Monday, July 22, 2019

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 03

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 03

(Tien Kumalasari)

Teguh terkejut.

"Apa?"

"Iya, bu Marsih bilang begitu, tanya aja kalau nggak percaya."

"Enak saja ngomongin perjodohan," kata Teguh kesal.

"Lho mas, apa sampeyan lupa, dulu kalau kita main bersama2, pasti aku ini jadi isterimu. Lha itu kan sudah menunjukkan bahwa kita ini jodoh, apalagi ibumu juga suka sama aku."

"Itu mainan anak2, jangan dibawa bawa.. dan kalau ibuku suka sama kamu, ya kamu saja kawin sama ibuku," kata Teguh sambil keluar dari kamarnya. Sebel juga dikamar berduaan dengan seorang gadis, walau gadis itu sudah biasa blusukan dirumah itu.

"Mas, ini aku ngomong serius lho."

"Aku juga serius. Sekarang pulang saja sana, aku mau istirahat."

"Lho.. aku diusir nih?" 

"Ya wis terserah apa kata kamu, pokoknya aku mau istirahat, badanku lagi nggak enak nih.."

"Tak masakin anget2an mas, apa aku beliin soto? Diujung jalan itu sotonya enak lho mas, bener."

"Udah ta Ning, aku nggak mau makan apa2, aku maunya tidur, jadi pulanglah." kata Teguh sambil kembali masuk kekamarnya lalu menutup pintunya dan menguncinya dari dalam.

"Mas Teguh tuh.. jahat banget ya sama aku, awas, nanti aku bilang sama bu Marsih."

Naning meninggalkan rumah itu sambil mengomel. Dia itu baik, tapi terkadang seperti anak kecil. Dia suka banget sama Teguh, dan rasa suka itu dipendamnya sejak mereka masih kanak2.

***

"Bagaimana Putri bu? Masih sakit?" tanya pak Broto disore hari sepulang dari kantornya.

"Masih dikamarnya, tapi tadi sudah mau makan sedikit2, simbok yang melayani, kalau sama ibu mana mau dia.."

"Besok kalau mau sekolah biar Sarno yang mengantarnya, Sarno juga yang menjemputnya."

"Ya, nanti ibu bilang sama Putri."

Pak Broto menuju kamar Putri, dilihatnya Putri masih tiduran , tampak wajahnya pucat. Pak Broto memegang kening Putri.

"Nggak panas kan, bagaimana sekarang ? Masih merasakan apa?"

"Sudah baik pak, nggak apa2 kok."

"Besok kalau kamu sekolah, biar Sarno mengantar dan menjemput ya, nggak boleh lagi naik ojek atau taksi atau apalah namanya, dan jangan sering2 nggak masuk sekolah, kamu kan sebentar lagi ujian?" kata pak Broto tandas.

"Ya," Putri menjawab pendek. Pikirannya melayang kearah Teguh, biasanya kalau pulang pasti Teguh menjemputnya. Teguh kuliah di universitas yang letaknya tak jauh dari SMA tempat Putri bersekolah, dari situlah mereka berkenalan, dan kebetulan mereka mempunyai hobi yang sama yaitu menari. Sekarang Putri sedang berfikir, bagaimana caranya menghindari Sarno apabila Sarno menjemputnya.Hampa rasanya bila sekali saja tidak bertemu Teguh dan berboncengan dengan sepeda motor miliknya.

"Apa kamu masih sering berboncengan sama Teguh?" tiba2 tanya ayahnya. Putri tak menjawab, hanya menggeleng. Apa ayahnya tau tentang apa yang sedang dipikirkannya?

"Dengar Putri, bapak tidak suka sama Teguh. Kamu itu berteman dengan orang yang salah. Dia itu tidak sebanding dengan keluarga kita. Bertemanlah dengan sesama priyayi, yang punya kedudukan.. masa puteri pak Broto kok setiap hari berboncengan sama Teguh yang orang kebanyakan, tidak punya derajat dan pangkat."

Putri ingin menutup kupingnya agar tak mendengar kata2 ayahnya, yang barangkali sudah seribu kalu didengarnya. Tapi Putri tak berani. Dirumah itu Putri paling takut sama ayahnya. Pak Broto itu agak temperamen, dan selalu berbicara keras. Ia juga memegang teguh status kedudukannya sebagai seorang priyayi yang tak pantas bergaul dengan sembarang orang.

Putri tentu saja tak setuju. Ia jatuh cinta pada seseorang yang jauh dari kriteria yang diagung2kan ayahnya. Teguh itu tampan, manis, baik hati...tak ada duanya.. Tapi mana berani Putri membantahnya? Tapi dalam hati Putri berjanji, suatu hari nanti ia akan berbicara pada ayahnya tentang kebaikan2 yang dimiliki Teguh. Kecuali satu, kekhilafannya malam tadi. Dan pilu hati Putri mengingatnya.

"Ya sudah, istirahat saja dulu, dan ingat kata2 bapak tadi, jangan sampai kamu menentangnya." kata pak Broto sambil keluar dari kamarnya, meninggalkan Putri yang masih tenggelam dalam lamunannya.

***

Hari itu memang Putri sudah mulai masuk sekolah. Sa'atnya pulang, dilihatnya pak Sarno sudah menunggu dibawah pohon waru yang rindang. Putri melihat kesudut tembok pembatas gerbang sekolah, dilihatnya Teguh sudah ada disana. Selalu ditemapat itu Teguh menunggu setiap menjemput Putri sepulang sekolah. Semalam mereka sudah janjian, akan tetap pulang sekolah bersama sama. Tapi Putri bingung karena pak Sarno sudah menunggu dan pasti melihat gerak geriknya,.

Putri sedang berfikir untuk menemukan alasan agar bisa menghindari pulang bersama Sarno, ketika tiba2 Sarno menghampirinya.

"Jeng, ayo kita pulang, nanti setelah mengantar jeng Putri saya harus kembali kekantor."

"Oh.. eh.. iya, anu pak Sarno.. ini.. aku ada pelajaran tampahan.. mungkin agak sore pulangnya."

"Tapi pak Broto bilang saya harus menunggu sampai jeng Putri pulang."

"Begini saja, kalau menunggu pasti akan lama, pak Sarno kembali saja kesini sekitar jam empat. Bagaimana? Di jam itu pasti aku sudah siap untuk pulang. " 

"Jam empat ya jeng? Masih lama juga sih, ini baru jam dua lebih sedikit."

"Makanya, sekarang pak Sarno pulang dulu, nanti jam empat jemput aku."

Karena tak ada jalan lain Sarno terpaksa menurut. Ia meninggalkan Putri dan berjanji akan kembali jam empat nanti.

Putri merasa lega, dengan wajah berseri dihampirinya Teguh, begitu Sarno telah pergi dengan membawa mobil ayahnya.

"Kamu dijemput?" tanya Teguh begitu Putri mendekat.

"Sudah aku suruh pergi, nanti jam empat biar dia kembali/"

"Ayuk, naiklah, kemana kita?" tanya Teguh sambil mempersilahkan Putri naik ke boncengannya.

"Jalan aja terus, kita minum2 ditempat sepi, ada yang ingin aku bicarakn sama kamu."

Dan motor Teguh pun melunjur dengan kecepatan sedang, menuju kewarung dipinggiran kota yang selalu mereka datangi setiap pulang sekolah. 

"Mau bicara apa?" tanya Teguh setelah memesan dua gelas es jeruk kesukaan mereka.

"Bapak marah2 ketika aku pulang."

"Ya.. kan kamu sudah cerita di telephone."

"Masih dilanjutin pagi harinya. Bukannya marah sih, tapi mengomeli aku tak habis2nya."

"Ayahmu tau kalau kita selalu ketemuan walau dengan sembunyi2. "

"Ya, entah bagaimana bapak bisa tau. Tapi aku akan tetap mencintai kamu, apalagi setelah kejadian malam itu," kali ini wajah Putri tampak sendu. 

"Aku sangat menyesal," sahut Teguh lirih.

"Bagaimana kalau aku hamil?" kata2 Putri ini mengejutkan Teguh.

"Hamil."

"Hal itu bisa saja terjadi,"

Teguh menghela nafas panjang. Dipandanginya wajah cantik yang masih tampak kepucatan itu lekat2. 

"Aku sungguh sangat menyesal. Tapi seandainya itu terjadi, aku tetap akan bertanggung jawab."

Putri memandangi kekasihnya dengan wajah berseri. 

"Hanya saja kamu harus tau, aku bukan orang kaya. Aku masih kuliah dengan biaya pas2n dari peninggalan ayahku, pensiunan seorang guru. "

"Apapun dan bagaimanapun keadaanmu aku akan tetap bersamamu Teguh. Aku bersedia hidup miskin asalkan bersamamu."

Kedua sejoli itu berpegangan tangan dengan tangan2 mereka diatas meja. Dua pasang mata saling bertatap , seakan menyatakan bahwa ada janji untuk sehidup semati. Kedua anak muda yang sedang dimabuk cinta itu sama sekali tak memperhitungkan, betapa susah memperjuangkan hidup. Mereke berfikir bahwa apabila hati saling cinta maka segalanya akan menjadi indah. Aduhai...

*** 

Sebelum jam 4 sore Teguh sudah mengantarkan Putri kembali kesekolah, Jangan sampai Sarno datang lebih dulu lalu memergoki kedatangan mereka berdua.

Tapi tanpa dinyana, begitu mereka berhenti, mobil pak Broto sudah ada disana. Putri sedang bersiap untuk berbohong. Ia mencari alasan mengapa datang dari luar sekolah padahal tadi katanya ada tambahan pelajaran. Namun sebelum alasan itu ditemukan, tiba2 seseorang turun dari mobil itu. Pak Broto.

Putri terkejut, wajahnya pucat pasi. Teguh urung menstarter motornya untuk pergi karena pak Broto memberi isyarat untuk berhenti.

***

besok lagi ya

 

 


1 comment:

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...