Sunday, December 30, 2018

SEPENGGAL KISAH 107

SEPENGGAL KISAH  107

(Tien Kumalasari)

 

Bu Prasojo kebingungan, dilihatnya No, sopirnya, bersandar di jok sopir sedang mengantuk.Dengan keras bu Prasojo mengetuk kaca mobil, sehingga No terkejut.

"Oh.. eh... sudah selesai bu?" tanyanya gugup..

"Sudah selesai..sudah selesai, kamu enak2 tidur disini, aku kehilangan Pandu, tau? "

"Mas Pandu? Bukankah tadi bersama ibu?"

"Iya bersama aku, tapi tiba2 e=menghilang. Kamu tau nggak?"

"Waduh, nggak lihat saya bu.. saya.."

"Ya nggak lihat lah .. wong kamu mengantuk... aduh... bagaimana ini? Aku harus menelpon bapak.. aduuh.. ponsel ku ketinggalan dirumah... kamu bawa hp No?"

"Ma'af bu, saya kehabisan pulsa, belum sempat beli..."

"Hadeeew... kamu ini benar2 tidak berguna, sekarang antar aku kekantor bapak saja."

"Baik bu.."

Bu Prasojo naik keatas mobil dan memerintahkan No agar memacu mobilnya supaya segera bisa kekantor suaminya. Hati bu Prasojo bingung sekali, is menyesal karena membawa Pandu pergi dari rumah.

Begitu sampai dikantor, pak Prasojo terkejut melihat bu Prasojo langsung masuk keruangannya dan menangis.

"Ada apa bu? "

"Pandu pak.. Pandu..."

"Pandu kenapa?" Berdebar hati pak Prasojo.

"Pandu hilang pak..."

"Hilang?" keras suara pak Prasojo, sangat terkejut mendengar berita itu.

"Bagaimana bisa hilang? Apa dia main keluar rumah? Apa pintu tidak dikunci? Apa ada orang masuk kedalam?"

"Nggak pak, ibu mengajak dia jalan2 karena dirumah rewel minta ketemu bapak ibunya. Ketika sedang membayar es krim, tiba2 Pandu sudah nggak ada pak.."

"Ibu ini bagaimana, pakai ngajak pergi2 segala, tapi nggak bisa menjaga." Pak Prasojo sangat marah pada isterinya, tapi dia juga sangat cemas.

"Lha gimana ini pak.. kalau cucu kita hilang bagaimana?"

"Ini juga semua salah ibu, sudah buat masalah, sampai2 anak menantunya nggak tau ada dimana, terus cucunya hilang, bagaimana ibu ini? Bapak jadi sedih dan pusing. Ini gara2 ibu."

Bu Prasojo hanya bisa menangis menyesali apa yang telah terjadi. Tapi apakah itu salahku, bukankah Asri yang telah membuat masalah? Mengapa dia bertemu dengan laki2 dirumah makan itu dan... kemudian semua ini terjadi..Bu Prasojo tak mau sepenuhnya disalahkan. Ini gara2 menantunya, tetap Asri yang salah.

"Jaman sekarang banyak orang jahat, menculik anak2 .. dijual.. dijadikan pengemis.. ada lagi yang lebih mengerikan...."

"Sudah..sudah pak.... jangan diteruskan.. sekarang bagaimana ini... kemana kita harus mencari?"

"Aku sudah menelpone Bowo.. berpuluh kali, ponsel tidak aktif.. demikian juga Asri.. mereka benar2 menghilang."

"Coba kerumahnya pak, siapa tau Pandu sudah pulang."

Pak Prasojo menelpon kerumah Bowo, agak lama pak Marsam baru mengangkatnya.Pak Prasojo harus bicara hati2, supaya seandainya Pandu tidak pulang kerumahnya, hal itu tidak usah diketahui pak Marsam terlebih dahulu.

"Hallo..." suara pak Marsam dari seberang.

Pak Prasojo menjawab dengan suara yang sedemikian rupa sehingga tidak terlihat cemas. 

"Hallo pak, sedang apa nih pak.. istirahat ya?"

"Iya pak, sedang duduk2 didepan sehingga agak lama mengangkat telponnya, ma'af ya pak."

"Tidak apa2 pak.. "

"Bagaimana keadaan Pandu pak, apakah tidak rewel?"

Pak Prasojo merasa lega karena pak Marsam berarti belum mengetahui perihal hilangnya Pandu, sekaligus cemas mengapa Pandu tidak pulang kemari.

"Oh, nggak apa2 pak, Pandu baik2 saja. "

"Asri dan mas Bowo juga masih kerasan disitu ya pak?"

"Iya pak.. iya,, saya hanya ingin mengabarkan keadaan pak Marsam saja, syukurlah kalau baik2 saja."

"Ya pak, saya baik2 saja."

"Ya sudah pak, istirahat saja dulu, saya mau melanjutkan pekerjaan saya."

"Baik pak, terimakasih, titip anak cucu nih pak."

Pak Prasojo menutup telephone, dan menghela nafas panjang.

"Pandu tidak pulang kerumah, untunglah pak Marsam tidak curiga."

"Kemungkinan kerumah ya kecil pak, rumah kita sama rumah Bowo kan jauh, tempat kami tadi beli es krim juga jauh dari rumahnya, mana mungkin Pandu pulang sendiri.

Asri yang rindu pada anaknya, siang hari itu nekat pergi kerumah mertuanya. Ia harus yakin bahwa Pandu baik2 saja. Ia melihat rumah itu sepi,  Tapi ia nekat masuk lewat pintu samping. Dilihatnya simbok sedang didapur.

"mBok..." sapanya..

"Eh..bu Asri.. silahkan masuk bu.. ini pada pergi semua.."

"Oh, pergi semua? Pandu juga?"

"Bapak ke kantor dari pagi, tadi pulang sekolah mas Pandu rewel nggak mau makan, terus sama ibu diajak jalan2. Sampai sekarang belum pulang tuh bu."

"Oh, jalan2 sama ibu ya?"

"Ya bu, tadi agak rewel, makannya susah, mungkin karena bapak ibunya nggak ada ." Ibu mau njemput mas Pandu?"

"Maksud ku begitu mbok, tapi karena nggak ada ya sudah aku pulang dulu ya mbok,"

"Kok nggak nungguin ibu pulang dulu."

"Nanti saja aku kesini lagi mbok."

Asri berlalu dengan kecewa. Sesungguhnya ia ragu, apakah ia masih diijinkan kerumah ini mengingat mertuanya sedang marah. Kalau nanti dia diusir bagaimana? Tapi setidaknya Asri tau bahwa anaknya baik2 saja.

Asri sama sekali tidak menduga, bahwa Pandu sedang berjalan sendiri mencari rumahnya, dan bingung karena tidak bisa menemukannya. Pandu menoleh kesana kemari, tiap sampai diperempatan jalan ia bingung harus belok kekiri atau kekanan. 

"Bapaaak... ibu...." Pandu pun kecapaian, lalu duduk ditepi trotoar dipinggir jalan sambil menangis.

"Ibuuu... ibu ku manaaa? Ibuuuu...... "

Seorang perempuan lewat didepan Pandu dan berhenti didepannya.

"Kamu mencari siapa?"

"Ibuku mana.. aku mau ibuuu...

"Lho.. kok kamu bisa kehilangan ibumu? Rumahmu mana?"

Pandu menggeleng... ia benar2 bingung dimana letak rumahnya.

"Aku mau ibu.... ibuuu.."

Perempuan itu merasa iba. "Siapa ibumu?"

"Ibuku ... mana ibuku.. aku nggak mau sama nenek.. aku mau ibu..."

"Ya ampuun... bagaimana seorang ibu membiarkan anaknya  terlunta lunta dihari yang panas seperti ini?"

"Nak, ganteng, ayo ikut ibu saja yuk, nanti ibu bantu kamu mencari orang tuamu. Ayo.. disini panas, ayo ikut.."

Sejenak Pandu ragu2, namun melihat tatapan ramah perempuan itu, dan merasakan letih ditubuhnya , akhirnya Pandu menurut.

"Aku hauuus..." 

Wanita itu mengeluarkan sebotol minuman dari dalam tas nya dan memberikannya pada Pandu.

#adalanjutannyaya"

No comments:

Post a Comment

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...