Thursday, August 15, 2019

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 28

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA  28

(Tien Kumalasari)

Putri diam menunggu. Diseberang sana Widi sedang terkejut. Ia tak menyangka isteri Galang yang menerima telpone nya.Sesa'at ia tak bisa berkata kata begitu mendengar bahwa Putri lah yang menerimanya.

"Oh, ya ampun... ma'af Putri," akhirnya Widi mampu mengeluarkan suara.

Putri tak menjawab.

"Putri, ma'af, aku hanya memperingatkan Galang, dia suka sembrono, padahal besok mau bepergian jauh."

Putri tetap diam. Beribu pertanyaan berkecamuk dalam hatinya. Ada rasa ingin marah, kesal, ingin menangis juga. Cemburukah Putri? Ya pastilah, perempuan mana tak akan cemburu apabila suaminya mendapat perhatian dari perempuan lain.

Galang yang melihat sikap Putri tampakaneh segera mengambil ponselnya, tapi kemudian menutup pembicaraan itu.

"Putri, ada apa? Wajahmu kok tiba2 pucat?" 

"Nggak apa2 mas," jawab Putri sambil berdiri. Tapi wajahnya sungguh tak enak untuk dipandang. Ketika Putri mau melangkah pergi, Galang memegang tangannya sehingga Putri terduduk kembali, nyaris duduk dipangkuannya. Galang merangkulnya.

"Ada apa?" tanya Galang sambil mencium kening isterinya.

Putri bangkit dan duduk menjauh dari suaminya.

"Mengapa sayang? Widi bilang apa?"

Putri mengusap setitik air mata yang membasahi pipinya.

"Lho, ada apa? Katakan ada apa Putri, Widi bilang apa? Dia itu kadang2 memang keterlaluan, itulah sebabnya aku segan mengangkatnya. Bilang apa dia?" tanya Galang sambil memegangi bahu isterinya. Keduanya berhadapan, sangat dekat, Tak tahan Galang menciumnya, melumat bibirnya yang tipis dan terus mendekapnya ketika Putri meronta. Akhirnya Putri pun mendimkannya. Ada perasaan nikmat yang merayapi hatinya, tapi ketika ingatan akan telepon itu kembali melintas, Putri segera mendorong suaminya.

"Putri, katakan ada apa?"

"Sejauh apa hubungan mas sama dia?" akhirnya Putri berucap, dengan wajah sengit. O.. itu sebuah kecemburuan. Galang tersenyum senang.

"Kamu cemburu? Hayo katakan, kamu cemburu kan?"

Ptrtri merengut. Tapi wajah kusam itu sama sekali tak mengurangi kecantikannya. Galang heran, wajah itu baik tersenyum atau merengut, tatap saja menawan. Galang mengelus pipinya, tapi Putri menepiskannya.

"Sebenarnya Widi mengatakan apa? Jangan hiraukan dia, aku juga tak pernah menghiraukannya," hibur Galang.

"Dia akan mengurus semua keperluanmu, pakaian, dan semuanya. Dia akan mewakili isterimu," kata Putri pelan, dengan sedikit isak.

"Galang memeluknya. Kamu jangan mendengarkan apa yang dia katakan.. Dia memang begitu, sok perhatian, tapi aku tak pernah memperhatikannya. Kamu harus percaya padaku, Putri."

Putri terdiam.

"Tapi kalau memang kamu tidak suka, aku akan membatalkan kepergianku sama Widi."

Putri terkejut mendengarnya.

"Itu kan perintah atasanmu?" tanya Putri lirih.

"Biarkan saja, tak apa2 seandainya aku harus dipecat."

"Mas..."

"Lebih baik aku kehilangan pekerjaanku daripada kehilangan cinta isteriku."

Putri memandangi suaminya. Galang tampak bersungguh sungguh. Baginya isterinya tak ada bandingnya. Ia tak mau Putri mencurigainya. Lebih baik ia tak usah berangkat.

"Jangan mas, berangkatlah," akhirnya kata Putri.

"Nggak usah, aku juga sebenarnya segan. Harusnya Raharjo yang berangkat, tapi Widi meminta aku yang berangkat."

Putri memegangi tangan suaminya.

"Baiklah, aku percaya pada mas, besok harus berangkat."

"Apakah aku akan kehilangan cinta isteriku?"

"Tidak akan mas.." bisik Putri pelan.  Galang memeluknya erat2. Pelukan itu dilepaskan ketika mendengar bu Broto berdehem.

"Oh, bude," kata Galang tersipu.

"Nggak apa2, bude hanya ingin bilang, Adhi menangis, kayaknya dia haus."

"Biar aku menyusukannya dulu bu, setelah itu mau menyiapkan pakaian mas Galang," kata Putri sambil melangkah ke kamar. Bu Broto mengikutinya.

"Memangnya Galang mau kemana?"

"Besok pagi dia mau bertugas ke Medan bu," jawab Putri sambil mengangkat anaknya yang sedang merengek rengek.

"Ke Medan?"

"Iya bu. Ayo sayang, minumlah, oo.. kamu haus ya ?"

"Jadi kamu nanti akan sendirian dong nduk."

"Nggak bu, kan ada simbok."

"Apa sebaiknya aku nggak usah pulang dulu besok, supaya bisa menemani kamu?"

"Jangan bu, nanti bapak marah. Kasihan juga kalau ibu kelaman ninggalin bapak."

"Kamu nggak apa2, ditinggal suamimu?"

"Kan cuma sebentar bu, paling cuma beberapa hari."

"Baiklah, kamu hati2 lho nduk, kalau ada apa2 tilpun ibu."

"Iya bu, jangan khawatir."

"Galang bilang nanti malam mau mengajak kamu dan Adhi ke hotel untuk menemui bapak."

"Iya bu, Putri mandi dulu, lagian mas Galang biar istirahat sebentar."

"Baiklah nduk."

***

Setelah malam harinya bertemu pak Broto, pagi harinya Galang mengantarkan mertuanya tersebut ke bandara, dengan pesawat paling pagi.  Setelah itu ia harus berangkat ke kantor, sekalian juga berangkat untuk bertugas. 

Sebelum berangkat sekali lagi Galang bertanya kepada isterinya, benarkah ia boleh bertugas hari itu? 

"Putri, sungguh kalau kamu keberatan, aku akan membatalkannya. Resiko terberat akan aku terima, asalkan aku tidak kehilangan kepercayaan isteriku."

"Berangkatlah mas, aku percaya pada mas."

"Sungguh>"

"Sungguh mas, kalau kamu sampai tergoda, ingatlah selalu aku.."

"Dan anakku....Itu pasti, yang penting adalah kepercayaanmu."

"Aku percaya mas."

"Dan titip anakku, jaga dia baik2, kalau ada apa2 kabari aku. Aku akan menelpon setiap hari."

Putri mengangguk. Ia hanya mengantarkan suaminya sampai didepan rumah, karena Galang berangkat langsung dari kantor.

***

Galang sampai di kantor dengan wajah muram. Keramahan Widi ditanggapinya dengan nada dingin.

"Galang, kamu kenapa?"

"Widi, aku ingatkan kamu, ada batas diantara kita. Jangan sok perhatian sama aku, sampai2 isteriku merasakan hal yang membuatnya curiga."

"O.. isteri kamu cemburu? Baguslah, bukankah cemburu itu pertanda cinta?" Widi berucap seakan tak ada sesuatupun yang membuat Putri cemburu. Baguslah kalau cemburu, ini kan belum seberapa, siapa tau apa yang akan terjadi di Medan nanti. bisik batin Widi penuh harap.

Ia meletakkan sebuah tas besar diatas meja Galang.

"Apa ini?"

"Aku membawa baju2 yang semalam aku beli untuk kamu."

"Nggak usah, isteriku sudah menyiapkan semuanya."

"Hanya untuk jaga2 Galang, jangan menolaknya, ini baju2 bagus, harganya juga mahal, tak mungkin aku membelikan kamu baju sembarangan. Lihat, merk semua nih."

"Tidak dan tidak, bawa saja barang2 itu kembali, berikan kepada siapapun yang kamu mau, aku sudah membawa cukup dari isteriku."

"Galang.."

"Sikap kamu ini yang membuat isteriku sedikit marah. Ini bukan tugas kamu, tapi tugas isteriku. Lihat, aku sudah membawanya dan itu cukup."

"Dasar sombong !"

 Galang pergi keluar ruangan. Di loby ia bertemu Raharjo.

"Hai mas, sudah siap berangkat?"

"Siap nggak siap Jo, ini tugas, katanya."

"Mas Galang mau mencari siapa?"

"Ini, mau nyari satpam, aku suruh membawa mobil aku pulang."

"Oh, nanti aku sampaikan mas."

"Oh iya, atau kalau kamu mau, bawa aja mobilku selama aku pergi Jo, dirumah juga nggak dipakai, isteriku nggak bisa nyetir mobil."

"Enggak mas, aku kan selalu bersama Retno, dia juga bawa mobil kok. Begini saja, aku bawa mobil mas Galang, nanti aku antar kerumah, biar Retno bersama aku, setelah mobil aku tinggal dirumah mas Galang, aku pulang sama Retno."

"Jadi kamu mau mengantarkan mobilku kerumah Jo?"

"Dengan senang hati mas."

***

besok lagi yaa

 


No comments:

Post a Comment

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...