Thursday, January 3, 2019

SEPENGGAL KISAH 113

 SEPENGGAL KISAH  113

 (Tien Kumalasari)


Ongky berhenti merogoh rogoh kantong sahabatnya.

"Ponsel hilang, padahal dengan itu kamu bisa berkomunikasi dengan siapapun, barangkali ada yang penting. Kalau ada yang menghubungi kamu dan tidak bisa, bagaimana?"

Bowo terdiam.

"Jadi dirumah makan mana ponsel kamu hilang?"

"Dirumah makan nggak jauh dari sini sih, perbatasan antara Solo Jogya.

"Ketika itu aku sangat letih, jiwa ragaku letih, tapi ragaku juga butuh makan. Aku makan disana, dan ketemu dia."

"Dia siapa?"

"Kamu ingat Dewi nggak?"

"Dewi... Dewi...." Ongky mengingat ingat, dan berteriak ketika sudah mengingatnya.:" Oh, Dewi pacar kamu yang seronok itu?"

"Pacar apa... ngawur kamu itu."

"Ya.. apalah namanya, pokoknya yang suka sama kamu.. lalu ngapain? Mau ngelanjutin kisah lama?"

"Kamu masih gila ya.." Bowo cemberut.

"Ketika itu dia sudah seperti nyonya yang kaya raya."dn Bowo kemudian menceriterakan awal pertemuannya dengan Dewi.

"Hai, bukankah kamu mas Bowo?" Dewi menyapa dengan lagak genit.

"Kamu... siapa?" Bowo benar2 pangling.

"Waduuh... sakit hatiku kalau mas Bowo nggak ingat aku. Aku ini Dewi mas.. Dewi.."

"Oh... ya.. ya.. Dewi.." 

"Lagi ngapain disini mas ? Oo.. aku tau... memang menyakitkan kalau menyadari isteri selingkuh sama laki2 lain ya mas ?"

Bowo menatap Dewi dengan pandangan marah...tapi Dewi justru tersenyum. "Mas Bowo kan sudah melihat buktinya, foto itu.. Aku kasihan sama mas Bowo. Kalau aku jadi mas Bowo, aku balas perbuatan Asri itu."

Bowo msih terdiam, sakit hatinya diingatkan tentang foto itu. Ia mengingat ingat, apakah foto yang dimiliki ibunya itu dari Dewi.. 

"Maksudnya, kalau isteri selingkuh, suami harus membalasnya dengan selingkuh juga."

Bowo memandangi Dewi dengaan pandangan marah. Alangkah sebalnya, sa'at makan diganggu oleh kata2 yang tidak pantas.

"Mas Bowo tau nggak, aku yang menjepret adegan manis itu, lalu aku berikan pada ibumu."

Bowo menghabiskan sisa sesendok makanannya dan langsung berdiri.

" Eh.. mas..mas.. kamu belum traktir aku, jangan sombong begitu donk. "

Bowo terus berjalan, dan meninggalkan Dewi mengoceh sendirian.

 

"Itulah ceriteranya Ongky. Aku baru bingung sa'at ini harus melakukan apa..Aku juga tidak sadar apakah ponselku tertinggal disana atau jatuh dijalan. Aku tidak perduli."

"Jadi ada foto isterimu bersama laki2 lain?  Lagi ngapain?"

"Duduk2 aja disebuah rumah makan." dan tanpa sadar Bowo pun menceriterakan semuanya.

"Kamu memang gila ya, cuma duduk bersama seorang laki2 dan kamu jadi seperti orang linglung begini?"

"Laki2 itu sedang memegangi tangan isteriku."

"Apa nggak boleh salam sama seorang teman, misalnya."

"Pandangan mata laki2 itu, dan sebelumnya aku ditonjok oleh laki2 itu sehabis makan bersama anak isteriku."

"Apa? Kamu ditonjok."

"Ya, tanpa alasan yang jelas. Dan laki2 itu ya yang ada didalam foto itu."

Ongky terdiam. Permasalahan Bowo memang sedikit rumit. 

"Menurut aku, kamu bertanya langsung sama isterimu dulu, agak aneh rasanya membayangkan perempuan penjual bunga itu melakukan hal yang buruk."

"Itu yang membuatku shock."

"Ya sudah, kamu istirahat dulu disini, nanti kalau hatimu sudah tenang, pulanglah dan temui isterimu. Ia pasti punya alasan mengapa melakukan itu. Dan tanyakan juga siapa laki2 itu.Permasalahan tidak akan menjadi sulit kalau kamu bisa menemukan jalan terbaik. Yaitu komunikasi dengan isterimu, bukannya malah lari."

"Kalau kamu haus banyak minuman di kulkas, kalau lapar juga ada semuanya disitu. Aku pergi dulu. Kalau ada apa2 hubungi aku, pakai telephone rumah aja." lanjut Ongky.

 Setelah itu Ongky pergi kekantornya, dan membiarkan Bowo merenung sendiri dirumahnya.

Bu Prasojo sedikit lega mendengar Pandu sudah ditemukan. Namun ia belum melupakan sumpah serapah yang pernah diucapkan Asri padanya.

"Sudah bu, jangan dipermasalahkan lagi, Asri itu sedang bingung sedih susah stres... dituduh yang tidak2.. suaminya pergi entah kemana.. lalu anaknya hilang.. kalau ibu yang mengalaminya kan ya sakit ..ya bisa bicara tak terkendali seperti itu. Jadi ma'afkanlah dia, karena dia sudah memintanya lewat bapak."

"Tapi aku masih penasaran tentang foto itu."

"Ibu ini bagaimana, bapak kan sudah ceriterakan semuanya. Dan memang terbukti Dewi itu berusaha merusak hubungan Asri dan Bowo, nyatanya sekarang Bowo bersama dia."

Bu Prasojo terkejut:" Bowo bersama dia? Kalau begitu biarkan aku menelpon ibunya, kurangajar dia itu memang." 

"Aku sama Asri sudah pergi kesana, bu Harlan itu sekarang tampak tua dan kalau berjalan harus pakai tongkat. Tapi Dewi tidak tinggal disitu dan ibunya juga tak tau."

"Oh.. ya?"

"Dia perempuan tua yang kesepian. Semua kebutuhan dicukupi oleh dewi tapi Dewi jarang pulang. Katanya dia sudah menikah 3 kali."

"Apa?"

"Yang ke 3 ibunya belum tau siapa suaminya."

"Berarti benar2 jahat Dewi itu."

"Makanya ibu jangan dulu terlalu percaya pada apa yang dikatakan. Kita harus berusaha mencari Dewi dan membawa pulang Bowo. Itu yang penting."

Kesediahn memang belum lenyap dari hati keluarga Prasojo. Dikiranya Bowo bersama Dewi, dan itu sangat membuat mereka prihatin.

 

Bowo yang sendirian dirumah Ongky merasa bahwa apa yang dikatakan Ongky benar. Ia harus pulang dan berbicara dengan Asri. Sekarang ia ingin menelpon kerumah, apakah Asri ada dirumah sa'at ini? 

"Hallo.." sapa Bowo..

"Hallo.. ini siapa?" Pak Marsam yang menjawab telephone itu.

"Ini bapak? Saya Bowo pak.."

"Waduh nak Bowo... semua orang mencari cari nak Bowo, kemana saja?"

"Nanti Bowo akan ceriterakan kalau sudah dirumah pak, mana Asri?"

"Asri mengantar anaknya ke sekolah nak."

"Oh ya, biasanya kakeknya yang mengantar."

"Semenjak Pandu hilang, Asri ingin mengantar anaknya dan menunggui sampai dia pulang."

"Pandu hilang?"

"Ya nak.. terjadi banyak hal yang semula bapak tidak tau.. "

"Baiklah pak, saya akan segera pulang. Terimakasih pak."

Ketika meletakkan gagang telephone itu hati Bowo merasa tidak karuan. Banyak hal terjadi dan dia malah lari. Kata Ongky aku laki2, nggak pantas aku lari. Pikir Bowo. Maka ia harus menyusul Ongky kekantor untuk berpamit.

"Yang ini sudah kamu selesaikan, masih ada yang lain belum selesai Damar." tegur Ongky pada Damar dikantornya.

"Iya, tolong mas, aku bingung. Yang satu itu sulit dihubungi, tapi tidak mengatakan untuk membatalkan pesanannya."

"Kamu itu bingung dan bingung tak pernah berhenti. Pikiranmu itu harus dibersihkan dari virus jahat yang meracuni hati. Jadi kamu bisa hidup lebih tenang dan melanjutkan sisa hidupmu dengan nyaman."

Damar terdiam, alangkah mudah mengatakan, tapi betapa sulit melakukannya.

Tiba2 terdenar ketukan dipintu dan seseorang masuk. Damar terbelalak, ia mengenal laki2 itu, dan Bowo, laki2 yang barusan masuk juga mengenal Damar, orang yang ada difoto itu, dan yang pernah menonjok mukanya. Kemarahan Bowo memuncak. Didekatinya Damar dan tanpa terduga dihantamnya wajah Damar sekeras kerasnya. Damar terpelanting dari kursinya.

 Ongky bingung dan terpana.

#adalanjutannyaya#

No comments:

Post a Comment

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 39

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  39 (Tien Kumalasari)   Dengan heran Saraswati mengangkat ponselnya. Sudah lama sekali, sejak Dewi kabur sa...