Wednesday, August 14, 2019

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 27

SEEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA  27

(Tien Kumalasari)

Sesa'at Galang terdiam, wajahnya muram.

"Kenapa Galang? Kamu nggak suka?"

"Kalau aku nggak suka apakah perintah itu bisa dibatalkan?"

"Galang, perintah dari pimpinan mana bisa dibatalkan? Dengar, kalau kita berhasil, posisimu bisa lebih bagus. Dan dengan demikian penghasilan kamu juga akan jauh lebih bagus."

Galang tidak berfikir tentang penghasilan. Yang dipikirkannya adalah isterinya.

"Sehari saja bukan?"

"Sampai tugas itu selesai, bisa dua tiga hari atau seminggu, bisa dua minggu atau lebih."

"Apa?"

"Galang, kamu masih baru disini, jangan banyak tingkah yang membuat kecewanya pimpinan kita. Aku sebenarnya juga segan, tapi karena bersama kamu, ya sudahlah, aku jadi lebih semangat." kata Widi seenaknya.

Galang tak menjawab. Godaan2 Widi tak pernah berhenti. Galang harus kuat. Tapi pergi menginap selama beberapa hari bersama Widi? Alangkah beratnya, dan beratnya lagi ia harus jauh dari isterinya. Isteri yang baru saja mengucapkan kata cinta. Kata2 yang selalu ditunggunya, dan malam nanti ia akan memberikan hadiah yang indah buat isterinya. Mudah2an mertuanya menginap di hotel kedua duanya.  Galang tak tau bahwa bu Broto akan mengeloni Adhi semalaman dan itu berarti tak ada kesempatan untuk bermesraan dengan sang isteri. 

"Galang, oke.. ini surat tugasnya, buat aku, dan buat kamu."

Galang tak mau mendengarnya. Galang juga diam ketika Widi meletakkan selembar surat dihadapannya.Ia yakin, kepergiannya bersama Galang pasti atas permintaan Widi. Tapi apa yang bisa dia lakukan?

"Oh ya, mau keluar makan siang?" Widi mendekati Galang lagi.

"Nggak..  nggak, isteriku selalu membawakan bekal untuk makan siang."

"Waduuh.. hari gini bawa bekal? Kayak anak TK saja," kata Widi sambil tersenyum mengejek. Galang melotot marah. Tapi Widi tak pernah surut walau melihat Galang marah kepadanya. Kadang2 terbersit keinginannya untuk berhenti saja, tapi apa nanti kata isterinya? 

"Mas Galang.." tiba2 Raharjo masuk. Galang tersenyum ramah.

"Tumben kemari, mana Retno?"

"Kok selalu nanyain Retno, memangnya kemanapun aku harus sama Retno? Oh ya, mas Galang tertarik sama dia?"

Galang tertawa. Ia kan hanya menggoda. 

"Iisss... nggak lah, aku kan punya isteri, nanti dibilang suami nggak setia dong."

"Oh ya, mbak Widi nggak pernah cerita tentang itu, aku kira masih bujang."

"Bujang lapuk."

Dan keduanya tertawa.

"Kamu cemmburu waktu aku nanyain Retno?"

"Nggak ah.. kami hanya berteman," jawab Raharjo yang di Solo dipanggil Teguh. Tiba2 teringat olehnya Putri, dimana dia sekarang? Bagai lenyap ditelan bumi. Ada rindu yang melintas, tapi segera ditepiskannya. Teguh sadar bahwa Putri bukan jodohnya. Dia bagaikan bumi, dan Putri adalah bintang. Perlahan cintanya menipis, walau terkadang masih ada sekeping tertinggal dihatinya. Kalau saja dia tau, bahwa yang sedang diajaknya bicara adalah suami Putri. Ya Tuhan, betapa akan terlukanya hatinya..

"Kok terus ngelamun Jo?"

"Oh.. eh.. iya mas.. nggak.. nggak kok. Oh ya, nggak makan siang masa/'"

"Kamu mau ajak aku makan siang? Dikantin?"

"Iya mas, lha dimana lagi."

"Ayuk, nggak sama Retno?"

"Dia sudah duluan, nanti pasti ketemu disana."

"Oh, sudah kencan rupanya?"

"Ah, mas Galang ini lho, aku ini orang miskin, mana mau Retno sama aku."

"Lho... kok gitu, memangnya cinta itu pakai memilih milih? Kamu tau nggak Jo, aku ini juga lelaki miskin, nggak punya apa2, bekerja disini juga baru saja. Dan isteriku itu, anak orang kaya raya. Tapi dia bersedia hidup miskin bersama aku, dan kami bahagia kok."

"Syukurlah mas, dulu aku pernah saling mencintai dengan seorang gadis, anak orang kaya mas, tapi aku dihina oleh keluarganya. Gadis itu disembunyikan entah dimana, dan hubungan kami terputus. Aku terima saja, Pungguk merindukan bulan, mana mungkin?"

"Kasihan kamu Jo, apa kamu masih mencintai dia?"

"Kadang teringat, cuma cinta itu sudah tipis mas, tinggal sekeping kecil, mungkin sebentar lagi akan hilang."

"Ya sudahlah, siapa tau kamu akan mendapat gantinya yang lebih cantik, lebih baik dan bisa menerima apapun keadaanmu. Ayuk makan."

Keduanya berdiri, tapi ponsel Galang tiba2 berdering. Dari Putri.

"Hallo sayang.."sapa Galang manis.

"Ihh.. mas Galang kok gitu.."

"Lho.. salah aku?"

"Nggak biasanya aja."

"Mulai sekarang akan begitu, ada apa?"

"Mas Galang sudah makan bekalnya?"

"Belum tuh, tapi nanti pasti aku makan, ini lagi mau nemenin makan Raharjo."

"Siapa tuh?"\

"Rekan kerja yang baru, mau kenalan? Nih ada orangnya."

"Eeh, nggak ah.. ngapain .. ya sudah sana, jangan sampai kekenyangan, nanti bekal yang aku bawain nggak kemakan lagi."

"Nggak, jangan khawatir. Bapak masih disitu?"

"Bapak sudah ke hotel, tapi ibu mau menginap disini semalam lagi, pengin ngelonin Adhi semalam penuh katanya."

"Waduhhh."

"Kok Waduh mas?"

Galang hanya tertawa, tawa yang pait karena membayangkan kegagalannya bermesraan dengan isteringa . Benar2 gagal karena ibu mertuanya masih disana. Dalam hati Galang berjanji, besok kalau sudah punya uang banyak, akan dibelinya sebuah rumah yang agak besar, yang ada dua atau tiga kamar didalamnya, sehingga kalau se waktu2 mertuanya datang dan ingin menginap....

"Maaas... masih disitu kah?"

"Oh, ya.. ya... baiklah, aku nemenin Jo dulu ya? Aku akan segera pulang."

"Ya mas.."

Ponsel ditutup dan keduanya berjalan kearah kantin. Kalau Widi melihatnya pasti kesal karena Galang tadi menolak diajak makan Widi dan sekarang bersedia ketika Raharjo mengajaknya. Tapi Galang tak perduli. Ia ingin membuat Widi jera mengganggunya.

"Mas besok mau berangkat ke Medan ya?"

"Kok kamu tau?"

"Iya, kan pak Haris tadinya menawarakan ke saya, tapi mbak Widi minta supaya mas Galang yang menemaninya."

"Waduh, bener2 tuh Widi."

"Memangnya kenapa mas?"

"Nggak, nggak apa2," jawab Galang sambil menahan kekesalan katinya.

***

Galang sudah sampai dirumah, tapi wajahnya muram. Kenyataan bahwa besok pagi ia harus berangkat ke Medan bersama Widi sangat membuatnya gusar. Sekarang ia tau bahwa ini kemauan Widi, karena seharusnya yang berangkat adalah Raharjo.

"Kok kelihatan capek mas? " sapa isterinya ketika Galang duduk santai disofa. Putri telah menghidangkan teh hangat sebagai penghilang dahaga. Galang sekarang merasa bahwa Putri memang mencintainya.Bukan hanya kata2nya di telepon siang tadi, tapi juga sikap dan perhatiannya, dan itu sungguh membuatnya bahagia.

"Ibu masih dikamar?" tanya Galang.

"Ibu nggak mau melepaskan Adhi, besok mau ditinggal pulang ke Solo sih."

Galang tersenyum. 

"Syukurlah mertuaku sangat mencintai anakku."

"Iya mas, tapi mas belum menjawab pertanyaanku lho, kok kelihatan capek?"

"Lagi kesal aku."

"Lho, sama siapa?"

"Besok aku harus berangkat ke Medan."

"Lho...?"

"Tugas, aku berat meninggalkan kamu dan Adhi."

Putri duduk mendekati suaminya. Galang merengkuhnya, dan Putri menyandarkan kepalanya dibahunya yang bidang.

"Mengapa begitu tiba2?"

"Iya tuh. Pengin marah aku, tapi namanya tugas, bagaimana lagi. Aku kan orang baru, jadi kalau ada perintah menurut saja. Orang lamapun kalau disuruh atasan mana bisa membantah?"

"Iya sih mas."

"Kamu ikut yuk."

"Mas Galang itu bagaimana, kalau aku ikut, Adhi bagaimana?"

"Diajak lah,"

"Jangan ah mas, belum ada sebulan masa diajak pergi jauh2 begitu."

"Iya sih.."

"Jangan sedih mas,  kan cuma ke Medan, itu nggak jauh. Berapa hari sih?"

"Belum tau, ya sampai tugas selesai pastinya."

"Mudah2an nggak lama ya.. "

"Kalau lama aku mau pulang saja."

"Lho.. kalau belum selesai?"

"Biar saja, habisnya kangen dong sama kamu."

"Mas Galang ah.. nanti kalau mas Galang kangen, Putri nyusul deh."

"Haaa... benarkah?"

Putri mengangguk. 

"Nanti malam kamu tidur diluar ya?"

"Dimana?"

"Disini, sama aku.."

"Iih.. mana bisa tidur berdesakan begitu...sempit ah.."

"Biarin, kan biar leluasa ibu ngelonin Adhi.. "

Tiba2 ponsel Galang berdering. Galang melirik kearah ponsel itu, dari Widi. Galang membiarkannya.

"Mas, telephone tuh.. dari mbak Widi."

"Biarin saja."

"Mas kok gitu, barangkali penting lho mas."

Tapi Galang diam saja. Karena nggak enak, Putri mengangkatnya."

"Galang, aduh, lama sekali sih, lagi bermesraan sama isteri ya?" belum disama Widi sudah menyemprot, Putri membiarkannya.

"Kamu nggak usah membawa baju terlalu banyak, aku sudah menyiapkan semuanya." lanjut Widi. Putri terkejut. Widi sudah menyiapkan baju untuk suaminya? Tiba2 ada perasaan tak enak dihati Putri. Sejauh apakah hubungan Widi dan Galang?

"Galaaang."

"Saya Putri mbak."

***

besok lagi ya

 


No comments:

Post a Comment

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...