Wednesday, August 7, 2019

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 20

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA  20

(Tien Kumalasari)

Galang terus melangkah memasuki toko emas itu. Si penunggu menyapanya dengan ramah.

"Ada yang bisa saya bantu, bapak?"

"Saya.. mau menjual bros ini," kata Galang sambil menunjukkan bros milik 

"Mau dijual berapa pak?"

"Berapa kira2 harga perhiasan saya ini? Coba situ yang menilai." kata Galang karena memang dia tak tau berapa nilainya.

"Sebentar ya,"

Petugas toko emas itu masuk kedalam, beberpa sa'at lamanya. Terdengar dering telephone dan petugas itu menerima telephone.. agak lama, nggak jelas apa yang dibicarakan, tapi sebentar2 penjaga itu menoleh kearah Galang. Galang jadi curiga, jangan2 petugas toko itu mau menipu, atau menggantikan bros itu dengan yang lain dan tak senilai dengan miliknya. Ia suda bersiap siap meminta bros itu kembali ketika petugas itu mengangsurkan bros itu dan menawar.

"Bagaimana kalau 8 juta?

Karena ragu2 dengan kesungguhan petugas itu maka Galang memberikan harga yang tinggi dan diharapkan tak terjangkau.

"Saya minta 15 juta."

"LImabelas juta pak?" Galang mengangguk sambil meraih bros itu kembali.

"Tunggu pak, nggak bisa kurang pak?" Galang menggeleng. Tanpa diduga petugas toko itu menghentikannya.

"Baiklah pak,  saya ambil.Tapi bolehkan saya minta nomor kontak bapak supaya kalau ada apa2 saya bisa menghubungi?"

Galang tertegun. Benarkah? Jangan2 harganya jauh lebih mahal dari itu, tapi ia sudah terlanjur mematok harga. Pasti petugas atau pemilik toko itu akan marah2. Galang mengambil ponselnya dan menelpon Putri.

"Hallo mas, ada apa?" jawab Putri dari seberang.

"Brosmu dibeli limabelas juta, boleh nggak?"

"Lho mas, tinggi sekali, dulu waktu ibu membelikan harganya cuma sekitar lima juta."

Galang terkejut.

"Kalau begitu saya berikan saja ya?"

"Berikan mas, itu sudah sangat bagus Kalaupun memang harga emas naik pasti nggak sampai segitu tingginya. Belinya juga belum lama. Mungkin pemilik toko itu suka sama barangnya.."

Galang menutup ponselnya, dan dengan heran menerima uang limabelas juta atas penjualan bros itu.Ia juga tak keberatan memberikan nomor ponselnya. Ada yang aneh, tapi Galang tak perduli, Hari itu ia ingin segera pulang dan menyerahkan uang itu kepada isterinya. Ia berharap apa yang didapatnya bisa mencukupi kebutuhan isterinya untuk operasi dan membayar perpanjangan kontrak rumahnya.

Sepeninggal Galang tampak seorang perempuan mendekati toko emas itu, berbincang beberapa sa'at lamanya, entah apa yang dibicarakannya.

***

Putri terkejut melihat Galang sudah kembali.

"Kok pulang cepat mas."

"Kan aku membawa uang banyak, takut kenapa2 jadi lebih baik pulang untuk menyerahkan uangnya ini sama kamu," kata Galang sambil memberikan uang penjualan itu pada isterinya.

"Heran aku kenapa bisa laku sebanyak itu," kata PUtri sambil memasukkan uang itu kedalam kotak yang memang dipergunakan untuk menyimpan uang.

"Lebih baik semua uang ini disimpan di bank ya mas, tidak disimpan disini, besok aku akan membuka rekening di bank dekat situ saja."

"Terserah kamu saja, tapi jangan pernah keluar rumah sendiri, selalu ajak simbok untuk menemani ya," pesan Galang anti2.

 "Baik, mas.. terimakasih."

***

Bulan2 yang berjalan tak terasa telah membawa Teguh bisa menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Hari demi hari yang tak pernah membuatnya lupa akan Putri, tetap memberikan semangat untuk terus belajar dan berhasil seperti cita2 kedua orang tuanya. Bu Marsih tentu saja amat bahagia. Besok pagi Teguh diiwisuda. Mendengar Teguh berhasil Naning berjingkrak jingkrak seperti anak kecil.

"Asyiik.. kalau mas Teguh sudah lulus, bukankah dia boleh bercinta cintaan bu?" kata Naning kepada bu Marsih tanpa malu2. 

"Apa maksudmu Ning,.bercinta cintaan itu apa?" tanya bu Marsih sambil tertawa. Hatinya sedang sangat gembira, dan kata2 Naning dianggapnya sebuah lelucon saja.

"Ibu apa lupa? Katanya dulu.. mas Teguh nggak boleh memikirkan cinta karena masih kuliah, na sekarang kan sudah lulus berarti boleh dong bu."

"O, iya.. pasti boleh lah Ning."

"Asyyiiik....," Naning bersorak lagi.

"Kamu ini kenapa?"

"Ya Naning senang dong bu, akhirnya bisa bercintaan sama mas Teguh."

"Lho, kok kamu bilang begitu?"

"Kan ibu bilang suka sama Naning.."

"Dengar ya Ning, cinta itu tidak mudah. Cinta itu bisa dimiliki setiap orang, tapi cinta tidak boleh dipaksa. Kalau ibu bilang suka sama kamu, itu karena kamu itu rajin, pinter, dan sayang sama ibu. Tapi kamu tidak bisa terlalu berharap untuk dicintai mas Teguh."

"Lho.. kok gitu.." Naning merengut.

"Cinta itu tidak bisa dipaksa Ning, Teguh sama kamu itu saudaraan sudah lama, sudah sejak kecil, jadi sayangnya sama kamu itu ya seperti sayangnya saudara."

"Dulu kan mas Teguh bilang saling mencintai, Naning dengar waktu itu."

"O, itu Naning salah terima. Teguh itu punya gadis yang dia cintai, tapi bukan kamu."

"Haaaa..... mati deh aku bu....," lalu Naning menangis menggerung gerung. Bu Marsih mendekati Naning dan menepuk nepuk baunya.

"Eeh.. kenapa kamu ini, malu ah, sudah besar nangis kayak anak kecil. Ayo diam, malu didengar tetangga, tau?"

"Habisnya, mas Teguh tega.."

"Dari dulu kan mas Teguh bilang kalau sama kamu itu sayangnya seperti saudara, bukan cinta antara laki2 dan perempuan. Jadi kamu harus menerimanya ya Ning, yang penting Teguh sayang sama kamu."

"Jadi siapa gadisnya mas Teguh itu bu?" akhirnya Naning mengusap air matanya.

"Ibu juga belum tau, nanti Naning tanya sendiri sama mas Teguh ya? Eh Ning, bukankah anaknya pak RT yang namanya Pulung itu suka sama kamu? Kok kamu nggak mau nanggapi."

"Ogah bu, mas Pulung tidurnya ngorok keas banget."

"Kok kamu tau?"

"Kan Naning pernah disuruh ibu ambil surat ke pak RT, nah diteras itu mas Pulung tidur di bangku trus ngorok keras sekali."

Bu Marsih tertawa.

"Ning, dengar ya, apa kamu itu nggak merasa bahwa kamu itu kalau tidur juga ngorok?"

"Masa sih bu?"

"Iya, coba aja tanya mas Teguh, dia pernah ngrekam suaramu pas kamu tidur lho. Ngrok keras sekali tuh."

"Aaa... masa bu? Malu aku.."

"Nggak apa2 orang tidur ngorok itu Ning, dia baik lho, dan dia sudah bekerja di kelurahan, jadi pembantunya pak carik. Enak jadi isterinya Pulung. Mau ya? Dulu pernah bapaknya Pulung nanyain kamu."

"Nggak tau bu, nanti Naning mau bilang sama mas Teguh dulu."

Bu Marsih mengangguk angguk, dalam hati merasa kasihan pada Naning yang selalu mengejar kejar anaknya. 

"Besok kalau mas Teguh pas diwisuda kamu boleh ikut," kata bu Marsih untuk menyenangkan hati Naning.

"Horeee... benarkah bu?" Naning menggoyang goyangkan tubuh bu Marsih karena gembira.

"Ya, tapi ingat, nggak boleh teriak2 atau ngomong yang nggak pantes, nanti disuruh pulang sama mas Teguh."

"Iya bu, janji.. Nanging akn dieeem... duduk manis. Sebentar bu, Naning mau pulang sama mau memilih baju yang paling bagus buat besok." 

Dan Naning pun setengah berlari keluar dari rumah bu Marsih, meninggalkan bu Marsih yang geleng2 kepala.

***

Semalam Putri nggak bisa tidur, perutnya teraasa mulas sekali. Ia ingin membangunkan suaminya, tapi merasa kasihan karena pasti capek bekerja seharian. Putri bangkit dari tempat tidur, berjalan mengitari Galang yang selalu tidur dibawah beralaskan kasur busa tipis. Putri berjingkat sambil menahan sakit, tapi tiba2 Galang bergerak dan kakinya tersandung kaki Putri. Putri terjatuh dan mengaduh aduh.

Galang sangat terkejut, ia bangun dan membantu Putri yang terkapar dilantai. Tiba2 Galang terkejut, dilihatnya darah mengalir membasahi baju Putri. Galang panik, diangkatnya Putri dan ia berteriak memanggil simbok.

"mBook.... tolong mbook....

***

besok lagi ya














No comments:

Post a Comment

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...