Tuesday, August 13, 2019

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 26

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA  26

(Tien Kumalasari)

Mendengar sapaan Widi terhadap temannya,  Retno terkekeh. 

"Idiih.. Prasetya.. Prasojo.. Raharjo... tau !! Tadi pak Haris memanggilnya begitu, ya sudah.. Raharjo saja."

"Oh, iya bener, kamu Raharjo?"

"Apa kabar mbak Widi.."

"Baik Raharjo, senang bertemu dengan kalian, ayo silahkan duduk. Eh iya...ini.. bakal jadi rekan kerja kalian. Namanya Galang.

Dan Galangpun menyalami kedua rekan barunya. Memang benar, Retno cantik dan anggun, benar2 gambaran seorang putri Solo yang sederhana tapi cantik. Diam2 Galang membandingkannya dengan Putri, sama2 cantik dan anggun,ah, kenapa harus membandingkan? Yang namanya Raharjo ini juga ganteng. Gagah dan tampan. Apakah dia pacarnya Retno? Ah.. persetan dengan semua itu, yang penting Galang senang mendapatkan rekan2 dari daerahnya.

***

Pak Broto akhirnya datang kerumah kontrakan Putri, setelah bu Broto menuliskan alamatnya. Wajahnya muram ketika melihat rumah kecil sederhana yang ditinggali anaknya. Ketika suaminya datang itu bu Broto menunggu di teras depan, sedangkan Putri masih menyusui anaknya dikamar. Galang tentu saja sedang dikantornya yang baru.

"Ini rumah orang atau pagupon ta bu?"

"Sssh.. bapak jangan bilang begitu. Nanti kalau Putri mendengar bisa sakit hati dia."

"Ini bukan rumah, ini benar2 rumah burung dara. kecil dan duruk."

"Bapak, hentikan menilai rumah ini, Anak2 itu suka dan bahagia tinggal disini. Nanti kalau bapak mau menginap cari hotel saja, tolong jangan menyakiti lagi hati mereka," kata bu Brroto sambil mempersilahkan suaminya duduk dulu.

"Hm.. baiklah.. bocah2 dengan selera rendah.," pak Broto masih mengomel.

"Sssh... bapak..."

"Sebenarnya aku sudah tiba di flight terpagi, tapi aku jalan2 dulu, makan pagi direstoran dekat bandara.."

"O, pantesan baru nyampe."

"Bu, nggak tau mataku salah atau benar ya, tadi aku seperti melihat Teguh, sama seorang perempuan cantik. Tapi apa benar ya."

"Dia menyapa bapak?"

"Nggak, aku pura2 nggak tau, lagian pasti bukan dia lah, mana mungkin Teguh mampu naik pesawat terbang."

"Bapak jangan sok begitu ah, kita bersyukur dikaruniai punya harta, tapi nggak baik merendahkan seseorang karena hartanya. Oh ya, simbooook... ambilkan minum untuk bapak mboook.." kata bu Broto mencela suaminya, kemudian berteriak memanggil simbok.

"Oh ya, ayo bapak, kekamar melihat cucu kita, tadi masih menyusu dia."

"Nggak, panggil saja dia kemari, gerah masuk kedalam rumah kecil seperti ini.."

Bu Broto merengut, kemudian masuk kedalam, memasuki kamar dan melihat Putri sudah selesai menyusui bayinya.

"Oo.. sayang.. itu ada eyang kakung," kata bu Broto yang kemudian mengambil Adhi kedalam gendongannya.

"Bapak sudah datang? Marah2kah ?" tanya Putri khawatir.

"Nggak, ayo ganti bajumu dan keluar, aku bawa Adhi menemui eyangnya dulu."

Bu Broto keluar sambil membopong Adhi. Didekatkannya pada kakeknya. Pak Broto memandangi cucunya tak berkedip. Adhi tidur, sudah biasa anak bayi sehabis menyusu pasti tertidur. Wajahnya bersih, bibirnya tipis, hidungnya mancung, alisnya tebal, rambutnya lebat. Benar2 bayi yang sangat tampan. Pak Broto terpesona. Ini darah dagingku, bisiknya dalam hati, dan perlahan diterimanya Adhi ditangannya, didekapnya erat.

"Ini cucuku? Hm.. ganteng seperti aku bukan?"

Bu Broto mencibir. 

"Lhah, kalau aku bukan priya ganteng, mana mungkin kamu menjadi isteri aku?" sergah pak Broto cemberut. Tapi hanya sebentar, senyumnya mengembang. Ternyata si jabangbayi mampu meluluhkan hati kakeknya. Adhi bergerak mengolet...  pak Broto berdiri dan mengayunkannya.

"Kamu sama eyang kakungmu.. tau? Oo... bangunlah.. tidur melulu..." 

Bu Broto tersenyum senang melihat ulah pak Broto dalam menimang cucunya. Syukurlah, badai itu telah berlalu.

Putri keluar, lalu mencium tangan bapaknya. Berlinang air matanya melihat pak Broto menimang cucunya sambil berdiri dan mengayun ayunkannya.

Tak lama simbok keluar membawa secangkir teh hangat.

"Selamat datang pak, " simbok meletakkan cangkir dimeja, memberi salam kepada bekas majikannya.

"Hm.. kurusan kamu mbok, ada apa?"

"Nggak apa2 pak, simbok senang meladeni jeng putri dan bayinya. Teringat simbok ketika juga merawat bayinya jeng Putri. Nggak nyangka sekarang bisa merawat putranya juga."

"Ya.. sehat terus kamu, makan yang banyak supaya gemuk kayak dulu."

"Baiklah pak," kata simbok sambil berdiri dan berlalu kebelakang.

"Kamu senang hidup dirumah seperti ini?" tanya pak Broto, tapi diam2 bu Broto memeloototi pak Broto agar jangan melanjutkan perkataannya.

"Senang bapak. Apalagi setelah ada Adhi," jawab Putri sambil menundukkan kepalanya.

"Suamimu bekerja dimana?"

"Disebuah perusahaan import eksport, milik keluarga temannya."

"Gajinya bagus?"

"Yang penting cukup untuk kami bertiga, berempat sama simbok."

"Suamimu itu sombongnya bukan main.."

"Bapak, sudah, anak2 sudah hidup bahagia, kita juga harus ikut bahagia bukan?" sergah Bu Broto.

"Ya..baiklah, mau bagamana lagi. Dikasih juga pasti nggak akan mau. Oh ya, nanti sore ibu pulang sama bapak lho."

"Kok nanti sore sih pak, besok saja, aku mau ngelonin Adhi semalam lagi."

"Sudah setengah bulan disini masih kurang..?"

"Ya kurang pak, kalau boleh Adhi mau ibu bawa ke Solo saja."

Putri tersenyum.

"Nanti bapaknya bingung kalau Adhi nggak ada."

"Suamimu juga suka sama anak ini?"

"Cinta banget pak, seperti anak kandungnya sendiri." jawab Putri bangga. 

"Hm.. baguslah. Jam berapa dia pulang?"

"Nanti sore pak, biasanya jam empat kurang lebih baru sampai rumah. Kadang2 lebih, kalau jalanan macet."

"Aku mau booking hotel dulu, sama pesen tiket buat besok. Kamu mau ikut tidur di hotel bu?"

"Nggak pak, semalam ini ibu mau ngelonin Adhi, entah kapan bisa kesini lagi."

***

Galang mendapat telepone dari isterinya, bahwa bapaknya datang dari Solo. 

"Syukurlah pakde mau datang, bagaimana kesannya tentang rumah kita?"

"Nggak tau mas, mungkin kecewa, tapi ibu sudah mengatakan bahwa kita hidup bahagia."

"Benarkah kamu bahagia, Putri?"

"Ah, mas kok nanya begitu..."

"Tapi aku ingin tau, jangan2 kamu bersedia hidup bersama aku hanya karena terpaksa," kata Galang memancing perasaan isterinya.

"Ya enggaklah mas, masa terpaksa."

"Putri, kamu tau bahwa aku sangat mencintai kamu. Apakah kamu juga mencintai aku?"

"Iih, mas Galang kok nanya begitu, dikantor lagi, apa disitu nggak ada orang?"

"Nggak lah, kalau ada masa aku bicara tentang cinta. Lagi pada istirahat nih, Widi pergi entah kemana, tadi pak Haris memanggilnya."

"O..."

"Kok O sih.. jawab dong.."

"Nggak disini ah... nanti jawabnya kalau pulang," jawab Putri tersipu."

"Sekarang saja, cuma sepatah kata, cinta atau tidak."

Putri terdiam, dengan berjalannya waktu, rasa terimakasih terhadap Galang mulai berubah, ada rasa sayang, ada rasa ingin melayani, ada rasa rindu kalau lama nggak segera pulang, ada rasa.. ehtahlah, Putri bingung sendiri, apakah itu cinta? Beberapa hari yang lalu Galang menciumnya dirumah sakit, hangat dan begitu manis, Putri menyambutnya, yang kemudian membuatnya tersipu sendiri. Ya Tuhan, apakah itu cinta? 

"Putriiiii..." 

Dan Putri terkejut.

"Apa mas, aduh... keras banget manggilnya."

"Jawab dong.."

"Nggak enak disini ah.."

"Satu patah kata saja, nanti dirumah dilanjutkan lagi," Galang nekat. Ia harus mendengar dari mulut Putri, bukan hanya meraba raba dari sikapnya.

"Putriiii..." Galang berteriak lebih keras.

"Aduh mas... Iyaaa."

"Iya apa, jawabnya nggak jelas... cinta atau tidak..?"

"Cintaaa.." jawab Putri lirih, tapi itu cukup buat Galang untuk melambungkan hatinya kelangit sana. Alangkah indahnya hari ini..

"Ada apa nih, siang2 cinta2an," tiba2 Widi muncul dan sempat mendengar Galang mengucapkan kata cinta.

"Oke, nanti dilanjutin ya, sekarang ada bos datang."

Dan Galang menutup ponselnya.

"Ngomong sama isteri ya? Terlalu deh, kurang waktu dirumah untuk bercinta cintaan?" tanya Widi sambil cemberut.

"Dimana mana kan cinta harus diucapkan, jangan cemburu dong."

"Ih, jahat kamu."

"Sudah, bicara tentang kerjaan saja, ada apa pak Haris memanggil kamu?"

"Ada tugas, besok pagi aku harus ke Medan, cabang perusahaan disana membutuhkan aku."

"Oh, baguslah, lalu aku disini mengerjakan tugas2 kamu?"

"Ya enggaklah Galang, tugas itu kan bisa dikerjakan secara on line."

"Lalu..?"

"Aku tidak sendiri Galang."

"Oh, sama pak Haris?"

"Ya enggak, sama kamu lah."

Galang terkejut, ia ingin membantahnya, tapi bagaimana? Ia kan orang baru disini.

***

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  "


No comments:

Post a Comment

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 01

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...