Sunday, August 4, 2019

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 16

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA  16
(Tien KumLasari)

Telephone ditutup tiba2. Pak Sapto menerima ponselnya dengan heran.

"Mas, kamu bilang apa?"

"Aku mau mengajak Putri pulang. Kasihan dia kalau hidup sengsara. Sombong sekali anakmu itu.
Putri itu anakku Sap."

"Tapi dia isterinya Galang mas"

Bu Broto yang melihat nyaris ada ketegangan diantara keduanya kemudian berusaha melerai.

"Sudahlah, ini simbok sudah  menghidangkan minum dan makanan, diminum dan dimakan dulu sambil menunggu mereka datang."

***
"Bagaimana sekarang perasaanmu Putri?" tanya Galang ketika keluar dari klinik itu dan berjalan menuju kemobil."

"Sudah baik mas, kalau sudah muntah sudah enak rasanya."

"Syukurlah. Mungkin tadi kamu kecapean, melihat lihat rumah yang akan kita kontrak."

"Nggak juga, dirumahpun suka begitu. Bukankah tadi dokternya bilang itu bawaan jabang bayi?"
Galang tersenyum sambil membukakan pintu untuk Putri, kemudian membawa mobilnya menuju pulang. Mobil yang mungkin terakhir kalinya mereka pakai karena surat2nya sudah dikirimkan pagi tadi ke mertuanya.

"Jangan lupa minum obat muntahnya dulu sebelum makan, dan vitamin2 setelah makan."

"Ya. Terimakasih telah mengantarkan aku ke dokter."

"Lho, kamu kan isteriku. Wajar dong kalau aku memperhatikan kesehatanmu," kata Galang sambil melirik kearah Putri. Putri hanya tersenyum. Sejak dua hari terakhir ini, keakrapan keduanya mulai terjalin. Putri bersyukur dan merasa menemukan sahabat sejati.

"Oh ya, mas Galang belum bercerita, benarkah bapak dan ibu ada dirumah?"

"Ya. Katanya mau menjemput kamu."

"Menjemput aku?"

"Bagaimana kamu? Maukah? Pakde Broto nggak rela anaknya hidup sengsara."

"Ah... aku akan mengikuti suamiku."

Galang tersenyum bahagia. Dengan sebelah tangannya dia meremas tangan Putri dengan lembut. Putri tersenyum. Belum ada getar2 cinta dihatinya. Menurutnya Galang masihlah sahabatnya walau statusnya adalah suaminya.

"Oh ya, kamu suka rumah.yang terakhir kita lihat tadi? Lumayanlah untuk bertiga sama simbok. Uangku hanya cukup untuk mengontrak rumah itu."

"Lumayan kok, aku suka."

"Kita coba setahun dulu, sambil aku cari pekerjaan ya."

"Ya. terserah mas Galang saja."

***
Tapi sesampai dirumah terjadilah ketegangan. Galang bersikeras  mengembalikan hartanya walau pak Broto dan pak Sapto membujuknya. Namun Galang tidak mau menceraikan isterinya.

"Kamu itu terlalu sombong Galang. Kamu menolak harta yang aku berikan. Itu kesombongan. Tapi kamu tetap memperisteri anakku. Kamu akan membuat sengsara anakku dengan kemiskinan yang kamu miliki."kata pak Broto berapi api. Galang merasa sakit.

"Pakde, saya memang miskin, tapi hanya miskin harta. Saya punya tanggung jawab terhadap isteri saya.
Karena dia bersedia tetap menjadi isteri saya maka saya tak akan pernah menceraikannya. Semoga si miskin harta ini tidak memiliki miskin jiwa."

Pak Broto semakin naik pitam, merasa bahwa Galang telah merendahkannya.

"Tapi aku tidak akan mengijinkan anakku menjadi isterimu Galang. Akan bagaimana nanti hidup anakku apabila memiliki suami seperti kamu."

"Pakde lupa? Putri sudah menjadi isteri saya. Saya lebih berhak atas dia daripada siapapun."

"Ceraikan dia!!"

"Tidak pakde, selama dia masih bersedia menjadi isteri si miskin ini."

Putri terisak. Ia merasa ayahnya sangat menghina suaminya.

"Putri, aku kemari untuk menjemput kamu. Apa kamu mau hidup sengsara bersama dia?"

Putri masih terisak. Galang mendekatinya, menggandeng tangannya.

"Katakan apa yang kamu inginkan. Kalau kamu mau pulang,  silahkan, aku ikhlas."

Putri mengusap air matanya.

"Ma'af bapak, Putri akan tetap disini, menjadi isteri mas Galang."

Mata pak Broto ber api2 oleh kemarahan yang membakar sampai ke ubun2nya.

"Kamu itu selalu tidak bisa berfikir waras Putri. Kamu sadar tidak, laki2 itu tidak lagi punya apa2? Kamu akan hidup sengsara."

Bu Broto mendekati Putri dan merangkulnya dengan linangan air mata.

"Pikirkan baik2 nduk, cah ayu, " bisik bu Broto lembut.

Tapi Putri tetap menggeleng lalu merangkul ibundanya.

"Ma'afkan Putri ibu."

Pembicaraan itu berakhir ketika pak Broto kemudian mengajak isterinya dan pak Sapto pergi.

Wajahnya muram dan merah padam.

"Jangan sampai kamu minta tolong pada bapak kalau kamu mengalami kesulitan dalam hidup kamu," kata pak Broto sambil berlalu.

***
Sejak sore hari itu Galang dan Putri sibuk berkemas, dibantu simbok yang sesungguhnya kebingungan tanpa tau mengapa momongannya ingin pindah rumah.

Ia terus mengemasi barang yang harus dibawa.

Putri hanya sebentar membantu karena Galang melarangnya setelah sore tadi muntah2 lagi.

"Mas, aku punya perhiasan yang mungkin bisa kita pergunakan untuk keperluan kita," kata Putri sambil mengulurkan sekotak perhiasan miliknya."

"Jangan Putri, sudahlah..biar aku memikirkannya nanti."

"Mas, kita akan memikul semuanya bersama sama bukan?"

"Tidak Putri.."

"Tolong mas.. "

"Baiklah.. itu kita pikirkan nanti. Biarkan sekarang aku bantu simbok dulu. Aku juga harus konfirmasi ke pemilik rumah supaya segera selesai urusannya."
Putri hanya mengangguk. Ada sedih dirasakannya ketika disadarinya bahwa dia akan sangat jauh dari ayah ibunya. Tapi ini harus dijalaninya karena ia tidak menyukai sikap ayahnya yang sudah menghina Galang, laki2 baik yang kalau ayahnya mengakui, dialah yang telah menutup aib keluarganya.

Tiba2 lamunan Putri dikejutkan oleh teriakan simbok.

"Jeeeng.. jeng Putri.. lihat.. simbok menemukan ini..."

***
besok lagi ya

No comments:

Post a Comment

BULAN HANYA SEPARUH

BULAN HANYA SEPARUH (Tien Kumalasari) Awan tipis menyelimuti langit Lalu semua jadi kelabu Aku tengadah mencari-cari Dimana bulan penyinar a...