Friday, January 4, 2019

SEPENGGAL KISAH 115

SEPENGGAL KISAH 115

(Tien Kumalasari)

 

Asri jadi gelisah, apa benar apa yanga dikatakan Dewi bahwa Bowo sakit? Dipukuli Damar, ya Tuhan, tinggal beberapa sa'at ada harapan bertemu suaminya, mengapa Dewi mengganggu lagi?

"Menurut bapak, kamu jangan terus percaya sama perempuan itu. Bisa jadi  dia hanya meng ada2."

"Tapi ponsel mas Bowo masih dibawanya, berarti mas Bowo masih bersamanya."

"Tapi tadi nak Bowo menelpon kemari, mencari kamu dan akan datang."

"Aku akan menelpon Daniek. Barangkali dia tau sesuatu. Apa benar Damar memukuli mas Bowo."

Tapi kemudian Asri mengurungkan niyatnya.

"Bapak, Asri mau kerumah Danik sebentar, tolong temenin Pandu dulu ya, kalau Asri bicara ditilpun nanti nggak jelas, dan lagian nggak baik kalau Pandu sampai mendengarnya. Pasti dia sudah bertanya tanya tentang situasi kita yang seperti ini."

"Baiklah nduk, pergi saja, tapi hati2 ya."

"Kalau nanti mas Bowo benar2 pulang, tolong bapak kabari Asri."

 

Namun dirumah Danik ternyata Asri tidak mendapat keterangan apapun.

"Aku sudah lama tidak menghubungi Damar, setelah aku kesal dan melabraknya ketika itu. Tapi baiklah, aku akan menelponnya sekarang."

"Tanyakan apa benar dia memukuli mas Bowo tadi."

Danik memutar nomor Damar.

"Hallo, galak, mau apa menelpon aku?" suara dari seberang sana begitu tersambung.

"Galak.. galak.. aku galak cuma sama kamu, tau."

Suara tertawa terdengar dari seberang. 

"Kamu lagi dimana sekarang?"

"Aku nggak akan kasih tau kamu aku lagi dimana, pasti kamu akan melabrak aku lagi bukan? Tidak sayang.. aku tidak dimana mana, aku sedang menikmati sesuatu yang indah."

"Apa maksudmu?"

"Tadi aku bertemu suami Asri, aku pukuli dia sampai babak belur."

"Apa? "

"Aku sempat menghajarnya dan kami bertarung, mukaku lebam, tapi dia juga tak kurang parahnya."

"Sebenarnya kamu itu maunya apa? Kamu itu bermimpi Damar, Asri sudah tidak mencintai kamu lagi. Hentikan semuanya."

"Kamu tidak tau apa2 Danik, Asri sesungguhnya masih mencintai aku, aku tau itu."

"Tidak.. tidak.. hentikan semuanya atau aku tak akan lagi berteman denganmu."

"Aku tidak butuh kamu Danik, aku hanya mau Asri."

Danik meletakkan ponselnya. Ia sengaja membuka mike ponselnya supaya Asri mendengar pembicaraan itu. Dan Asri tampak duduk sambil mengusap air matanya yang sempat mengalir.

"Jadi benar mas Bowo luka karena dia. Dewi tidak bohong."

"Tapi mengapa mas Bowo bisa bersama perempuan itu Asri?"

"Aku juga tidak tau Dan.. dan dia juga yang memberikan foto itu pada ibu mertuaku."

"Rupanya memang Dewi ingin menghancurkan hubunganmu sama mas Bowo, dia dendam karena tidak berhasil menjadi isteri mas Bowo."

Ketika sampai dirumah kembali hari telah sore. Pandu sudah mandi dan duduk diteras bersama kakeknya. 

"Ibu, mana bapak kok belum pulang?" tanya Pandu. Mungkin dia sudah mendengar tadi bahwa ayahnya akan pulang.

"Oh, belum ya? Kalau begitu berarti pekerjaan bapak belum selesai."

"Pekarjaan bapak banyak sekali ya bu?"

"Ya, buanyak sekali sayang. Hm.. kamu sudah wangi.. " Asri mencium pipi anaknya. "Tapi ibu masih bau asem.." lanjutnya, dan Pandu tertawa.

"Tidak ada telephone pak?" Asri bertanya pada ayahnya, yang kemudian menggelengkan kepalanya. ..

Asri langsung pergi ke belakang, tidak segera mandi, tapi malah duduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa itu. Bermacam pkiran berkecamuk didalam hatinya. Dan dia tidak bisa mengerti, mengapa Bowo bisa bersama Dewi.

Tiba2 dari luar terdengar suara teriakan riang. "Nancy !! suara Pandu sangat nyaring begitu melihat siapa yang datang.

Asri bangkit dan menuju kearah depan. Dilihatnya Pandu sedang menerima sekotak coklat yang diberikan Nancy. Kemarin pak Prasojo bilang bahwa yang menemukan Pandu adalah ibunya Nancy, yang dikeroyok orang gara2 mertuanya itu berteriak penculik. Asri menyesal sampai tidak sempat mengucapkan terimakasih kepada penolongnya itu.

"Hallo Nancy," sama Asri ramah.

"Hallo ibu, apa kabar?"

"Baik nak, duduklah, ibu ingin mengatakan sesuatu."

Nancy duduk sedangkan Pandu asyik membuka bungkusan coklat dibantu oleh kakeknya.

"Nancy, aku minta ma'af ya, belum sempat mengucapkan terimakasih pada ibunya Nancy yang telah menemukan dan merawat Pandu dengan baik."

"Oh, nggak apa2 ibu, ayo kapan2 main kerumah Nancy. Disana ada mama sama grandma, kami tinggal cuma bertiga.

"Baiklah, aku akan menyempatkan waktu untuk pergi kesana nanti, kalau suamiku sudah datang ya, tapi sebelumnya mintakan ma'af dulu pada mama sama grandma, karena mertua ibu telah membuat keributan yang menyusahkan mama kamu."

"Ya , mama sudah cerita, tapi akhirnya mama bisa mengerti, bahwa waktu itu, kakeknya Pandu sangat bingung dan ketakutan karena mencari cucunya."

"Ya, kamu benar, Pandu nakal, di pergi sendiri waktu sedang bersama neneknya."

Nancy tertawa. :" Pandu memang nakal, tapi lucu. 

"Nancy pakai bawa oleh2 segala buat Pandu sih, selalu merepotkan ya."

"Nggak ibu, Nancy baru pulang dari Amerika, ada beberapa barang tertinggal dan Nancy mengambilnya, itu sebabnya ketika Pandu dirumah bersama mama, Nancy tidak tau. Taunya sudah pagi harinya ketika kebetulan menelpon mama. Jadi mama akan mengantar Pandu kerumah karena Nancy sudah kasih tau alamatnya."

"Oh, begitu ya, untunglah yang menemukan Pandu itu mamanya Nancy, coba kalau orang jahat, entah bagaimana jadinya."

"Pandu anak baik, pasti dilindungi Tuhan."

Asri tersenyum, gadis muda ini sungguh bijak dan baik hati. Pasti mamanya juga baik seperti dirinya.

"Ibu, ini Nancy tidak bisa lama2, karena Nancy mau ke Jogya."

"Ngapain ke Jogya."

"Mau ketemu papa, sudah lama Nancy nggak ketemu, kangen jadinya."

"Oh, kalau begitu hati2 ya nak, ini sudah sore, sampai di Jogya nanti sudah gelap lho.

"Nancy mau naik travel saja.Besok baru pulang kesini lagi."

Ketika sampai dihadapan papanya, Nancy terkejut melihat wajah Damar yang sembab dan memar.

"Papa jatuh? Atau habis berkelahi ?"

"Habis berantem sama orang jahat."

"Orang jahat? Maling? Atau apa."

"Ya, maling. Dia yang mencuri kekasih papa."

"Dia.. suaminya ibu Asri?"

"Haaaa.. ya, kan papa pernah bilang kalau Asri itu perempuan yang papa cintai. "

Nancy terkejut. Dirumah Asri tadi dia memang tidak melihat suaminya. Tapi Nancy mengira dia masih bekerja. Apa benar papanya telah menghajar suami Asri?

"Mengapa papa begitu? Mereka kan sudah hidup bahagia, harusnya papa tidak mengganggunya lagi."

Damar tampak marah.

"Apa maksudmu?"

"Nancy cuma bilang, harusnya papa tidak memikirkannya lagi karena mereka sudah berkeluarga dan bahagia,"

"Kamu anak kecil tau apa, dan ingat, ini bukan urusan kamu." hardik Damar.

"Ma'af papa, sebagai anak, Nancy hanya mengingatkan."

"Apa? Siapa bilang kamu anak aku? Bukan, kamu bukan anakku."

Nancy terkejut.

"Kamu itu hasil hubungan gelap mama kamu dengan temannya, seorang bule !!"

Nancy hampir pingsan mendengarnya.

 

#adalanjutannyaya#

 

 

No comments:

Post a Comment

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 40

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  40 (Tien Kumalasari)   Listyo terpana. Bukankah Dewi menyebut nama Satria? Bukankah Satria mengatakan bahw...