Sunday, August 4, 2019

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 14

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA  14
(Tien Kumalasari)

Pak Sapto tercengang mendengar cerita Galang, dan.lebih tercengang lagi mendengar Galang akan mengembalikan semua pemberian pak Broto.

"Apa maksudmu Galang?Kamu akan mengembalikan semuanya?"

"Iya pak, harta yang berlimpah dan perusahaan itu diberikan untuk membeli harga diri Galang. Galang nggak mau pak."

"Tapi Galang, keluarga Subroto itu masih kerabat kita, kamu tega melakukannya?"

"Ini bukan masalah tega pak. Ini masalah harga diri."

"Ini sama saja dengan kita menolong mereka dari aib yang tercoreng, Galang."

"Beda pak. Cara mereka meminta tolong itu yang membuat Galang terhina. Coba kalau pada awalnya pakde Broto mengatakan yang sesungguhnya, barangkali keadaannya akan lain. Pakde Broto menutupinya dan merasa bahwa apa yang sudah diberikannya cukup untuk menutupi aib itu. Pakde Broto membeli kehormatanku pak," kata Galang tandas.

"Tapi kamu jangan lupa, pakdemu itu bukan orang lain. Dia kerabat kita Galang," kata pak Sapto masih berusaha mengendapkan kemarahan Galang yang ber api2.

Tapi mata Galang  tampak garang, tampaknya susah diendapkan.

"Galang tersinggung pak, Galang merasa dibohongi. Dengan iming2 harta itu dikiranya Galang bersedia menjadi penutup aibnya. Galang tidak akan menolak seandainya pakde melakukannya dengan terhormat."

Pak Sapto terdiam. Tampaknya sedang memikirkan kata2 anaknya.

"Celakanya.. Galang terlanjur jatuh cinta pada Putri," bisik Galang lirih. Matanya sudah tak segarang tadi. Ia mengucapkannya dengan sepenuh hati. Cinta memang begitu indah.. dan meneduhkan jiwa yang menyala..

"Sesungguhnya berat melepaskan Putri.. tapi bagaimana lagi," kali ini Galang tampak mengeluh. Matanya menerawang jauh. Terbayang wajah cantik dengan rambut ikal sebahu dan mata kuyu yang tampak selalu menyimpan kepedihan. Itu membuat Galang trenyuh.

"Galang, apa sudah bulat tekatmu untuk mengembalikan semuanya?"

"Ya pak," jawab Galang mantap.

"Termasuk isterimu ?"

Kali ini Galang terdiam. Kali ini pikirannya belum mantap. Akankah diceraikannya Putri? Lalu terbayang kembali sepasang mata bintang yang kuyup oleh derita. Ingin Galang memeluknya. Memberikan apa yang diinginkannya. Bahkan kalau ia ingin kembali pada Teguh. Tapi pagi tadi ketika hal itu ditanyakannya, Putri menggeleng. Jadi apa yang harus ia lakukan?

"Galang....?"

"Oh.. ya.. eh.. itu.. nanti Galang akan tanyakan pada Putri, karena kan lepas dari semuanya.. pernikahan kami itu sah."

Pak Sapto mengangguk angguk.

"Baiklah, nanti aku akan bicara sama pakdemu. Besok aku ke Solo. Kamu nggak usah ikut dulu sampai bapak selesai membicarakannys baik2. Tapi apa yang akan kamu lakukan selanjutnya? Kamu kan belum punya pekerjaan. Dan isterimu..?" kata pak Sapto menghawatirkan kehidupan anaknya.

"Nanti akan Galang pikirkan. Pasti ada jalan kalau kita mau berusaha."

 ***
Sore itu juga Galang kembali ke Jakarta. Ketika sampai dirumah dilihatnya Putri sedang duduk diteras ditemani simbok. Wajah cantik itu tampak lebih tenang. Mungkin karena telah membuka aib yang selama ini disandangnya. Galang menatapnya lekat2 dan beribu pertanyaan sedang berkecamuk dihatinya. Akankah perempuan cantik ini diceraikannya? Apakah ia harus membasuh cinta yang perlahan mulai merayapi hatinya? Ketika  menginjakkan kakinya diteras, dilihatnya simbok bergegas kebelakang, mungkin untuk menyiapkan minuman, sementara Putri berdiri meraih tangannya dan menciumnya perlahan. Hal yang dilakukan seorang isteri terhadap suaminya. Galang tertegun. Ini baru pertama kalinya Putri melakukannya. Siapa yang menuntunnya? Mungkinkah ini hal terakhir yang dilakulannya karena sebentar lagi palu keputusan akan diketukkannya? Galang ingin memeluknya, sungguh.. tapi ditahannya. Ia hanya menepuk bahu Putri lalu mengajaknya masuk kerumah.
Simbok keluar membawa nampan berisi teh hangat dan diletakkannya dimeja didepan Galang yang sudah duduk disana berhadapan dengan isterinya.

"Silahkan pak," kata simbok yang kemudian beringsut kebelakang.

Galang meneguk teh yang dihidangkan, barangkali ini terakhir kalinya dia minum teh dengan cangkir cantik berukir emas. Cangkir orang2 berada.

"Apa kabar om Sapto?" akhirnya Putri membuka pembicaraan.

Galang memandanginya, lagi2 dadanya berdebar kencang. Ya Tuhan, aku mencintai perempuan ini.

Keluhnya dalam hati.

"Mas.. apa kabar om Sapto?" Putri mengulang pertanyaannya.

"Oh.. eh.. baik.. beliau titip salam buat kamu." jawab Galang sambil menghirup lagi tehnya.

"Ada yang ingin aku katakan sama kamu. Tapi aku ingin mandi dulu," kata Galang yang kemudian bangkit berdiri.

"Biar simbok menyiapkan makan ya mas."

Galang mengangguk kemudian berlalu.

Putri menghela nafas. Tiba2 saja ia merasa telah menyakiti hati suaminya. Perasaan itu dirasakannya ketika Galang mau berangkat ke Semarang, dan Putri menangkap kesedihan dimatanya. Sungguh, Galang tak berdosa. Ia telah disakiti. Galang yang begitu baik, begitu menghormati dan menjaganya, mengapa harus terluka karena pernikahan ini? Itulah mengapa sikapnya berubah sejak kedatangannya. Tapi ia juga berdebar menunggu keputusan apa yang akan dikayakannya nanti. Apakah ia akan diceraikan? Tiba2 Putri merasa ada pisau mengiris jantungnya.

"Jeng.. apa simbok bisa menata makan sekarang?"

"Oh.. iya mbok, siapkan saja, mas Galang baru mandi."

***
"Barusan tilphone dari siapa pak? Kok bapak terus termenung begitu?"

"Dari Sapto. Katanya besok mau kemari. Dia wanti2 agar kita nggak pergi kemana mana."

"Ada yang penting?"

"Dia bilang begitu. Katanya tentang Galang."

"Tentang Galang?"

"Ya, katanya akan dijelaskannya besok. Tapi perasaanku kok jadi nggak enak."

" Tuh kan.. apa ini gara2 kita nggak mau berterus terang tentang keadaan Putri? Bapak itu gimana, harusnya dijelaskan saja dari awal. Kalau dia nggak tau sih nggak apa2.. tapi kalau tau terus dia merasa dibohongi.. kan nggak enak jadinya."

"Ibu itu belum2 sudah menduga yang tidak2. Coba saja kita tunggu sampai besok, apa yang akan Sapto katakan," kata pak Broto kesal, padahal sebenarnya dia juga berfikir kearah sana.

***
Putri dan Galang duduk diteras depan. Galang harus berterus terang sekarang juga supaya semuanya segera terselesaikan.
Putri berdebar menunggu. Diam2 dia berfikir.. akan kemana dia pergi apabila Galang menceraikannya. Tapi yang jelas dia tak akan kembali kepada orang tuanya. Hatinya sudah terluka ketika ayahnya memaksanya menikah.

"Putri," akhirnya Galang membuka pembicaraan.

"Aku ingin mengembalikan semua pemberian ayahmu."

"Apa?" Putri terkejut. Harta, kedudukan di perusahaan dan rumah.. mobil?

"Semua yang ayahmu berikan termasuk rumah seisinya dan mobil dan perusahaan.."

"Mengapa mas?"

"Harta itu diberikan untuk membeli harga diriku. Aku merasa dibohongi. Pakde Broto mengira dengan iming2 harta aku bisa menerima apapun dan bagaimanapun keadaanmu. Tapi aku tidak seperti itu." Kata Galang pilu.
Dan Putripun menitikkan air mata.

***
bezok lagi ya

No comments:

Post a Comment

BULAN HANYA SEPARUH

BULAN HANYA SEPARUH (Tien Kumalasari) Awan tipis menyelimuti langit Lalu semua jadi kelabu Aku tengadah mencari-cari Dimana bulan penyinar a...