Wednesday, January 2, 2019

SEPENGGAL KISAH 112

SEPENGGAL KISAH  112

(Tien Kumalasari)

 

Suara itu amat dikenalnya, tapi mengapa yang dipakainya ponsel suaminya? Asri tertegun dan tidak bisa langsung menjawab sapaan wanita itu. Itu jelas suara Dewi. Mengapa ia menelpon dengan ponsel suaminya?

"Hallo Asri, disapa kok diam saja sih..?"

Hati Asri membeku, ia enggan berbicara dengan perempuan itu. Diserahkannya telephone kepada mertuanya.

"Dari Bowo?"

"Bukan pak, tapi itu ponselnya mas Bowo.."

"Lho.. lha siapa yang pakai?" tanya pak Prasojo sambil menerimah ponselnya.

"Hallo..."

"Hallo... ini bapak ya? Mertua urung Dewi...?"

"Kamu Dewi? Dimana Bowo?"

"Bapak... mas Bowo ini sedang bersama Dewi, tapi dia sedang tidur dan nggak mau diganggu. "

"Dewi, jangan main2 kamu, mana Bowo, biarkan dia bicara sama aku.."

"Bapak... mas Bowo sedang tidur, Dewi kan sudah bilang bahwa  dia sedang tidur. Kasihan kalau dibangunin. Lagian mas Bowo bilang, sudah nggak lagi suka sama isterinya. Bukankah Asri sudah berselingkuh dengan laki2 lain yang ada difoto itu. Bapak juga sudah melihatnya kan?"

"Saya tidak perduli dengan foto itu. Saya ingin bicara sama Bowo sekarang. Kalau dia tidur, suruh bangun."

"Ya jangan begitu lah pak, kasihan dia kan capek menemani Dewi.. biarlah dia tidur dulu."

"Kamu itu kan juga perempuan bersuami, mengapa anakku bisa bersama kamu?"

" Iya bener pak, Dewi punya suami, tapi suami Dewi hanya datang seminggu atau dua minggu sekali, jadi nggak apa2 kalau Dewi menolong mas Bowo yang juga Dewi anggap sebagai sahabat baik."

"Dewi..!!"

Dan Dewi pun menutup ponselnya.

Pak Prasojo marah sekali, wajahnya merah padam, namun apa yang bisa dilakukannya? 

"Bagaimana pak?"

"Katanya Bowo ada bersama dia."

"Ya Tuhan...."  Asri mengeluh sedih. Diturunkannya Pandu dari pangkuannya :" Pandu sama kakek dulu dibelakang ya, kakek punya makanan enak buat Pandu."

Pandu pun berlari kebelakang menjumpai kakek Marsam. Sementara Asri menghadapi pak Prasojo dengn bingung.

"Apa kita pergi kesana saja, bagaimana? Kerumah Dewi." ajak pak Prasojo pada Asri.

"Asri kira dia sudah tidak tinggal disana lagi pak, suaminya kaya raya, pasti mereka nggak mau tinggal dirumah bu Harlan yang kecll dan sederhana."

"Suami apa, dari pembicaraan yang bapak dengar tadi, dia itu hanya seperti isteri simpanan atau isteri muda."

"Masa pak?" Asri terkejut.

"Ya.. mana mungkin seorang suami hanya datang sekitar seminggu atau dua minggu sekali, dan membiarkan isterinya menerima tamu laki2 dan tidur disana pula."

Batin Asri teriris. Ia bayangkan Bowo yang jatuh ketangan Dewi, dan kemudian apa yang dilakukan Dewi terhadapnya... Asri merasa ngeri memikirkannya.

"Ayo kita cari kerumah ibunya saja, aku tau rumahnya, karena pernah ngedrop ibumu kesana waktu masih sering arisan bersamanya.Mungkin dari ibunya kita bisa bertanya dimana dia tinggal."

Setelah berpesan pada pak Marsam agar menjaga Pandu baik2, Asri pun ikut bersama mertuanya. 

 

Bu Harlan sudah tampak tua dan susah berjalan ketika membukakan pintu untuk pak Prasojo dan Asri. Ada tongkat penyangga tubuhnya ditangan kanannya, lalu berjalan tertatih mempersilahkan mereka duduk. Bu Harlan agak pangling melihat pak Prasojo karena memang dulunya tidak terlalu  sering bertemu. Namun ia mengenali Asri dengan baik.Hanya setelah pak Prasojo memperkenalkan dirinya saja maka kemudian bu Harlan mengingatnya.

"Ma'af pak, saya hanya sendiri disini, hanya dengan pembantu yang diberikan Dewi untuk saya, supaya saya ada temannya kalau malam hari."

"Oh, jadi cuma ditemani sa'at malam ya bu?"

"Benar, dia datang sore, memasak buat esok harinya dan menemani saya dirumah ini sampai pagi. Tapi ma'af, kok tumben pak Pras datang kesini bersama menantu.." 

"Saya hanya ingin tau, Dewi sekarang tinggal dimana?"

"Dewi? Aduh pak, saya tidak tau dimana persisnya rumahnya. Katanya ada diluar kota, sehingga jarang datang kemari."

Asri mengeluh dalam hati, kalau ibunya saja tidak tau.. bagaimana bisa menemuinya?

"Apa ia tinggal bersama suamnya?"

Bu Harlan menghela nafas panjang, ada rasa sedih tampak diraut mukanya.

"Dewi itu sudah menikah 3 kali..dan yang terakhir ini entah siapa, saya sendiri tidak dikenalkannya ." 

Pak Prasojo dan Asri terkejut. Menikah 3 kali dan yang terakhir tidak dikenalkannya pada ibunya. Kasihan bu Harlan, dihari tuanya justru dibiarkannya sendirian.

"Suaminya kaya, Dewi kalau datang pakai mobil bagus, memberi saya semua kebutuhan, dan cukup .. tapi apa artinya semua itu kalau saya hidup kesepian? Dia tidak tentu satang sebulan sekali."

Asri yang pada dasarnya hatinya penuh welas asih, merasa iba atas keadaan bu Harlan yang seakan ditelantarkannya oleh anaknya.Ketika berpamit, ia sempat memeluk bu Harlan dan menepuk nepuk punggungnya. Bu Harlan merasa terhari. Dalam hatinya ia berkata, ternyata Asri lebih baik daripada anaknya, pantas dulu keluarga Prasojo menolaknya sebagai menantu, dan air matapun mengambang dipelupuk matanya.

Akhirnya mereka pulang tanpa hasil, dengan hati kecewa dan sedih. Prihatin akan nasib bu Harlan, dan sedih karena keberadaan Bowo tidak diketahuinya.

Disebuah rumah, Ongky sedang menasehati sahabatnya yang hari itu datang dengan pakaian lusuh dan wajah kuyu.

"Kamu itu darimana saja, dan mengapa wajahmu seperti orang hilang begitu Bowo?"

"Sudah 2 hari aku tidak pulang kerumah."

"Astaga... apa kamu lupa dimana rumahmu?"

"Aku lupa sama diriku juga.. aku seperti layang2 putus, melayang tanpa kendali."

"Kamu? Apa kamu sudah gila? Kalau ada masalah kan kamu bisa menelpon aku, Nanti kita akan pecahkan bersama sama masalah itu. "

Bowo mengeluh perlahan. 

"Masalah dengan isterimu? Ahaaa.. aku tidak percaya orang sebaik Asri bisa melukaimu."

"Tapi itu terjadi.."

"Apa maksudmu?"

Bowo tak mau menjawabnya. Ia  tak mau menceriterakan aib isterinya kepada orang lain. Walau kepada Ongky sekalipun.

"Bowo, kamu mau menceriterakan semuanya bukan? Ingat, aku ini bukan orang lain buat kamu."

Ongky kesal dengan sikap Bowo yang diam.

"Coba mana, aku pinjam ponselmu, biar aku telephone Asri. Manaa... lihat mana ponselmu."

Bowo menggeleng geleng.

"Gak ada pulsanya? Mana, biar aku isikan. Ya Tuhan.. baru kali ini aku kesal melihat sikapmu Bowo."

Ongky mendekati Bowo dan merogoh rogoh sendiri isi kantong sahabatnya.

"Ponselku hilang ketika aku makan disebuah restoran."

 

#adalanjutannyaya"

 

 

 


No comments:

Post a Comment

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 39

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  39 (Tien Kumalasari)   Dengan heran Saraswati mengangkat ponselnya. Sudah lama sekali, sejak Dewi kabur sa...