Thursday, January 3, 2019

SEPENGGAL KISAH 114

 

SEPENGGAL KISAH 114

(Tien Kumalasari)

 

Damar jatuh tersungkur dari kursi yang didudukinya. Ongky terkejut melihat adegan ini. Ia menarik Bowo agar mundur, dan Damarpun bangkit. Matanya merah menyala menahan amarah. Dia tau siapa yang ada dihadapinya dan dia benar2 ingin melumatnya menjadi debu.

Damar keluar dari himpitan kursi dan meja, siap menggempur Bowo yang juga telah bersiap bertarung. Dan adu jotospun berlangsung. Ongky berteriak teriak marah.

"Heii.. apa kalian sudah gila? Ini kantorku, bukan arena bertarung. Hentikaaan!!!"

Namun adu jotos itupun tetap berlangsung. Ongky maju untuk melerai, namun sebuah hantaman dari Damar mengenai pelipisnya dan membuatnya terjatuh.

"Orang gilaaaaa!!! Hentikaaan!!" Ongky tetap berusaha menarik salah satunya., dan berhasil menangkap lengan Bowo lalu dibantingnya kekanan. Bowo terjatuh, tapi ketika Damar memburunya, Ongky berdiri dihadapannya.

"Hentikan atau aku laporkan kalian ke polisi!! Damar... Bowo...suddahh!!" anacam Ongky.

Damar berusaha melepaskan lengannya dari cengkeraman Ongky, Namun cengkeraman itu terlampau kuat. Wajah keduanya telah sembab oleh pukulan2. Tapi mereka masih bersiap bertarung. Darah tampak mengalir dari hidung keduanya.

"Ternyata kamu menyimpan pecundang ini dikantormu Ongky.Aku tidak percaya!!" 

Bowo melangkah keluar setelah mengusap darah yang keluar dari hidungnya.

"Heiiii!! Bodoh!! Aku akan tetap merebut Asri dari kamuuu!!" teriak Damar.

"Kalian eddan semua!!"

Ongky mengejar Bowo yang sudah sampai dihalaman kantornya.

"Bowo, tunggu dulu !!LLuka2mu Bowo!!"

Tapi Bowo tetap melangkah pergi, naik kemobilnya dan berlalu dengan cepat.

Ongky kembali keruangannya dan melihat Damar masih sibuk mengelap wajahnya dengan tissue. Tak berbeda dengan Bowo, dari hidung  Damar juga mengalir darah segar. Ongky mengambil kotak PPPK dari almari obatnya dan mengangsurkannya kepada Damar.

"Kalian benar2 sudah tidak waras. "omel Ongky.

"Aku tak akan berhenti !!"

"Eddan! Gila! Gendeng!!" Ongky mengumpat umpat.

"Aku pernah menonjok mukanya, hanya sekali, harusnya seribu kali."

"Kalian pernah bertemu?"

"Disebuah rumah makan, aku melihat mereka bersama anaknya, panas hatiku, aku tonjok mukanya didepan pintu keluar. Kalau tidak ada Asri yang menghalangi pasti sudah aku habisi dia."

Ongky terkejut sekali. Damar masih berharap bisa mendapatkan Asri dan melakukan apa saja untuk itu. Dia sudah mendengar dari Bowo tentang kejadian tonjokan Damar untuk Bowo disebuah rumah makan, tapi ia tidak mengira mereka akan bertemu disini dan melanjutkan pertarungan itu.

"Menurut aku, kamu itu gila, tidak waras, dan edan. Kamu ingin merebut milik orang, Damar, dan itu tidak benar."

"Dia yang merebut milikku mas, aku tidak terima, aku harus merebutnya kembali. Kamu tau mas, aku tak pernah berhasil meraih kebahagiaan dalam hidupku ini, aku ini sudah hancur, aku ingin sekali saja keinginanku tercapai, sebelum aku mati. Aku ingin cintanya Asri mas..." dan Damarpun menangis ..

Ongky benar2 bingung, apa ia harus membawa sahabatnya yang satu ini kerumah sakit jiwa, atau bagaimana? Ia punya pikiran yang aneh, yang sukar dikendalikan. 

"Damar, Asri sudah mencintai orang lain, kamu harus bisa menerimanya."

"Tidak mas, Asri masih mencintai aku, aku melihat dari matanya ketika memandangi aku, aku harus mendapatkannya."

"Aku akan membawamu kerumah sakit jiwa Damar." Ongky bersungguh sungguh.

"Jadi mas Ongky menganggap aku ini gila?"

"Kamu memang gila!!" kesal Ongky menghadapinya.

"Aku kira mas Ongky itu sahabatku, saudaraku, ternyata tidak berfihak kepadaku."

"Justru karena kamu aku anggap sahabat dan saudara maka aku mengingatkan bahwa pemikiranmu dan tindakanmu itu tidak benar. Dengar Damar, kalau kamu mencintai seseorang, kamu harus bahagia melihatnya hidup bahagia. Tapi kalau kamu bersikeras ingin memilikinya, berarti kamu hanya mencitai dirimu sendiri."

Damar mendengarnya, tapi hatinya tidak bergeming.

 

Bowo tidak langsung pulang kerumah, tapi kerumah sakit untuk mengobati luka2nya. ia ingin pulang tapi tak ingin orang lain melihat keadaannya seperti itu. Dalam hati Bowo masih bertanya tanya, laki2 itu sangat mencintai isterinya. Dia belum tau banyak tentang dia, tapi dia mendengar Ongky memanggilnya Damar. Bagaimana di usia yang sudah tidak muda lagi ia masih mengejar cintanya? Dan bagaimana dengan Asri? Benarkah Asri juga mengimbangi perasaan Damar?

Luka2 itu telah diobati, tapi mukanya memerah dan lebam, itu sangat tampak.

Bowo bertekat untuk tidak pulang dulu sampai lukanya tidak begitu parah. Ketika keluar dari rumah sakit itu, dilihatnya lagi, Dewi. Bowo mengeluh."Ya Tuhan, apakah perempuan ini selalu membayangi aku?"

Dan Bowo berjalan sambil menundukkan muka, berbelok kearah kiri supaya tidak berpapasan lagi dengan Dewi. Tapi perempuan itu seperti punya penglihatan dan rasa seperti kucing. Ia melihatnya dan berteriak " Mas Bowoo..!"

Bowo terus melangkah, tapi Dewi mengejarnya, dan tanpa malu2 menggaet lengannya sehingga mereka berjalan berdampingan.

"Mas, kenapa dirumah sakit? Dan ketika kamu sakitpun aku juga merasa sakit, perutku kembung sejak kemarin dan...Oh.. ya ampuun.. kenapa mukamu itu mas? Siapa yang memukuli kamu sampai seperti itu? Aaaa.. aku tau.. apa laki2 yang ada difoto itu yang melukai kamu mas? Sudah kuduga pasti benar kan?"

"Pergilah Dewi, dan jangan mengganggu aku."

"Mas tau nggak, sesungguhnya kita ini berjodoh lho, dimanapun kamu berada pasti ketemu, mas masih tidak percaya? Ketika kamu sakit, aku juga sedang merasa sakit.."

Bowo tidak menjawab sepatahpun, ia langsung naik ke mobilnya, Dewi berjalan kedepan mobil berusaha menghalanginya, namun Bowo mengacuhkan Dewi yang masih berdiri didepannya dan langsung menjalankannya.

"Heiiii..." Dewi melompat kesamping. " Tega kamu membunuhku mas?" teriaknya.

Dewi sangat kesal. Dilihatnya mobil Bowo berlalu tapi tidak berjalan kearah rumahnya. 

Asri sudah pulang bersama Pandu, dan pak Marsam mengatakan bahwa tadi Bowo menelponnya. Asri merasa senang, wajahnya langsung berseri.

"Benarkah pak? Lalu dia bilang apa?" tanyanya bersemangat.

"Dia mau pulang katanya."

"Jadi sedang ada dimana dia?"

"Tidak mengatakan apa2, tadi mencari kamu, ketika aku bertanya dimana, katanya nanti saja kalau sampai dirumah dia akan berceritera."

"Sudah lama telponnya pak?"

"Sudah kira2 dua jam an yang lalu."

"Baiklah, kita tunggu saja dulu, saya akan menyiapkan makan siang barangkali mas Bowo belum makan."

"Ya, aku gantikan baju Pandu dulu supaya kalau ayahnya datang dia sudah rapi."

Tiba2 ponsel Asri berdering. Pak Marsam berteriak. "Telponmu Asriii."

Asri berlari mendapatkan ponselnya. Itu nomor suaminya, hati Asri berdebar debar senang.

"Hallo mas.."

"Mas siapa? Ini aku.."

"Ohh..." lemas Asri mengeluh.

"Ini mas Bowo lagi sakit, aku membawanya ke dokter."

"Sakit apa?" Asri terpaksa bertanya padahal hampir menutup pembicaraan itu.

"Itu, pacarmu mengahajarnya sampai babak belur !! "

"Apa?" Asri kaget

" Jangan berlagak tak tau, pacarmu masih dendam sama mas Bowo, dan menghajarnya dihadapanku tadi."

Asri merasa lemas, ponselnya dibiarkan jatuh kelantai.

#adalanjutannyaya#

 

 

 


No comments:

Post a Comment

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 39

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  39 (Tien Kumalasari)   Dengan heran Saraswati mengangkat ponselnya. Sudah lama sekali, sejak Dewi kabur sa...