RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 26
(Tien Kumalasari)
Alvin tertegun, tapi ia meminta kepada sekretarisnya agar sang tamu dipersilakan masuk.
Alvin menumpuk map yang sebelumnya berjajar di mejanya, menunggu yang mau datang menemuinya, dan yang sebelumnya membuatnya bertanya-tanya. Ada apa? Pasti bukan karena lama tak berjumpa, karena dia adalah Hasto, yang walau sedikit pernah menyentuh rasa cemburu di hatinya.
“Selamat siang,” sapa yang terdengar formil, tapi Alvin menjawabnya ramah.
“Siang juga, waduh, lama nggak jumpa nih. Silakan duduk."
Tapi kemudian Alvin membawanya duduk di sofa yang ada di ruangan kerjanya.
“Apa kabar?” Alvin selalu berusaha ramah.
“Atas doamu, baik.”
“Senang bisa ketemu, soalnya ketika ada acara kumpul-kumpul di rumah Sanusi, kamu tidak kelihatan.”
“Iya, sedang ada keperluan. Kamu sedang sibuk?”
“Sedikit, tapi bisa diatur. Tumben nih, kamu sedang libur?”
“Sedang cuti.”
“Oh ya, bukan cuti hamil kan?” canda Alvin.
“Saya ingin bicara tentang Kenanga,” kata Hasto dengan mengabaikan candaan Alvin.
Alvin menatap sahabatnya tajam. Ucapan Hasto sangat serius. Tak ada senyuman di wajahnya. Tapi Alvin menghadapinya dengan santai.
“Ada apa dengan Kenanga?”
“Kakek bersorban sudah tak ada.”
“Ya, aku ada di sana waktu itu. Tidak sengaja sih, jadi sempat menyaksikan pemakamannya juga,” kata Alvin seakan sedang mencuri start, tentang kematian kakek bersorban. Bukankah ia memang lebih tahu?
“Aku ketinggalan berita. Kemarin aku datang kakek sudah dimakamkan.”
Alvin hanya mengangguk. Sesungguhnya ia menunggu apa yang akan dikatakan Hasto.
“Tapi sebelum kakek meninggal, aku pernah mengutarakan maksudku.”
“Maksud … apa ya?”
“Aku ingin memperistri Kenanga.”
“Oh, baguslah. Apa jawab kakek waktu itu?”
“Memang belum dijawab, tapi aku kan sudah mengutarakan apa yang ada di dalam hatiku, dan dengan demikian almarhum kakek sudah tahu.”
Alvin mengangguk lagi.
“Dengan begitu, aku memohon kepadamu, bahkan dengan hormat dan sangat ….”
Alvin menunggu kelanjutkan ucapan Hasto, yang seperti tergantung diudara.
“Agar … kamu tidak lagi mengganggu Kenanga.”
Alvin mengangkat alisnya.
“Karena apa?”
“Karena aku sudah lebih dulu meminang Kenanga.”
Alvin tersenyum lebar. Ia merasa Hasto seperti kanak-kanak. Atau … seandainya orang belanja di pasar, Hasto sedang menawar dagangan. Si penjual belum mengatakan setuju dagangannya dibeli, tapi dia sudah melarang orang lain menawarnya.
“Baiklah, pasti aku tak akan mengganggu, dengan catatan … satu, almarhum sudah menyetujuinya. Kedua … Kenanga menerimanya … ketiga … sudah ada janur melengkung sebagai tanda pernikahan segera dimulai.”
Hasto tampak geram. Catatan yang diutarakan Alvin belum satupun ada dalam genggamannya. Ia Baru jatuh cinta, ia baru mengatakan cinta, tapi berbalas ataukah tidak … ia masih belum yakin. Hanya saja ia tak ingin bersaing dengan Alvin. Dalam segala hal ia jauh di bawah Alvin. Alvin lebih pintar, lebih kaya, dan juga lebih gagah serta ganteng. Hasto tak ingin Kenanga nanti akan memilih Alvin, jadi ia lebih dulu mencegat Alvin dengan mendatanginya.
Tak disangka ternyata Alvin justru menantangnya untuk berlomba.
“Aku sudah sering menemui Kenanga, kami berbincang lama, dan tanggapan Kenanga sangat baik.”
“Tentu, Kenanga memang gadis yang baik. Kakek bersorban mengajarinya untuk bersikap baik kepada semua orang.”
Hasto terdiam sesaat.
“Alvin, kamu harus ingat, bahwa aku pernah berkorban untuk kamu, dengan ikut dalam pencarian kamu bersama beberapa kawan yang lain.”
“Aku tidak lupa Hasto, bukankah aku pernah berkali-kali mengucapkan terima kasih, bukan hanya kepada kamu, tapi juga kepada teman yang lain?”
”Dan karena itu, aku mohon kamu sedikit mengalah tentang hubungan kita dengan Kenanga.”
“Dan karena kamu berkorban untuk mencari keberadaanku waktu itu, maka kamu bisa berkenalan dengan Kenanga.”
Hasto tak bisa menjawabnya. Memang benar, dalam pencarian itu maka dia bisa berkenalan dengan Kenanga, jadi soal ‘berkorban’ itu rupanya bukan menjadi senjata untuk mengalahkan Alvin, karena dia merasa beruntung bisa bertemu gadis yang menarik hatinya.
Wajah Hasto yang kuyu, lama-lama membuat Alvin merasa kasihan. Tapi bukan berarti dia harus merelakan Kenanga begitu saja. Cinta bukan sebuah mainan, yang kalau temannya suka bisa diberikan begitu saja jika ada sebuah kebaikan hati. Cinta harus diraih dan diperjuangkan.
“Hasto, sebelumnya aku minta maaf. Jangan kamu anggap aku merebut sesuatu yang sudah ada di dalam tanganmu. Kalau boleh dibilang bersaing, ya … memang kita sedang bersaing. Tapi dalam hal ini ada satu yang aku pegang, yaitu kakek bersorban sebelum meninggal, telah menyerahkan Kenanga agar aku menjaganya,” kata Alvin hati-hati.
Dan ucapan itu memang membuat Hasto mendongakkan kepalanya sambil menatap Alvin tajam.
“Tapi, hanya dengan pesan kakek itu, tidak cukup bagiku untuk bisa mengatakan bahwa Kenanga sudah menjadi milikku. Tidak Hasto, aku tidak seburuk itu. Semuanya tergantung yang menjalani bukan? Nah, aku baru sekali bertemu Kenanga setelah kita turun bukit dalam keadaan awut-awutan. Sedangkan kamu sudah sering kali jalan ke sana. Jadi mari kita pakai saja pegangan, dengan melihat bagaimana sikap Kenanga. Kalau Kenanga memilih kamu, aku rela, Sungguh. Aku tak sejahat itu. Karenanya, yang harus kita lakukan ialah bagaimana Kenanga menerima kita.”
Hasto belum bisa berkata-kata. Sedikit kekalahan tentang kakek yang telah mempercayai Alvin agar menjaga Kenanga, terobati dengan ucapan Alvin yang bijaksana. Yang penting yang menjalani bukan?
Walau begitu, ketika keluar dari kantor Alvin, wajah Hasto tampak muram. Bagaimanapun ia harus bersaing dengan orang yang segalanya ada di atasnya.
***
Sore itu, begitu Alvin masuk ke ruang rawat, sang ibu sudah melambaikan tangannya, meminta agar Alvin mendekat. Alisa juga ada di sana.
"Alvin, kamu ke mana saja? Ibu takut sekali, katanya semalaman kamu tidak pulang.”
“Apakah Ibu akan marah kalau Alvin mengatakan bahwa Alvin pergi menemui Kenanga?”
“Kamu? Menemuinya?”
“Bukankah Ibu merestuinya?”
“Benar, tapi mengapa sampai menginap? Tidak pantas menginap di rumah seorang gadis.”
“Ayahnya meninggal dunia ketika Alvin ada di sana.”
“Innalillahi. Ibu ikut berduka.”
“Lalu bagaimana dia? Bukankah katamu dia hanya hidup bersama ayahnya?” lanjut sang ibu.
“Ya … sendirian Bu, tapi saat ini banyak warga dusun yang menemaninya. Rumahnya yang sepi jadi ramai.”
“Oh, mereka hidup rukun dengan warga dusun?”
“Karena ayah Kenanga adalah orang baik yang suka membantu. Banyak penduduk dusun yang disembuhkan dari sakit, karena dia ahli pengobatan.”
“Pengobatan dengan apa?”
“Katanya hanya dari daun-daun yang ada di sekitar mereka.”
“Bukan main.”
“Ibu, Alvin bahagia menerima pesan dari Ibu itu, bahwa Ibu merestui hubungan Alvin dengan Kenanga.”
“Pada suatu saat ajaklah dia menemui ibu. Ibu ingin tahu seperti apa gadis yang membuat kamu jatuh bangun seperti ini.”
“Alvin belum bisa memastikan kapan, karena Alvin belum mengutarakan isi hati Alvin.”
“Jadi dia belum tahu kalau kamu menyukai dia?”
“Entah dia tahu atau tidak Bu, tapi Alvin belum mengatakan secara gamblang. Alvin ingin mengajaknya kemari, tapi dia belum menjawabnya. Alvin maklum karena dia sedang berduka. Jadi entah cinta Alvin diterima atau tidak, Alvin belum tahu.
“Kamu ganteng, kamu berkecukupan, masa dia akan menolak kamu?”
“Belum tentu juga Bu, dia bukan gadis yang gampang. Sepertinya dia justru takut ketika tahu bagaimana keluarga Alvin.”
“Apa kamu mengatakannya?”
“Bukan Alvin. Ada teman Alvin yang juga sering menemui Kenanga.”
“Oh ya? Berarti gadis itu pasti punya daya tarik yang kuat. Bukan hanya kamu yang suka, ada yang lain.”
“Kalau Ibu merestui, semoga Alvin berhasil membawanya pulang. Soalnya sebelum ayahnya meninggal, ayahnya menitipkan Kenanga pada Alvin.”
“Ya sudah, kalau memang dia jodohmu, kelak pasti kamu berhasil memilikinya.”
***
Hari itu Alisa menelpon Sinta. Ia kesal kepada sang ibu yang sangat mendorong Alvin agar segera membawa Kenanga ke rumah.
“Apa yang harus aku lakukan Sa, kalau memang Alvin suka, ya pasti dia tak akan peduli padaku.”
“Mbak Sinta harus berusaha. Aku benar-benar memilih mbak Sinta untuk menjadi iparku. Aku tidak sudi punya ipar orang hutan.”
“Haaa … orang hutan, serem dong.”
“Habis harus disebut apa, orang dia memang tinggal di hutan? Pokoknya mbak Sinta besok Sabtu harus datang, aku yakin mas Alvin pasti akan menemui gadis itu.”
“Lalu aku harus apa?”
“Pokoknya datang dulu, nanti kita akan berbuat sesuatu untuk menghalangi mas Alvin untuk menemui dia.”
“Tapi aku tidak yakin lho Sa, Alvin itu tidak gampang ditaklukkan. Bertahun-tahun aku mencobanya tapi tidak berhasil.”
“Jangan putus asa. Bukankah mbak Sinta cinta pada kakakku?”
“Baiklah, untuk menyenangkan kamu, besok Sabtu aku akan datang.”
“Bagus Mbak, terima kasih banyak.”
***
Sabtu pagi itu Sinta sudah datang ke rumah. Alvin pura-pura tidak tahu, masuk ke dalam kamarnya dan tidur. Alisa mengajak Sinta jalan.
“Ke mana kita?”
“Ayo kita melihat seperti apa gadis hutan yang membuat mas Alvin tergila-gila.”
“Apa kamu tahu tempatnya?”
“Persisnya tidak, tapi ancer-ancernya aku tahu. Kita bisa bertanya-tanya.”
Hanya pamit kepada ayahnya yang mau berangkat ke rumah sakit, Alisa segera pergi bersama Sinta. Mereka sudah sampai di desa, di mana ada jalan naik ke bukit, di sana katanya Kenanga tinggal.
Ia menitipkan mobilnya di sebuah rumah penduduk.
Ketika ia turun, tiba-tiba ia melihat Hasto. Tentu saja Alisa dan Sinta mengenal Hasto. Alisa segera berteriak memanggil.
“Mas Hasto!”
Hasto berhenti. Sesungguhnya ia akan naik ke bukit untuk menemui Kenanga. Ia berangkat pagi karena takut keduluan Alvin yang pastinya akan menemuinya juga saat hari Sabtu, di mana kantornya libur. Ia terkejut melihat Alisa dan Sinta.
“Ada Sinta juga? Mau ke mana?”
“Hasto, apa kamu tahu tentang gadis bernama Kenanga?”
Hasto terkejut mendengar pertanyaan itu.
“Memangnya ada apa?”
“Mas Hasto, kami semua kesal, mas Alvin suka pada gadis itu. Kami ingin menemui Kenanga dan mengatakan bahwa mbak Sinta ini adalah tunangan mas Alvin,” kata Alisa.
Mendadak wajah Hasto berseri.
“Kalian mau ke sana? Jalan yang dilalui tidak mudah. Tapi menyenangkan, pemandangannya indah,” kata Hasto bersemangat. Ia seperti mendapat jalan untuk mengalahkan Alvin.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur sembah nuwun Mbak Tien
Sami2 jeng Ning
DeleteAlhamdulillah eRKaDeBe_26 sdh tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien....
Sami2 mas Kakek
DeleteAlhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " RUMAH KENANGA DITENGAH BELANTARA ~ 26 " sudah tayang.
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Aamiin yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun pak Herry
Matur nuwun mbak Tien-ku Rumah Kenanga Di Tengah Belantara telah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteSekarang komennya dikiit
Terimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien dan pak Tom selalu sehat
ReplyDeleteAamiin yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
Alhamdulillah, Rumah Kenanga di Tengah Belantara 26 sdh hadir. Matur nuwun Bu Tien 🙏
ReplyDeleteSami2 pak Sis
Delete🛖🎋🛖🎋🛖🎋🛖🎋
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏🦋
Cerbung eRKaDeBe_26
telah hadir.
Matur nuwun sanget.
Semoga Bu Tien dan
keluarga sehat terus,
banyak berkah dan
dlm lindungan Allah SWT.
Aamiin🤲.Salam seroja 😍
🛖🎋🛖🎋🛖🎋🛖🎋
Aamiin yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun jeng Sari
Aduhai
Alhamdulillah sudah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Semoga bunda dan keluarga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Aamiin yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun ibu Endah
Aduhai hai hai
Alhamdulilah. Cerbung k 26 telah hadir
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien. Semoga sehat selalu.
Aamiin yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun bapak Endang
Assalamualaikum bu Tien, maturnuwun cerbung " Rumah Kenanga di Tengah Belantara 26" sampun tayang,
ReplyDeleteSemoga ibu Tien serta Pak Tom dan amancu selalu sehat dan penuh berkah aamiin yra .. salam hangat dan aduhai aduhai bun 🤲🙏🩷🩷
Aamiin yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Aduhai aduhai
Suwun mb Tien, smg sht sll🙏
ReplyDeleteAamiin yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun Yangtie.
Lama nggak kelihatan
Mks bun RKDB 26 sdh hadir....selamat mlm ....sehat"ya bun 🙏🙏
ReplyDeleteAamiin yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun ibu Supriyati
Hamdallah sdh tayang
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien, salam sehat bahagia aduhai dari Yk....
ReplyDeleteSami2 ibu Reni
DeleteSalam sehat juga
Alhamdulillah... cerbung Kenanga sudah tayang. Apakah Alisa dan Sinta berhasil menemui Kenanga bersama Hasto?
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien, sehat dan bahagia selalu bunda Tien sekeluarga.
Aamiin yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun ibu Komariyah
Terima kasih Bunda, serial baru cerbung Rumah Kenanga Ditengah Belantara....26...sdh tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin
Ha..ha..ha...Hasto dapat teman s Alisa dan Sinta...untuk 'menaklukan Avin, untuk menghasut Kenanga...yen Alvin kuwi ora tresna marang dewek..e .😁😁
Aamiin yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Matur nuwun Bu Tien cerbungnya telah tayang , ada kompetisi dua pemuda berebut kenanga, semoga persaingannya sehat dan jujur,.....semoga Bu Tien tetap sehat dan semangat menulis cerbung lagi 🙏
ReplyDeleteAamiin yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun ibu Tatik
Alhamdulillah
ReplyDeleteHappy End dah .. sak karepmu Hasto
Syukron nggih Mbak Tien❤️🌹🌹🌹🌹🌹
Sami2 jeng Susi
DeleteAlhamdulillah RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA~26 telah hadir. Maturnuwun, semoga Bu Tien beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
ReplyDeleteAamiin YRA.🤲
Aamiin yaa Robbal'alamiin.
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Selalu ada kejutan di setiap akhir seri episode cerita...
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...