Friday, August 9, 2019

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 21

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA  21

(Tien Kumalasari)

Seisi rumah panik, Putri tak sadarkan diri. Tak lama kemudian sirene mobil ambulan bergaung memecah kesunyian malam. Galang terus mendekap kepala Putri dan terus memanggil manggil namanya.

"Putri, kuat ya Putri....kuat sayang... aku selalu bersamamu... Putri... Putrii..." rintihnya memilukan.

Setiba dirumah sakit Putri langsung dibawa ke VK. Galang dan simbok menunggu sambil berlinang air mata. Mulut simbok tak henti2nya berkomat kamit mmbaca do'a, entah do'a apa, yang jelas pasti untuk keselamatan Putri dan bayinya.

"Ya Tuhan, selamatkan isteriku", jerit Galang lirih.

"Pak, kalau boleh simbok usul," tiba2 kata simbok.

Galang menoleh kearah simbok.

"Bagaimana kalau pak Galang menelpon ke Solo? Bu Broto mungkin perlu memikirkan keadaan putrinya."

"Bude Broto ya mbok?"

"Iya pak, bagaimanapun seorang ibu lebih bisa memberikan kekuatan bagi anaknya. Coba bapak menelpon."

Galang sebenarnya setuju dengan pemikiran simbok, tapi ada keraguan dihatinya. Dulu sebelum pergi pak Broto pernah bilang, jangan pernah meminta tolong kepada orang tuanya kalau sedang mengalami kesulitan.

"Cobalah pak... ini kan namanya darurat. Ibunya sangat diperlukan."

"Tapi ini larut malam mbok."

"Ya nggak apa2, namanya darurat,Pak Broto mungkin nggak suka, tapi simbok percaya kalau bu Broto pasti menaruh perhatian besar terhadap puterinya."

Akhirnya Galang menurut. Diputarnya nomor telephone rumah, tapi tak seorangpun mengangkatnya.

"Nggak diangkat.Pasti terlelap tidur..," keluh Galang

"Dicoba terus pak... "

"Ini ada nomor hape, dulu aku pernah menelpone mbok, tapi ini punya pakde apa bude ya?"

"Mereka kan punya ponsel sendiri2 pak, cobalah. Tadi bukan nomor ponsel ?"

"Nomor rumah mbok. Coba ponselnya ya..,"

Galang terus mencoba .. tapi ponsel itu dimatikan."

"Mati mbok, nggak aktif."

"Waduh... ya sudah nomor rumah saja terus pak, nanti lama2 kan pada bangun."

***

Telephone rumah terus menerus berdering, menjelang pagi bu Broto terbangun, dan berlari kearah telephone.

"Hallo..," bu Broto mengangkatnya.

"Ini bude? Saya Galang bude.."

"Galang? Ada apa nak, malam2 begini?"

"Putri mau melahirkan bude, mungkin dioperasi sekarang juga."

Bu Broto terkejut. Untuk sesa'at ia tak mampu berkata kata. Ada pedih perih merayapi hatinya, seakan ikut merasakan sakit yang dirasakan anaknya.

"Kenapa Galang?" 

"Kalau bude mau datang kemari itu lebih baik, Putri sangat mengharapkan kedatangan bude," pinta Galang memelas."

Telephone ditutup dan ketika itu pak Broto datang mendekat.

"Telephone dari siapa? Malam2 begini, mengganggu orang tidur saja," gerutu pak Broto.

"Pak, boleh tidak boleh ibu mau ke Jakarta.Pagi ini juga."

"Memangnya ada apa?"

"Putri mau melahirkan, tampaknya keadaannya tak baik, Galang menelpone sambil menangis.

"Kan sudah ada suaminya?"

"Pak, aku ibunya. Kali ini ibu mohon ma'af tak bisa memenuhi permintaan bapak seandainya bapak menahan ibu."

Bu Broto bergegas masuk kekamar, menelpone Sarno.

"Sarno, tolong pesenkan tiket paling pagi untuk aku ke Jakarta," perintah bu Broto begitu Sarno mengangkat telpone nya.

Pak Broto tak berdaya. Dibiarkannya isterinya berangkat sendirian.

***

Dirumah sakit Galang baru saja keluar dari ruang dokter. Putri akan dioperasi tapi membutuhkan tambahan darah. Galang panik. Golongan darah Putri O dan tak ada persediaan darah di rumah sakit itu. Galang sendiri memiliki golongan darah B. Galang menghubungi teman2 yang dikenalnya di Jakarta. Tapi susah sekali mendapatkannya, mereka bersedia membantu tapi tidak sa'at itu juga, harus mencari lagi. Untunglah kemudian perawat pembantu dokter itu berhasil mendapatkan 1 kantung darah.

"Bapak, beruntung masih ada persediaan 1 kantung. Sa'at ini juga ibu Putri harus dioperasi. Tapi bapak harus tetap mencari karena darah yang diperlukan masih kurang.

"Oh, baiklah suster, terimakasih banyak, saya sedang mencari, semoga pagi nanti sudah saya dapatkan untuk tambahan darahnya.

Menunggu selesainya operasi, dan memikirkan cara mendapatkan darah, amat menyita pikiran Galang. Ia mencoba menghubungi bu Broto lagi melalui ponsel yang tadi dipakainya mengirim alamat rumah sakitnya.  Tapi tidak tersambung, mungkin bu Broto sedang berada dipesawat.

Simbok terus berkomat kamit berdo'a, barangkali sudah ribuan kali permohonan kepada Tuhannya itu diucapkan, dan tetap saja mulutnya berkomat kamit. Galang yang duduk disampingnyapun terua memanjatkan do'a agar semuanya berjalan lancar.

Tiba2 terdengar lengking bayi dari ruang operasi itu. Galang berdiri, demikian juga simbok.Lengking yang amat keras, memecah kesunyian dipagi buta itu.

"Apakah itu anakku?" bisik Galang penuh harap.

"Hanya ada satu orang yang ada didalam situ pak, pasti itu bayinya  jeng Putri," wajah simbok berseri seri.

Galang berjalan kearah pintu, menunggu pintu itu terbuka dan seseorang keluar membawa berita. Galang tak sabar lagi. Dipegangnya gerendel pintu dan berusaha membukanya, tapi tiba2 pintu itu sudah dibuka dari dalam. Dokter kandungan keluar, hampir bertabrakan dengan Galang.

"Dokter... bb.. bagaimana isteri saya?"

"Anak bapak telah lahir, seorang laki2 yang sehat," kata dokter sambil tersenyum.

"Ya Tuhan, terimakasih, Engkau Maha Besar, " bisik Galang yang kemudian berlinangan air mata.Kemudian ia berteriak pada simbok :" mBook... lanang mboook..."

"Sembah nuwun Gusti Allah," pekik simbok begitu bahagia.

"Bayinya sedang dibersihkan," kata dokter itu lagi sambil menepuk nepuk punggung Galang.

"Bagaimana isteri saya dokter?"

"Isteri bapak masih lemah, beruntung ada darah yang bisa ditransfusikan, tapi bapak harus mencarinya lagi."

"Baiklah dokter, bolehkah saya masuk?"

"Isteri anda juga sedang dibersihkan, sebentar lagi perawat akan memanggil anda," kata dokter sambil berlalu.

"Ya Tuhan, lama sekali..." desis Galang tak sabar. Ia ingin segera melihat isterinya, ingin segera memandangi anaknya. Anak yang bukan darah dagingnya tapi akan dicintainya seperti anaknya sendiri. Galang sudah berjanji, dan itu ditepatinya. Rasa cinta kepada jabangbayi itu sudah muncul sejak si jabang masih dalam kandungan, dan sekarang ia begitu ingin melihatnya, mendekapnya, menciumnya...

Galang mondar mandir tak mau berhenti, apalagi duduk. Simbok mengawasinya masih dengan linangan air mata bahagia.

"Ditunggu disini dulu pak," kata simbok.

Tiba2 pintu terbuka, seorang perawat menggendong bayi yang masih digedhong, Galang menghambur menghampiri.

"Anakku... anakku...,," pekiknya gembira, lalu diambilnya bayi itu, dan tanpa dipersilahkan ia menggendongnya masuk kedalam. Perawat hanya bisa geleng2 kepala.

"Putri, lihat anak kita.." Galang menunjukkan kepada Putri bayi yang digendongnya.

Putri membuka matanya sekilas, menampakkan senyum tipis, lalu memjamkan matanya kembali.

"Putri, kamu kenapa Putri?" Galang sangat cemas

"Ibu Putri memang masih lemah pak, sekarang biar saya letakkan bayi itu disini. Kami menunggu adanya donor darah lagi ya pak," kata perawat itu dan Galang mengangsurkan bayinya. Ia teringat belum mendapatkan darah itu.

Galang melangkah keluar.

"mBok, masuklah sebentar untuk melihat Putri, aku akan berusah mencari darah lagi."

***

Ponsel berdering. Rupanya dari bu Broto.

"Bude, bude dimana?" 

"Aku sudah naik taksi de, baiklah, sebenarnya Galang ingin menjemput ke airport, tapi mengingat keadaan Putri... Galang nggak bisa meninggalkan bude."

"Nggak apa2, sudah, kamu tunggu saja, ya."

Ketika Galang menutup ponselnya, tiba2 ponsel itu berdering lagi.

"Hallo..," sapa Galang.

"Galang, ini aku...,"

"Heiii.. darimana kamu bisa tau nomor telephoneku?"

***

besok lagi ya















No comments:

Post a Comment

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...