Friday, May 1, 2020

KEMBANG TITIPAN 14

KEMBANG TITIPAN 14

(Tien Kumalasari)

 

Tangan Timan sudah mengepal. Tak ada rasa takut walau dihadapannya ada laki-laki yang lebih tegap dan lebih tinggi dari dirinya. Cinta itu luar biasa. Cinta itu adalah rela untuk berkorban demi orang yang dicintainya. Kalau perlu  nyawa akan dipertaruhkannya. Aduhai...

Tapi Basuki, sama sekali tak memperebutkan cinta Sri, ia menggenggam harga diri dan kesombongannya. Mana mungkin dia mundur hanya karena iming-iming uang dikembalikan? No, Basuki tak terkalahkan. Basuki merasa tak akan  ada yang mengalahkannya. Ia diatas semua orang, dia berkuasa karena dia banyak harta.

Mata Basuki menyipit. Tanpa rasa sungkan apalagi hormat, dia menuding kearah muka Timan.

"Kamu siapa?"

"Saya Timan, dan saya tidak perlu bertanya siapa anda karena dari sikap anda saya sudah tau bahwa anda adalah Basuki," kata Timan tegas, setegas kemauannya melindungi si Sri.

"Saya melihat anda membawa Sri. Sri itu milikku. Jangan coba-coba mendekati dia."

"Bagaimana kalau saya menolak keinginan anda? Sri lebih mencintai saya,  bukan laki-laki yang walau banyak harta tapi tidak memiliki tata krama."

Mata Basuki terbelalak, merah menyala seperti naga siap melalap mangsanya. Tapi Timan tak gentar. Tangannya sudah mengepal, siap membela diri seandainya Basuki memukulnya.

Sementara itu pak lurah dan mbah Kliwon yang menyaksikan perdebatan kedua lelaki itu mendekat.

"Mengapa disini? Bagaimana kalau kita masuk kedalam, ada polisi yang siap menjadi saksi kalau terjadi apa-apa," kata lurah Mardi.

"Baiklah, kita akan ketemu dimana?" tantang Basuki.

"Tidak pak Basuki, kita ini manusia yang harusnya punya tata krama. Kita juga bukan anak kecil yang harus menyelesaikan perdebatan dengan pergumulan. Mari kita cari jalan terbaik."

Tiba-tiba Basuki membalikkan tubuhnya, menuju mobilnya. Ia memundurkan beberapa langkah sebelum melaju dengan kecepatan tinggi.

"Sabar mas, ada wadah untuk berdebat, bukan dengan kekerasan. Kita akan menyelesaikannya melalui jalur yang lebih santun. Ayo kita pulang dan menenangkan pikiran," ajak lurah Mardi.

Timan kembali kemobilnya, tapi alangkah terkejutnya ketika melihat Sri tak ada disana.

  Ia menoleh kearah mobil pak lurah, yang sudah menstarter mobilnya, lalu Timan melambaikan tangannya, minta untuk berhenti.

"Ada apa mas Timan?"

"Sri ada disini ?"

"Lho, bukannya tadi ada di mobil mas Timan?"

"Nggak ada tuh..."  jawab Timan bingung.

Lurah Mardi turun, diikuti mbah Kliwon. Mereka mencari kesana kemari, tapi tak ditemukannya si Sri. Timan masuk kedalam kantor polisi, barangkali karena ketakutan Sri masuk dan bersembunyi disitu. Tapi tak ada. Lurah Mardi bertanya kepada seorang petugas yang ada disana ketika mereka bertemu Basuki, 

"Seorang gadis?" tanya petugas itu.

"Ya, yang tadi duduk dimobil saya ini.."

"Baju coklat ?"

"Ya benar."

"Tadi turun dari mobil, lalu pergi bersama seorang wanita."

Semuanya terkejut.

Pergi dengan seorang wanita? Mengapa Sri diam saja dan tidak bilang apa-apa kepada mereka? Apakah karena Sri ketakutan? Mereka kebingungan.  Timan memukul-mukul kepalanya. Menyesal karena terbakar emosi ketika melihat Basuki, lalu melupakan si Sri yang ada didalam mobil sendirian.

"Bagaimana ini?" tanya Timan panik.

"Kita laporkan saja sekalian. Jangan-jangan ini juga karena ulah Basuki."

"Tapi kan Basuki tadi bersama saya?"

"Siapa tau dia punya anak buah yang disuruh melakukan sesuatu.."

"Ya Tuhan... dibawa kemana cucuku ?" keluh mbah Kliwon bin gung.. ia berjalan mondar mandir kesana kemari. sambil memanggil-manggil nama si Sri. 

"Sri... Sri.. dimana kamu Sri..."

"Pantesan tadi tiba-tiba dia pergi, pasti dia sudah tau kalau anak buahnya atau temannya berhasil membawa Sri, kata Timan penuh sesal.

Timan membuka lagi mobilnya, barangkali ia salah lihat dan ternyata Sri masih ada didalam. Tak ada, Lalu Timan melihat sesuatu, secarik kertas  bertuliskan spidol merah.

JANGAN SEKALI-SEKALI LAPOR POLISI, SRI ADA DITANGANKU, KESELAMATANNYA TERGANTUNG ANDA.

Timan tercekat, ia melambaikan tangan kearah lurah Mardi yang sudah siap masuk kekantor polisi.

Timan mendekat dan menunjukkan kertas itu.

"Benar-benar kurangajar orang itu!!" umpat lurah Mardi.

Mbah Kliwon lemas mengetahui bahwa Sri benar-benar dibawa kabur Basuki, entah bagaimana caranya.

"mBah, tenang dan jangan panik. Mari kita kerumah saja dan bicara. Kalau polisi tau dan menjadi urusan, takutnya Sri akan di apa-apain," kata lurah Mardi yang sudah lebih tenang.

***

 

"Maas, enak banget rujaknya..." kata Lastri sambil meletakkan mangkuk bekas rujak keatas meja, dalam keadaan kosong.

"Ya ampun, segitu banyak... kamu habiskan sendiri?" tanya Bayu sambil melotot.

"Cuma segitu aja .. mas pengin? Mengapa tadi belinya cuma satu bungkus?"

"Bukan satu, dua bungkus tuh, yang satu aku masukin kulkas. Takutnya malam-malam kamu nyuruh aku beli.. pusing aku."

"Kok pusing sih mas, ini kan yang minta anakmu."

"Bagaimana nggak pusing? Malam-malam minta rujak, yang jual sudah tidur mendengkur, yang minta merengek-rengek sambil mukulin aku."

Lastri tertawa.

"Jangan ngeluh dong mas, ini yang minta kan si jabangbayi, kalau nggak diturutin nanti ngiler lho.."

"Yang ngiler ibunya 'kali.."

"Eh mas, sana ih.. jangan deket-deket, keringatmu bau banget .." kata Lastri ketika Bayu mendekatinya.

"Aku tadi pulang beli rujak sudah ganti baju lho.. mana.. nggak bau.. bau sedap nih."

"Mas Bayu ... bauu ! Tau?!"

"Hm, dulu aja.. waktu masih cinta-cintanya, ditinggalin sebentar aja diteriakin, nempel nih di ketiak, katanya keringatku sedap. Sekarang.. baru sejam ganti baju sudah dibilang bau."

"Mas, sekarangpun aku juga tetap cinta. Tapi baunya itu bikin aku mual, bener.." kata Lastri sambil menutup hidung dan mulutnya.

Bayu mengalah, kembali melepaskan baju dan menggantinya yang bersih, kemudian duduk disampung Lastri sambil mengelus perutnya lembut.

"Ayo, sekarang bilang aku masih bau.." kata Bayu sambil cemberut.

"Nggak, mas.. sekarang wangi, kan aku yang kasih pewangi di baju-baju mas."

"Oh ya, gimana kabarnya mas Timan ya?"

"Telephone dong mas.."

"Ya udah, aku mau telepone dulu, penasaran. Kalau susah aku kan janji mau carikan lawyer biar urusan uang dan utang pak Darmin sama Basuki segera diselesaikan menurut hukum. Masa manusia bisa jadi jaminan."

"Disini saja telephone nya mas, biar aku dengar."

"Hallo, mas Bayu," suara Timan dari seberang ketika Bayu menelpone.

"Gimana kabarnya, semua baik-baik saja?"

"Enggak mas," kata Timan lesu.

"Enggak gimana ?"

"Nggak ada yang baik mas, si Sri diculik."

"Apa? Sri diculik ?"

Lastri yang duduk disebelah Bayu membelalakkan matanya.

"Ya mas.. tadi ketika kami mau ketemu pak Darmin, didepan kantor polisi  Basuki tiba-tiba mendekati saya seperti menantang. Saya siap menghadapi mas, demi cinta saya pertaruhkan nyawa saya. Sementara itu Sri saya tinggal dimobil dalam ketakutan pastinya. Tapi tiba-tiba Basuki pergi begitu saja meninggalkan saya yang masih marah. Tidak disangka mas, tampaknya dia menyuruh orang lain membawa Sri pergi. Ketika saya balik ke mobil Sri sudah tidak ada."

"Bagaimana Sri bisa diculik? Bukankah itu didepan kantor polisi ""

"Kami, saya pak lurah dan mbah Kliwon terpaku pada kelakuan Basuki yang kurangajar dan  menjengkelkan, tidak perhatian sama sekali pada si Sri yang ada didalam mobil saya. Ketika Basuki pergi dan saya kembali ke mobil, Sri sudah tidak ada."

"Bagaimana bisa Sri menurut begitu saja, tidak berteriak atau apa?"

"Kata polisi yang ada didepan waktu itu, seorang wanita menghampiri dan mengajaknya pergi. Nggak tau wanita itu siapa. Pasti Basuki menyuruh orang, dan semua sudah dipersiapkannya."

"Kalau begitu langsung saja kita lapor ke polisi mas. Mas dimana, saya mau kesitu."

"Saya masih di Sarangan mas. Jangan lapor, dia meninggalkan tulisan yang isinya mengancam, kalau kita lapor polisi maka Sri taruhannya."

"Ya Tuhan.. harus dengan cara apa kalau begini caranya."

"Saya akan mencari disetiap  rumah milik Basuki, pak lurah tau beberapa diantaranya."

"Baiklah mas, nanti kalau mas Timan sudah pulang kita ketemuan ya."

Ketika pembicaraan itu ditutup, Bayu tampak terduduk lemas, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kok bisa sampai seperti ini ya mas, kasihan Sri. Dibawa kemana dia? Segera lapor saja mas."

"Basuki meninggalkan surat ancaman. Sri taruhannya, sehingga belum ada yang berani bertindak."

"Sri.. Sri... kasihan kamu Sri.."

***

 

 Sri tiba-tiba membuka matanya, dan mendapati dirinya berada disebuah kamar yang sangat apik. Dengan kasur empuk, kamar yang luas, berbau harum, berseprei merah jambu dengan motif bunga-bunga. Ada almari besar disudut ruangan. Kaca hias yang indah dengan ukiran-ukiran manis, dan banyak alat-alat make up yang Sri tidak mengerti itu apa saja..

Sri mengedip-ngedipkan matanya, merasa seperti mimpi. Tak ada siapapun disitu. Ia ingin bangkit. tapi kepalanya terasa berdenyut.

"Bagaimana aku bisa berada ditempat ini? Ini rumah siapa? Bagus sekali."

Lalu Sri memegangi kepalanya karena tiba-tiba ia merasa semakin pusing.  Ia mencoba mengingat ingat apa yang tadi dialaminya.

Ia mencobanya terus. Sekilas terbayang wajah Timan.

"Oh ya, bukankah aku tadi bersama mas Timan?" bisiknya pelan sambil terus memegangi kepalanya.

"Lalu orang gila itu datang, mendekati mas Timan.."

Sri terus mengingat ingat. Lalu apa.. dimana mas Timan, dimana orang gila itu? Lalu terbayang wajah seorang perempuan cantik yang tidak lagi muda, mungkin tujuh atau sepuluh tahun diatasnya, tapi berdandan begitu apik.

Lalu Sri mencium sebuah aroma yang sangat wangi, begitu menusuk hidungnya, menyeruak melalui jendela kaca yang terbuka. Iapun merasa pusing, dan mendiamkannya ketika wanita itu membuka pintu mobilnya.

"Kenapa dik? Sakit?" wanita itu bertanya.

Sri mengangguk.

"Ayo turunlah, dimobilku ada obat.. nanti pasti sembuh."

Lalu Sri yang merasa lemas menurut, turun dan mengikuti ketika wanita itu menggandengnya. Lalu Sri tak ingat apa-apa lagi.

"Lalu apa... aku ikut siapa tadi, mana wanita cantik itu? Mana mas Timan..." bisik Sri, lalu ia berusaha bangkit lagi, tak kuat, lalu menjatuhkan lagi tubuhnya diatas ranjang, yang seperti mengayunkan tubuhnya ketika ia menghempaskannya dengan keras.

"Adduh..." keluh Sri yang lagi-lagi memegangi kepalanya.

Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka. Pintu besar berwarna putih dengan garis emas disekeliignya, lalu Sri memejamkan matanya.

"Pasti aku sedang bermimpi, ini istana ?"

Tiba-tiba Sri merasa seseorang memegangi dahinya.

Sri membuka matanya, dan wajah cantik itu berada tepat disampingnya. Ya, dia wanita yang mengajaknya pergi. 

"Pusing?" tanya wanita itu.

"Pusing, saya dimana ?"

"Dirumahku."

"Oh, mana mas Timan?"

"Kamu harus minum obat dulu, lalu mandi dan berganti pakaian."

"Apa?"

Wanita itu ternyata sudah menyiapkan obat dan minuman diatas meja. Meja marmer berbentuk oval yang ditengahnya berdiri sebuah vas penuh bunga. Sri  tidak memperhatikannya karena terletak persis disamping dia berbaring.

"Minumlah, supaya pusingnya hilang."

Sri menurut, tak ada yang bisa dilakukannya kecuali menurut. Kesadarannya seperti belum pulih benar. Ia masih seperti bermipi.

Aku akan menyiapkan baju ganti sebentar. Lalu kamu harus mandi.

Sri terdiam.Kepalanya masih berdenyut, tapi ia belum sadar benar.  Ia biarkan saja wanita cantik itu meletakkan setumpuk baju diatas ranjangnya.

"Coba bangunlah, masih pusingkah?"

Sri mencoba bangun. Kira-kira setengah jam sejak ia minum obat itu, rasa pusingnya sudah berkurang.

"Mandilah, itu kamar mandi. Ada kran yang bisa mengucurkan air hangat kalau kamu merasa kedinginan."

Sri sudah duduk ditepi pembaringan. Wanita itu mengulurkan handuk yang tebal berwarna biru muda. Harumnya...Lalu Sri menciumnya berkali-kali. Ia menurut ketika wanita itu menuntunnya kekamar mandi.

"Itu... apa?"

Tanya Sri ketika ada seperti kolam kecil panjang dikamar mandi itu.

"Itu namanya bathtub. Kamu bisa masuk kesitu dan mandi didalamnya,  lepas bajumu dan masuklah."

"Lepas ?"

Sri menangkupkan kedua tangannya didadanya tanda menolak untuk melepas bajunya.

"Baiklah, aku akan keluar dan mandilah sesuka hati kamu dengan cara apa yang kamu nyaman. Ini ada kran, ini ada shower.. kalau begini air yang keluar hangat. Nih.. cobain.. Lalu Sri terkejut ketika tiba-tiba dari shower itu mengucur air hangat yang membuat dirinya basah kuyup.

Wanita itu terkekeh.

"Tuh, sudah basah kuyup begitu masih mau kamu pakai juga, sekarang aku mau keluar dan mandilah sesukamu. Ini sabun cair, pencet saja akan keluar sabun nya."

Lalu wanita itu keluar.

Sri kebingungan, ia sudah berada dikamar mandi, bajunya basah kuyup, jadi mau tidak mau ia harus melepasnya. Ia tak mau masuk kedalam 'kolam' kecil itu, ia lebih suka mengguyur tubuhnya setelah menggosoknya dengan sabun. 

Seperti mimpi juga ketika ia hanya membalut tubuhnya dengan handuk yang tadi diberikan wanita itu. Eit, ini bukan sekedar handuk. Seperti baju, lalu bisa ditalikan. Sri besyukur karena keluar dari kamar mandi bukan hanya berbalutkan handuk yang pasti membuat bahu dan sebagian dadanya kelihatan.

"Sudah selesai?"

Sri hampir terlonjak ketika mendengar suara itu. Wanita yang tadi ternyata masih menungguinya dikamar.

Sri belum benar-benar sadar. Tapi ia meronta ketika wanita itu akan membuka kimono pembalut tubuhnya.

"Baiklah, aku akan menghadap kesana dan kenakanlah pakaian ini. Ini, celana dalam, kutang, sudah bisa kan memakainya? Lalu ini hanya pakaian rumahan, daster tapi bahannya sangat halus, kamu akan nyaman memakainya. Ada talinya biar kelihatan bentuk tubuh indahmu.

Wanita itu duduk dikursi lalu memutar kursi itu sehingga membelakanginya.

Sri mengenakan pakaian ganti itu. Hm, bahan bajunya halus, enak dipakainya. Tanpa sadar Sri menghadap kearah cermin.

"Aku ini dimana? Aku bingung? Apa yang terjadi?" katanya lirih, lalu menalikan tali yang terpasang dibaju itu.

Wanita itu memutar kursinya dan kembali menghadapi Sri.

"Wauw, kamu memang cantik. Cantik dan masih polos. Tapi duduklah didepan cermin itu, aku akan mendandanimu," katanya sambil mendekati Sri dan mendudukkannya didepan cermin itu.

"Apa yang terjadi? Anda siapa?"

"Diam dulu, aku akan mendandanimu ya."

Wanita itu menyisir rambut Sri yang tergerai panjang,

"Masih basah, biar begini saja, nanti aku keringkan."

Lalu wajah Sri dibersihkan, dipoles alas bedak yang harum.

"Kamu memang cantik Sri.. tak heran banyak orang tergila-gila sama kamu," gumam wanita itu sambil mendandani Sri. 

"Mana mas Timan?"

"Diamlah.."

"Apa aku bermimpi? Kepalaku masih pusing.."

"Nanti kamu boleh tiduran lagi..

Sri merasa lelah, hampir setengah jam entah diapakan wajahnya, yang tak bisa ditolaknya.

"Nah, lihat wajahmu, kamu seperti bidadari," kata wanita itu sambil berdiri dibelakang Sri, membiarkan Sri menatap wajahnya sendiri.

"Itu.. bukan aku.." bisiknya lirih..

"Itu kamu, baru sadar kalau kamu cantik?"

"Aku lelah.. aku mau tidur lagi.."

"Baiklah, ayo tidurlah, aku akan membawa baju-baju kotormu ini kebelakang, atau mungkin dibuang saja ya?"

"Apa?" 

Wanita itu keluar, membawa semua baju kotornya. Sri kembali merasa pusing. Ia berbaring sambil memegangi lagi kepalanya.. Obat yang diberikan wanita itu hanya sebentar mengurangi pusingnya, sekarang mengapa menjadi bertambah berat begini? Pikir Sri.

"Mimpi apa aku ini? Mengapa seperti ini? Mana mas Timan?"

Tiba-tiba pintu itu terbuka. Sri segan membuka matanya yang terasa berat. Tapi ia terkejut ketika mendengar suara berdehem.

***

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 


45 comments:

  1. Alhamdulillah yang ditunggu telah hadir. Matur nuwun

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau susah aku kan janji mau carikan lawyer biar urusan uang dan utang pak Kadir sama Basuki segera diselesaikan menurut hukum.

      Jeng Tien, Kok ada pak Kadir disini bukannya pa Darmin??

      Delete
    2. Lho salah ketik lagi si Sri, ditulis LASTRI, tenang baru hari ke delepan, menceritakan si Sri pusing, lha kok ikutan pusing?

      Delete
  2. Alhamdulillah..., matur nuwum Mbak Tien yg selalu menghibur dg cerbernya. Makin geram, tp juga penasaran. Lanjut eps 15 dipun tenggo.
    Semoga Mbak Tien selalu diberi kesehatan dan kesempatan utk mencurahkan imaginasinya ke dlm karya2 sastra yg bermutu. Aamiin....
    Salam sejahtera dari Pangkalpinang.

    ReplyDelete
  3. Tambah seruuuuuu... Bu Tien mmg jempol banget dech..bikin tmbh penasaran.. Sehat sllu Bu Tien.. Madiun hadir

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, trima-kasih mb Tien...dr gresik selalu hadir...
    Cerbungnya makin asyik dan bikin penasaran....ada di rumah siapakah si sri ini....
    Monggo mb Tien ditunggu kelanjutannya...dan doa utk mb Tien selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan...Aamiin

    ReplyDelete
  5. mantaaab.......
    jambi hadirmba Tien....

    ReplyDelete
  6. Sugeng dalu bu ..maturnuwun sanget kembang tiitpan ingkang kula tengga sampun terbit ..mugi bu Ties tansah pinaringan kawilujengan salam saking kitha malang.

    ReplyDelete
  7. Apa kubilang ..... Makin pinisirin Khan? Soal mengolah kata jeng Tien jagonya, emosi kita dibawa kesana, kadang tersenyum, kadang tertawa lepas, kadang cemas, gemes, khawatir, bercampur aduk menjadi satu.
    Suwun.....lanjut. semoga jeng Tien sehat selalu.

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah akhirnya datang juga si Sri..walau sekarang entah dirumah siapa mbok yao bukan rmh basuki yaaa .tks bunda Tien smg sehat selalu jogya sabar menanti ...lanjuuut..

    ReplyDelete
  9. Terima kasih cerbungnya jeng tien.
    Salam sehat dari jakarta

    ReplyDelete
  10. Akbirnya.....episode 14 muncul.
    Terima kasih Mbak Tien.

    ReplyDelete
  11. Waduuuh... gawat... πŸ˜‘πŸ˜‘

    ReplyDelete
  12. Smoga Sri selamat dri orang" jahat kaya Basuki.
    Lnjuut buuk πŸ‘πŸ‘πŸ™

    ReplyDelete
  13. Selalu menunggu yang lajutannya Jeng Tien. Semoga sehat dan masih bisa menghibur kita dengan karya sastra yang bermutu. Salam dari Ibukota dari seorang nenek 81 tahun yang tak pernah meliwatkan cerbung Jeng Tien I❤️U

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halloww bunda Nismah
      Terimakasih perhatiannya. Waauuw.. 81 tahun? Hebat bunda. Masih semangat dan sehat ya. Alhamdulillah. Salam hangat dari Solo..

      Delete
    2. Halloww bunda Nismah
      Terimakasih perhatiannya. Waauuw.. 81 tahun? Hebat bunda. Masih semangat dan sehat ya. Alhamdulillah. Salam hangat dari Solo..

      Delete
    3. Salam kenal eyang uthi di Ibukota. Anda lebih senior dari saya dan jeng Tien, 10 tahun diatas kita. Tetap semangat uthi... Dirumahsaja, ya.

      Delete
  14. Waduh serem lho...
    Terima kasih... saya tunggu selanjutnya...mbak Tien

    ReplyDelete
  15. Makasih ya mba Tien.Kasihan si Sri,Mudah2an selamat dan terhindar dari tangan2 jahat. Lanjut mba

    ReplyDelete
  16. 1. Nulis nama sendiri juga salah πŸ˜‚πŸ˜‚
    (Tien Kumalasati)

    2. dihadapannya ada laki=laki yang lebih tegap. # laki-laki yang....

    3. hanya karena iming-imoing uang
    # ..... iming-iming uang....

    4. perdebatan dengana pergumulan. Mari kita cari jalan terbaik." # dengan

    5. Mengapa tadi belinya cma satu bungkus?" # belinya cuma satu bungkus?"

    6. Bukankah itu didepan kantor pulisi "" #....didepan kantor polisi."

    7. Ketika Basuki pergi dan saya kembali ke mobi, Sri sudah tidak ada."
    # ..... kembali ke mobil, Sri sudah...

    8. Ada kran yang bisa menucurkan air hangat # ... yang bisa mengucurkan...

    9. yang tadi diperikan wanita itu.
    # yang tadi diberikan wanita itu.

    Hanya ini sumbangsihku memperbaiki naskah Kembang Titipan eps_14.
    Sampai ketemu di KT eps_15.
    Sugeng enjang,siap tahajjud & sahur.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahahaaa.. jadi tertawa sendiri aku. Benar.. baru hari ke delapan sudah semakin kacau. Tadinya juga sudah sering sih. Terimakasih kakek. Salam hangat dari Solo.

      Delete
    2. Wahahaaa.. jadi tertawa sendiri aku. Benar.. baru hari ke delapan sudah semakin kacau. Tadinya juga sudah sering sih. Terimakasih kakek. Salam hangat dari Solo.

      Delete
  17. Ketiduran jadi ketinggalan ... gpp mb Tien salam sehat sll dr Bekasi. Puntenggo lajengipun mb Tien

    ReplyDelete
  18. Halloww mb Umi.mb Jum.mb Dewi.mb Rita. Mb Umi.mb Jum mb Sul.ms Wignyo ms Sukarno ms Ngatno.ms Anton.ms Opo.mb Wida.ms Gilang
    Hallow Jogya. Bekasi. Madiun. Malang. Banyuwangi. Sidoarjo. Surabaya. Jambi. Magelang. Madiun. Pati. Tangerang. Kuningan. Jakarta. Pangkalpinang. Jambi. Pekalongan. Bandung. Semuaanyaa.. salam hangat dari Solo

    ReplyDelete
  19. Halloww mb Umi.mb Jum.mb Dewi.mb Rita. Mb Umi.mb Jum mb Sul.ms Wignyo ms Sukarno ms Ngatno.ms Anton.ms Opo.mb Wida.ms Gilang
    Hallow Jogya. Bekasi. Madiun. Malang. Banyuwangi. Sidoarjo. Surabaya. Jambi. Magelang. Madiun. Pati. Tangerang. Kuningan. Jakarta. Pangkalpinang. Jambi. Pekalongan. Bandung. Semuaanyaa.. salam hangat dari Solo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hay mb Tien ... smg Alloh sll melindungi Sri yg baik. Pinisirin bingitz nungguin part 15

      Delete
    2. Hallo juga mba. Selalu setia menunggu lanjutannya. Makasih

      Delete
  20. salam hangat dari Garut jawa barat. tadi kayana evisod 15. sudah nongol di tinggal dulu solat subuh. di buka lagi. engga ada . benar ada. . apa salah lihat . dalam hati akan di lanjut setelah salat subuh . aaaah. ga. ada

    ReplyDelete
  21. Hwaaaduuu.... takut aku.... jangan2 Sri dibawa ke rumah bordil sama Basuki dan cewek itu germonya ..ih jadi ikut deg2an πŸ˜“πŸ˜“
    Semoga Sri yg baik hati dan polos ini bs selamat.... tp klu pengin membuat Darmin tobat nashuha kyknya mmg Sri terpaksa hrs dibuat menderita...hmmmm... mesakè bgt nasibmu Sri
    Salam sayang dan doaku selalu dr Surabaya buat mbak Tien πŸ˜™πŸ˜™

    ReplyDelete
  22. Episode 15 belum tayang ya? Semoga Sri selanat dari kejahatan Basuki.

    ReplyDelete
  23. Kembang titipan 15 kok belum bisa di buka...

    ReplyDelete
  24. Kembang titpan 15 kok belum bisa di buka ya....

    ReplyDelete
  25. Kembang titpan 15 kok belum bisa di buka ya....

    ReplyDelete
  26. Kembang titipan 15 kok belum bisa di buka...

    ReplyDelete
  27. At;20:05 Kemana kamu Sri...kok blom nongol apa kamu disekap sama Basuki yaa kan kemarin ditempatkan kamar yg waaah ..smg bunda Tien Tahes Ulales ...salam dr jogya...

    ReplyDelete
  28. Haduuh, deg degan bgt. Smoga aja sri selamat

    ReplyDelete
  29. Halo jeng Tien, sugeng dalu.
    Sing antri wis duwawa lho.....
    Bar sholat taraweh pada gelar klasa nunggu lanjutan KT eps_15.

    ReplyDelete
    Replies
    1. 🀭🀭🀭🀭🀭 kakek Habi bisa aja 😁😁😁😁

      Delete
    2. Sugeng dalu mbak Jum, salam kenal.
      Sesama bus kota, tidak boleh mendahului.
      Kita sama-sama setia menunggu, mudah-2an jeng Tien nggak lagi tugad luar kota ngurusi obat. Lha wong dimana-mana portal kommplek pada digembok. Hehehehe

      Delete
  30. Aduh Sri... Kok tertidur lagi... Bagaimana kalo nafsu bejat Basuki mengincarmu ... Bangun Sri .. #salam hangat dr Banyumas Bu Tien .. ga sabar menantikan kt 15...πŸ˜„

    ReplyDelete
  31. Mba Tien...eps 15 kok belum muncul . Ditunggu ya mba. Makasih

    ReplyDelete
  32. Selalu mengikut,dan selalu buat penasaran,ditunggu episode 15

    ReplyDelete

BULAN HANYA SEPARUH

BULAN HANYA SEPARUH (Tien Kumalasari) Awan tipis menyelimuti langit Lalu semua jadi kelabu Aku tengadah mencari-cari Dimana bulan penyinar a...