menghampiriku."

"Hallo cantik, sendirian saja ?" sapanya begitu turun dari mobil.

Aku terpesona oleh ketampanannya. Aku tersenyum dan mengangguk.

"Rumahnya dimana ?" tanyanya.

"Aku nggak punya rumah."

"Lho, kamu tinggal dimana?"

"Di panti asuhan."

"Dimana?"

"Tuh, didekat situ, "

Pria tampan itu melihat kearah yang aku tunjukkan.

"Mau ikut aku?"

"Kemana ?"

"Kerumahku."

"Harus ijin dulu sama kepala panti."

"Iya, aku pasti meminta ijin nanti. Ayo aku antar.."

"Jalan kaki saja, sudah dekat tuh."

Lalu dia mengantar aku, lalu setelah itu sering datang dan mengajakku jalan, lalu dia meminta ijiin kepala panti bahwa aku akan dibawa kerumahnya. Dia memberi imbalan uang yang banyak, dan berjanji akan menikahi aku. 

"Kamu tau Sri, aku benar-benar jatuh cinta pada dia."

Sri menebak-nebak, apakah laki-laki itu adalah Basuki ?

"Aku dibawa kerumah mewah ini, diberi pakaian bagus, lalu dia juga memberikan apa saja yang aku minta. Beberapa bulan aku bergelimang harta dan cinta, menyerahkan tubuh dan segala yang aku miliki demi cinta itu. Lalu aku kemudian tau bahwa dia sering berganti-ganti wanita."

"mBak tidak sakit hati ?"

"Dia selalu menghiburku bahwa aku adalah yang nomor satu baginya, karena aku istimewa. Aku bahkan sering membantunya membawa gadis-gadis yang disukainya."

Sri menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Berkali-kali aku menuntut agar dia menikahi aku, tapi dia selalu mengelak,  katanya apa artinya pernikahan kalau semua yang aku inginkan bisa aku dapatkan."

Sri menatap wajah cantik yang seakan bicara dengan dirinya sendiri.

"Dan itu benar. Tapi sungguh aku mencintainya, sejak belasan tahun lalu."

Mery menyandarkan tubuhnya, menatap kearah langit-langit kamar. 

"Mengapa mbak tidak memperjuangkan cinta itu?"

"Apa maksudmu?"

"Kalau cinta, milikilah dia seutuhnya. Jangan berbagi dengan siapapun juga."

Mery menegakkan tubuhnya, menatap Sri tanpa berkedip.

"Apakah berbagi cinta itu tidak sakit?" tanya Sri pelan.

Sakit itu apa, Mery tidak menyadarinya. Sakitkah ia ketika Basuki memaksa ingin memiliki Sri, menatap Sri dengan pandangan penuh gairah, memberikan ranjangnya untuk diberikan kepada Sri, dengan harapan akan bisa menikmati hari-hari bersama Sri. Lalu dia.. hanya disuruh  menjaganya, merayunya, membuatnya takluk dan berusaha agar Sri menyerahkan tubuhnya pada laki-laki yang dicintainya.

Tiba-tiba dada Mery berdesir. Ada rasa tak senang ketika melakukan itu, ada rasa cemburu karena Basuki tampak tergila-gila pada Sri. Itukah sakit? Sebuah ucapan si polos dari dusun itu cukup membuat Mery kemudian menjelajahi hari-harinya, sejak dia masih remaja sampai belasan tahun berjalan dan hanya menjadi pemuas nafsu bagi laki-laki yang sesungguhnya amat dicintainya.

Apakah Basuki mencintainya? Cinta yang bagaimana ketika belasan tahun tak berujung dan hanya menjadi pelayan baginya?

Mery berjalan kearah jendela dan membukanya lebar-lebar. Sri menoleh kearah sana dan melihat remang pagi mulai membayang. Rupanya dia dan Mery tidak tidur semalaman.

***

mBah Kliwon bangun dengan bingung, ia berjalan kesana kemari seperti sedang mencari-cari.

"mBah.." Timan yang ternyata tidur dirumah itu melihat kegelisahan mbah Kliwon, karena memang hampir semalaman dia tidak bisa memejamkan mata.

"Sri.. ini jam berapa Sri... dimana kamu?" kata mbah Kliwon masih dengan mondar mandir.

Timan bangkit, lalu menghampiri mbah Kliwon, mengajaknya duduk.

"Nak Timan ?" mbah Kliwon baru sadar bahwa ada Timan dirumahnya.

"Ya mbah..."

"Aku bingung, aku mencari si Sri... . Ya Tuhan, si Sri kan diculik si keparat itu?"

"Sabar mbah, nanti saya akan mencarinya, saya berjanji akan membawanya pulang," kata Timan sambil menepuk-nepuk bahu mbah Timan.

"Dosa apa yang aku lakukan, sehingga cucuku mengalami nasib seperti ini?" ratap mbah Timan.

"Bukan karena dosa siapa mbah, Allah sedang menguji kita. Kita harus bersabar dan selalu berdo'a agar Sri selamat."

"Bagaimana kalau Basuki mencelakai Sri?"

"Semoga saja tidak, mbah sudah.. sekarang simbah tidur saja lagi, pak lurah sudah menyuruh orang untuk menggantikan tugas mbah Kliwon dan Sri selama Sri belum kembali. mBah Kliwon jangan memikirkannya terlalu berat. Banyak yang akan membantu Sri."

"Ini sudah pagi, bagaimana bisa tidur lagi? Biasanya Sri sudah datang.."

"Biar saya menjerang air ya mbah, oh ya, simbah kan suka wedang jahe? Saya biasa buat kalau dirumah, biar saya membuatnya," kata Timan sambil berdiri, meninggalkan mbah Kliwon tercenung dikursi."

Tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekat.

"mBah, sudah bangun mbah?" suara Marni terdengar diluar pintu. mBah Kliwon berdiri lalu membuka pintu.

"Bu lurah..."

"Mas Timan masih tidur ?"

"Tidak, sedang dibelakang."

"Ini saya bawakan sarapan untuk simbah dan mas Timan ya," kata Marni sambil meletakkan rantang yang dibawanya diatas meja.

"Apa aku bisa menelan makanan, sementara hatiku sedang gelisah seperti ini?"

"Simbah harus makan, harus kuat. Semuanya akan membantu Sri. Percayalah mbah, Sri akan selamat. Jangan sampai tidak makan, nanti malah jatuh sakit."

mBah Kliwon menghela nafas panjang, lalu kembali duduk. Badan rasanya lemas.

"mBah Kliwon jangan memikirkan pekerjaan. Mas Mardi sudah menyuruh orang un tuk menggantikan tugas simbah dan Sri. "

"Terimakasih Marni."

"Sekarang simbah harus makan."

Timan tiba-tiba muncul dari belakang sambil membawa nampan.

"Bu lurah..."

"Mas Timan bikin apa?"

"Buat wedang jahe untuk simbah. Ini mbah, diminum biar anget badannya."

"Itu saya bawakan sarapan mas, dimakan dulu sama mbah Kliwon. Dari kemarin pada nggak doyan makan semua."

"Terimakasih bu lurah. Nanti saya temani simbah makan, sebelum saya pergi."

"Mas Timan jangan memberi tau pak Darmin dulu, nanti dia juga malah bertambah bingung."

"Ya, saya ditunggu mas Bayu untuk melakukan apa yang sebaiknya kita lakukan. Tapi untuk melapor ke polisi saya kira jangan dulu, demi keselamatan Sri."

"Semoga segera menemukan jalan terbaik ya mas."

"Terimakasih bu lurah. Ayo mbah, diminum dulu. Bu lurah mau menemani?"

"Tidak. Saya harus segera kembali karena Jarot tadi tidak saya ajak. Takutnya dia rewel."

"Baiklah, terimakasih bu lurah."

mBah Kliwon memegang gelas wedangnya, tangannya gemetar. Timan membantu memegangnya.

"Masih panas mbah?"

"Tidak, biar saja saya meminumnya pelan-pelan."

Perlahan mbah Kliwon minum, lalu Timan memaksanya agar mau makan.

"Simbah harus makan dulu, lalu saya akan pamit, semoga segera bisa menemukan Sri, ya mbah?"

 

***

 

"Kamu harus mandi, biar terasa segar. Aku siapkan baju gantinya," kata Mery. 

Agak lama dia berdiri didepan jendela itu, menatap kebun luas yang menghijau, dan burung-burung kecil berterbangan kesana kemari. 

"Alangkah senangnya burung-burung itu. Bisa terbang bebas sesuka hatinya," desis Sri yang menyusul Mery berdiri didepan jendela.

"Ini istana, tapi seperti penjara," sambung Sri lagi.

Mery menatap Sri, tanpa ekspresi. Lalu duduk disofa lagi.

"Mandilah, setelah itu baru aku. Aku akan menyiapkan ganti bajumu."

"Tidak, mana baju saya yang kemarin, saya mau memakai baju saya sendiri."

"Sudah aku buang."

Sri terbelalak.

"Dibuang? Itu baju yang masih bagus," katanya kesal.

"Nanti aku ganti dengan yang lebih bagus. Sudahlah mandi, dan tenangkan hati kamu."

Sri bersungut, berjalan menuju kamar mandi setelah Mery mengambilkan handuk. Kimono handuk yang lain lagi, masih bersih dan baru dikeluarkan dari dalam lemari.  

Sri tak perduli, ia masuk kekamar mandi dan segera mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Beribu rasa berkecamuk dalam dirinya. Dan itu semua adalah rasa cemas. Apa yang akan terjadi pada diriku? Akan celakakah aku ditangan Basuki? Kalau sedikit saja dia berani menjamah tubuhku, aku lebih baik mati.

Lalu air matanya bercucuran, teringat Timan yang sangat mencintainya dan sudah banyak berkorban untuk dirinya. Derasnya air yang mengguyur seakan berpacu dengan derasnya air matanya. Lama ia membiarkan dirinya disana, menumpahkan air matanya dalam sedu sedan yang tak terbendung.

Tiba-tiba terdengar ketukan keras dipintu kamar mandi. Tercekat hati Sri, apakah Mery yang mengetuk pintunya, atau jangan-jangan Basuki.

 

 ***

besok pagi ya
 

 

 

 

 

 

28 comments:

  1. Alhamdulillah, ywng ditunggu muncul. Terima kasih Mbak Tien. Sehat selalu ya? Salam dari Medan.

    ReplyDelete
  2. Trimakasih Bu Tien.. Dr pg tak incang inceng hehehe... Ikut berdebar n penasaran semoga si sri segera mndpt pertolongan.. Doa yg terbaik utk Bu Tien... Salam sehat dr madiun yg sllu hadir

    ReplyDelete
  3. Akhirnya yg di tunggu2 hadir. Terima kasih jeng tien

    ReplyDelete
  4. jambi hadiiiiiir dan teruss gelar tikar....
    makasih mb la Tien....
    makin manteb dan seru .

    ReplyDelete
  5. Hallow.. ms Anton. Mb Wida.mb Jum. Mb. Dewi. Mb Rita. Mb Sul. Mb Jum. Kakek Habi. Ms Wongso. Mas Ngatno.
    Hallow.. Medan. Ppangkalpinang. Jambi. Garut. Bandung. Tangerang. Jakarta. Bekasi. Malang. Purwokerto. Banyuwangi. Madiun. Jogya. Magelang. Sriwedari. Wonogiri. Pekalongan. Pati. Bali.
    Salam sehat semangat dari Solo.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pangkalpinang hadir Mbak Tien, lanjut eps 17. Matur nuwun.

      Delete
    2. Tangerang sllu hadir ☝️
      Slam hangat , slam shat bt bu Tien tersayang 🙏😘😘😘

      Delete
  6. Alur ceritanya makin menarik. Keren mba Tien

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah cerbungnya sdh hadir... salam sehat dr Bekasi nggih mb Tien , semakin menarik ceritanya

    ReplyDelete
  8. Terima kasih mba Tien. Yg ditunggu sdh datang.Tambah penasaran mba. Semoga aja Sri selamat dari tangan jahat Basuki ya

    ReplyDelete
  9. Salam sehat selalu mb_Tien...

    ReplyDelete
  10. Nanik... Lanjut... Salam tahes ulales....

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah bunda Tien jogya kemarin jam 22.50 ngintip si Sri sdh nongol langsung share ke yg tunggu gelar tikaar tks salam Tahes Ulales dari Jogya .....lanjuuuut ..

    ReplyDelete
  12. Hallow.. mb Yuyun. Mb Nanik..
    Salam hangat dari Solo

    ReplyDelete
  13. Hallow.. mb Yuyun. Mb Nanik..
    Salam hangat dari Solo

    ReplyDelete
  14. Ditunggu lanjutannya..
    Terima kasih salam sehat selalu dari Surabaya...

    ReplyDelete
  15. Terimakasih.. mbak Tien.. saya selalu menunggu setiap hari.. dengan hati yang berdebar...lanjutkan mbak Tien..Salam dari Sawahlunto SUMBAR..

    ReplyDelete
  16. Terima kasih Mbak Tien, sampingannya ditunggu lho, teruslah berkarya tuk menghibur banyak penggemar.

    ReplyDelete
  17. Selamat pagi mb Tien. Terima ksh eps 16 nya. Makin penasaran saja...akankah Sri melarikan diri bersama-sama Mery ?? Dari Bali saya nantikan lanjutannya mb Tien

    ReplyDelete
  18. Magelang hadir. 🤩🤩😍😍👍👍

    ReplyDelete
  19. Waduh deg deg cemas siapa yang ngetik pintu, ...penasaran teruuuus. Mantep mba. Makasih. Slalu ditunggu eps.selanjutnya

    ReplyDelete
  20. Maaf baru gabung, semalam nunggu kelamaan langsung tepar.
    Matur nuwun lanjutan cerbung KT eps_16 makin seru, masih ada kata "perduli" kata bakunya adalah "peduli" di episode ini, rata-2 hanya salah ketik, nyenggol huruf kanan/kirinya., sbb :

    1. Entah mengapa setelaah berbincang
    # Entah mengapa setelah berbincang...

    2. Ia merasa bahwa sesunmgguhnya ia tak memiliki apa-apa. Ia hanyalah sepotong daging dan tulang yang memiliki nyawa tapi ntak punya rasa.
    # sesungguhnya ia tak memiliki apa-apa. # tapi tak punya rasa.

    3. Mery menatap Sri yang masih saja duduk disofa.
    # Mery menatap Sri, dari tempat duduknya diatas sofa.

    4. tanpa perduli bagaimana perasaan orang. # tanpa peduli bagaimana....

    5. Sri selalu menyebutl Tuhan-nya. Dan itu sesuatu yang tidak dimegertinya.
    # Sri selalu menyebut Tuhan-nya. Dan itu sesuatu yang tidak di mengertinya.

    6. Semoga Dia mendengr jeritku, dan menolongku." # ...mendengar jeritku,

    7. "Haris ijin dulu sama kepala panti."
    # "Harus ijin dulu sama kepala panti."

    8. Rupanya dia dan Sri tidak tidur semalaman.
    # Rupanya dia dan Mery tidak tidur semalaman.

    9. mbah Kliwon baru sadar bahwa ada Timan rirumahnya. # di rumahnya.

    10. sehingga cucuku mengalami nasib seperti ini?" ratap mbah Timan.
    # sehingga cucuku mengalami nasib seperti ini?" ratap mbah Kliwon.

    11. mBah Kliwon memegang gekas wedangnya, # .... gelas wedangnya.

    12. "Tidak, biar saja saya meminumnya pelan."
    #"Tidak, biar saja saya meminumnya pelan-pelan/sedikit demi sedikit."

    13. menatap kebun luas yang mnghijau, dan..... # yang menghijau, dan.....

    Sampai disini jeng Tien yang dapat saya bantu mengoreksinya yang salah ketik dan salah ejaan. Mohon maaf jika krg berkenan.
    Matur nuwun telah berbagi cerbung, ditunggu KT eps_17-nya tidak terlalu malam jadi sempat baca sebelum tidur.
    Selamat beraktifitas.

    ReplyDelete
  21. Di akhir episode 16 ada tulisan _*Besok pagi ya*_ Ternyata salah tulis sebab sampai jam 13.00 belum muncul. Salam dari Kediri JATIM.

    ReplyDelete
  22. Opa hadir lho jeng tapi tidak di solo ... Sdh hampir 3 bl tdk ke solo... Kangen dawet dan nenjongan sargede

    ReplyDelete
  23. Wida Pati slalu hadiiir salam sehat untuk kita semua

    ReplyDelete
  24. Selamat malam bu Tien, selamat malam sahabat-2 bloger tienkumalasari yang tetap setia menunggu lanjutan Kembang Titipan, eps_17, di Bandung sdh menunjukkan pkl 20.43 wib, tapi kemunculan KT_17, belum ada. Sabar ya..

    ReplyDelete
  25. Selamat malam juga kakek Habi Jogya sabar menunggu eps_17 KT bunda Tien smg Tahes Ulales ...saat ini jam 21.00 wib.

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 31

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  31 (Tien Kumalasari)   Sinah terkejut. Pandangan mata simboknya sangat terasa menghujam di dadanya. Ia tah...