Monday, May 4, 2020

KEMBANG TITIPAN 17

KEMBANG TITIPAN  17

(Tien Kumalasari)

 

Air masih mengucur deras, rintih dan tangisnya terhenti, berganti rasa was-was akan bahaya yang mengancamnya.Ia menoleh kekiri kanan, dan mencoba mencari sesuatu yang barangkalibisa dipergunakan untuk membela diri. Tapi tak ada apapun disana, ada sikat dengan gagang yang tak begitu panjang, disudut yang tersembunyi. Sri mematikan keran, lalu mendengar ketukan semakin keras. Ia melangkah kearah sikat itu dan memegangnya erat. Asal saja dipegangnya, walau tak yakin apakah sikat itu bisa melindunginya.

Sri mendekat kearah pintu. Ia sudah mengenakan kimono dan menalikannya erat.Lalu lamat terdengar suara memanggilnya.

"Sri.. kamu masih hidup kan?"

Sri bernafas lega, itu suara Mery. Ia meletakkan sikat itu kembali ketempatnya, lalu berjalan kepintu dan membukanya.

"Lama sekali,.." kata Mery sambil menuntun Sri keluar.

"Ganti pakaianmu, sekarang aku mau mandi," kata Mery yang sudah melepas hampir seluruh pakaiannya dan hanya membalutkan handuk ditubuhnya, lalu berjalan kearah kamar mandi dan menguncinya.

Sri mengamati baju yang disiapkan Mery, dan mengenakannya tergesa-gesa. Ia takut kalau tiba-tiba seseorang masuk dan melihatnya setengah telanjang.

"Aduuh... mengapa baju ini terbuka sekali?" Belahan dada sangat lebar dan Sri tidak suka. Tapi tak ada yang lain, Sri ingin membuka almari dimana tadi Mery mengambilnya, tapi tidak berani. Akhirnya tetap dipakainya sambil ditariknya agak kebelakang. Nanti kalau Mery selesai mandi ia akan minta agar Mery memberikan yang lain.

Lalu Sri menuju kedepan kaca, mengambil sisir dan menyisir rambutnya yang sebatas lutut. Ada bermacam alat make up disitu, tapi Sri tak menyentuhnya. Yang mana bedak, yang mana alas bedak saja Sri tidak tau. Lalu Sri duduk disofa, sambil sebentar-sebentar matanya menatap kearah pintu. dengan rasa khawatir.

"Mas Timaaan, aku disini mas, tolong akuu..." rintihnya lirih, lalu matanya kembali berlinang.

Lalu Sri berjalan kearah jendela. Angin pagi menerobos masuk ketika korden disilangkan. Rambut Sri yang masih basah tergerai dan dibiarkan angin mengelusnya. Remang pagi itu memberikan bayang-bayang dedaunan yang melambai . Sri memegangi jeruji besi yang menutup jendela itu. Ia mencoba menggoyangkannya, tak bergeming. Basuki membuat teralis yang kokoh melingkupi jendela kamar itu. Barangkali ia sudah menduga kalau suatu sa'at akan ada perempuan yang kabur karena tidak suka pada perlakuannya. 

"Mas Timan... semoga angin ini membawa pesanku... bahwa aku ada disini.. " bisiknya sendu.

Bau harum yang menyeruak tercium, Sri menoleh, Mery keluar dari kamar mandi dengan menyarungkan kanduk pada tubuhnya. Sedikit dada yang tertutup,. Sri merinding. Ia tak akan sampai hati melakukannya. Sesuatu yang harus ditutupi, tak harus terbuka agar orang lain bisa menikmatinya.

"mBak, aku nggak mau baju yang ini," kata Sri begitu Mery membuka almari.

"Apa?" Mery menoleh heran.

"Ini, aku nggak mau, belahannya terlalu rendah," kata Sri sambil menunjuk kearah dadanya.

"Oh, ya ampuun..." 

Lalu Sri  membuka-buka baju yang berderet digantungan. Hampir semuanya tak disukai Sri. 

"Aku mau bajuku sendiri saja.."

"Kan aku sudah bilang bahwa bajumu sudah aku buang?"

Sri merasa kesal. Lalu dilihatnya selembar scraft tersampir, Sri mengambilnya. Ditalikannya kedua ujungnya dan dibiarkannya bagian yang lebar terletak didepan. 

"Nah, ini bagus." Sri menata bajunya agar berada diluar scraft itu. Dan selesai, bagaian yang terbuka tak tampak lagi.

Mery tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Gadi desa ini sangat santun.." bisiknya dalam hati.

Mery selesai berdandan, sedikit lama, lalu wajahnya sudah terpoles oleh bedak dan kawan-kawannya. Memang Mery cantik. Tanpa make up pun sudah cantik.

Lalu Mery melambaikan tangannya kearah Sri.

"Sini aku dandanin.."

Sri menggeleng. Kalau kemarin dia menurut itu karena dia berada dalam kondisi setengah sadar.. Tapi kini ia sudah sadar sesadar-sadarnya. 

"Sini...! ulang Mery.

"Nggak, aku begini saja."

"Ya sudah, bedak sama lipstick tipis saja dan.."

"Aku begini saja."

Mery membiarkannya.

Lalu keduanya duduk diatas sofa.

"Membosankan bukan?"

"Biarkan aku pergi, tolonglah aku mbak.."

Mery menghela nafas. 

"Mas Timan .... aku disini..." rintih Sri lagi.

"Mas Timan mencintai kamu?"

"Dia melakukan apa saja untuk aku. Bukan hanya tenaga, juga harta.. Ia ingin menggantikan uang yang telah dibayarkan Basuki untuk melunasi hutang ayahku, tapi Basuki menolak."

"Walau nilainya sangat banyak?"

Sri mengangguk. Lalu Sri juga bercerita tentang ayahnya yang ditahan gara-gara memukul orang, dan Timan menyelesaikan semua urusan dengan membayar semua beaya."

"Itukah cinta?"

"Bukan pengorbanan uangnya, tapi perhatian dan kasih sayang yang ada."

"Kamu pernah tidur bersamanya?" Pertanyaan ini membuat Sri terperanjat.

"Bagaimana mungkin tidurr bersama lawan jenis yang belum menjadi suami isteri? Itu tidak boleh, tidak benar."

"Siapa melarang?"

"Norma susila yang ada dinegeri ini bukan ? Saya orang desa, tapi saya sering melihat dan membaca. Saya mengerti mana yang bisa dan benar dilakukan, dan mana yang tidak."

Mery terbelalak. Dia tau semuanya karena ketika di panti ada pelajaran budi pekerti dan tata susila. Tapi Basuki merusak semuanya. Pesonanya membuat dia lupa segala-galanya, dan membuatnya mengabdi sepenuh hati. Dia mengira itu jugalah yang dilakukan Timan dan Sri. Ternyata tidak ya? 

Terdengar pintu diketuk, lalu terbuka, Sri kehilangan ketenangannya ketika berbincang dengan Mery., berganti rasa  cemas yang menyesak dadanya. Tapi yang datang adalah pelayan dengan mendorong meja, seperti semalam, berisi makanan dan minuman.

"Sa'atnya makan pagi," kata Mery.

Sri menyandarkan tubuhnya. Sungguh ia tak memiliki selera makan. Hidupnya serasa diujung tanduk. Ia merasa, Mery mengajaknya berbincang agar dia melupakan kecemasan yang terus menderanya. Terkadang sedikit terlupa, tapi kembali ia menyadari keberadaannya yang seakan sebagai pesakitan. Seperti sekarang ini. Ia teringat kata Mery bahwa semalam Basuki tak akan mengganggunya, tapi ini sudah esok hari. Setiap sa'at Basuki akan datang.

"Makanlah.." kata Mery ketika pelayan itu pergi.

Tapi Sri tak menjawabnya. Kecemasan mulai menggerayangi jiwanya. Ia diam tak bergerak dan tak ingin menyentuh nasi goreng udang yang dihidangkan diatas meja. 

"Sri.. makan saja, dan tenangkan hatimu."

Dari kemarin selalu kata 'tenang' itu yang dilontarkan Mery. Bagaimana dia bisa tenang? Tiba-tiba Sri melihat ada buah apel terletak dimeja itu. Bukan buah apelnya yang membuatnya tertarik, tapi pisau yang ada disebelahnya. Sri pura-pura mengambil sebutir apel berikut pisaunya. Ia mengiris sedikit apel, mengunyahnya pelan, tapi tidak mengembalikan pisau itu ketempatnya. Sri merasa bahwa pisau itu akan ada gunanya.

***

 

Bayu merasa kasihan melihat Timan datang dengan wajah lesu.

"Mas Timan, semua yang terjadi harus dihadapi dengan tenang. Jangan sedih, kami semua akan membantu."

"Pak lurah memberikan tiga buah alamat yang katanya milik Basuki, tapi tak seorangpun diantara penjaga itu yang tau dimana sebenarnya Basuki menetap."

"Benar, kabarnya Basuki memiliki banyak rumah dan banyak perusahaan. Tapi tempat tinggalnya yang jelas tidak ada yang tau."

"Saya bingung mas, kalau lapor polisi nanti Sri di apa-apain, atau bisa juga nyawanya terancam, kalau tidak lapor, bagaimana.."

"Saya sudah menghubungi teman saya, polisi akan bergerak diam-diam. "

"Tapi bisakah kita menemukan dimana dia menyembunyikan Sri?"

"Pasti nanti bisa. Tunggu,   ini ada pesan singkat dari pak lurah."

Bayu membuka pesan itu.

"Lihat mas,  pak lurah mengabarkan ada tiga rumah lagi yang belum pernah didatangi. Aku akan mengantar mas Timan kesana.  Ini ada alamatnya, tapi hanya nama desanya. Rupanya beberapa rumahnya ada di pedesaan."

  "Saya mau kesana sekarang saja."

"Jangan sendirian mas, saya akan mengajak beberapa teman. Sebentar saya akan menelpone nya."

Timan berdebar. Dia berharap disalah satu tempat itu dia bisa menemukan Sri.

"Tapi kita harus ber-hati-hati, karena sedikit saja Basuki mengetahui bahwa kita sedang mengejarnya, nyawa Sri jadi taruhannya."

Meremang bulu kuduk Timan.

 

***

 

Mery memasuki kamar Basuki karena Basuki memanggilnya. Tapi kali itu Mery langsung duduk disofa, tidak perlu memeluk dan menciumnya seperti yang biasa dia lakukan. Basuki heran, ada yang aneh pada kekasihnya.

"Ada apa?"

"Kamu yang memanggil aku, harusnya aku yang bertanya."

"Kamu datang tanpa mencium aku."

"Aku lelah sekali, semalam tidak bisa tidur," katanya sambil menyandarkan kepalanya disandaran sofa.

"Bagaimana dia?"

"Apanya yang bagaimana? Dia baik-baik saja, hanya nangis ingin pulang."

Basuki tersenyum.

"Dia tak akan pulang.Dia milikku, dia lain daripada yang lain, aku harus mendapatkannya," kata Basuki sambil tersenyum. Senyuman itu tiba-tiba tampak sama sekali tak menarik seperti biasanya.

Mery menatap Basuki. Heran, ada cemburu yang menyesak dadanya.Mengapa aku ini? Kata batin Mery. Apakah karena perbincangannya dengan Sri?

"Aku tak tahan lagi...gemas setiap kali melihatnya." gumam Basuki tanpa menatap Mery.

Wajah Mery muram, ia ingin menangis. Haa... menangis? Sejak kapan aku memiliki air mata? kata batin Mery lagi. Air mata itu baru mengambang dimatanya, dan membuat dadanya sedikit sesak. Laki-laki ganteng ini dicintainya setengah mati, dan sekarang mendengar dia tak tahan lagi untuk memiliki perempuan lain?

"Mery, kamu sakit?" tanya Basuki ketika melihat Mery tak bereaksi.

"Sakit.. " bisiknya pelan.

"Haa.. ini luar biasa... kekasihku bisa sakit?"

Mery tak menjawab. Tapi Basuki seperti tak memperdulikannya mendengar dia mengeluh sakit. Minumlah obat misalnya, tidak sama sekali. Batin Mery teriris. Ini perasaan yang luar biasa.

"Dengar Mery. Bagaimana caranya terserah kamu.. tapi aku ingin hari ini terlaksana," kata Basuki tandas sambil menyerahkan sebuah botol kecil kepada Mery.

Mery menerimanya dengan mata terpejam. Kepalanya masih terkulai di sandaran sofa.

"Heiii... buka matamu...," kata Basuki sambil mengacak rambut Mery/

"Kalau kamu berhasil, aku akan mengajak kamu jalan-jalan keluar negri."

Biasanya kalau mendengar iming-iming seperti itu, Mery pasti langsung bersemangat, tapi tidak kali itu. 

"Sekarang kamu boleh kembali. Urus dia baik-baik dan jangan mengecewakan aku."

Mery berdiri dan keluar dari kamar dengan langkah gontai.

***

 

Sri gelisah dikamar sendiri. 

"Mas Timaaan... " ia merintih tak henti-hentinya sambil berdiri didepan jendela kamar.  

"Wahai angin, sampaikan kepada kekasihku, bahwa aku ada disini..." bisiknya lagi.

Terdengar pintu terbuka, Sri meraba sesuatu yang disimpan didalam sakunya. Pisau pengiris apel itu. Tapi yang muncul adalah Mery. 

Mery membanting tubuhnya begitu saja diatas sofa.

Sri mendiamkannya. 

Mery merasa dirinya bukanlah Mery yang sebelumnya. Ia punya rasa yang aneh, ingin menangis, ingin berteriak sekerasnya karena marah.

Dan tiba-tiba juga ia kemudian menangis. Menumpahkan air mata yang tadi ditahannya.

Sri membalikkan tubuhnya ketika mendengar isak tertahan, dan dengan heran melihat Mery menangis. Betapapun sedih hati Sri, ia tetap tak sampai hati melihat orang lain menangis.

"Ada apa?"

"Sri, aku senang bisa menangis.."

Sri menatap heran.

"Aku ternyata juga manusia, punya hati dan rasa."

Sri tak mengerti, ia mendekat dan duduk didepan Mery.

"Setelah bertemu kamu, aku benar-benar menjadi manusia."

"Apa?"

"Aku tidak pernah sedih, tidak pernah kecewa, dan tidak pernah mengeluarkan air mata. Tapi sekarang aku merasakannya."

Mery mengusap air matanya, lalu meletakkan sebotol kecil yang entah berisi apa, diatas meja.

"Itu apa?"

"Itu obat perangsang."

Sri menggeser tubuhnya menjauh dari Mery. Wajahnya pucat pasi. Akhirnya hal itu akan terjadi, diberinya dia obat agar memenuhi semua keinginan Basuki. 

Mery melihat ketakutan diwajah Sri, dan tiba-tiba juga ia merasa tak rela Basuki melakukannya.

"Aku mohon, jangan lakukan itu. Aku memiliki cinta dari calon suamiku, dan aku akan menjaganya."

Alangkah indahnya cinta Sri, dan Mery tidak memilikinya. Tiba-tiba ia merasa benci kepada Basuki. Sangat benci.

"Sri, aku mendapat perintah untuk meminumkan obat ini .."

"Untuk aku ?"

Mery mengangguk. Sri berdiri, menjauh. Wajahnya pucat, air mata mengucur deras, membasahi pipinya.

"Sri, aku harus melakukannya, karena kalau tidak aku bisa dihukum berat."

"Tolong aku.. tolong aku mbak.." rintihnya.

"Kamu takut?"

"Kalau dia melakukannya, lebih baik aku mati," kata Sri setengah berteriak.

Mery terpana, demi menjaga kehormatan, Sri rela mati. Lalu apakah dirinya yang dengan suka rela menyerahkan tubuhnya kepada laki-laki yang sesungguhnya hanya mempergunakannya sebagai pemuas nafsu? Ia harus mati beribu-ribu kali.

Mery berdiri, melangkah mendekati Sri. Sri mundur beberapa langkah.

"Jangan mendekat. Mbak mau memaksa aku agar minum obat itu? Sebelum mbak melakukannya aku akan bunuh diri." Sambil menangis Sri mengeluarkan pisau dari dalam sakunya.

Mery terkejut. Ini benar-benar diluar dugaannya.

"Mengapa ketakutan Sri, aku tidak membawa obat itu, lihat masih diatas meja."

Sri menatap botol kecil itu, lalu membiarkan Mery mendekatinya. Sri heran ketika Mery memeluknya.

"Sri, aku belajar menjadi manusia dari kamu. Aku merasa hina, kotor dan nista," bisik Mery ditelinga Sri.

Sri heran, belajar apa yang dimaksud Mery?

"Jangan takut Sri, aku tak akan melakukannya."

Sri mendorong tubuh Mery, dan menatap kesungguhan pada matanya.

 "Benarkah ?"

Ayo duduk, dan mari kita berencana memperdaya Basuki.

***

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

***


32 comments:

  1. Trimksh mbak Tien episode nya..salam sehat selalu.. Dari Bandung

    ReplyDelete
  2. mantaaaab mba....
    dari Jambi mengikuti terus dan matur nuwuuuun....
    sehat n sukses mba Tien...

    ReplyDelete
  3. Makasih mba Tien. Sepertinya ada secercah sinar harapan Sri bisa lepas dari Basuki. Lanjut mba Tien. Penasaran banget mba.

    ReplyDelete
  4. Akhirnya....yang ditunggu muncul. Terima kasih Mbak Tien.

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah yg ditunggu datang mtr nwn bunda Tien walaupun blom dibaca Salam sehat selalu dr Jogya ...

    ReplyDelete
  6. Bu Tien sllu bikin tmbh penasaran.. Trimakasih Bu Tien.. Salam sehat..salam hangat dr Madiun yg sllu hadir

    ReplyDelete
  7. Terima kasih jeng tien cerbungnya menjadi bacaan pengantar tidur
    Salam sehat

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah yg ditunggu sdh hadir, terimakasih Bu Tien...salam sehat dari Yogya. 🙏

    ReplyDelete
  9. Trimakasih jeng tien salam sehat dari wngiri

    ReplyDelete
  10. Matur nuwum mbakyu,.. Batang (Pekalongan) nyimak

    ReplyDelete
  11. Terima kasih mbakyu..... Batang(pekalongan) nyimak

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah part 17 sdh datang... haturnuhun mb Tien. Salam sehat sll dr Bekasi

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah...matur sembah nuwun mb tien...mugi pinaringan sehat nggih...cici malang syelalu hadir dengan kegemasan dan hati yang bergejolak menanti kelanjutan episodenya...

    ReplyDelete
  14. Matur nuwun mbak Tien, tambah gerem, emosi, lebih penasaran. Lanjut....

    ReplyDelete
  15. Mbak Tien kesayangan... salam dr Surabaya ..ini sambil mempersiapkan acr makan sahur keluarga 🤗😍😙
    Klu nti Sri yg dibantu Mery sukses memperdayai Basuki.... biarkan Mery hidup bahagia dpt jodoh polisi temen mas Bayu yg bantu melacak keberadaan Sri..... Asyiiik mbaak.... salam sayang dan doaku selalu 🤗😚😚

    ReplyDelete
  16. Halloww.. Meyrha.mb Dewi.mb Umi.mb.Sul.mb Jum.mb Ria.mb. Yuyun.
    Ma Opa.ms Wignyo.ms.Anton. Kakek Habi.msNgatno.ms Gilang
    Hallow Pangkapinang. Jambi. Garut. Bekasi. Bandung. Medan. Bali. Banyuwangi. Malang. Magelang. Wonogiri. Pati. Solo. Jogya. Tangerang.Pekalongan. Purwokerto.
    Salam hangat dari Solo

    ReplyDelete
  17. Hallow.. Sawahlunto. Kediri.Madiun.. ms Sugianto..
    Salam hangat dari Solo

    ReplyDelete
  18. Hallow.. Sawahlunto. Kediri.Madiun.. ms Sugianto..
    Salam hangat dari Solo

    ReplyDelete
  19. Hallow.. ms Haryono
    Salam hangat sari Solo

    ReplyDelete
  20. Mvak Tien
    Sukses dan tetap sehat....dari Yetni Duri Riau

    ReplyDelete
  21. Haduuh... Tambah geregetan, deg degan. Lanjut mba, dari Kuningan nyimak teruzz, makasih

    ReplyDelete
  22. Hidup mery & sri , taklukkan basuki hidung belang....sehat selalu mb tien

    ReplyDelete
  23. Masya Allah,semoga selalu sehat jeng Tien

    ReplyDelete
  24. Matur nuwun jeng Tien lanjutan cerbungnya, maaf komennya pagi saja, tadi malam sudah ngantuk berat.
    Ini hasil sambil baca (yang tulisan sdh betul, tapi kurang spasi tidak saya posting disini:

    1. Sri mematikan keran, lalu mendengat ketukan semakin keras. # mendengar....

    2. "Ganti pakaianmu, sekaramng aku mau mandi," # sekarang aku mau mandi.

    3. Sri megangguk. Lalu Sri juga bercerita tentang ayahnya yang ditahan
    # Sri mengangguk.......

    4. ketenangannya ketika berbincang dengan Mery, berganti rasa emas yang menyesak dadanya. # rasa cemas yang....

    5. Seeperti sekarang ini. Ia teringat kata Mery bahwa semalam Basuki tak akan mengganggunya,.. # Seperti sekarang ini,

    6. Sri pura-pura mngambil sebutir apel berikut pisaunya. # mengambil sebutir..

    7. "Benar, kabarmnya Basuki memiliki banyak rumah dan banyak perusahaan.
    # "Benar, kabarnya Basuki....

    8. Dia baik-baik saja, hanya nangis ingin pulamg." # ...ingin pulang."

    9. Senyuman iti tiba-tiba tampak sama sekali tak menarik seperti biasanya.
    # Senyuman itu tiva-tiba.....

    10. Basuki sambil mengacak rambut Mery/
    # Basuki sambil mengacak rambut Mery.

    11. "Itu aps?" # "Itu apa?"

    12. Mery nerdiri, melangkah mendekati Sri. Sri mundur beberapa langkah.
    # Mery berdiri, melangkah ......

    Demikian jeng Tien, kesalahan ketik yang saya temukan semoga bermanfaat.
    Sekali lagi mohon maaf jika tidak berkenan.
    Ceritanya semakin mendebarkan, sata tunggu "strategi kedua cewek ini berkolaborasi akan memperdaya Basuki.
    Di tunggu lanjutannya di KT eps_18

    ReplyDelete
  25. salam hangat . . dan .salam hormat. dari garut jawawa barat. aku selalu mengikuti. cerbung ini. kutunggu efisod. selanjutnya

    ReplyDelete
  26. senang sekali lanjutannya.. lgsg dibaca...makasih jeng tien...ditunggu episode 18 nya.....sehat selalu..tetap semangat menulis....kutunggu karya"mu jeng tien......lup you...muaaach

    ReplyDelete
  27. Hallow mb Yetni.. haloow Riau
    Salam hangat dari Solo

    ReplyDelete
  28. Terima kasih MBK Tien
    Wida Pati hadiir salam sehat untuk kita semua aamiin

    ReplyDelete
  29. Hari ini libur, ya jeng Tien?
    Tak tunggu nganti jam 23.10 kok lanjutan KT_18 durung tayang???

    ReplyDelete
  30. Libur ya Mbak? Sehat selalu ya Mbak? Aamiin.

    ReplyDelete
  31. Part 18 belum tayang ya mbk Tien ? Makin penasaran aja nih ...

    ReplyDelete
  32. Part 18 belum tayang ya mbk Tien ? Makin penasaran aja nih ...

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 37

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  37 (Tien Kumalasari)   Laki-laki yang baru saja membuka pintu itu adalah Sulistyo. Matanya menatap gadis y...