Saturday, May 2, 2020

KEMBANG TITIPAN 15

KEMBANG TITIPAN  15

(Tien Kumalasari)

 

Sri membuka matanya, menatap seseorang yang mendekatinya.  seorang laki-laki dengan pakaian yang mirip seragam restoran, atau entahlah, menurut Sri itu seperti tidak wajar, membawa nampan masuk sambil membungkuk kearahnya, lalu meletakkan dua gelas minuman. Gelas-gelas yang antik yang apik. Sri tak perduli, ia terus menerus menelusuri bagaimana terjadi keadaan seperti ini, dan terus menerus merasa bermimpi. 

"Mas Timan..." bisiknya pelan.

"Bu, ini obat yang harus diminum lagi," kata laki-laki itu sambil mengulurkan sebuah cawan kecil. Tapi Sri hanya menerimanya dengan tangan kanan sambil tiduran.

Laki-laki itu  membungkuk lagi dan keluar dari kamar. Sri mengamati sebutir pil warna biru muda yang diberikan laki-laki tadi, tapi ia tidak meminumnya. Ia meletakkan kembali cawan itu dimeja, dan membuat pil berwarna biru itu tergelincir jatuh ke lantai.

Sri memejamkan matanya.

"Apa ini? Dimana aku...? Mana mas Timan?" hanya itu yang diingatnya.. seorang laki-laki ganteng dengan mata teduh dan senyum yang menyejukkan. 

Sri memejamkan matanya kembali. kepalanya masih berdenyut. Apa obat yang terjatuh tadi obat untuk pusing kepalanya? Tiba-tiba Sri merasa bahwa obat-obat yang diberikan oleh wanita cantik tadi sama sekali tidak mengurangi denyut sakit dikepalanya.. Jadi tak apa walau pil warna biru tadi terjatuh. Sri hanya memejamkan matanya sambil terus memegangi kepalanya.

"Mas.. aku dimana mas? Mas Timaan... mas Timaaan.." Sri terus menerus membisikkan nama Timan.

Kemudian ia tak ingat apa-apa lagi.

Senyap sekelilingnya, seperti membiarkan Sri terlelap tanpa terganggu.

 

***

 

Seseorang memasuki kamar, diikuti seorang lainnya. Yang masuk lebih dulu adalah laki-laki gagah yang langsung menatap kearah ranjang dengan wajah berseri. Yang satunya adalah wanita cantik yang tadi menemani dan mendandani Sri.

"Kerja bagus, Mery.." kata Basuki, si laki-laki gagah itu.

"Huh, mengapa kali ini kamu begitu tergila-gila?" tanya yang dipanggil Mery dengan wajah cemberut. Ada nada cemburu disana.

"Mery, kamu adalah perempuanku yang terhebat. Jangan iri kepada gadis ingusan yang belum tau apa-apa ini."

"Justru belum tau apa-apa, lugu dan pastinya masih perawan ini kamu seakan sudah akan meninggalkan aku, bukan?"

"Tidak Mery, jangan khawatir. Kamu tetap nomor satu bagiku," kata Basuki sambil memeluk Mery erat-erat. Mery menyandarkan kepalanya didada bidang itu, sambil memeluk erat tubuh gempal yang sesungguhnya amat dicintainya.

Kemudian mereka duduk berdampingan disofa yang ada dikamar itu, sambil mata mereka memandangi tubuh molek yang tampak pulas diatas ranjang.

"Kamu bohong bukan?"

"Tidak, tanpa kamu aku tidak bisa apa-apa."

"Tanpa aku kamu tidak akan bisa mendapatkan gadis dusunmu itu, ya kan?"

Basuki tertawa.

"Dia hanya gadis desa. Takut bersaing dengannya?"

"Dia masih muda, perawan dan menawan. Lihat tubuhnya, begitu menarik dan sudah membuatmu tergila-gila."

"Aku menunggunya selama puluhan tahun. Sejak aku masih muda dan dia masih kanak-kanak. Aku hanya suka, tapi tidak cinta."

"Kamu memang tak pernah memiliki cinta."

"Huuh... siapa bilang?"

"Aku yang bilang. Berapa banyak perempuan simpanan kamu, yang kemudian kamu buang begitu saja."

"Mereka membosankan."

"Kalau aku?"

"Kamu berbeda. Kamu selalu membuat aku bergairah dan sulit melepaskan kamu."

"Bohong!!"

"Kok bohong?"

 "Memang bohong kan? Buktinya kamu masih mengejar dia," kata Mery sambil menunjuk kearah ranjang.

"Dia simpanan aku sejak masih kecil, aku titipkan pada bapaknya."

Mery cemberut. Lalu Basuki meraih tubuhnya, dan Mery meletakkan kepalanya dibahu Basuki.

"Aku mencintai kamu sejak bertahun-tahun lalu, tapi kamu tidak pernah mengambil aku sebagai isteri."

"Sesungguhnya untuk apa status isteri itu? Kamu mendapatkan aku, memiliki harta sebanyak yang kamu mau, bisa melakukan apa saja. Apa bedanya?"

"Ya beda, orang bisa memanggil aku nyonya Basuki, si ganteng yang kaya raya.."

Basuki tertawa terbahak, 

"Besok aku akan suruh semua orang memanggil kamu nyonya Basuki."

"Apa itu cukup?"

"Mery, sudahlah, jangan mimpi terlalu tinggi. Bersamaku apa yang kamu inginkan bisa kamu dapatkan."

Namun Mery merasa bahwa adanya Sri akan merupakan ancaman bagi dirinya, lalu kisah cintanya bersama Basuki akan berakhir.

Tapi karena tawa Basuki yang kelewat keras itu tiba-tiba Sri terjaga dari tidurnya. Masih setengah sadar dibukanya matanya.

"Mas Timaan.." kata itu lagi yang dibisikkannya.

Basuki mendorong tubuh Mery pelan, lalu berdiri dan berjalan mendekati si Sri.

"Hallo.. Cinderrela.. sudah terbangun ?"

Sri mengernyitkan dahinya. Suara siapa disampingnya?"

"Mas Timaan.."

"Heiii... lihat aku.. bukan Timan yang kumal dan lusuh.."

Sri membuka matanya lebih lebar..

Dalam keadaan setengah sadar yang diingatnya hanya Timan dan Basuki. Timan yang  dicarinya selalu, tidak muncul. Yang muncul adalah Basuki, orang yang dia benci.

"Sri.. masih ingat aku kan?"

"Dimana aku? Mana mas Timan?"

Tiba-tiba Sri sadar bahwa dirinya dalam bahaya. Kehadiran Basuki menyiratkan adanya bahaya itu. Sri menjauhkan tubuhnya dari samping ranjang, agak ketengah supaya tidak terlalu dekat dengan Basuki. Lalu dia bangkit. Rasa pening itu sudah banyak berkurang dan Sri mengerti bahwa dia bukan sedang bermimpi.

"Sri, kamu seperti takut melihat aku.." Basuki naik keatas ranjang. Sri ketakutan.

"Pergi... pergi..." teriaknya.

"Ya Tuhan, kamu berdandan sangat cantik. Kamu benar-benar seperti Cinderela yang sedang menunggu pangeranmu. Ini aku, sang pangeran tampan."

"Pergiiii..." teriak Sri lebih keras, ketika tangan Basuki mencoba menjamah wajahnya. Sri merosot turun dari sisi ranjang yang lain. Lalu berlari mendekati Mery yang masih duduk diatas sofa.

"Tolong aku... antar aku pulang.." tangisnya.

"Ada apa ini? Apa obat itu tidak kamu berikan?" tanya Basuki sambil menatap Mery kesal, dengan masih duduk diatas ranjang.

"Sudah, pelayan yang memberikannya," jawab Mery. Ia membiarkan Sri duduk disampingnya dengan wajah pucat pasi.

"Tolong aku, tolong antar aku pulang." katanya sambil menggoyang-goyangkan lengan Mery.

Basuki turun dari ranjang dengan wajah muram.

"Rupanya kamu sudah sadar, tapi kamu tidak minum obat itu bukan? Kalau kamu meminumnya pasti kamu akan menyambut aku dengan hangat."

Sri mengingat ingat tentang obat.  Kesadarannya semakin pulih. Apakah obat itu adalah obat yang diberikan laki-laki yang memberikannya diatas cawan kecil? Pil berwarna biru itu, yang kemudian terjatuh entah kemana? Sri mencoba mencerna kata-kata Basuki, kalau dia meminumnya maka dia akan menyambut Basuki dengan hangat? Sri pernah mendengar tentang obat perangsang, yang konon bisa menimbulkan birahi. Ya Tuhan, aku hampir meminumnya, dan aku akan celaka ditangan Basuki. Mungkin diperkosa. Kata batin si Sri.

Tapi dia masih heran, mengapa dirinya tadi mengikuti wanita cantik yang sekarang ada disampingnya. 

Basuki menengok kearah meja marmer disamping ranjang. Ada cawan obat yang sudah kosong, berarti Sri sudah meminumnya. Mengapa tak ada reaksi apapun? Atau belumkah bereaksi?

"Apa yang terjadi? Jawab Mery !" Basuki mendekat kearah sofa. Sri berdiri menjauh.

"Kamu harus sabar." kata Mery.

"Aku tidak suka memaksa. Aku mau perempuan-perempuan tunduk dan takluk kepadaku. Aku benci perlawanan." kata Basuki sambil menuding kearah Sri, lalu melangkah keluar dari kamar itu.

Sri menghela nafas lega, tapi kemudian dia memandang wanita itu dengan marah.

"Mengapa saya dibawa kemari?"

"Kamu beruntung, Basuki menyukai kamu. Kalau tidak kamu sudah dibuang ketempat sampah." kata Mery tanpa menjawab pertanyaan Sri.

"Mengapa saya dibawa kemari? mBak yang membawa saya kemari kan? Ini dimana, antarkan saya pulang."

"Tidak bisa Sri, kamu sudah disini dan tak akan bisa kembali."

"Apa?" 

"Kamu berada ditangan Basuki."

"Tolong, antarkan aku pulang..  tolonglah, mas Timan dan simbah akan mencari aku," kata Sri memelas.

"Sebaiknya kamu tenang dulu disini, aku akan menemani kamu nanti."

"Tidak, aku mau pulang.."

"Tak mungkin bisa pulang. Diluar banyak penjaga.."

"Penjaga? Ini rumah apa? Mengapa mbak bawa saya kemari?"

"Karena aku kekasihnya Basuki.."

Sri terpana, seorang wanita.. kekasihnya Basuki.. menculik gadis untuk Basuki ?

"Kamu tidak percaya ? Aku.. karena sangat cinta dia, maka aku penuhi semua keinginannya, termasuk membawa gadis-gadis yang dia sukai kemari."

Sri menutup mulutnya. 

"Basuki sangat menginginkan kamu."

"Tidak, aku sudah punya calon suami..." katanya lirih sambil matanya berkaca-kaca. Sekarang dia baru sadar sepenuhnya, bahwa dia telah diculik demi Basuki. 

Mery membuka jendela besar yang ada dikamar itu. Gelap...  Kalau saja Sri bisa melompati jendela itu, tapi tidak, jendela itu berterali besi. Angin dingin yang menerobos melalui terali itu membuatnya menggigil. Bukan hanya oleh dinginnya malam, tapi juga oleh kecemasan yang mencekam.

"Aku ingin pergi dari sini.. tolonglah aku mbak.." kata Sri setelah Mery kembali duduk.

Pintu kamar terbuka setelah terdengar ketukan halus. Sri berdebar. Tapi bukan Basuki .yang masuk. Seorang pelayan mendorong sebuah meja kecil berisi makanan dan minuman 

Sa'atnya makan malam," kata Mery"

Pelayan itu mendorong meja penuh makanan kedekat sofa setelah Mery melambaikan tangannya. Lalu pelayan itu pergi.

"Ayo kita makan."

"Tidak, aku tidak mau makan. Tidak.."

"Manusia harus makan, kalau tidak kamu akan lemas, lalu mati," kata Mery sambil mengambil piring dan menyendok nasi untuk Sri, yang kemudian diulungkannya kepada Sri. Sri menggeleng-geleng. Ia masih teringat tentang pil biru yang menggelinding jatuh, dan ternyata dimaksudkan untuk membuat Sri terlena lalu mau melayani nafsu bejat Basuki.

"Sri, kamu takut makanan ini beracun? Tidak Sri, lihatlah aku akan memakannya, dan aku tidak akan mati," kata Mery yang lalu menyendok sayur dan mencomot sepotong ikan lalu dimakannya dengan lahap.

Sri menatapnya. Sesungguhnya dia lapar, tapi dia tak ingin makan. Ia hanya ingin pergi dari sana. Pikirannya yang gundah membuat ia melupakan rasa lapar itu. Gundah dan khawatir.

"Enak, benar kamu nggak mau makan?"

Sri hanya menatapnya. Sungguh ia takut kalau didalam makanan itu terkandung  sesuatu yang membuatnya lupa segalanya, seperti ketika Mery menyuruhnya turun dari mobil, lalu mengajaknya pergi bersamanya. Ketika itu ia hanya mencium aroma aneh, wangi yang memabokkan ketika Meru berdiri didepan jendela mobil Timan.

"Bener, nggak mau makan? Dengar Sri, kalau aku mau membuat kamu mabuk dan lupa segalanya, aku bisa melakukannya tanpa menyuruhmu makan. Aku punya sesuatu dan kamu pernah merasakannya. Hanya mencium harum yang aku tebarkan didepan hidungmu maka kamu akan menuruti semua keinginanku. "

Sri masih diam menatap. Lalu ia berfikir, kalau ada kesempatan untuk lari dari situ, ia harus kuat. Kalau perutnya tak kemasukan sesuatu maka ia akan lemas dan tak mampu berbuat apapun.

"Ayo, sedikit juga tak apa-apa, aku tak mau kamu mati disini."

Lalu perlahan Sri menyendok nasi dan sayur.

"Bagus Sri, ini ikannya juga enak, koki disini bisa memasak sangat enak. Bahkan hampir semua yang dimasaknya terasa enak"

Sri mengunyah makannya pelan, seenak apapun kalau hatinya tidak tenang, akan enak dari mana?

"Basuki itu orangnya aneh.  Dia suka perempuan,  tapi tak suka perempuan yang melawan. Ia lebih suka perempuan yang mau menerimanya dengan manis, lembut dan membuatnya terbang ke awang."

Sri tidak menjawab, tidak sepenuhnya bisa mengerti. Ia sangat awam dalam arti hubungan antara perempuan dan laki-laki seperti yang dimaksud Mery. Ia masih gadis lugu yang tak mengenal hubungan diluar nikah. Ia hanya ketakutan ketika Basuki mendekat, dan merasa bahwa ini semua tidak benar.

"Itu sebabnya dia tidak mau memaksamu."

"Lalu dia memberiku obat tadi supaya aku menurut?"

"Ya.. obat.. tapi aneh, kamu tidak terpengaruh obat itu. Kamu bahkan tampak lebih sehat dari sebelumnya."

Sri diam saja. Ia juga tak ingin mengatakan bahwa dia sama sekali tak meminum obat itu.

"Tuhan melindungi orang yang baik," gumam Sri pelan sambil masih mengunyah makanannya.

"Oh, ya.. bagus kalau orang masih mengenal Tuhan."

Sri menatap Mery. Dia merasa tak membutuhkan Tuhan karena semua yang diingininya selalu terpenuhi. Sri merinding memikirkannya. Mery lupa bahwa Tuhan sedang menenggelamkannya kedalam gelimang kenikmatan dunia. Lalu entah apa yang terjadi nanti, barangkali Mery tak memikirkannya. 

Sri meletakkan piringnya.

"Sudah cukup? Kamu makan seperti kucing. Pantas badanmu kecil. Tapi Basuki suka tubuh mungil seperti kamu."

Mery memencet sesuatu dibawah meja, lalu pelayan muncul dan membawa pergi sisa makanan itu.

Sri benar-benar takjub. Kehidupan yang serba mudah, tinggal memencet sesuatu lalu pelayang datang melayani. 

Sri meraih gelas yang masih ada dimeja itu. Memagangnya hati-hati.

"Minum saja, jangan khawatir, Bukan melalui makanan dan minuman kalau Basuki ingin meracuni atau menaklukkan kamu."

Sri meneguk minumannya. Sangat berat masuk kedalam kerongkongannya, walau itu hanya air. 

"Basuki menyuruh aku tidur disini, aku mau tidur di sofa saja. Kamu ingin melihat televisi?"

 Sri menggeleng.

"Tidurlah, ini sudah malam,"

"Kalau mbak itu kekasihnya Basuki, mengapa mbak biarkan Basuki menyukai perempuan lain?" tanya Sri tanpa beranjak dari tempat duduknya.

"Itu kesenangan dia, kalau aku menghalangi, dia akan marah."

"Apa mbak suka sama Basuki?"

"Aku cinta sama dia, bukan hanya suka."

"Kalau cinta, mbak harus bisa memilikinya hanya untuk mbak seorang."

"Apa maksudmu?"

"Jangan biarkan ada wanita lain kecuali mbak dihati Basuki."

Mery tampak merenung. Selama ini ia sangat mencintai Basuki, tapi ia harus rela membiarkan Basuki bersenang-senang dengan perempuan lain. Basuki beralasan hanya untuk kesenangan, Mery masih segalanya. Benarkah? Lalu Mery mulai merasa ragu. Jangan-jangan Basuki mengatakan bahwa dirinya adalah segalanya, karena hanya dia yang bisa dipercaya, yang bisa melakukan apa saja sesuai keinginannya. Jadi dia hanyalah tangan kanan Basuki, yang terkadang bisa menikmati alunan asmara bersamanya, tapi bukan karena cinta.

"Apakah mbak bahagia?"

Bahagia? Dimana bahagia itu? Ketika Basuki menghamburkan uang untuk membelikan perhiasan, baju-baju mahal, mobil mewah yang bisa dipergunakannya kapan dia mau? Atau kepuasan diatas ranjang yang karena kobaran nafsu belaka? Itukah bahagia?

"Saya hidup miskin, orang desa sederhana, tak ada harta berimpah, tapi saya bahagia. Saya memiliki calon suami yang ,mencintai saya, dan rela berkorban apa saja untuk saya, dan itulah yang membuat saya bahagia. Sangat bahagia, bisa memiliki dan dimiliki. Bisa tertawa dalam ketulusan, tersenyum dalam hati yang damai dan tidak neka-neka. Itulah kebahagiaan saya mbak. Lalu mbak mengusiknya, membuat saya terpuruk dan meraba-raba, dimana cinta saya berada."

Berkedip mata Mery menatap gadis cantik dihadapannya. Gadis sederhana ini memiliki cinta dan bahagia. Lalu apakah yang dimilikinya? Tiba-tiba Mery merasa bahwa dirinya tidak pernah merasa bahagia. Tawa dan senyum yang tersungging adalah kebahagiaan semu, bukan bahagia yang sesungguhnya. Lalu Mery merasakan bahwa hidupnya hambar, tak punya makna. Cukupkah harta, cukupkah segala kemewahan, cukupkah pelukan yang diberikan Basuki setiap dia merajuk? Tidak, ternyata itu tidak cukup. Ternyata itu bukan kebahagiann yang dicarinya.

Mery meneguk segelas minuman yang ada didepannya untuk menenangkan batinnya.

Tiba-tiba pintu terbuka, dan Basuki sudah berdiri disana.

Sri pucat pasi. Apa lagi yang akan dilakukannya?

 

***

 

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

26 comments:

  1. Alhamdulillah sampun tayang.
    Monggo para sutresna cerbung Kembang Titipan, sugeng maos.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wiihhh kakek Habi number one komennya....😁😁👍
      Slam sehat 🙏🙏

      Delete
  2. Akhirnya....yang dinanti muncul. Terima kasih Mbak Tien. Sehat selalu ya? Aamiin.

    ReplyDelete
  3. manteeeeeb.....
    jambi hadir mba tien...
    makasih.. sukses dan sehat terus....

    ReplyDelete
  4. Akhirnya cerbung lanjutan jilid 15 yg di tunggu2 hadir. Makin deg2an gimana kisah sri selanjutnya
    Terima kasih jeng tien
    Salam sehat dari jakarta

    ReplyDelete
  5. salam hangat dan sehat buat emba Tien dari Garut jawa barat. selamat berkarya tuk evisod selanjutnya

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah ... salam sehat selalu saking Bekasi mba Tien. Sugeng makaryo...sugeng ngayahi shoum Romadhon mugi pikantuk maghfiroh samudayanipun. Aamiin

    ReplyDelete
  7. Akhirnya yg ditunggu datang juga. Semakin penasaran mba Tien.Ditunggu lanjutannya mba. Makasih

    ReplyDelete
  8. Semoga Mery bersekongkol sama Sri krn cemburu lantas mencarikan jln buat Sri melarikan diri..... kepo.com aku mbaak
    Salam sayang dr Surabaya... sehat selalu mbak Tien yaa 🤗😍😗😙

    ReplyDelete
  9. Waktubya memberi masukan setekah membaca, sip jeng Tien. Semoga celoteh Sri pada Mery, tentang apa itu bahagia, akan menjadikan Sri sebagai teman berbagi dan akhirnya melepaskan Sri dari cengkeramann belenggu Basuki.
    Matur nuwun.

    1. "Kerja bagus, Mery.." kata Basuki, si laki=laki gagah itu. # laki-laki...

    2. Lalu Basuki meraih tibuhnya, dan Mery meletakkan kepalanya dibahu Basuki. #...meraih tubuhnya, dan....

    3. "Mas Timaan.." kata itu lagi yang dimisikkannya. # ...yang dibisikannya.

    4. ...yang konon bisa menimulkan birahi. # yang konon bisa menimbulkan birahi.

    5. Pelayang itu mendorong meja penuh makanan..... # Pelayan itu mendorong...

    6. Ketika itu ia hanya mencium arima aneh, wangi yang memabokkan ketika Meru berdiri didepan jendela mobil Timan.
    # ... mencium aroma aneh, ....
    # .... ketika Mery berdiri didepan...

    7. "Basuki itu oragnya aneh.
    # "Basuki itu orangnya aneh.

    8. perempuan yang mau menrimanya dengan manis, # menerimanya dengan manis, ...

    9. Ia sangat awam dalan arti hubungan antara perempuan # awam dalam arti...

    10. memencet sesuatu lalu pelayang datang melayani. # ... lalu pelayan....

    11. Besuki bersenang senang dengan perempuan lain. # Basuki bersenang-senang dengan perempuan lain.

    12. saya terpuruk dan meraba raba,
    # saya terpuruk dan meraba-raba,

    13. kemewahan, cukuplah pelukan yang diberikan Basuki setiap dia merajuk?
    # ...., cukupkah pelukan.....

    14. Ternyata itu bukan kebahagiaann yang dicarinya. #... kebahagiaan yang..

    Tegang..... tapi mudah-2an Sri bisa nengendalikan emosi Mery dan akhirnya Mery membantunya.
    Hanya ini yang dapat saya haturkan semoga bermanfaat.
    Lanjut jeng Tien, ayo gelitik terus emosi pembaca, penambah semangat menulis.

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah bangun menjelang saur si Sri sdh nongol mksh bunda Tien ...smg Tahes Ulales salam dr Jogya..lanjuuut.

    ReplyDelete
  11. Bu Tien jan top markotop.. Semakin seru so psti tmbh penasaran...semoga Bu Tien sllu sehat.. Madiun hadir

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah akhirnya muncul juga eps 15. Terima kasih Mnak Tien makin gregetan, tambah penasaran. Lanjut....
    Matur nuwun Mbak Tien.

    ReplyDelete
  13. Wadhuuch ... jebil masuk kabdang macan .. baik2lah sm Mery, Sri biar bisa kluar ..

    ReplyDelete
  14. Halloowww.. ms Pri ms Anton ms Sukarno Kakek Habi ms Ngatno ms Wignyo ms Gilang mb. Umi mb Rita mb Dewi mb Jum mb Sul
    Hallow Harut Bandung Pangkalpinang Padang Bekasi Jakarta Malang Madiun. Surabaya Banyuwangi Tangerang Kuningan Pati.Jogya Sriwedari Wonogiri Solo
    Salam hangat dan sehat dari Solo. Terimakasih koreksi dan perhatiannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nyimak mwon buuk , nunggu kelanjutannya 😁
      Slam sehat sllu bt bu Tien tersayang dari tangerang 🙏🙏

      Delete
  15. matur suwun jeung tien....makin penasaran banget critanya.....

    ReplyDelete
  16. Ceritanya selalu bikin penasaran, kadang ga bisa saya tebak, waah Pokoknya selalu ditunggu mba, makasih

    ReplyDelete
  17. Trims cerbungnya.ditunggu lanjutannya.slm kenal dr jkt

    ReplyDelete
  18. Terima ksh mb Tien, saya selalu mengikuti cerbungnya. Salam kenal dari Bali, semoga mb Tien & kelg sehat sejahtera selalu.

    ReplyDelete
  19. Makasih bu tien cerbungnya , ditunggu kelanjutannya nggeh . Salam kenal dr sby

    ReplyDelete
  20. Smg dg keluguan Sri hati Merry tersentuh untuk membantu melepaskan Sri dr belenggu Titipan Basuki...dan menyadarkan Merry dan Basuki bhw RT yg samawa lbh indah drpd harta yg bergelimpangan... Slm seroja dr. slamet riyadi Surakarta lanjut mb. Tien..

    ReplyDelete
  21. Malang...malaangg...lagi bete nungguin episode 16...salam sejahtera mb tien...sehat selalu...semoga lancar semuanya dalam segala hal...Aamiin YRA

    ReplyDelete
  22. Jogya menunggu eps 16 dg sooaaabaaar bunda Tien...salam Tahes Ulales..

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 07

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  07 (Tien Kumalasari)   Sinah masih agak gemetaran ketika menuangkan teh dari teko ke dalam cangkir, sehing...