SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 17
(Tien Kumalasari)
Bergegas Putri dan Galang mendekati simbok.
"Ada apa to mbok?" tanya mereka hampir bersamaan.
"Lihat jeng.. ada sepasang gelang berlian di tumpukan pakaian pak Galang," kata simbok sambil mengacungkan dua buah gelang kearah mereka. Gelang2 yang cantik berbentuk naga melingkar bertatahkan berlian dikedua matanya. Pasti harganya sangat mahal.
"Ini kan milik ibu?" kata Putri sambil mengamati gelang itu.
"Ini tergeletak begitu saja?" tanya Galang heran mengapa gelang itu ada diatas tumpukan pakaiannya.
"Ada bungkusnya, sebuah kantung plastik."
"Itu, bukan?" tanya Galang ketika melihat sebuah plastik terserak disitu.
"Iya pak, ma'af tadi saya buka karena curiga kok ada bungkusan sementara tadi ketika saya tinggalkan nggak ada apa2 disini. Simbok mengulurkan kantung plastik itu kearah Galang.
"Lhoh.. ini ada secuil kertas disini." kata Galang sambil mengambil kertas kecil dari dalamnya.
"Itu ada tulisan, seperti tulisan ibu," kata Putri.
"Iya, coba bacalah," kata Galang.
"Lho, ini kan buat mas Galang. Coba baca.."
"Oh ya? Buat aku?"
"GALANG, SEPASANG GELANG INI DARI AKU, MERTUAMU. AKU SIAPKAN SEJAK DARI SOLO KARENA SUDAH MENDUGA HAL INI AKAN TERJADI. AKU TAU KAMU TAK MUDAH MENERIMA PEMBERIAN ORANG, ITU PULA MAKA KAMU KEMBALIKAN SEMUA PEMBERIAN KAMI YANG TERASA SEPERTI MEMBELI HARGA DIRIMU. TAPI GELANG INI AKU BERIKAN BUKAN KARENA APA2. INI PEMBERIAN SEORANG IBU BAGI MENANTU AGAR BISA DIPERGUNAKAN UNTUK BEKAL MENCARI HIDUP. JANGAN DITOLAK KARENA AKU AKAN MENANGIS. JUAL DAN PERGUNAKANLAH SEBAIK BAIKNYA. UNTUK HIDUPMU DAN ISTERIMU. AKU TITIPKAN PUTRI AGAR KAMU MELINDUNGI DAN MENYAYANGINYA."
DARI
IBU MERTUAMU
Galang mengulurkan kertas itu kepada Putri dengan air mata berlinang. Galang kini mengerti, bude Broto nya yang juga mertuanya ini memiliki hati yang lebih lembut dan penuh kasih sayang, bukan seperti pakde Broto yang berangasan dan sangat sombong. Dan celakanya, pak Broto justru mengatakan Galanglah yang sombong.
Putri sudah selesai membacanya. Iapun menitikkan air mata. Ternyata ibunya mengerti bahwa kalau kalung itu diberikannya pada Putri pasti Galang tak mau mempegunakannya untuk apapun. Seperti tadi ketika Putri ingin memberikan perhiasannya, Galang juga menolaknya. Itulah sebabnya bu Broto langsung memberikannya pada Galang.
"Ini milikmu mas, terimalah," kata Putri sambil mengusap air matanya.
"Aku akan menelpon bude nanti."
"Jangan sekarang mas, besok siang saja ketika kira2 bapak nggak ada dirumah."
Galang mengangguk lalu meneruskan mengepak barang2 yang akan dibawanya.
***
Rumah kontrakan itu kecil. Hanya ada satu kamar dan satu lagi agak kebelakang bersebelahan dengan dapur. Kamar untuk simbok.
Satu kamar didepan untuk Putri dan Galang yang lebih suka tidur dilantai beralaskan kasur tipis. Putri mengerti, Galang sudah berjanji tak akan menjamahnya sampai bayi yang dikandungnya lahir. Putri sangat berterimakasih karena Galang amatlah santun dan sangat menghormatinya. Itulah sebabnya mengapa Putri merasa nyaman hidup bersamanya. Dengan tabungan yang ada Putri membeli beberapa perkakas untuk kebutuhan rumah tangganya. Apapun yang ada dirumah lama tak ada yang dibawanya. Galang melarangnya.
Tapi untuk apa2 yang dibeli Putri dari uangnya sendiri, Putri mohon agar Galang tak melarangnya.
"Mas, kita kan suami isteri, jadi apa yang aku miliki ini milik kamu juga. Biarlah untuk kelengkapan kebutuhan kita, aku yang memenuhinya."
Galang tak sampai hati menolaknya. Ia berharap Putri merasa nyaman dan bisa melakukan apa yang diingininya. Ada sisa lahan sedikit didepan rumah yang ditanami bunga2 mawar. Galang tau itu mawar kesukaannya.
***
Uang penjualan gelang itu ternyata seharga ratusan juta. Galang tak mengira. Dan atas kesepakatan bersama dibelikannya sebuah mobil.
Ia mempergunakan mobil itu untuk menjalankan taksi on line.
"Sambil mencari pekerjaan yang lebih baik Putri, kamu tak apa2 bukan?"
"Nggak apa2 mas, lakukan saja apa yang baik menurut mas."
***
Sudah ber bulan2 Galang dan Putri menjalani hidup terlepas dari orang tua. Hasil menjalankan taksi itu ternyata cukup untuk hidup mereka yang sederhana. Galang juga menyisihkan uang penghasilannya untuk biaya persalinan Putri yang sudah menginjak 7 bulan.
Hari itu udara Jakarta cukup panas. Entah mengapa panggilan order hari itu agak sepi. Galang memarkir mobilnya ditempat yang agak teduh ketika terdengar dentang panggilan. Bergegas Galang memacu mobilnya kearah alamat si pemanggil.
Seorang perempuan memakai topi naik ke mobilnya. Galang tak memperhatikan siapa dan seperti apa penumpangnya dan serius menjalankan mobilnya kearah yang dimaksud ketika tiba2 perempuan itu memanggil namanya dengan setengah berteriak.
"Galang? Ini kamu?"
***
besok lagi ya
No comments:
Post a Comment