Sunday, December 30, 2018

SEPENGGAL KISAH 106

SEPENGGAL KISAH  106

(Tien Kumalasari)

 

Walau merasa heran karena anak menantu dan cucunya tidak pulang semalaman, namun pak Marsam mengira semuanya menginap dirumah pak Prasojo karena Pandu kangen sama kakeknya. Itulah sebabnya pak Marsam tidak begitu merasa khawatir. Ia membersihkan rumah, membersihkan taman dan menyirami bunga2.. seperti hari2 biasanya.

Ternyata Asri menginap dirumah Danik. Ia menangis sejadi jadinya dihadapan sahabatnya, menceriterakan semua yang menimpanya dalam sehari itu. Danik sangat prihatin. Kejadian yang menimpa Asri seperti susah diurai seandainya berupa benang kusut. Ada foto.. ada muka ditonjok..  semuanya terjadi secara kebetulan dan sangat memojokkan sahabatnya.Tapi ia berusaha tenang dan menghibur Asri sebisanya.

"Baiklah Asri, Kamu tenang dulu disini ya, kalaupun kamu pulang nanti, pasti Bowo juga belum bisa diajak bicara. Sebaiknya biarkan dia menjadi tenang, nanti aku akan membantumu sebisaku agar dia bisa mengerti."

"Tapi anakku aku tinggal dirumah mertuaku Dan bapak juga pasti bingung kalau aku tidak pulang. Aku akan menelpon bapak dulu.. Aku harus tau keadaannya. "

Asri menelpon pak Marsam, tapi apa yang didengarnya sedikit membuatnya lega karena ternyata bapaknya tidak menghawatirkannya karena mengira dia bersama suami dan anaknya menginap dirumah keluarga Prasojo.

"Ya nggak apa2 Asri kalau kalian pada nginep disana, kan pak Prasojo juga kangen sama cucunya. Kemarin pak Prasojo kesini sendiri mengambil baju2 anakmu."

"Oh, baiklah pak.. bapak jangan khawatir kalau Asri belum pulang untuk beberapa hari, karena mertua masih menahan Asri disini, ya pak."

"Ya.. ya.. tentu saja nduk. Nanti kalau sa'atnya anakmu sekolah juga bapak sudah bawakan seragam dan sepatunya beberapa pasang.Tidak apa2 kalau kakeknya ingin juga mengantar dan menjemput cucunya."

Ketika menelpon itu Asri sedikit sekali bicara, karena khawatir ayahnya mendengar sedu yang meluncur dari bibirnya. Ia juga sedih karena menurut apa yang dikatakan ayahnya, ternyata Bowo belum pulang juga kerumah. Kemana perginya Bowo? Namun ada rasa lega karena mertuanya pasti akan menjaga Pandu dengan sebaik baiknya. Bukankah mereka semua menyayanginya? Ia hanya berharap Pandu tidak rewel karena tidak bersamanya. Entah apa yang dikatakan mertuanya pada Pandu tentang dirinya.

"Ternyata mas Bowo juga tidak pulang kerumah, ia pasti marah sekali sama aku ya Dan." sedih kata2 Asri.

"Biarkan saja dulu, memang dia lagi marah. Dan jangan ditanya kemana, seorang laki2 pasti lebih kuat dan lebih bisa menjaga dirinya, jadi kamu tidak perlu menghawatirkannya ya.

Asri mengangguk.

"Aku juga akan menegur Damar, gila dia itu, sungguh menurutku dia memang gila, gila yang sebenar benarnya."

"Sebenarnya aku kasihan padanya Dan, hidupnya penuh derita, tapi mengapa dia tidak bisa menguasai diri ya Dan? "

"Kamu masih mencintainya?" Danik curiga mendengar kata2 Asri.

"Tidak Danik, cinta itu sudah lama sirna, aku hanya kasihan padanya."

"Kasihan itu bisa berubah jadi cinta lho," Danik menggodanya.

"Tidak Danik,apa kurangnya suamiku, dia baik dia menyayangi aku, mencintai aku, melindungi aku, tidak ada duanya suamiku itu bagi aku Danik. Sungguh kejam orang yang menuduh aku berbuat yang tidak2 . Aku juga tidak mengira Dewi tega memotret aku ketika aku sedang bersama dia. Lalu membuatnya untuk menghancurkan rumah tanggaku. Padahal aku ketemu tidak sengaja, dan Damar memaksa aku untuk bicara."

"Iya..iya.. aku percaya kok sama kamu. Ya sudah, kamu istirahat dulu disini, sambil menunggu suasana menjadi dingin. Yang penting anakmu sudah berada ditempat yang aman bukan?"

 

Namun ternyata Pandu agak rewel karena tidak melihat bapak ibunya didekatnya. Ada perasaan aneh yang tidak dimengertinya, bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi pada kedua orang tuanya. Seandainya Pandu bisa menangkap isyarat rasa itu..... 

Hari itu pulang sekolah Pandu dijemput oleh neneknya, dan langsung diajaknya kerumahnya lagi. Ia tak ingin mengantar Pandu kerumah Bowo. Ia tak ingin bertemu Asri disana. Setelah berganti pakaian, diajaknya Pandu makan. Tapi anak kecil penyuka ayam goreng itu tampak tidak berselera.

"Pandu sayang.. mengapa makan hanya sedikit? Ayo dihabisin dong, mau disuapin nenek ya?"

"Nggak mau nek..." Pandu menggeleng gelengkan kepalanya.

"Kok cuma sedikit? Nggak enak ya ayam gorengnya? "

"Nggak mau.. sudah kenyang.."

"Baru sedikit kok sudah kenyang .. o.. Pandu pengin telur mata sapi? Oh, ada sup juga nih.. Pandu biasanya suka kan? " rayu nenek Pras.. tapi Pandu tetap saja menggeleng. Bu Prasojo kebingungan, biasanya Pandu tidak begitu kalau menginap dirumahnya. Dia selalu dengan lincah minta ini itu.. tidak seperti sekarang ini.  Sementara pak Prasojo berada dikantor, hanya bu Prasojo yang menemani Pandu.

"O.. nenek tau .. Pandu mau disuapin simbok kan? Biar nenek panggilkan simbok ya?"

Pandu menggeleng lagi. 

"Habisnya.. Pandu pengin apa dong?"

"Pandu pengin bapak sama ibu.."

Bu Prasojo terdiam. Baru saja suaminya mengabari bahwa Bowo belum pulang kerumah dan juga tidak pergi kekantor. Ia mulai khawatir, kemana gerangan perginya Bowo? Padahal kalau Bowo ada ia ingin mengabari bahwa anaknya rewel kepengn ketemu dia. Ponselnya juga tidak bisa dihubungi.

"Baiklah sayang, sekarang ini bapakmu lagi keja, nanti kalau sudah pulang pasti dia akan datang kemari, ya sayang?"

"Kalau begitu sama ibu saja." rengek Pandu lagi.

Bu Prasojo terdiam, tidak mungkin ia memanggil Asri kemari. Ia sedang tak ingin bertemu menantunya, bahkan kalau mungkiin ia ingin menceraikan Asri dari Bowo. Harusnya dia bisa membuat Pandu nyaman bersamanya, tapi ternyata tak mudah hal itu dilakukannya. Pandu tetap ingin bersama ayah dan ibunya.

 "Pandu, apa Pandu tidak sayang nenek? Mengapa sudah bersama nenek tapi Pandu masih ingin bersama ibu?"

"Pandu mau ibu saja.."

Wadhuh, bu Prasojo kebingungan. 

"Tunggu, nenek ambilkan mainanmu, ayo bermain saja sama nenek ya, sebentar, ayo turun dulu dari situ, mainan saja ya.. tunggu sebentar "

Seluruh mainan yang biasanya Pandu sukai sudah keluar dari kotaknya, tersebar disekitar Pandu duduk bersimpuh, tapi tak satupun disentuhnya.

"Aduh... nenek lupa nih... ada es krim dilemari es. Simbooook... " bu Prasojo berteriak memanggil pembantunya.

"Ya bu.." simbok mendekat.

"Tolong ambilin es krim di almari es mbok, kayaknya beberapa hari lalu aku beli deh."

Simbok menuju almari es, tapi tak menemukan apa yang dicarinya.

"Nggak ada bu, " terak simbok..

"Lhoh.. apa aku lupa ya? Ya sudah, begini saja, panggilkan sopir, aku mau keluar sama Pandu."

"Baik bu," simbok pergi kebelakang, dan bu Prasojo kembali merayu cucunya.

"Pandu, sekarang kita mau jalan2, Pandu suka kan? Nanti beli mainan lagi, dan beli es krim kesukaan Pandu."

Kali ini Pandu mengangguk, bu Prasojo merasa sedikit lega. 

"Ayo ganti dulu bajumu." tapi Pandu enggan mengganti bajunya. :" Ya sudah, ini juga bagus kok bajunya, nenek aja yang ganti baju sebentar. Tuh.. No sudah siap, Pandu tunggu d mobil ya?"

Pandu berlari kearah mobil.

Siang itu toko es krim yang dipilih Pandu sangat ramai. Maklum, sa'at itu jam makan siang. Tapi dengan sabar bu Prasojo menunggu ...

"Nanti Pandu boleh minta mainan apa yang Pandu suka. Disebelah itu toko mainan lho."

"Ya, nenek."

Setelah memilih es krim pesanannya, dan bu Prasojo membayar semuanya, diberikannya sekotak es krim didalam tas plastik kepada Pandu. Namun bu Prasojo terkejut. Tiba2 Pandu tak ada didekatnya..

"Panduuu... Pandu...." bu Prasojo berjalan kesana kemari... sekeliling toko itu, tak ada... lalu ia teringat akan toko mainan yang pernah ditawarkannya pada Pandu tadi... lalu ia sambil berteriak teriak memanggil nama cucunya juga memasuki toko mainan itu, namun Pandu tak juga ditemukannya.

"Panduuuuu..." Bu Prasojo panik... ia bingung bukan alang kepalang...

#adalanjutannyalho#

 

No comments:

Post a Comment

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...