Friday, October 18, 2019

DALAM BENING MATAMU 26

DALAM BENING MATAMU  26

(Tien Kumalasari)

Sepasang mata itu kemudian tampak meredup. Ada genangan telaga di pelupuk matanya. Seorang laki-laki tinggi besar yang sudah setengah tua, bersandar lelah dibatang pohon yang tumbuh dipinggir jalan itu. Celananya komprang, kaos yang dipakainya berwarna kumal dan kusam.

"Mirip sekali... aneh.. mengapa bisa mirip sekali?" bisiknya pelan.

"Hei... bos! Lagi ngapain berdiri disitu?" sebuah teguran mengejutkan laki-laki itu.

"Oh.. semprul kamu Sukir, hampir copot jantungku," kata pak bos sambil mengusap matanya dengan ujung kaos kumalnya.

Orang yang dipanggil Sukir terbahak, tapi kemudian merasa heran, benarkah pak bosnya menangis?

"Bos menangis ?"

"Eddan, masa aku menangis? Tuh, debu jalanan masuk ke mataku tadi," jawabnya sambil berjalan kearah sebuah bangunan yang belum jadi, diikuti oleh laki-laki bernama Sukir itu. Mereka sedang mengerjakan pekerjaan membangun sebuah gedung bertingkat. Jam makan siang telah selesai, dan mereka bersama teman-temannya kembali bekerja. Pak bos yang sudah setengah tua itu memberi perintah tentang apa yang harus mereka kerjakan. Dia memang mandor bangunan itu. Karena pengalamannya yang sudah matang, dia dipercaya untuk mengawasi semua pekerja oleh pemborongnya.

Tapi hari itu, si bos yang sesungguhnya bernama Kadir tampak tak bersemangat. Tadi setelah makan siang di warung, dia melihat dua orang gadis keluar dari rumah didepan bangunan itu, lalu menaiki sebuah mobil. Tapi salah satu dari gadis itu mirip sekali dengan isterinya. Dulu Kadir punya isteri cantik, dan dikaruniai seorang bayi perempuan yang mungil. Namun karena Kadir hanya buruh bangunan, yang tentu saja membuat kehidupan mereka hanya pas-pasan saja, sang isteri yng bosan hidup miskin  kemudian lari dengan seorang juragan kaya, meninggalkan bayi kecilnya tanpa belas. 

Ketika itu ia bertemu Widi yang bekerja disebuah toko, lalu mereka saling suka dan menikah. Kadir ingat, sebelum mengambilnya menjadi isteri, Widi mengatakan bahwa ia tak akan mempunyai anak karena rahimnya sudah diangkat karena sebuah kecelakaan. Kadir tak perduli, karena dia sudah mempunyai bayi kecil yang cantik bernama Mirna. Widi merawat Mirna dengan baik dan menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Tapi sama dengan isterinya terdahulu, Widi suka melayani laki-laki berduit untuk membuat hidupnya senang. Ketika pada suatu hari ia memergokinya, kemarahannya memuncak, lalu disiramnya wajah Widi dengan sebotol air keras, kemudian dia melarikan diri.

"Bos, tuh dicari pak Hasan," teriak salah seorang anak buahnya membuyarkan lamunan Kadir.

"Oh, baiklah," jawab Kadir yang segera berlari kearah depan, dimana atasannya sedang menunggu.

***

Siang itu Kadir mendapat tugas untuk memeriksa barang pesanan disebuah toko bahan bangunan. Ketika keluar dari sana, dilihatnya sebuah mobil berhenti diseberang jalan, dan kembali Kadir melihat gadis itu.  Ia dibantu sopir yang mengantarnya, mengusung barang-barang yang dibawanya masuk kepekarangan.

Kadir me longok-longok.. ingin melihat dengan jelas apa yang dilakukan gadis itu.

"Kadir, apa yang kamu lakukan?" tegur pak Hasan yang sudah menunggu di mobil.

"Oh.. eh... ma'af pak, jawab Kadir gugup sambil melompat kedalam colt terbuka yang sudah menunggunya.

"Kamu itu tadi lagi ngelihat apa, ingat Dir, kamu sudah tua, masih saja suka mengincar gadis2?" canda pak Hasan ketika mobil itu sudah berjalan.

"Bukan pak, saya merasa pernah melihat gadis itu, tapi lupa dimana..." jawab Kadir polos. Wajah gadis itu masih terbayang dipelupuk matanya.

"Didepan itu kan rumah kost Dir, pasti banyak gadis-gadis."

"Oh, rumah kost ya ?"

"Iya, dulu sekali, aku juga yang membangun rumah itu. Waktu itu kamu belum ikut aku, kalau nggak salah masih diluar kota."

"Benar pak, saya baru dua tahun kembali ke kota ini."

"Oh, dulu pernah tinggal di Solo juga?"

"Ya, tapi saya asli Semarang pak."

"Terus dapat isteri orang Solo, begitu?"

Kadir tidak menjawab, ia menghela nafas panjang, ada kenangan pahit yang tiba-tiba melintas, membuatnya sedih.

"Dimana isteri kamu sekarang? Katanya kamu itu duda.."

"Nggak tau pak,sudah puluhan tahun berpisah, mungkin sudah meninggal."

"lho, apa ketika kalian berpisah .. dia sakit-sakitan?""Bukan begitu... entahlah pak.." 

"Punya anak ?"

Kadir mengangguk pelan. Ia teringat gadis itu, mungkinkah dia anaknya? Menjadi apa dia, ke mana-mana naik mobil bagus? Mungkin bukan, hanya wajahnya saja mirip isterinya. Bukankah didunia ini banyak orang memiliki wajah yang mirip padahal bukan apa-apanya?

Pak Hasan tidak melanjutkan pertanyaannya, karena melihat Kadir tiba-tiba menjadi sedih.

"Ya sudahlah, nggak usah bicara hal=hal yang membuat sedih ya Dir?  Nah, kita hampir sampai. Aku ingin kamu memilih barang-barangnya, jangan yang kwalitas rendahan, seringkali kalau hanya pesan lewat telephone, mutu barangnya tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dan satu lagi, minggu depan kamu aku pindahkan di proyek baru yang letaknya di Gilingan ya Dir?"

"Baik pak, terserah bapak saja."

Namun diam-diam Kadir kecewa, pasti ia akan jarang melihat gadis itu lagi. Sungguh ia ingin tau, siapa dia sebenarnya, mengapa mirip sekali dengan bekas isterinya. Ia menyesal dulu meninggalkan anaknya bersama Widi. Apakah Widi merawatnya dengan baik setelah dia pergi?

***

Widi terkejut ketika ponsel yang dibawanya berdering. Haa.. ini bukan ponselnya, tapi ponsel gadis itu, pikirnya. Ia melihat siapa yang menelpon, ada tulisan ibu. Tapi Widi terkejut melihat foto profil yang nampak. Ia merasa tidak asing lagi. Itu wajah sepupunya.Retno... Apakah gadis itu anaknya Retno? Untunglah aku tidak mencelakainya, Retno selalu baik sama aku.  Pikir Widi. Ia ingin mengangkatnya, tapi diurungkannya. Nanti bisa ketahuan apa yang sudah dia lakukan. 

Dimatikannya telephone itu, lalu dikeluarkannya simcard yang ada didalamnya. Selesai. Aku bisa menjual ponsel ini sa'at memerlukan uang, pikir Widi, yang kemudian kembali ketempat majikannya untuk bekerja. Beruntung ia tak pernah mengatakan walau kepada Mirna sekalipun, dimana dia bekerja, sehingga tempat itu bisa menjadi persembunyian yang aman bagi dirinya.Sesungguhnya ia ingin pergi kerumah sakit dimana dulu Mirna dirawat, untuk mengetahui apakah Mirna masih hidup ataukah sudah mati oleh racun yang diminumkannya. Tapi ia masih takut mengambah rumah sakit itu. Pasti polisi sedang mengawasinya juga. Jadi lebih baik ia bersembunyi dulu beberapa sa'at lamanya ditempat majikannya yang menerimanya dengan baik karena dia rajin.

Namun ketika ia akan menyeberang jalan, tiba-tiba sebuah colt terbuka nyaris menabraknya, sehingga dia jatuh tersungkur. Beruntung colt itu tidak berjalan terlalu kencang.

Kadir yang duduk disamping kemudi segera melompat turun, dan membangunkan perempuan bercadar yang jatuh tepat didepan mobilnya.

"Ma'af bu, ibu tidak apa-apa?" tanya Kadir sambil membantu perempuan itu bangun.

"Goblog!! Kalian hampir membunuh aku !!" terdengar suara serak perempuan yang ternyata Widi. 

"Ma'af bu, ibu menyeberang tanpa menoleh, untung mobil kami tidak terlalu kencang jalannya. Ibu terluka?" tanya Kadir setelah perempuan itu berdiri. Ada rasa ngeri melihat sorot mata dibalik cadar itu.

Tapi Widi mengenali Kadir. Ia ingin mengumpat dan membuka cadarnya agar laki-laki itu melihat hasil perbuatannya, tapi diurungkannya/ Ia tak bisa ber lama-lama berada dijalan seramai itu, karena sadar polisi sedang memburunya. 

Dengn mengibaskan tangannya Widi kemudian berlalu ketepi jalan dan melangkah cepat kemudian menghilang dibalik tikungan.

Kadir naik kembali kemobil yang kemudian dijalankannya lagi oleh Hasan.

"Dia menyeberang tiba2 sih, apakah dia terluka?" tanya Hasan.

"Tidak, dia hanya terjatuh dan tidak luka, masih bisa berjalan cepat ."

"Syukurlah.."

***

 "Raka..." suara Retno dari seberang ketika menelpon Raka.

"Ya ibu, Raka baru saja selesai mengajar. Ada apa bu?"

"Ibu baru saja menelpon adikmu, tapi kok nggak diangkat, setelah itu ponsel malah dimatikan. Ada apa le?"

"Bu, ponsel Dinda hilang kemarin, "

"Oh, ya Tuhan, bagaimana bisa hilang? Teledor adikmu itu."

"Ya bu, dirampas orang. Ini sudah me rengek-rengek minta dibelikan baru bu."

"Ya sudah, nanti ibu kirimin saja uangnya, kasihan kamu direwelin adikmu terus."

"Nggak apa-apa bu.."

"Nanti bilang berapa harganya, ibu transfer ke rekening kamu hari ini."

 "Baiklah kalau dipaksa juga... Terimakasih ibu.." jawab Raka sambil tertawa."

"Bagaimana kabar Mirna?"

"Ah, ibu juga perhatian sama Mirna rupanya."

"Kakek Haris sudah menceritakan semuanya. Kata om Galang dia diracun ibunya?"

"Ya bu, sudah pulang dari rumah sakit. Kabarnya Ayud mencarikan rumah kost didekat kantor."

"Syukurlah, kasihan dia, dia nggak tau siapa orang tuanya."

"Menurut mas Galang dia anak tirinya, sa'at ini sedang mencari dimana ayahnya itu."

"Semoga bisa segera ketemu. Ya sudah le, bilang sama Dinda, harus hati-hati  ya.. sebenarnya ibu nggak tega adikmu ada disini, soalnya dia itu kan ceroboh, dan masih seperti anak kecil.. ya ampun.. ibu khawatir dia menyusahkan Ayud dan Adhit."

"Nggak apa-apa bu, mereka baik sama Dinda kok, ibu jangan khawatir ya."

***

Sore itu Mirna berjalan dari kantornya kearah rumah kost barunya. Barang-barang yang harus dibawanya sudah diusungnya kedalam kamar. Sepulang dari kantor ia baru akan menatanya nanti. Ia harus berterimakasih kepada Adhit dan Ayud yang telah membantunya. Ia berharap ia akan nyaman ditempat kost itu, dan aman dari gangguan ibu tirinya. Ia sekarang tau bahwa Widi adalah ibu tirinya. Apakah ibu tirinya itu tau kalau dia selamat? Apakah mengira dia sudah tewas karena dipaksa menenggak racun beberapa hari yang lalu? Entahlah, ia hanya berdo'a demi keselamatannya, seperti dianjurkan Adhit dan Ayud.

Namun ketika ia akan memasuki halaman rumah kost itu, didengarnya sebuah rem mobil berderit kencang, lalu jeritan beberapa orang. Mirna merasa ngeri, ia melihat seorang laki-laki terkapar disana, dengan tubuh bersimbah darah. Mirna ingin lari, tapi entah mengapa ia merasa iba. Ia mendekat dan meminta si penabrak membawanya kerumah sakit.

***

besok lagi ya

 

 





















4 comments:

  1. Kenapa sehari satu mb penginnya cepet tamat he he hbis cerbungnya bgus2 jdi penasaran pengin baca terus klo bisa jangan satu dong maaf ya

    ReplyDelete
  2. Terimakasih perhatiannya, habis nulisnya di sela2 kerja. Kalau mau cepet beli bukunya dong.. hehee...

    ReplyDelete
  3. Mulai mengikuti share dr teman ceritanya bagus

    ReplyDelete

ADA MAKNA 36

  ADA MAKNA  36 (Tien Kumalasari)   Wahyu menatap Reihan tak berkedip. Ucapannya sedikit mengejutkan. Ia meraba apa yang diinginkan sang adi...