HANYA BAYANG-BAYANG 03
(Tien Kumalasari)
Sekar menatap suaminya dengan heran.
“Kok nggak turun-turun mas?”
Sang suami tidak menjawab. Dengan isyarat ia menyuruh istrinya menatap ke arah samping rumah. Srikanti masih asyik bercanda dengan Priyadi, yang sedang mencuci mobil.
Sekar mengerutkan keningnya.
“Ibu kok gitu? Masa seorang nyonya besar bercanda dengan sopir sampai sebegitunya?”
“Ya sudah, ayo turun, nanti dia sungkan,” katanya sambil turun dari mobil. Tapi ketika mendengar pintu mobil tertutup, Srikanti menoleh dan tampak terkejut, tapi Suwondo dan istrinya yang sudah turun dari mobil pura-pura tidak menggubris.
“Ada tamu? Nak Wondo, lama tidak kelihatan?" katanya sambil tergopoh menyambut anak dan menantu tirinya.
“Ibu sedang apa?” tanya Sekar.
“Itu, sedang memarahi Priyadi, mobilnya kurang bersih,” jawabnya. Jawaban yang aneh, dan tentu saja berbohong. Ia tak tahu kalau sang putri dan menantu tiri sempat melihat adegan tak pantas itu. Begitu ya cara memarahi? Tapi mereka seakan tak peduli. Hanya saja sikap aneh itu mereka catat dalam hati.
“Bapak tidur?”
“Tidur, baru saja, sebentar aku bangunkan. Ayo masuklah,” katanya tetap ramah. Hal yang selalu diperlihatkan kepada anak-anak Sanjoyo.
“Tidak usah dibangunkan Bu, biar saja bapak istirahat.”
“Tidak apa-apa, nanti kalau tidak dibangunkan malah marah. Bapak juga sudah pernah bilang, kangen sama nak Wondo, katanya.”
“Iya Bu, minggu kemarin memang tidak pulang, soalnya ada tugas yang tidak bisa ditinggalkan.”
“Menantu ibu yang satu ini rajin sekali,” puji Srikanti sambil masuk ke kamar suaminya.
Sekar beranjak ke belakang, menghampiri bibik yang sedang membuat minuman.
“Sedang buat apa Bik?”
“Ini, membuat minuman buat Non Sekar.”
“Puspa nggak kelihatan sih Bik? Di kamarnya ? Tapi mobilnya juga tidak kelihatan.”
“Non Puspa jarang di rumah kalau libur. Biasanya pulang nanti sore.”
“Setiap kali datang kemari aku belum pernah ketemu dia.”
“Iya Non, setiap hari kuliah, kalau libur pasti jalan ke mana, gitu. Jadi jarang ada di rumah.”
“Pengin jewer telinganya nanti kalau ketemu.”
“Minumnya bibik bawa ke depan, Non.”
“Iya Bik, terima kasih ya.”
Ketika bibik sampai di depan, tuan Sanjoyo sudah duduk berbincang dengan menantunya.
“Bapak sehat?” tanya Sekar sambil duduk di dekatnya.
“Ya begini ini, sehatnya orang tua. Seminggu yang lalu kontrol, katanya semua baik. Tapi bapak masih belum bisa berjalan tegak. Bisanya ya dengan kursi roda ini.”
“Sabar ya Pak, lama-lama nanti pasti juga bisa pulih.”
“Aamiin. Kalian ini ke mana-mana berdua saja, kapan punya momongan?”
“Iya, Sekar, jangan pacaran terus, pikirkan punya momongan. Bapak sudah pengin gendong cucu dari putri sulungnya. Ya kan Mas?” sambung Srikanti.
“Iya, pengin. Roto sudah punya satu, kamu yang kakaknya malah belum.”
“Namanya belum dikasih sama Allah, ya harus sabar dulu. Bapak doakan agar kami segera mempunyai anak.”
“Kalian ini terlalu sibuk, coba sekali-sekali liburan berdua, santai, tidak memikirkan pekerjaan.”
“Tadi Sekar malah usul, pengin mengajak Bapak jalan-jalan, nanti sama mas Roto juga,” kata Suwondo.
“Jalan-jalan? Ke mana?”
“Ke mana saja, pokoknya ke tempat yang menyenangkan. Ke pantai, atau ke taman-taman hiburan. Mau ya Pak? Nanti Sekar kabari Roto juga,” sambung Sekar.
“Kapan ya?”
“Itu usul yang bagus Mas, Harus disisihkan waktu untuk bersenang-senang.”
“Terserah kalian saja, tapi jangan minggu depan ini, kantor sedang banyak urusan, minggu depannya saja.”
“Baiklah, yang penting Bapak mau, nanti kita atur bersama-sama, mau ke mana.. Kalau bisa harus menginap, jadi Bapak tidak kecapekan.”
“Ya, atur saja oleh kalian. Kabari adikmu, dia itu juga jarang datang kemari.”
“Nanti Sekar akan menelpon dia.”
***
Pagi hari itu tuan Sanjoyo mau berangkat ke kantor. Priyadi sudah membantunya duduk di dalam mobil, dan meletakkan kursi roda di bagasi.
Walau begitu tuan Sanjoyo masih mengingat kebutuhan sang istri, kalau-kalau dia mau bepergian.
“Sri, hari ini di kantor banyak pekerjaan, pastinya melibatkan Priyadi untuk mengantar staf yang akan tugas luar. Jadi tidak bisa pulang. Kamu tidak apa-apa kan?”
“Ya tidak apa-apa Mas, aku kan bisa setir sendiri.”
“Sebenarnya aku lebih suka kalau kamu diantar sopir. Tapi kantor sedang sibuk.
"Tidak apa-apa. Jangan mengkhawatirkan aku.”
“Apa harus cari sopir lagi khusus untuk kamu?”
“Tidak … tidak, mengapa harus cari sopir lagi, buang-buang uang saja.”
“Ya sudah, terserah kamu saja. Nanti uang belanja untuk kamu aku transfer dari kantor.”
“Iya Mas, uangku juga hampir habis, soalnya aku juga harus menyumbang ke anak-anak yatim, panti jompo, dan lain-lain. Jadi kalau uang Mas cepat habis jangan marah ya?”
“Ya tidak, aku sudah tahu kalau istriku baik hati. Lakukan apa yang kamu suka, kalau masih kurang boleh minta lagi.”
“Iya, aku tahu. Sudah sana Pri, antar tuanmu, nanti kalau aku butuh bepergian bisa sendiri kok.”
“Ya, Nyonya,” kata Priyadi sopan, lalu membawa mobilnya keluar dari halaman.
***
Srikanti melenggang masuk ke rumah. Ia merasa sejauh ini semuanya aman-aman saja. Bertahun-tahun ia menyimpan uang dari suaminya, sehingga bisa dibelikan rumah, lalu masih akan merenovasi sehingga menjadi hunian yang dirasa nyaman untuk dirinya dan Priyadi, tentunya.
Kemudian dia duduk sambil menyilangkan kaki, lalu memberi perintah-perintah kepada mandor bangunan yang dipercaya untuk membangun rumahnya.
Bibik pembantu merasa heran. Diam-diam dia mendengarkan apa yang dibicarakan sang nyonya majikan.
“O, nyonya besar sedang membangun rumah? Rumah siapa ya? Apa tuan membuat rumah baru? Tidak, aku tidak pernah mendengar tuan dan nyonya membicarakan tentang membangun rumah. Jadi itu pasti rumah dia sendiri. Hm, bagus ya, bisa hidup mewah, bisa membangun rumah. Pintar sekali nyonya mengambil hati suami, sehingga minta apapun diberikan. Padahal di belakang tuan, dia ada main dengan sopirnya. Duh Gusti, apa yang nanti akan menimpanya, ada orang sejahat itu.”
“Bik, kamu lagi ngelamunin apa? Kok duduk di meja dapur sambil berpangku tangan.”
Bibik terkejut. Memang dia sedang melamun, sehingga tak tahu kalau nyonya majikan sudah ada didekatnya. Untunglah dari mulutnya tidak sampai meluncurkan kata-kata yang mencurigakan.
“Eh, Nyonya … saya sedang memikirkan, hari ini enaknya masak apa?”
“Bukankah aku sudah memberi tahu kamu tadi malam, kalau besok masak ikan bakar, sambal yang pedes, lalapan … sayurnya terserah kamu.”
“Oh iya, bodoh … bodoh … bodoh … Bagaimana saya bisa lupa?”
“Kamu itu belum tua benar, gampang sekali lupa.”
“Maaf, Nyonya, baiklah, saya akan mulai memasak sekarang. Ikannya sudah siap di kulkas,” kata bibik sambil meninggalkan sang nyonya.
“Hari ini aku capek sekali. Jadi mau tidur sebentar, jangan ada yang mengganggu ya Bik.”
“Baik, Nyonya. Tapi saya mau ke warung sebentar, ada bumbu yang kurang.”
“Ibu!” tiba-tiba sebuah panggilan mengejutkan Srikanti.
“Kamu itu belum berangkat kuliah?”
“Puspa baru bangun, trus mandi, ini mau berangkat.”
“Makan pagi dulu sana.”
“Nggak usah, sudah kesiangan, nanti makan di kampus saja.”
“Ya sudah, berangkat sana.”
“Tapi bensinku habis.”
“Uang saku masih ada kan?”
“Habis juga.”
“Jangan terlalu boros,” kata Srikanti sambil memberikan beberapa lebar uang ratusan ribu.
“Puspa berangkat dulu,” kata Puspa sambil bergegas keluar, menuju ke arah garasi untuk mengambil mobilnya.
***
Siang hari itu seorang mahasiswa ganteng sedang duduk sendirian di lobi kampus. Ia merangkul tas kuliahnya, sambil melamun. Anak muda itu adalah Nugi, mahasiswa jurusan ekonomi yang sudah senior, teman seangkatan Puspa. Tiba-tiba seseorang mengejutkannya.
“Nugi!”
“Eh, kamu Puspa.”
“Kok ngelamun di sini? Ngelamunin siapa?”
“Tidak ada. Sedang menunggu seseorang.”
“Pacar?”
Nugi tertawa.
“Nggak punya pacar.”
“Kalau begitu pacaran sama aku saja,” canda Puspa.
“Kamu ada-ada saja. Mana ada, anak orang kaya mau pacaran sama orang miskin seperti aku?”
“Memangnya cinta itu mengenal kaya dan miskin?”
“Biasanya kan begitu.”
“Tapi ini sedang tidak biasa.”
“Kamu ada-ada saja. Ya sudah sana, aku mau keluar sebentar.”
“Kita kan ada kelas? Kok malah keluar?”
“Masih setengah jam lagi, aku sedang ada perlu,” kata Nugi sambil bergegas keluar. Puspa menatap punggung tegap itu dengan mata penuh pesona. Nugi teman kuliahnya yang pintar, tapi sangat sederhana tapi sangat rendah diri. Ia selalu merasa tak pantas bergaul dengan teman-teman lainnya, dengan alasan tidak selevel. Tapi sikap itu membuat Puspa sangat kagum. Kekayaan dia sudah punya, mengapa berteman harus memilih orang kaya? Diam-diam Puspa mengikuti Nugi dari arah jauh. Nugi berdiri dipinggir jalan, seperti menunggu seseorang. Puspa tak ingin mendekat lalu penantian Nugi jadi terganggu. Ia hanya mengawasinya dari jauh. Tak lama kemudian ia melihat becak berhenti di dekat Nugi. Tanpa penumpang, apakah Nugi mau bepergian dengan naik becak? Tapi tidak, tukang becak itu memberikan sesuatu. Sepertinya sebuah amplop. Puspa heran. Apa yang sebenarnya diberikan tukang becak itu?
Puspa bersembunyi di balik pagar, membiarkan Nugi lewat dan kembali masuk. Puspa yang menasaran segera keluar dan memanggil tukang becak itu. Dengan gembira tukang becak berhenti, merasa akan mendapat penumpang. Tapi Puspa hanya menanyakan sesuatu. Tapi sebelumnya dia mengulurkan selembar uang.
“Non mau naik? Kemana? Belum-belum saya sudah dapat bayaran?”
“Itu untuk Bapak saja, saya cuma mau bertanya, tadi Bapaknya ketemu Nugi ya?”
“Itu tadi? Benar, namanya Nugi.”
“Itu anak Bapak?”
“Bukan, mana kuat saya membiayai anak saya kuliah. Itu tadi titipan dari bik Supi.”
“Bik Supi?”
"Bik Supi itu pembantu di rumah orang kaya yang namanya tuan Sanjoyo. Anaknya kuliah di sini. Setiap bulan di tanggal lima, dia menyuruh saya menemui anaknya dan memberikan uang untuk biaya kuliahnya.”
“Bik Supi? Bukankah itu pembantu di rumahnya? Jadi Nugi itu anak bik Supi?" gumam Puspa sambil melangkah kembali ke dalam.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah.....
ReplyDeleteHaBeBe_03 sudah tayang....
Matur nuwun mbak Tien-ku Hanya Bayang-Bayang telah tayang
ReplyDeleteTerima kasih Budhe, Sekar, Suwondo, Srikanti sdh hadir.
ReplyDeleteSalam SEROJA dan tetap semangat berkarya. 🤝🤝🙏
Alhamdulillah,matur nuwun ,mugi Bunda Tien tansah pinaringan kasarasan lan karahayon.
ReplyDeleteAlhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " HANYA BAYANG BAYANG ~ 03 " 👍🌹
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Alhamdulilah Cerbung HBB 03 sampun tayang .... maturnuwun bu Tien, semoga ibu sekeluarga selalu sehat dan bahagia .. salam hangat dan aduhai aduhai bun 🙏🩷🌹🌹
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang
ReplyDeleteSuwun mb Tien, smg sht sll 🙏
Matur suwun Bu Tien ..HBB 03 sdh tayang ...Salam sehat utk keluarga.
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Alhamdulillah, HANYA BAYANG-BAYANG (HBB) 03 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteTerima ksih bundaqu cerbung HBB nya..slmr mlm dan slmt istrhat..slm seroja dan aduhaiii sll unk bunda dri skbmi 🙏🥰🌹
ReplyDeleteMatur nuwun, Bu Tien
ReplyDeleteHatur nuhun
ReplyDeleteBunda sehat selalu
Alhamdulillah HANYA BAYANG-BAYANG ~03 telah hadir.
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien 🙏
Semoga tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga, serta selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin YRA..🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun pak Djodhi
Delete🍄🍂🍄🍂🍄🍂🍄🍂
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏🦋
Cerbung HaBeBe_03
telah hadir.
Matur nuwun sanget.
Semoga Bu Tien dan
keluarga sehat terus,
banyak berkah dan
dlm lindungan Allah SWT.
Aamiin🤲.Salam seroja 😍
🍄🍂🍄🍂🍄🍂🍄🍂
Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun jeng Sari
DeleteBesok ikut ke Solo kah?
In sya Allah ikut Bu, sdh kangen dgn ibu Tien 😍❤️
Delete
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung *HANYA BAYANG BAYANG 03* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia
bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun pak Wedeye
DeleteMks bun HBB 03 sdh tayang.....selamat mlm bun .....smg bunda sekelrg sll sehat" semua 🙏🤲
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun ibu Supriyati
DeleteMatur nuwun Bu Tien, salam sehat bahagia aduhai selalu....
ReplyDeleteSami2 ibu. Aduhai
DeleteTerima kasih Bunda, serial baru cerbung : Hanya Bayang Bayang 03 sampun tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin
Hai. .Puspa berteman dengan Nugi aja ya, biar belajar hidup sederhana..😁
Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Matur nuwun pak Munthoni
DeleteAlhamdulillah HaBeBe 03 sdh hadir. Matur nuwun Bu Tien, sugeng ndalu 🙏
ReplyDeleteSami2 pak Sis.
DeleteSugeng dalu ugi
Kloplah, ibunya mengintai sopir, anaknya mengintai anak pembantu...
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
Terimakasih Bunda Tien Kumalasari, 😍😍😍😍😍
ReplyDeleteTerima kasih ibu Tien tetap berkarya, semoga sehat selalu.🙏🏻💐
ReplyDelete